Anda di halaman 1dari 23

http://pag.bgl.esdm.go.id/siat/?

q=content/kandungan-unsur-dalam-air-tanah
Kandungan Unsur dalam Air Tanah
Submitted by admin on Tue, 2013-10-08 11:23
Hidrogeologi
Air hujan yang meresap ke bawah permukaan tanah dalam bentuk penelusan maupun
peresapan, dalam perjalanannya membawa unsur-unsur kimia. Komposisi kimia air tanah ini
memberikan beberapa pengaruh terhadap berbagai kegiatan pemanfaatannya seperti
pertanian, industri maupun domestik. Komposisi zat terlarut dalam air tanah dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok (dalam Hadipurwo, 2006):
1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0-1000 mg/l, yakni:
natrium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, klorida, silika.
2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01-10 mg/l, yakni
besi, strountium, kalium, kabornat, nitrat, florida, boron.
3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan 0,0001-0,1 mg/l, yakni
atimon, aluminium, arsen, barium, brom, cadmium, krom, kobalt, tembaga, germanium,
jodium, timbal, litium, mangan, molibdiunum, nikel, fosfat, rubidium, selenium,
titanium, uranium, vanadium, seng.
4. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya kurang dari 0,001
mg/l, yakni berilium, bismut, cerium, cesium, galium, emas, indium, lanthanum, niobium,
platina, radium, ruthenium, scandium, perak, thalium, tharium, timah, tungsten, yttrium,
zirkon.
Hasil analisis kimia air tanah sering disajikan dalam bentuk diagram, disesuaikan
dengan maksud dari analisis kimia tersebut. Misalnya untuk mengetahui pemberian nama
jenis air tanah, biasanya digunakan Diagram Segitiga Piper. Untuk memetakan wilayah yang
mempunyai jenis air tanah sama, digunakan Diagram Stiff, juga dikenal Diagram Bar
Vertikal, Diagram Vertikal, Diagram Vector, Diagram Lingkaran, Diagram Schoeller
semilog, yang masing-masing mempunyai kelebihan sendiri-sendiri di dalam
menggambarkan hasil analisisnya untuk maksud tertentu (Hadipurwo, 2006).



Gambar 3-1 Contoh penggunaan diagram Stiff yang menunjukkan analisa kimia air tanah
(Davis & De Wiest, 1966 dalam Freeze & Cherry, 1979).

Gambar 3-2 Contoh penggunaan diagram Piper untuk klasifikasi air tanah berdasarkan
kandungan ion (Morgan & Winner, 1962; Back, 1966 dalam Freeze & Cherry, 1979).
3.2 Klasifikasi Air Tanah
Kualitas air tanah ditentukan oleh tiga sifat utama, yaitu: sifat fisik, kimia, dan sifat
biologi/bakteriologi.
3.2.1 Sifat Fisik
Sifat fisik antara lain warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, suhu (Hadipurwo, 2006).
1. Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya, baik berupa
suspensi maupun terlarut.
2. Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang mempunyai aroma yang
terkandung dalam air.
3. Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung dalam air
tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.
4. Kekentalan air dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalamnya. Semakin
banyak yang dikandung akan semakin kental. Di samping itu apabila suhunya semakin
tinggi maka kekentalannya akan semakin kecil (encer).
5. Kekeruhan air disebabkan oleh adanya tidak terlarutkan zat yang dikandung.
Sebagai contoh adalah adanya partikel lempung, lanau, juga zat organik ataupun
mikroorganisme.
6. Suhu air juga merupakan sifat fisik dari air. Suhu ini dipengaruhi oleh
keadaan sekeliling, seperti musim, cuaca, siang-malam, tempat ataupun lokasinya.
3.2.2 Sifat Kimia
Termasuk dalam sifat kimia adalah kesadahan, jumlah garam terlarut (total dissolved solids
atau TDS), daya hantar listrik (electric conductance atau DHL), keasaman, dan kandungan
ion.
1. Kesadahan atau Kekerasan
Kesadahan atau kekerasan (total hardness), adanya kandungan Ca dan Mg. Kesadahan
ada dua macam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan non karbonat. Air dengan
kesadahan tinggi sukar melarutkan sabun, oleh karenanya air tersebut perlu dilunakkan
lebih dahulu (Tabel 3-1).





Tabel 3-1 Klasifikasi air berdasarkan kesadahan
(Hem, 1959; Sawyer dan Mc.Carty, 1994)
Kesadahan (mg/l CaCo
3
)
Kelas Air
Hem (1959)
Sawyer dan Mc. Carty
(1994)
0 60 0 - 75 Lunak
61 - 120 75 - 150 Menengah
121 - 180 150 - 300 Keras
> 180 > 300 Sangat keras


Jumlah garam terlarut adalah jumlah garam yang terkandung di dalam air. Klasifikasi air
berdasarkan jumlah garam terlarut menurut Hem (1959) tertera seperti pada Tabel 32,
sedangkan menurut David dan De Wiest (1966) tertera seperti pada Tabel 33.

Tabel 3-2 Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut
(Hem, 1959)
Jumlah garam terlarut Macam Air

(mg/l)
< 3000 Tawar
3000 - 10.000 Asin (moderate saline)
10.000 - 35.000 Sangat asin (very saline)
> 35.000 Asin sekali (briny)


Tabel 3-3 Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut
(Davis dan DeWiest, 1966)
Jumlah garam terlaur Macam Air

(mg/l)
< 1000 Tawar
1000 - 10.000 Payau (brackish)
10.000 - 100.000
Cukup asin
(moderate saline)
> 100.000 Asin sekali (briny)


Sebagai gambaran adalah air laut mengandung garam-garaman terlarut sekitar 34.000
mg/l.

2. Daya Hantar Listrik
Daya Hantar Listrik adalah sifat menghatanrkan listrik dari air. Air yang banyak
mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Pengukurannya dengan alat Electric
Conductivity Meter (EC Meter), yang satuannya adalah mikromhos/cm atau mhos/cm
atau siemens/cm sering ditulis S/cm.
Air tanah pada umumnya mempunyai harga 100 - 5000 mhos. Besaran DHL dapat
dikonversikan menjadi jumlah garam terlarut (mg/l), yaitu: 10 m
3
mhos/cm = 640
mg/l atau 1 mg/l = 1,56 mmhos/cm (1,56 S/cm)
Hubungan antara harga DHL dengan jumlah garam yang terlarut secara tepat perlu
banyak koreksi seperti temperatur pengukuran, maupun tergantung juga dengan jenis
garam yang terlarut, tetapi secara umum angka tersebut di atas sedikit banyak dapat
mewakili. Hubungan antara harga DHL dan macam air seperti terlihat Tabel 3-4.

Tabel 3-4 Klasifikasi air berdasarkan harga DHL (dalam Hadipurwo, 2006)
DHL (mmhos/cm pada 25C) Macam Air
0,055 Air murni
0,5 - 5,0 Air suling
5 - 30 Air hujan
30 - 2000 Air tanah
35.000 - 45.000 Air laut


3. Keasaman Air
Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran mulai dari 1-14. Air yang
mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang mempunyai pH lebih besar/kecil dari 7
disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang mengandung garam kalsium karbonat atau
magnesium karbonat, bersifat basa (pH 7,5 - 8), sedangkan yang mempunyai harga pH <
7 adalah bersifat asam, sangat mudah melarutkan Fe, sehingga air yang asam biasanya
mempunyai kandungan besi (Fe) tinggi. Pengukuran pH air di lapangan dilakukan dengan
pH meter, atau kertas lakmus (Hadipurwo, 2006).

4. Kandungan Ion
Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di dalam air diukur
banyaknya, biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l. Ion-ion yang
diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, SO
4
, CO
2,
CO
3,
HCO
3
,
H
2
SF, NH
4
, NO
3
, , NO
2
, KMn O
4
, SiO
2
, boron, ion-ion logam yang biasanya jarang
akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun antara lain As, Pb, Sn, Cr, Cd, Hg, Co
(Hadipurwo, 2006).



3.2.3 Sifat Biologi/Bakteri
Kandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan banyaknya bakteri coli. Untuk
standar air minum ada batas maksimum kandungan coli yang diperbolehkan
3.3 Standard Kualitas Air tanah
Seperti telah diuraikan dalam Bab 1, air tanah mempunyai 3 (tiga) fungsi bagi manusia (Toth,
1990) yaitu :
1. sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia;
2. bagian dari hidrologi dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan
siklus hidrologi global;
3. sebagai anggota/ agen dari geologi.
Fungsi pertama air tanah bagi manusia adalah untuk memenuhi berbagai keperluan manusia,
misalnya untuk minum, memasak, mandi, mencuci, irigasi, dan juga dibutuhkan dalam
beberapa proses industri.
Untuk masing-masing keperluan/penggunaan, ada standar kualitas air tanah yang harus
dipenuhi, sebagai contoh syarat kualitas air tanah untuk air minum jelas berbeda dengan air
tanah untuk proses industri. Standar kualitas air tanah akan dijelaskan pada sub-bab berikut.
3.3.1 Standar Kualitas Air Minum
Standar kualitas air minum yang digunakan di Indonesia dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang
Pengawasan Kualitas Air Minum, seperti pada Tabel 3-5. Di samping itu ada standard air
minum lainnya, seperti yang dikeluarkan oleh WHO atau negara lain.









Tabel 3-5 Standar kualitas air minum
No Unsur satuan
Minimum yang
diperbolehkan
Maksimum
yang
dianjurkan
Maksimun yang
diperbolehkan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Suhu
Warna
Bau dan
rasa
Kekeruhan
pH
TDS
KMNO
4

CO
2
Agressif
Kesadahan
Ca
Mg
Fe
Mn
Cu
Zn
Cl
SO
4

H
2
S
o
C
ptoco
-
unit
-
mg/l
mg/l
mg/l
o
D
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
-
-
Tidakberbau/berasa
-
6,5
-
-
-
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
Tidak
berbau/berasa
5
-
500
-
-
-
75
30
0,1
0,05
0,05
1
200
200
-
Suhu udara
50
tidakberbau/berasa
25
9,2
1500
10
0
10
200
150
1,0
0,5
1,5
15
600
400
0
2,0
No Unsur satuan
Minimum yang
diperbolehkan
Maksimum
yang
dianjurkan
Maksimun yang
diperbolehkan
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
F
NH
4

NO
3

NO
2

HNO
3

As
Pb
Se
Cr
Cn
Cd
Hg
Sinar alfa
Sinar Beta
Angka
kuman
Bakteri coli
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
c/ml
c/ml
lml
100ml
1,0
-
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-
0,001
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
0
20
0
0,002
0,05
-
0.01
0.05
0,05
0,01
0,001
10-9
10-8
100
0

3.3.2 Kriteria Air Irigasi
Klasifikasi air untuk irigasi dapat dibagi menurut berbagai kriteria, yaitu : DHL, Sodium
Adsorption Ratio (SAR), kadar unsur baron, dan sebagainya.
1. Daya Hantar Listrik
DHL secara tidak langsung menggambarkan banyaknya kandungan garam-garaman dalam air
tersebut. Adanya garam ini menyebabkan perubahan pada struktur tanah, selanjutnya
kelulusan tanah. Hal ini berdampak pada pertumbuhan tanaman. Batasan banyaknya
kandungan garam ini tidak dapat ditetapkan karena tergantung dari jenis tanaman.

2. Sodium Adsorption Ratio
Sodium adsorption ratio (SAR) atau bandingan serapan sodium. Kadar unsur sodium (Na)
merupakan unsur penting di dalam klasifikasi air irigasi, karena unsur sodium menyebabkan
tanah menjadi kurang meluluskan air. Kadar unsur sodium biasanya dinyatakan dalam %
sodium, dengan rumus:

% Na =
(Na + K) 100
Ca + Mg + Na + K

di mana kadar ionnya dinyatakan dalam milliequivalent per liter. Bandingan serapan
sodium lebih menggambarkan hubungan langsung penyerapan sodium oleh tanah yang
ditentukan dengan persamaan :
SAR =
Na


di mana kadar unsur-unsurnya dinyatakan dalam milliequivalent per liter.
Klasifikasi air berdasarkan kadar SAR dikemukakan seperti pada Tabel 3-6.
Tabel 3-6 Klasifikasi air untuk irigasi berdasarkan harga SAR (dalam Hadipurwo, 2006)
Kelas Air SAR Keterangan
Rendah 0 - 10
Bahaya Na atau alkali tidak ada atau
sedikit
Menengah 10 - 18 Bahaya Na atau alkali sedang
Tinggi 18 - 26 Bahaya Na atau alkali besar
Tinggi Sekali > 26 Bahaya Na atau alkali sangat besar


Diagram klasifikasi air irigasi yang didasarkan atas hubungan SAR dan DHL menurut U.S.
Salinity Laboratory disajikan pada Gambar 3-3. Dari diagram tersebut dapat diketahui tingkat
bahaya kegaraman air untuk keperluan irigasi.





Gambar 3-3 Contoh diagram klasifikasi air irigasi berdasarkan hubungan SAR dan DHL
menurut U.S. Salinity Laboratory (Todd, 1980)
3. Unsur Boron
Unsur Boron dalam kadar kecil diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dalam kadar tinggi,
unsur boron ini menjadi racun bagi tanaman. Tingginya kadar boron yang dapat diterima oleh
tanaman tergantung dari jenis tanamannya. Tanaman seperti lemon dan anggur sangat sensitif
terhadap boron, sedangkan jagung, tomat dan kentang lebih toleran terhadap boron, apalagi
wortel, ketimun dan bawang.
Contoh salah satu klasifikasi air untuk irigasi menurut Wilcox, 1955 (vide Todd, 1980, h.
302) yang didasarkan atas persen sodium, DHL dan kandungan unsur boron disajikan pada
Tabel 3-7.
Tabel 3-7 Klasifikasi kualitas air untuk irigasi
Klasifikasi
Persen
Sodium
DHL
( )
Boron (mg/l)
Tanaman
Sensitif
Tanaman Semi-
toleran
Tanaman
Toleran
Crops
Sangat bagus
(excellent)
< 20 < 250 < 0.33 < 0.67 < 1.00
Bagus (good) 20-40 250-750 0.33-0.67 0.67-1.33 1.00-2.00
Diizinkan
(permissible)
40-60 750-2,000 0.67-1.00 1.33-2.00 2.00-3.00
Meragukan
(doubtful)
60-80 2,000-3,000 1.00-1.25 2.00-2.50 3.00-3.75
Tak cocok
(unsuitable)
> 80 > 3,000 > 1.25 > 2.50 > 3.75
3.3.3 Kriteria Air Industri
Perbedaan kualitas air tanah dari air permukaan adalah pada fluktuasi mutu air. Fluktuasi
mutu air tanah, baik kimia maupun sifat fisiknya, lebih kecil daripada air permukaan. Dengan
demikian pemurnian air tanah prosesnya lebih mudah daripada air permukaan, yang
berfluktuasi sangat besar.
Tabel 3-8 Kriteria air untuk industri - 1 (Todd, 1980)
Industri
Kimia
AC Konveksi
Makanan
Pencucian Umum
Kekeruhan (unit) - - 1 1-10
Warna (unit) - - 50-20 5-10
Bau dan Rasa Rendah Rendah Tak ada Rendah
Zat terlarut - 50-100 850 850
Kesadahan
(CaCO3)
- Lunak 13 10-250
Alkalinitas
(CaCO3)
- - - 30-250
PH (unit) - > 7 - -
Cl (mg/l) - - 250 -
SO4 (mg/l) - - - -
Fe (mg/l) 0,5 0,2 - 0,2
Mn (mg/l) 0,5 0,2 - 0.2
Fe & Mn (mg/l) 0,5 0,2 0,1 0,2-0,3
H2S (mg/l) - 0,2 - -
F (mg/l) - - 0,1 1,0
Lain-lain

Tidak
korosif
Dapat
diminum
Dapat
diminum
non zat
organik



Oleh karena itu sumberdaya air tanah yang cukup dengan kualitas air tanah yang memadai,
menjadi pilihan utama dalam penentuan mendirikan pabrik. Rekomendasi batas kandungan
unsur kimia bagi proses dalam berbagai industri tertentu menurut Todd (1980) dapat dilihat
pada Tabel 3-8 dan Tabel 3-9.
Tabel. 3-9 Kriteria air untuk industri - 2 (Todd, 1980)
Industri
Kimia
Es
Kertas
Pulp
Gula Tekstil
Kekeruhan (unit) 5 10 - 0,4-25
Warna (unit) 5 5 - 0-70
Bau dan Rasa Rendah - - -
Zat terlarut
170-
1300
200 Rendah -
Kesadahan
(CaCO3)
- 100 Rendah 0-50
Alkalinitas
(CaCO3)
- 75 - -
PH (unit) - - - -
Cl (mg/l) - 20 100
SO4 (mg/l) - - 20 100
Fe (mg/l) 0,2 0,1 0,1 0,1-1,0
Mn (mg/l) 0,2 0,05 - 0,05-1,0
Fe & Mn (mg/l) 0,2 - - 0,2-1,0
H2S (mg/l) - - - -
F (mg/l) 1,5 - - -
Lain-lain


Ca : 20
Mg : 13
HCO3 : 100
Bebas
organis
saprophit
Tak ada logam
berat;
CO3:13
Mg : 5
HCO3 :
200mg/l


3.4 Penurunan Kualitas Air Tanah
Beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan menurunnya kualitas air, yaitu (Hadipurwo,
2006) :
1. Penggunaan pupuk di daerah pertanian.
2. Limbah pabrik baik cair maupun padat.
3. Tempat pembuangan sampah.
4. Sungai yang kotor.
5. Tangki jamban di daerah pemukiman.
Di samping itu air tanah yang semula tawar di daerah imbuhan akan menjadi payau bahkan
asin ketika mendekati garis pantai karena adanya intrusi air laut ke daratan. Hal ini akibat
pemompaan air tanah tawar yang berlebihan di daerah pantai yang melampaui
kemampuan pasokan air yang datang dari daerah imbuhannya
3.4.1 Sumber Kontaminan
Berdasarkan OTA (Office of Technology Assesment, USA) (1984) sumber kontaminan dibagi
menjadi 6 kategori yaitu :
1. Sumber yang berasal dari tempat atau kegiatan yang dirancang untuk membuang
dan mengalirkan zat atau substansi.
2. Sumber yang berasal dari tempat atau kegiatan yang dirancang untuk mengolah
atau membuang zat atau substansi.
3. Sumber yang berasal dari tempat atau kegiatan transportasi zat atau substansi.
4. Sumber yang berasal dari konsekuensi suatu kegiatan yang terencana.
5. Sumber yang berasal dari kegiatan yang menyebabkan adanya jalan masuk bagi air
terkontaminasi masuk ke dalam akuifer.
6. Sumber kontaminan yang bersifat alamiah atau terjadi secara alamiah, tetapi
(terjadinya) pengaliran atau penyebarannya disebabkan oleh aktivitas manusia.
3.4.2 Kontaminan Anorganik
Akibat adanya aktivitas antropogenik yang sangat tinggi, contohnya dalam industri logam
dan kimia, industri pertambangan, dan penggunaan pupuk. maka kemungkinan adanya
kontaminan anorganik dalam tanah sangat besar dalam bentuk garam terlarut. Selain itu
bentuk gas juga terlarut dalam tanah, seperti nitrogen, karbondioksida, metana, oksigen, dan
hidrogen sulfida. Namun juga perlu diketahui bahwa aktivitas manusia juga memungkinkan
sebagai penyebab munculnya zat pencemar dalam tanah, terutama senyawa xenobiotic.
Pada Tabel 3-10 dan Tabel 3-11 berikut akan diuraikan macam macam pencemar baik
pencemar logam dan kation, serta pencemar nonlogam dan anion serta contoh penggunaan
pencemar tersebut.
Tabel. 3-10 Pencemar logam dan kation (Notodarmojo, 2005)
Jenis Pencemar Contoh Penggunaannya
Aluminium
Campuran logam (alloy), industri listrik,
bahan bangunan, cat, dan perlengkapan
mesin
Antimon
Campuran logam, solder, mesin mesin
untuk temperatur tinggi
Arsen
Campuran logam, zat warna, insektisida,
herbisida, dan racun tikus
Barium Campuran logam, pelumas
Berylium
Campuran logam untuk teknologi ruang
angkasa, reaktor nuklir, bahan aditif untuk
bahan bakar roket
Cadmium
Campuran logam, pelapis (coating), bahan
untuk baterai, perlengkapan elektrik, cat,
fotografi, dan fungisida
Calcium Campuran logam, pupuk, bahan pereduksi
Chromium
Campuran logam, lapisan pelindung, cat,
penelitian bidang nuklir dan
temperatur tinggi
Cobalt
Campuran logam, keramik, minuman, cat,
gelas / kaca, katalis, percetakan, dan
electroplating
Copper
Campuran logam, cat, kabel listrik, mesin
mesin, electroplating, jaringan pipa, dan
insektisida
Besi
Campuran logam, mesin, dan bahan
konstruksi
Timbal (lead,
plumbum)
Campuran logam, baterai, aditif pada
bensin, cat, pelindung radiasi
Lithium
Campuran logam, industri farmasi, baterai,
solder, dan propelant
Magnesium
Campuran logam, baterai, pyroteknik, alat
alat presisi, dan cermin optik
Mangan Campuran logam, katalis
Air raksa (mercury)
Campuran logam, industri tambang emas
rakyat, perlengkapan elektrik, industri
farmasi
Molybdenum Campuran logam, pigmen, pelumas
Nikel
Campuran logam, electroplating, keramik,
baterai, dan katalis
Palladium
Katalis, campuran logam,
lapisan pelindung, industri perhiasan
(jewelry), dan perlengkapan listrik
Kalium (potassium) Campuran logam, katalis, pupuk
Selenium
Campuran logam, katalis, keramik, dan
elektronik
Perak (silver) Campuran logam, fotografi, industri
Jenis Pencemar Contoh Penggunaannya
kimia, perhiasan, katalis
Natrium (sodium)
Industri kimia, katalis, pendingin dan
reagen dalam laboratorium kimia
Thallium
Campuran logam, industri gelas/kaca,
fotoelektrik, pestisida
Titanium
Campuran logam,
material, lapisan pelindung
Vanadium
Campuran logam, electroplating, katalis,
sinar X
Zinc
Campuran logam, electroplating,
elektronik, automotif, fungisida, atap

Tabel 3-11 Pencemar non logam/ anion (Notodarmojo, 2005)
Jenis Pencemar Contoh Penggunaannya
Amoniak
Pupuk, industri kimia, pewarna, serat
sintetis
Boron
Campuran logam, serat dan filamen,
semi konduktor, propellant
Klorida
Industri kimia, pengolahan air, bahan anti
api, industri makanan
Sianida
Produksi polimer, bahan pelapis, metalurgi,
dan pestisida
Fluorida
Pasta gigi, aditif untuk air
minum, peleburan aluminium
Nitrat Pupuk dan pengawet makanan
Nitrit Pupuk dan pengawet makanan
Phospat Pupuk, deterjen, food additives
Sulfat Pupuk, pestisida, industri kimia
Sulfit Industri pulp, pengawet makanan


3.4.3 Kontaminan Organik
Selain kontaminan anorganik yang memiliki jumlah cukup besar dalam kandungan tanah, ada
juga kontaminan lain yang juga memiliki jumlah cukup besar dalam kandungan tanah, yaitu
kontaminan organik. Hal tersebut disebabkan oleh makin banyaknya bermunculan produk-
produk baru yang menggunakan zatzat kimia yang untuk uji keamanannya memerlukan
waktu yang cukup lama, namun para produsen tidak memperdulikan hal itu mereka tetap saja
menggunakan zatzat kimia tersebut. Selain penggunaan zatzat kimia dalam produk-produk
baru, dewasa ini lingkungan juga ikut tercemar akibat pengelolaan limbah yang kurang baik
contohnya hidrokarbon.
Sifat sifat molekuler yang penting dari zat organik dalam hubungannya dengan pencemaran
antara lain :
1. Struktur molekul.
2. Kelarutan dalam air.
3. Kemampuan untuk menguap.
4. Kerapatan.
5. Toksisitas.
3.4.4 Kontaminan Mikrobiologis
Secara alamiah, tanah dan air tanah mengandung mikroorganisme. Variasi jenis dan
jumlahnya sangat beragam, tergantung kondisi, lokasi, dan faktor alam lainnya. Tanah sendiri
merupakan lingkungan hidup bagi jutaan mikroorganisme, seperti misalnya bakteri, virus,
jamur, protozoa dan nematoda, sedangkan air tanah, selain dibutuhkan untuk
kehidupan mikroorganisme, juga merupakan medium untuk pergerakan mikroorganisme
tersebut. Banyak di antara mikroorganisme tersebut bersifat patogen baik terhadap manusia
maupun makhluk hidup lainnya. Konsentrasi berlebihan dari mikroorganisme biasanya
merupakan akibat kontaminasi (Hadipurwo, 2006).
Perhatian perlu diberikan kepada mikroorganisme patogen, yang dapat membahayakan
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sumber kontaminan mikroorganisme
untuk tanah dan air tanah adalah air buangan domestik, baik dalam bentuk resapan atau
bocoran dari tangki jamban, pipa/saluran air buangan maupun luberan pengolahan
limbah yang tidak sempurna. Sedangkan mikroorganisme patogen berasal dari ekskreta
manusia atau makhluk hidup lainnya yang menderita atau pembawa penyakit (carrier)
tersebut. Sumber lain adalah buangan dari tempat pemotongan hewan dan tumbuhan yang
tumbuh di daerah atau tanah yang telah tercemar oleh mikroorganisme tersebut. Dalam air
buangan domestik, kisaran jumlah bakteri 1-38 x 10
6
/ml bukan merupakan hal yang aneh.
Seringkali lingkungan tanah dan air tanah mendukung kehidupan mikroorganisme tersebut
untuk suatu periode yang cukup lama (Hadipurwo, 2006).
Masalah gangguan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
tersebut di atas merupakan masalah serius, baik ditinjau dari efek terhadap manusia, maupun
jumlah yang terkena penyakit. Menurut WHO, jumlah manusia yang menderita penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme diperkirakan mencapai 1,25 miliar. Umumnya
penyakit tersebut tertular melalui air (waterborne deceases). Untuk penyakit yang
mengakibatkan diare saja, diperkirakan telah membunuh 6 juta kanak-kanak balita di negara
sedang berkembang setiap tahun (Horan,1990).
Mikroba patogen mempunyai persistensi yang berbeda dalam lingkungan di luar tubuh
manusia. Beberapa jenis intestinal parasit dapat hidup dalam lingkungan di luar tubuh
manusia. Mikroorganisme seperti jamur akan membuat spora yang memungkinkan
perkembangbiakan pada kondisi yang memungkinkan. Sedangkan jenis nematoda dapat
membentuk kista yang juga tahan terhadap lingkungan yang tidak baik, kemudian akan
berkembang biak bila lingkungannya memungkinkan.
3.4.5 Material Radioaktif
Material radioaktif, yang disebut sebagai radio nuklida atau radio isotop merupakan
material yang memancarkan sinar radio aktif, yaitu partikel , dan sinar g. Pencemaran
tanah dan air tanah oleh limbah radio aktif umumnya disebabkan oleh limbah dan
aktivitas pertambangan bahan radio aktif, limbah tumpahan atau kebocoran tempat
penyimpanan limbah radioaktif yang biasanya dikubur dalam tanah, misalnya berasal dari
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), reaktor nuklir, rumah sakit serta laboratorium yang
menggunakan bahan radio aktif. Pencemaran tanah dan air tanah oleh limbah nuklir dan
limbah radio aktif banyak terjadi di negara maju dan yang menggunakan energi nuklir
(Hadipurwo, 2006).
Ada dua hal penting yang menyangkut material radio aktif, yaitu :
1. Daya tembus dan daya ionisasinya.
2. Persistensi atau umur radio aktivitasnya.
Paparan radio aktif mennyebabkan kerusakan pada sel, yang mengakibatkan kematian atau
perubahan genetis. Hal ini antara lain karena energi radiasi yang sangat tinggi dan mampu
mengionisasi benda terpapar. Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat radiasi antara lain
leukimia dan tumor kelenjar ludah (Soemirat, 1994). Radiasi oleh sinar radio aktif juga
diduga dapat mempengaruhi atau menyebabkan kelainan genetis dan kerusakan organ
reproduksi. Efek radiasi tergantung dari jenis partikel dan tubuh yang terkena radiasi.
Beberapa material radio aktif yang diketahui bersifat karsinogenik, antara lain
239
Pu,
226
Ra,
dan
222
Rn (Rothman, 1986).
3.5 Intrusi Air Laut
Intrusi air laut disebabkan karena pengelolaan sumber air tanah yang tidak teratur. Adanya
intrusi air laut ini merupakan permasalahan dalam pemanfaatan air tanah di daerah pantai,
karena berakibat langsung pada mutu air tanah (Hadipurwo, 2006).
Air tanah yang tadinya layak digunakan untuk air minum karena adanya intrusi air laut,
mutunya mengalami degradasi sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum.
Ataupun kalau terpaksa tetap akan dimanfaatkan melalui pengolahan terlebih dahulu.
3.5.1 Kualitas Air Laut
Air laut terutama dikenal karena kadar garam NaCl yang tinggi. Sesungguhnya kandungan
kimiawi air laut tidak hanya garam NaCl yang terlarut, tetapi juga mengandung beberapa
macam kation dan anion dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Umumnya kadar garam
dalam air laut dianggap 35 bagian perseribu, atau parts per thousand (ppt), walaupun terdapat
variasi yang cukup tinggi, seperti misalnya untuk daerah kering, seperti Laut Merah, Laut
Tengah kadar garamnya diatas 35 ppt. Dalam tabel di bawah dijelaskan mengenai komposisi
tipikal dari ion ion yang berada dalam air laut dengan kadar garam 35 ppt. Selain ion ion
tersebut diatas air laut juga mengandung trace elements, nutrient, dan zat organik terlarut
(DOM, dissolved organic matter).
Tabel 3-12 Kandungan ion-ion utama air laut dengan kegaraman 35 ppt
(Cox, 1966; Libes, 1992; Notodarmojo, 2005)
Jenis ion
Konsentrasi

Klorida 19,344
Sodium (natrium) 10,773
Sulfat 2,712
Magnesium 1,294
Kalsium 0,412
Kalium 0,399
Bikarbonat 0,142
Bromida 0,0674
Strontium 0,0079
Boron 0,00445
Fluorida 0,00128

Selain ion ion yang terdapat pada Tabel 3-12, air laut juga mengandung trace elements
seperti Ni, Li, Fe, Mn, Zn, Cu, Hg, nutrien, dan zat organik terlarut (Hadipurwo, 2006).
3.5.2 Pengaruh Kegaraman
Kandungan garam, yang menyatakan jumlah ion yang terlarut per satuan berat air dinyatakan
sebagai kegaraman (s). Kegaraman didefinisikan sebagai berikut (Libes, 1992):
s (%) = x 1000 3-1
Karena rasio massa dikalikan dengan angka 1000, maka satuan dari kegaraman adalah ppt.
Kadar garam air laut bervariasi, tetapi umumnya mempunyai kisaran 33 sampai 37 ppt.
Kegaraman diukur dengan alat yang disebut salinometer. Selain ditunjukkan dengan
kegaraman, kandungan garam air laut juga sering dinyatakan dalam klorinitas, yang
dinyatakan dengan suatu persamaan empirik:
Kegaraman = 1,80655 x klorinitas
Di mana klorinitas didefinisikan sebagai massa (dalam gram) ion halida, yang dinyatakan
sebagai ion klorida, yang dapat diendapkan dari 1.000 gram air laut oleh Ag
+
. Perlu
ditambahkan bahwa penggunaan klorinitas sebagai ukuran digunakan sebelum ditemukannya
alat salinometer yang praktis.
Kadar garam atau kegaraman akibat intrusi air laut terhadap air tanah yang tawar ditinjau dari
potensi pemanfaatan air tanah tersebut merugikan. Sebagai contoh, batas maksimum
kandungan klorida menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 untuk
air minum adalah 250 mg/l, dan 500 mg/l untuk air bersih. Akibat intrusi, kadar klorida dapat
melebihi nilai tersebut dan menimbulkan rasa payau atau asin. Sedangkan ambang rasa
payau/asin yang umumnya dapat diterima oleh manusia untuk air minum berkisar 600 mg/l
klorida. Dengan demikian, air dengan kadar klorida di atas 600 mg/l praktis tidak dapat
digunakan untuk sumber air minum maupun air bersih, walaupun kandungan garam sampai
jumlah tertentu diperlukan oleh tubuh manusia.
1. Pengaruh Kegaraman terhadap Tanaman
Pengaruh kegaraman pada tanaman dikaitkan pada dua hal yang penting (O'Leary, 1970),
yaitu toleransi dan respons tanaman. Setiap tanaman mempunyai toleransi yang berbeda-
beda terhadap kegaraman. Pengertian toleransi tanaman terhadap kegaraman adalah dalam
kaitannya dengan produksi yang dihasilkannya. Sebagai contoh yang dilakukan oleh para
peneliti dari Laboratorium Kegaraman Departemen Pertanian di California (1954)
menyimpulkan bahwa tanaman padi pada tanah yang kadar garamnya melebihi 1.920
mg/l akan terjadi penurunan produksi sebesar 16 %. Respon tanaman terhadap kegaraman
berpengaruh terhadap dua hal yaitu (Kodoatie, 1996) :
Penurunan jumlah air yang diantarkan ke daun akibat air berubah
menjadi air asin. Semakin besar air asinnya semakin besar pula penurunan
kuantitas airnya.
Makin besar kadar garam menyebabkan zat cytokinin (substansi yang mengontrol
daun) berkurang sehingga daun akan cepat menjadi layu.
Sehubungan dengan kegaraman, Foth (1991) membuat suatu pedoman sederhana untuk
mengetahui secara praktis, seberapa jauh kegaraman dapat mempengaruhi tanaman. Foth
(1991) membagi kegaraman tanah yang diukur dari nilai EC nya menjadi 5 kategori, dan
pengaruhnya secara umum terhadap tanaman, yaitu:
EC 0 1 mhos/cm : pengaruh kegaraman dapat
diabaikan.
EC 1 - 4 mhos/cm : produktivitas tanaman yang
sensitif mulai terganggu.
EC 4 - 8 mhos/cm : produktivitas beberapa
tanaman mulai terganggu.
EC 8 - 16 mhos/cm : hanya tanaman yang toleran
yang dapat memberikan hasil yang baik.
EC > 16 mhos/cm : hanya tanaman yang sangat
toleran yang dapat memberikan hasil yang sedikit memuaskan.

2. Pengaruh kegaraman terhadap tanah
Dampak kegaraman yang dominan adalah pada proses terjadinya erosi tanah. Seperti
diketahui bahwa secara umum tanah dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama adalah
tanah bertekstur halus yang terdiri dari lempung dan lanau dan tanah bertekstur kasar.
Jenis yang pertama mempunyai 2 jenis struktur yaitu struktur dengan unsur Na
+
dominan
(dispersed ) dan struktur dengan unsur Ca
++
dominan (floculated ). Untuk struktur
dengan unsur Na
+
dominan hanya baik pada daerah dengan kegaraman rendah dan
sebaliknya untuk struktur dengan unsur Ca
++
dominan (Kodoatie, 1996).
Sangat sulit membedakan struktur ini secara akurat dalam kaitannya pada ketahanan terhadap
erosi. Secara umum ditemukan bahwa tanah bertekstur halus akan lebih stabil terhadap erosi
bila jumlah total kosentrasi kadar garam di dalam air meningkat, sebaliknya erosi yang terjadi
pada tanah bertekstur kasar hanya tergantung dari ketahanannya terhadap gaya gravitasi
(Jenkin dan Moore, 1984).
3.5.3 Kerapatan (Density) Air Laut
Dengan kadar kegaraman 35 ppt, dan temperatur 4
o
C, air laut mempunyai kerapatan 1,0278
g/cm
3
. Nilai kerapatan tersebut sesungguhnya lebih tinggi dari perhitungan teoritis
berdasarkan massa garam terlarut dan massa airnya, yang bila dihitung mempunyai nilai
1,0192 g/cm
3
pada temperatur yang sama (Notodarmojo, 2005).
Hal ini disebabkan oleh adanya suatu fenomena yang disebut sebagai pembatasan elektrik
(electrorestriction). Pembatasan elektrik merupakan suatu fenomena di mana molekul air
berkumpul di sekitar kation (Na
+
), membentuk semacam kantung larutan, yang menyebabkan
larutan tersebut lebih padat dan lebih berat (Horne, 1968). Perhitungan kerapatan air
laut (Notodarmojo, 2005) adalah sebagai berikut:
Kerapatan air dan NaCl pada temperatur tersebut berturut turut adalah 1000 g/cm
3
dan
2,165 g/cm
3
.
Dengan data di atas, maka secara teoritis kerapatan air laut dengan kadar garam 25 ppt
adalah:
Massa air : 965 gr
Massa garam : 35 gr
Volume air : 965 cm
Volume garam : 16,17 cm
3

Kerapatan air laut 35 ppt = = 1,0192 gr/cm
3

Dalam kenyataannya, kerapatan air laut tersebut adalah 1,0278 gr/cm
3
(Libes, 1992). Metoda
untuk menghitung kerapatan air yang telah memperhitungkan faktor koreksi di atas adalah
sebagai berikut:
rs = s / 1000 +
1 3-2

Di mana r
s
adalah kerapatan air laut bergaram, gr/cm
3
, s adalah faktor koreksi
akibat electrorestriction, yang tergantung pada kegaraman dan temperatur. Nilai s dapat
dilihat dalam Tabel 3-13 untuk temperatur 4
o
C, 10
o
C, 20
o
C, dan 25
o
C.
Dengan menggunakan persamaan 3-2 untuk temperatur 4
o
C dan kegaraman 35 ppt diperoleh:
r
s =
+ 1 = 1,0278
Tabel 3-13 Kegaraman air laut (Libes, 1992)
Kegaraman (ppt)
Temperatur (
o
C)
4 10 20 25
0 0,06 -0,21 -1,71 -2,87
2 1,66 1,35 -0,19 -1,37
4 3,25 2,91 1,33 0,14
6 4,85 4,47 2,85 1,64
8 6,44 6,02 4,36 3,14
10 8,03 7,58 5,87 4,63
12 9,61 9,13 7,38 6,13
14 11,19 10,68 8,90 7,63
16 12,77 12,23 10,41 9,12
18 14,36 13,78 11,93 10,62
20 15,94 15,33 13,43 12,11
22 17,52 16,88 14,94 13,61
24 19,10 18,43 16,45 15,10
26 20,68 19,98 17,96 16,60
28 22,26 21,53 19,47 18,10
30 23,75 23,08 20,99 19,60
32 25,43 24,64 22,50 21,10
34 27,01 26,19 24,02 22,61
35 27,81 26,97 24,78 23,26


3.5.4 Keseimbangan Air Tanah (Tawar) dan Air Asin
Intrusi air laut pada akuifer pantai adalah masuknya air laut di bawah permukaan tanah
melalui akuifer di daerah pantai. Hubungan antara air tanah (tawar) dengan air asin pada
akuifer pantai dapat dilihat pada Gambar 3-4.

(a)

(b)
Gambar 3-4 Kesetimbangan antara air tanah (tawar) dengan air asin pada akuifer pantai, (a)
pada kondisi statis, (b) pada kondisi air tanah (tawar) bergerak ke laut (Hubbert, 1940 dalam
Freeze & Cherry, 1979).
Pada kondisi statis dari Gambar 3-4a dengan sudut a < 90
o
, r
s
adalah kerapatan air laut dan
r
f
adalah kerapatan air tanah (tawar), berat unit kolom air tanah (tawar) dari muka air tanah
(water table) hingga interface (Z
w
+ Z
s
) sama dengan berat unit air laut dari muka air laut
hingga kedalaman interface (Z
s
). Sehingga akan didapat persamaan r
s
g = r
f
g (Z
w
+ Z
s
) atau
Z
s
=
Pada kondisi r
s
= 1,025 dan r
f
= 1,0, akan didapatkan
Z
s
= 40Z
w
3-3
Persamaan 3-3 disebut hukum Ghyben-Herzberg. Dari persamaan ini, jika perubahan muka
air tanah adalah DZ
s
maka akan didapatkan persamaan DZ
s
= 40DZ
w
artinya pada
kondisi statis, setiap penurunan muka air tanah 1 m, batas antara air tanah (tawar) dengan air
asin akan naik sebesar 40 m. Pada kondisi alami sebenarnya seperti terlihat pada Gambar 3-
4b, kondisinya dinamis sehingga hukum Ghyben-Herzberg tidak sepenuhnya berlaku.
Suharyadi (1984) mengusulkan 4 metode untuk mengendalikan intrusi air laut, yaitu:
(i) mengurangi pemompaan air tanah di daerah pantai,
(ii) membuat pengimbuhan air tanah buatan (artificial recharge) pada akuifer
pantai,
(iii) memompa air laut yang terletak di akuifer pantai,
(iv) membuat penghalang di bawah tanah di daerah pantai.
7227 reads

Anda mungkin juga menyukai