Anda di halaman 1dari 21

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Dari mengidentifikasi, mengetahui akibat, dan mengetahui solusi.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak dikehendaki yang
dapat mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur. Oleh karena dibelakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan.
Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian kecelakaan yang berhubungan dengan
aktivitas dan kegiatan dalam pekerjaan. Beberapa pemikiran ahli mengenai penyebab
kecelakaan kerja:
2.1.1Teori Heinrich
Teori Heinrich dikenal dengan teori domino, dengan berasumsi bahwa deretan
domino adalah jalur atau rentetan alur terjadinya kecelakaan sehingga untuk
mengatasi agar yang lainnya tidak berjatuhan, salah satu domino misalnya no.2
harus diambil dengan demikian kecelakaan yang lain dapat dihindari. Hal tersebut
juga merupakan dasar pemikiran dalam pencegahan kecelakaan. Teori Domino
Heinrich ini membawa perubahan besar dalam cara berfikir orang yang
berkecimpung dalam usaha pencegahan kecelakaan yang dianut di berbagai
negara.

2.1.2Teori Frank E.Bird Peterson
Beliau merupakan salah satu orang Amerika yang mengatakan bahwa dalam
penerapan teori heinrich terdapat kesalahan prinsipil.Orang terpaku pada
pengambilan salah satu domino yang seolah-olah menanggulangi penyebab utama
kecelakaan, yakni kondisi atau perbuatan tak aman. Tetapi meraka lupa untuk


7



menelusuri sumber yang mengakibatkan kecelakaan. FEB Peterson mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,
yang intinya sebagi berikut :

Manajemen Kurang Kontrol

Sumber Penyebab Utama

Gejala Penyebab Langsung (Praktek dibawah standar)

Kontak Peristiwa (Kondisi di bawah standar)

Kerugian Gangguan (Tubuh maupun harta benda)

Usaha pencegahan-pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai
dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Kemudian praktek dan kondisi dibawah standar merupakan penyebab terjadinya
suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan
manajemen.
Diterapkannya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tinginya, baik fisik, mental dan
sosial bagi penghuni dan pengguna lingkungan tsb, melalui usaha-usaha preventif,
promotif, dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
kesehatan dan keselamatan akibat kerja atau lingkungan kerja.
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat


8



pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a) Sasarannya adalah praktikan.
b) Bersifat medis.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan(Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a) Sasarannya adalah lingkungan kerja.
b) Bersifat teknik.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses.
Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah
terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya
kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran
lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja. Norma kesehatan kerja
diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat
kesehatan kerja setinggi-tingginya.





9



2.2 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau
mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan
dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002;165) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.



10



2.3 Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.3.1 Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya
akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
1) Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian.
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan.
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi.
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan.
6. Teknologi dan metodologi kerja.
7. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
2.3.2 Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
2.4 Jenis-jenis Bahaya dan Resiko di Laboratorium Kimia
2.4.1 Paparan Bahan Kimia Beracun
Di laboratorium kimia, tidak ada satu zat pun yang sepenuhnya aman dan semua
bahan kimia menghasilkan efek beracun jika zat tersebut dalam jumlah yang
cukup tersentuh oleh sistem hidup.

2.4.2 Bahaya Fisik akibat Peralatan Laboratorium
1. Gas mampat.
2. Reaksi tekanan tinggi.
3. Kerja vakum.
4. Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro.
5. Bahaya listrik.


11



6. Potensi bahaya fisik meliputi luka terpotong, tergelincir, tersandung,
terjatuh, dan cedera.

2.5 Simbol Bahaya
Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya
menurutPeraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances).
Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances)adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan
berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk
klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua
bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan
konsumer dan kesehatan manusia.
Istilah bahan berbahaya adalah nama umum dan menurut hukum bahan kimia
(kemikalia) (Chemicals Law) 19/2 didefinisikan sebagai :
Bahan berbahayaatau formulasi menurut hukum kemikalia(Chemicals
Law) .
Bahan, formulasi dan produk dapat membentuk atau melepaskan bahan
atau formulasi berbahaya selama produksi atau penggunaan.
Bahan, formulasi dan produk bersifat mudah meledak
Berikut adalah beberapa definisi yang dapat digunakan untuk memahami tentang
masalah hukum :
Bahan/zat adalah unsur atau senyawa kimia bagaimana terjadinya di
alam atau diproduksi dengan cara sintesis (misalnya asbes, bromin, etanol,
timbal, dll).
Formulasi adalah paduan, campuran atau larutan dari dua bahan atau lebih
(misalnya cat, larutan formaldehid dll).
Produk adalah bahan/zat atau formulasi yang diperoleh atau terbentuk
selama proses produksi. Sifat-sifat ini lebik menentukan fungsi produk
daripada komposisi kimianya .Bahan berbahaya yang didefinisikan di atas
memiliki satu sifat atau lebih yang ditandai dengan simbol-simbol bahaya .


12



Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori
bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam :
Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia).
Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
Kombinasi dari keduanya.
Berikut ini dijelaskan simbol-simbol bahaya termasuk notasi bahaya dan huruf kode
(catatan: huruf kode bukan bagian dari simbol bahaya) .
2.5.1 I nflammable substances (bahan mudah terbakar)

Gambar : 2.1 Bahan mudah terbakar
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi,
bahan amat sangat mudah terbakar (extremelyflammable substances), dan bahan sangat
mudah terbakar (highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable
substances) juga termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi
penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.
2.5.2 bersifat mudah Explosive(meledak)

Huruf kode: E
Gambar : 2.2 Bahan Mudah meledak
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya explosive dapat meledak
dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan.


13



Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat
cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for
Explosive Substances
Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar
atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan
ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll.
Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan
pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan
tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun
persediaan/cadangan.
Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3
Sebagai contoh untuk bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT)
2.5.3 Oxidizing (pengoksidasi)

Huruf kode: O
Gambar : 2.3 Bahan Pengoksidasi
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
oxidizingbiasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan
mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan
resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan
anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-
peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam
nitrat pekat.




14



2.5.4 Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

Huruf kode:F
+
Gambar : 2.4 Bahan Amat Sangat Mudah Terbakar
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
extremelyflammablemerupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah
(di bawah 0
o
C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35
o
C).
Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk
suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12
Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas).
2.5.5 Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Huruf kode: F
Gambar : 2.5 Bahan Sangat Mudah Terbakar
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya highly flammableadalah
subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau
mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21
o
C). Beberapa bahan sangat
mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah
pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada


15



temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga
diberi label sebagai highly flammable
Frase-Runtuk bahan sangat mudah terbakar : R11
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang
sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.

2.5.6 Flammable (mudah terbakar)

Huruf kode: tidak ada
Gambar : 2.6 Bahan Mudah Terbakar
Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi
bahaya flammable.Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara
+21
o
C dan +55
o
C dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable)
Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin.
2.5.7 Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
Pengelompokan bahan dan formulasi menurut sifat toksikologinya terdiri dari akut dan
efek jangka panjang, tidak bergantung apakah efek tersebut disebabkan oleh
pengulangan, tunggal atau eksposisi jangka panjang. Suatu parameter penting untuk
menilai toksisitas akut suatu zat adalah harga LD
50
nya yang ditentukan dalam
percobaan pada hewan uji. Harga LD
50
merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg
per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji, antara 14
hari setelah one single administration. Akibat desain uji orang dapat membedakan


16



antara pengeluaran (uptake LD
50
oral dan digesti melalui sistem gastrointestinal, seta
LD50 dermal untuk uptake (pengeluaran) melalui kulit).
Disamping dua hal tersebut ada juga suatu konsentrasi yang mematikan (lethal
concentration)LC
50
pulmonary (inhalasi) yang merefleksikan konsentrasi suatu
polutan di udara (mg/L) yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji dalam
waktu antara 14 hari setelah 4 jam eksposisi.
Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat
beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya
(harmful substances).


2.5.8 Very toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T
+

Gambar : 2.7 Bahan sangat beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya very toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD
50
oral (tikus) 25 mg/kg berat
badan
LD
50
dermal (tikus atau kelinci) 50 mg/kg berat
badan
LC
50
pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 mg/L


17



LC
50
pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 mg/L
Frase-Runtuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen,sulfida,
nitrobenzene dan atripin

2.5.9 Toxic (beracun)

Huruf kode: T
Gambar : 2.8 Bahan Beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD
50
oral (tikus) 25 200 mg/kg berat
badan
LD
50
dermal (tikus atau kelinci) 50 400 mg/kg berat
badan
LC
50
pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 1 mg/L
LC
50
pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 2 mg/L
Frase-Runtuk bahan beracun : R23, R24 dan R25


18



Bahan dan formulasi yang memiliki sifat :
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R :R48)ditandai dengan simbol
bahaya toxic substancesdan kode huruf T.
Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan
benzene (toksik, karsinogenik).
2.6 Harmful (berbahaya)

Huruf kode: Xn
Gambar 2.9 Bahan Berbahaya
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya harmful memiliki
resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD
50
oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat
badan


19



LD
50
dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat
badan
LC
50
pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 5 mg/L
LC
50
pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 20 mg/L

Frase-Runtuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat :
Karsinogenik (Frase-R:R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R:R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R:R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R:R48)
yang tidak diberi notasi toxic, akan ditandai dengan simbol bahaya harmful
substances dan kode huruf X
n
.

Bahan-bahan yang dicurigai memilikisifat karsinogenik,juga akan ditandai
dengan simbol bahaya harmful substances dan kode huruf X
n
,
Bahan pemeka (sensitizing substances) (Frase-R :R42 dan R43)
diberi label menurut spektrum efek apakah dengan simbol bahaya untuk harmful
substances dan kode huruf Xn atau dengan simbol bahaya irritant substances
dan kode huruf Xi.
Bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker
dengan probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak
dengan kulit.


20



Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol
atau etilen glikol (berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai
karsinogenik).

2.6.1 Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances) :
tissue destroying substances meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive
substances) dan bahan iritan (irritant substances)
2.6.2.1 Corrosive (korosif)

Huruf kode: C
Gambar : 2.10 Bahan Mudah Korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa
(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-Runtuk bahan korosif : R34 dan R35.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H
2
SO
4

maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).





21



2..6.2.2 I rritant (menyebabkan iritasi)

Huruf kode : Xi
Gambar : 2.11 Bahan Menyebabkan Iritasi
Bahan dan formulasi dengan notasi irritant adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-Runtuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan
asam dan basa encer.

2.7 Bahan berbahaya bagi lingkungan

Huruf kode: N
Gambar : 2.12 Bahan Berbahaya Bagi Lingkungan
Bahan dan formulasi dengan notasi dangerous for environment adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma)
dan menyebabkan gangguan ekologi
Frase-Runtuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.


22



Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda,
tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum
bensin.
2.8 Evaluasi Dan Klasifikasi Limbah Kimia
Klasifikasi limbah menurut peraturan untuk bahan-bahan berbahaya (the
Ordinance for Dangerous Goods)
Dasar untuk penilaian limbah menurut peraturan tentang bahan berbahaya adalah
sifat-sifat bahaya seperti:
a. Sifat mudah terbakar (flammability/combustibility)
b. Sifat pengoksidasi
c. Toksisitas
d. Korosifitas
e. Pembentukan gas mudah terbakar jika kontak dengan air
f. Kontaminasi dengan bahan penyebab infeksi dan patogenik
g. Radiasi radioaktif
h. Sifat polusi air
i. Melepaskan debu berbahaya
Diferensiasi lanjut di antara golongan bahan berbahaya dapat dibuat melalui daftar
bahan. Daftar ini tidak hanya mengandung bahan yang terdefinisi dengan baik
(misalnya gasoline, titik didih 60-100
o
C) tetapi juga meringkas kategori, seperti
produk petroleun, tidak dijelaskan lebih lanjut. Klasifikasi dan penilaian limbah
berbahaya dibuat menurut sifat fisiko-kimianya (padat/cair, titik didih, titik nyala,
data toksisitas).
Penetapan limbah pada salah satu daftar kategori bahaya adalah sulit, jika mereka
merupakan campuran padatan atau cairan (larutan). Peraturan bahan berbahaya
memberikan petunjuk bagaimana mengklasifikasi limbah. Tetapi untuk ini perlu


23



mengetahui konstituen dan sifat bahaya limbah. Oleh karena itu klasifikasi limbah
berbahaya biasanya merupakan tugas kimiawan. Amatir hanya dapat mengerjakan
jika ada kategori tertentu karena biasanya kasusnya untuk limbah umum atau jika
bahan dapat ditentukan dengan metode uji sederhana.
Untuk limbah transportasi jalan ada petunjuk khusus seperti peraturan bahan
berbahaya untuk transportasi jalan atau jalan kereta api (dangerous goods
ordinance for road and railroad transportation), yang memerlukan evaluasi dan
klasifikasi bahan berbahaya. Jadi, limbah berbahaya harus ditentukan untuk kelas
bahaya sesuai dengan sifat bahayanya.

Tabel 1. contoh limbah dalam klas bahan berbahaya yang berbeda
Klas Notasi Contoh
1 Explosive substances and materials
containing explosive
Kembang api, amunisi
2 Gases Propane, butane, asetilen
3. Flammable liquid substances Alcohol, aseton
4.1 Flammable solid substances Limbah nitroselulosa, limbah karet
4.2 Self-igniting substances Limbah seluloid ,limbah katun yang
mengandung minyak
4.3 Substances forming flammable gases Limbah kalsium karbida, logam alkali
5.1 Oxidizing substances Formulasi mengandung ammonium nitrat
5.2 Organic peroxides Asam peroksiasetat
6.1 Toxic substances Kontainer kosong bekas pestisida yang tidak
bersih, kemikalia tertentu
6.2 Infectious materials Limbah rumah sakit (material bekas operasi,
syringe, jarum suntik)


24



7 Radioactive materials Limbah radioaktif dengan spesifik aktivitas
rendah (mis tritium dari riset biologi)
8 Corrosive substances Asam nitrat, asam sulfat
9 Various hazardous substances and
materials
Asbes, berbagai bahan polutan air

2.9 lasifikasi limbah menurut organisasi kerjasama dan pengembangan
ekonomi, OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development)
Di dalam OECD ada istilah yang disebut traffic light lists yang harus diikuti
selagi transboundarytransportasi limbah.Untuk limbah yang dapat di daur ulang
ada kontrol yang berorientasi pada sifat bahaya limbah dan yang didaftar dalam 3
warna (daftar hijau, kuning dan merah)
2.9.1 Daftar hijau
Limbah yang dikategori ke dalam daftar hijau menurut persetujuan OECD tidak
akan dikontrol. Kategori ini terdiri dari material seperti potongan logam, baja,
logam non-besi, plastic, kertas, kaca, tekstil dan kayu. Bahan berbahaya seperti
limbah kimia tidak termasuk dalam kategori ini.
2.9.2 Daftar kuning
Limbah ini perlu suatu kontrol terbatasdan perlu persetujuan dari negara
penerima.Limbah dalam kelompok ini antara lain abu, kotoran/endapan, debu
logam non-besi, arsen, merkuri, limbah minyak, dan limbah lain yang
mengandung kurang dari 50 mg/kg polychlorinated biphenyl (PCB),
polychlorinated terphenyl (PCT) dan polybrominated biphenyl (PBB).
2.9.3 Daftar merah
Limbah dalam kategori ini harus dikelola sebagaimana limbah untuk tujuan
pembuangan. Transportasi hanya diijinkan jika negara penyedia maupun negara


25



penerima telah menyetujui dan dinyatakan dalam pernyataan tertulis. Limbah ini
terutama terdiri dari limbah yang mengandung lebih dari 50 mg/kg PCB/PCT, dan
yang mengandung polyhalogenated dibenzo-p-dixon, furan, sianida, dan asbes.

2.10 Klasifikasi limbah menurut TRGS201 (Juli 2002)
Dalam TGRS 201 (Technical Directive for Hazardous Substances)
diberikanpedoman untuk klasifikasi dan pelabelan limbah untuk tujuan
pembuangan. Pedoman itu juga berlaku untuk limbah-limbah yang digunakan
untuk memperoleh energi termal, tetapi tidak berlaku bagi limbah untuk mendaur
ulang material. Klasifikasi diorientasikan pada resiko yang mungkin muncul.
Resiko paling tinggi yang mungkin terjadi menentukan klasifikasi.

Tabel 2. Kemungkinan resiko yang muncul dari limbah.
Resiko fisiko-kimia Resiko Kesehatan Resiko Lingkungan
Huruf
kode
untuk
simbol
bahaya
Keterangan
bahaya
Huruf kode untuk
simbol bahaya
Keterangan
bahaya
Huruf kode untuk
simbol bahaya
Keterangan bahaya
E Eksplosif
/mudah
meledak
(Explosive)
T
+
Sangat beracun
(Very toxic)
N Bahaya untuk
lingkungan
O Pengoksidasi
(Oxidizing )
T Beracun (Toxic) R52-53: bahaya bagi
organisme akuatik,
dapat menyebabkan
efek merugikan dalam
jangka panjang di dlm
lingkungan perairan
F
+
Amat sangat
mudah terbakar
(Extremely
flammable)
C Korosif
(Corrosive)
R53: dapat
menyebabkan efek
merugikan dalam
jangka panjang di dlm
lingkungan perairan
F Sangat mudah
terbakar
(Highly
Xn Berbahaya
(Harmful)
R59: berbahaya untuk
lapisan ozon


26



flammable)
Mudah terbakar
R10: flammable
Xi Iritan (Irritant)

Anda mungkin juga menyukai