Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Penyakit ini dapat disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis
filaria yaitu Wucheria bancrofti atau Brugia malayi. Cacing fi1aria ini
termasuk famlli Filaridae,yarrg bentuknya langsing dan ditemukan di
dalam sistem peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat atau rongga serosa
pada vertebrata. Cacing bentuk dewasa dapat ditemukan pada pembuluh
dan jaringan limfa pasien.
Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang I tahun,
sedangkan penularan parasit te{adi melalui vektor nyamuk sebagai hospes
perantara, dan manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes definitif'
Periodisitas beradanya mikrofilaria di dalam darah tepi bergantung pada
spesies. Periodisitas tersebut menunjukkan adanya fi1aria di dalam darah
tepi sehingga mudah terdeteksi.
Mikrolrlaria llt bancrofti ditemukan umumnya pada malam hari
(noktumal) terutama di belahan bumi bagian selatan termasuk lndonesia,
sedangkan di daerah pasifrk ditemukan siang dan malam (non-periodik)'
Sedangkan mikrofilaria B. malayi mempunyai periodisitas noktumal'
Sebab timbulnya periodisitas ini belum diketahui, mungkin dipengaruhi
oleh tekanan zat asam dalam kapiler paru atau lingkaran hidup cacing
filaria.
Prevalensi mikrofilaria meningkat bersamaan dengan umur pada anakanak
dan meningkat antara umur 20-30 tahun, pada saat usia pefiumbuhan,
serta lebih tinggi pada laki-laki dibanding wanita. Lingkaran hidup filaria
meliputi: 1). Pengisapan mikrofilariadari darah atau jaringan oleh serangga
penghisap darah;2). Metamorfosis mikrofilaria di dalam hospes perantara
serangga, dimana mula-mula membentuk larva rabditiform lalu
membentuk larva filariform yang aktif; 3). Penularan larva infektif ke
dalam kulit hospes baru, melalui probosis serangga yang menggigit, dan
kemudian perturnbuhan larva setelah masuk ke dalam luka gigitan sehingga
menjadi cacing dewasa.
Kekebalan alami atau yang didapat pada manusia terhadap infeksi
filaria belum diketahui banyak. Cacing filaria mempunyai antigen yang
spesifik untuk spesies dan spesihk untuk kelompok (group spestfic);
memberi reaksi silang antara berbagai spesies dan nematoda lainnya'
FILARIASIS BANCROFTI, WUCHERIASIS, ELEPHANTIASIS
Penyebab adalah cacing filariajenis Wucheria bancrofti.
Lingkaran Hidup
Hospes definitif adalah hanya manusia. Penularan penyakit ini melalui
vektor nyamuk yang sesuai. Cacing bentuk dewasa tinggal di pembuluh
limfe dan mikrofilaria terdapat di pembuluh darah dan limfe.
Pada manusia W. bancrofti dapat hidup selama kira-kira 5 tahun'
Sesudah menembus kulit melalui gigitan nyamuk, larva meneruskan
perjalanannya ke pembuluh dan kelenjar limfe tempat mereka tumbuh
sampai dewasa dalam waktu satu tahun. Cacing dewasa ini sering
menimbulkan varises saluran limfe anggota kaki bagian bawah, kelenjar
ari-ari, dan epididimis pada lakilaki serla kelenjar labium pada wanita'
Mikrofilaria kemudian meninggalkan cacing induknya, menembus dinding
pembuluh iimfe menuju ke pembuluh darah yang berdekatan atau terbawa
oleh saluran limfe ke dalam aliran darah.
Patologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah
bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup di pembuiuh getah bening aferen atau
sinus kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah
bening dan penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil,
dan makofag di dalam dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami
inflamasi bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang,
menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik dan kerusakan atau
inkompetensi katup pembuluh getah bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema
keras terjadi pada kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang
terjadi aiibat fitariasis ini disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini
dan oleh respon imun pejamu terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya
menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang menyebabkan
obstruksi total pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluhpembuluh
tersebut tetap paten selama cacing tetap hidup dan bahwa
tematian cacing tersebut menyebabkan reaksi granulomatosa dan fibrosis.
Dengan demikian terjadilah obstruksi limfatik dan penurunan fungsi
limfatik.
Gejala Klinis
Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah
lanjut akan menimbulkan gejala obstruktif. Mikrofilaria yang tampak
dalam darah pada stadium akut akan menimbulkan peradangan yang nyata,
seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis, epididimitis dan orkitis'
AJakalanya tidak menimbulkan gejala sama sekali terutama bagi penduduk
yang sejak kecil sudah berdiam di daerah endemik. Gejala peradangan
tersebut sering timbul setelah bekerja berat dan dapat berlangsung antata
beberapa hari hingga beberapa minggu (2-3 minggu)' Gejala dari
limfadenitis adalah nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe yang terkena
dan biasanya diserlai demam, sakit kepala dan badan, muntah-muntah,
lesu, dan tiiak nafsu makan. Stadium akut ini lambat laun akan beralih ke
stadium menahun dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan
elephantiasis.
Karetafilariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun,
maka ia dapat mempunyai perputaran klinis yang berbeda-beda' Reaksi
pada manusia terhadap infeksi filaria berbeda-beda tidak mungkin
rtudi.,- ini dibatasi dengan pasti, sehingga seringkali kita membaginya
atas dasar akibat infeksi filaria yaitu : 1). Bentuk tanpa gejala;
2). Filariasis dengan peradangan; 3). Filariasis dengan penyrmbatan'
Bentuk Tanpa Gejala
Umumnya di daerah endemik, pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan
pembesaran kelenjar Limfe terutama di daerah inguinal. Pada pemeriksaan
darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya
eosinofilia. Pada waktu cacing dewasa mati, mikrofilaria menghilang tanpa
pasien menyadari adanya infeksi.

FILARIASIS DENGAN PERADANGAN
Manifestasi terakhir yang biasanya terlihat di awal infeksi pada mereka
dengan infeksi primer adalah limfangitis. Limfangitis terjadi di sekitar
larva dan cacing dewasa muda yang sedang berkembang, mengakibatkan
inflamasi eosinofil akut. Infeksi ini berdasarkan fenomen alergik terhadap
metabolisme cacing dewasa yang hidup atau mati, atau sekunder, infeksi
oleh streptococcas dan jamur. Demam, menggigil, sakit kepala, muntah
dan kelemahan menyertai serangan tadi, dapat berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu, dan yang terutama terkena adalah saluran limfe
ketiak, tungkai, epitrochlear dan alat genital. Pada orang laki-laki umumnya
terdapat funiL:ulitis disefiai dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis,
orkitis dan pembengkakan skrotum.
Demampada filaria terjadi karena adanya inflamasi yang berawal dari
kelenjar getah bening (biasanya KGB inguinal) dengan perluasan reffograd
ke bawah aliran getah bening dan disertai edema dingin' Di sini, inflamasi
tampaknya diperantarai oleh imun dan kadang (10-20% kasus) beberapa
episode inflamasi diawali dengan infeksi kulit.
Salah satu kepustakaan menyebutkan bahwa demam yang mumi
ditimbulkan oleh fi1aria jarang terjadi. Demam yang sering terjaJi akibat
adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Gejalanya biasanya demam tinggi,
menggigil, mialgia, dan sakit kepala. Juga timbul plak edematosa yang
mudah dibedakan dengan jaringan sehat disekitamya. Biasanya disertai
dengan vesikel, ulkus dan hiperpigrnentasi. pada filaria juga dapat timbul
ulkus. Namun ulkusnya steril dan mengeluarkan cairan serosanguineous.
Kadang disertai dengan riwayat trauma, terkena api, radiasi, digigit
serangga, dan juga terkena bahan kimia.
Serangan akut ini dapat terjadi selama satu bulan atau 1ebih.
Pengobatan dengan berbagai antibiotik tidak memberikan hasil. Biia
keadaannya berat dapat menyebabkan abses pelvis ginjal, pembengkakan
epididimis, jaringan retroperitoneal, kelenjar ari-ari dan otot iliopsoas.
Hal ini dapat terjadi karena cacing yang mati mengalami degenerasi. Abses
ini steril, tetapi dapat mengandung bakteri piogen. Reaksi ini bersifat
setempat dan alergi umum yang menyebabkan pertumbuhan jaringan
pengikat yang berlebihan. Yang menahun akan menimbulkan penlumbatan
saluran limfe disertai serangan limfangitis yangberulang-ulang dan kadangkadang
disertai dengan elephantiasis. pemeriksaan darah dalam ha1 ini
biasanya menunjukkan leukositosis dengan eosinofilia sebesar 6-26%.
Salah satu gejala lain yang kadang timbui pada filariasis adalah
hematuria. Sekitar 40% pasien dengan mikrofilaremia terdapat hematuria
dan proteinuria yang menunjukkan adanya kerusakan ginjal derajat rendah.
Hematuria yang terjadi dapat makroskopik, namun lebih sering
mikroskopik dan ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan urin rutin.
Kelainan ginjal ini mungkin disebabkan oleh adanya mikrofilaria yang
beredar dalam darah dibandingkan dengan adanya cacing dewasa. Ha1 ini
ditunjukkan dengan perbaikan dari fungsi ginjal bila mikrofialria hilang
dari peredaran darah.
Fenomena lain yang dapat terjadi pada filaria adalah suatu keadaan
yang disebut sebagai tropical pulmonary eosinophilia. Hal ini disebabkan
oleh respon berlebihan imunologik terhadap infeksi filaria. Sindrom ini
ditandai dengan: . kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi . gejala mirip asma . penyakit
paru restriktif (dan kadang obstruktit) . kadar antibodi spesifrk antifilaria sangat tinggi .
respons pengobatan yang baik dengan terapi antifilaria (DEC)
Angka kejadian sindrom ini rendah (< 1 % dari seluruh kasus fi1aria),
namun hal ini merupakan keadaan berat yang dapat mengakibatkan
fibrosis interstisial kronik dan gagal napas.
FILARIASIS DENGAN PENYUMBATAN
Daiam stadium yang menahun ini terjadijaringan granulasi yang proliferatif
serta terbenfuk varises saluran limfe yang luas. Kadar protein yang tinggi
dalam saluran limfe merangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen.
Sedikit demi sedikit setelah beftahun-tahun bagian yang mernbesar menjadi
luas dan timbul elephantlasr menahun.
Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian tengah
turut mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian iuar
alat kelamin pada wanita. Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi
tungkai dan bagian luar alat kelamin. Elephantiasis pada umumnya
mengenai tungkai serta alat kelamin dan menyebabkan perubahan bentuk
yang luas.
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :
Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal
(reversibel) bila tungkai diangkat.
Tingkat 2. Pitting/non pitting edema yang tidak dapat kembali normal
(irevers i b el) bila tun gkai diangkat.
Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai
diangkat, kulit menjadi tebal.
Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa
pada kulit (elephantiasisl).
Hubungan antara adanya mikrofilaria di dalam darah dan elephantiasis
sangat kecil, karena mikofilaria menghilang setelah cacing mati. Bila saluran
limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria, sedangkan
Episode berulang adenolimfangitis pada saluran limfe testis yang
mengakibatkan pecahnya tunika vaginalis akan terjadi hidrokel atau
kolakel, dan bila yang pecah saluran limfe peritoneum terjadi asites kiius.
Gambaran yang sering tampak adalah hidrokel (40-50% kasus) dan
limfangitis alat kelamin. Pemeriksaan transiluminasi biasanya positif.
Cairan hidrokel ini biasanya jemih namun pada beberapa kasus bisa
keruh, juga dapat menyebabkan hidrokel. Limfangitis dan elephantiasis
ini dapat diperberat dengan infeksi sekunder oleh Streptococczs untuk
kepentingan klinik.
Diagnosis
Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan parasit dan
hal ini cukup sulit. Cacing dewasa yang hidup di pembuluh getah bening
atau kelenjar getah bening sulit dijangkau sehingga tidak dapat dilakukan
pemeriksaan parasit. Mikrofilaria dapat ditemukan di dalam darah, cairan
hidrokel, atau kadang-kadang cairan tubuh lainnya. Cairan-cairan tersebut
dapat diperiksa secara mikoskopik. Banyak individu terinfeksi yang
tidak mengandung mikrofilaria dalam darahnya sehingga diagnosis pasti
sulit ditegakkan.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis dengan eosinofilia
sampai l0-30%. Di sebagian besar belahan dunia, mikrofilaria aktif pada
malam hari terutama dari jam 10 malam sampai jam 2 pagi. Namun di
beberapa daerah Asia dan Pasifik seperti timbulnya subperiodik, yaitu
timbul hampir sepanjang hari dengan puncak beberapa kali sehari. pada
kasus dengan periodisitas subperiodik diumal (Infeksi Bancrofti di daerah
Pasifik Selatan, Kepulauan Andaman, dan pulau Nikobar) puncaknya
pada pagi hari dan sore hari. Sehingga pengambilan spesimen darah untuk
pemeriksaan mikrofilaria harus sesuai dengan puncaknya mikrofilaria
aktif didalam darah. Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pengambilan
darah tebal atau tipis pada yang dipulas dengan pewamaan Giemsa atau
Wright.
Spesimen darah yang diambil lebih baik diambil dari darah kapiler
dibanding dengan darah vena. Terdapat beberapa bukti yang menyebutkan
bahwa konsentrasi mikrofilaria di darah kapiler lebih tinggi dibandingkan
dengan darah vena. Volume darah yang digunakan untuk pulasan sekitar
50pl dan jumlah mikrofilaria yang terdapat sekitar 20mflm1 atau lebih
metupakan petunjuk adanya mikrofilaria dalam darah.
Akhir-akhir ini penggunaan mikroskopik untuk mendeteksi
mikrofilaria sudah mulai tergantikan oleh penggunaan membran filtrasi
yang dikemukakan oleh Bell tahun 1967. Keuntungan dari alat ini bahwa
sampel dapat disimpan dalam waktu yang 1ama. Selain itu karena
menggunakan formalin maka dapat memfiksasi mikrofilaria dalam darah
dan membuang organisme yang tidak diinginkan seperti HIV, Hepatitis B
dan Hepatitis C. Pada episode akut, filariasis limfatik harus dibedakan
dengan tromboflebitis, infeksi, dan trauma. Limfangitis retrograd
merupakan gambaran klas yang membantu membedakan dari limfangitis
bakterial yang bersifat asendens.
Pemeriksaan terhadap antigen W. bancrofti yang bersirkulasi dapat
membantu penegakkan diagnosis. Dua tes yang tersedia yakni ELISA
dan ICT. Sensitivitas keduanya berkisar antara 96-l00ok dan spesifik
mendekati 100%. Tekniknya dengan menggunakan antibodi monoklonal.
Terdapat 2 jenis antibodi yang digunakan 1,aitu AD12 dan Og4C3. Di
Australia menunjukkan bahwa penggunaan antibodi Og4C3
sensitifitasnya 100% pada pasien dengan jumlah mikrofilaria yang tinggi
namun sensitifitasnya menurun menjadi i2-75% pada pasien dengan
jumlah mikrofilaria yang rendah. Spesifitasnya juga tinggi yaitu gg-l0O%.
Penggunaan AD12 juga memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi
yaitt 96-1000/0 untuk sensitifitasnya dan 100% untuk spesifitasnya.
Sayangnya, unfuk pemeriksaan antigen Brugia saat ini belum tersedia.
Pemeriksaan serologi antibodi juga telah digunakan untuk mendeteksi
W. bancrofti. Kesulitan yang sering timbul spesihtasnya yang rendah.
Hai ini disebabkan oleh adanya reaksi silang dengan parasit yang lain.
Selain itu hasil ini juga tidak dapat membedakan antara infeksi sekarang
dan infeksi lampau. Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan serologi
yang spesifik untuk W bancrofti yaitu menggunakan antibodi subklas
IgG4. Namun sensitifitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemeriksaan secara parasitologi lain yaitu sekitar 90-95%.
Pencitraan limfoskintigrafi dengan radionuklir pada ekstremitas
menunjukkan abnormalitas sistem limfatik, baik pada mereka yang
asimtomatik mikrofilaremik dan mereka dengan manifestasi klinis'
Kegunaan dari limfoskintigrafi ini adalah : 1) Peragaan alur aliran limfe;
2). Evaluasi kecepatan aliran limfe, kecepatan absorpsi, dari tempat injeksi,
mengukur waktu akumulasi tracer di daerah kelenjar limfe; 3). Peragaan
kelenjar iimfe; 4). Peragaan pusat inflamasi dengan jaringan lunak dan
kelenjar yang baru terbentuk pada proses inflamasi menahun;
5). Menemukan kerusakan trauma saluran limfe; 6). Membedakan edema
tungkai limfe, trauma mekanik tungkai bawah; 7). Mengikuti proses
perubahan obliterasi limfe.
Pada kasus filariasis limfatik, pemeriksaan USG Dopler skrotum
pada pria dan paludara pada wanita memperlihatkan adanya cacing
dewasa yang bergerak aktif di dalam pembuluh getah bening yang
mengalami dilatasi. Cacing dapat dilihat di pembuluh getah bening korda
spermatika hampir pada 80% pria. Cacing dewasa hidup memberikan
gambaran khas di dalam pembuluh darah, dikenal dengan Jilaria dance
slgr. Pemeriksaan PCR untuk mendeteksi DNAW. bancrofti sudah mulai
dikembangkan. Beberapa studi menyebutkan bahwa metode ini hampir
sama bahkan lebih tinggi sensitivitasnya dibanding metode parasitologik'
Pengobatan
Perawatan Umum
. Istirahat di tempat tidur, pindah tempat ke daerah yang dingin akan
mengurangi derajat serangan akut.
. Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan abses'
. Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema'
Pengobatan Spesifik
Pengobatan Infeksi. Fokus pengobatan yang terbukti efektif adalah
pengobatan di komunitas. Hal ini diiakukan melalui penurunan angka
mikrofilaremia dengan pemberian dosis satu kali per tahun. Pengobatan
perorangan ditujukan untuk menghancurkan parasit dan mengeliminasi,
mengurangi, atau mencegah kesakitan. Hingga saat ini, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Dietilcarbamazine (DEC) sebagai
satu-satunya obat yang efektii aman, dan relatif murah. Pengobatan
diiakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari'
Pengobatan ini dapat diulang t hingga 6 bulan kemudian bila perlu, atau
DEC selama 2 hari per bulan (6-8 mg/kgBB,ftari).
Obat lain yang dapat digunakan adalah Ivermektin. Meski Ivermektin
sangat efektif menurunkan kadar mikrofilaremia, tampaknya tidak dapat
membunuh cacing dewasa (non-makrofilarisidal), sehingga terapi tersebut
tidak dapat diharapkan menyembuhkan infeksi secara menyeluruh'
Albendazol bersifat makrofilarisidal untuk W. bancrofti dengan pemberian
setiap hari selama 2-3 minggu.Namun, dari penelitian dikatakan obat ini
,ru.ih b.1l..,rn optimal. Jadi untuk mengobati individu, DEC masih
digunakan.
Efek samping DEC dibagi dalam 2 jenis. Yang pertama bersifat
farmakologis, tergantung dosisnya, angka kejadian sama baik pada yang
terinfeksi filariasis maupun tidak. Yang kedua adalah respons dari hospes
yang terinfeksi terhadap kematian parasit; sifatnya tidak tergantung pada
dosis obatnya tapi pada jumlah parasit dalam tubuh hospes.
Ada 2 jenis reaksi : 1). Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam,
berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, sendi-sendi, pusing,
anoreksia, lemah, hemafuria transien, reaksi alergi, muntah, dan serangan
asma. Reakdi ini terjadi karena kematian filaria dengan cepat dapat
menginduksi banyak antigen sehingga merangsang sistem imun dan dengan
demikian menginduksi berbagai reaksi Reaksi ini terjadi beberapa jam
setelah pemberian DEC dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari' Demam
dan reaksi sistemikjarang terjadi dan tidak terlalu hebat pada dosis kedua
dan setetusnya. Reaksi ini akan hilang dengan sendirinya; 2)' Reaksi
lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi,
transien li*f.d"tt u, hidrokel, funikulitis, dan epididimitis' Reaksi ini
Fitariasis 1769
cenderung terjadi kemudian dan berlangsung lebih lama sampai beberapa
bulan, tetapi akan menghilang dengan spontan'
Reaksi lokal cenderung terjadi pada pasien dengan riwayat
adenolimfangitis; berhubungan dengan keberadaan cacing dewasa atau larua
stadium IV dalam tubuh hospes. Efek samping pada pemberian ivermektin,
patogenesisnya sama dengan pada pemberian DEC, hanya lebih ringan
pada penderita filariasis malayi dfoandingkan filariasis bankrofti'
Pengobatan Penyakit. Hidrokel besar yang tidak mengalami regresi
rponiut sesudah terapi adekuat harus dioperasi dengan tujuan drainase
cairan dan pembebasan tunika vaginalis yang terjebak untuk melancarkan
aliran limfe. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan
aspirasi dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena
se-lain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan
penyulit berupa infeksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah:
. hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah'
. indikasi kosmetik.
. hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pada ekstremitas yang
terkena, dilakukan:
- pencucian dengan sabun dan air dua kali per hari
- menaikkan tungkai yang terkena pada malam hari
- ekstremitas digerakkan teratur untuk melancarkan aliran
- menjaga kebersihan kuku
- memakai alas kaki
- mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau antibiotik
Hal-ha1 di atas dapat menurunkan angka kekambuhan elefantiasis
ekstremitas dan skrotum. H.L Pincei dari Argentina mengusulkan suatu
bentuk penanganan limfedema yang multidisipliner dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien sebagai manusia seutuhnya'
Tergantung dariberat atau ringannya gambaran klinikpasien dapat dirawat
jalan atau iawat inap untuk menentukan diet yang seimbang dan terarah'
Bantuan psikoterapi diperiukan untuk memberikan pengertian dan
menerima keadaan penyakit dan kelainan fisik yang dirasakan pasien'
Kemudian disusul dengan pemeriksaan dermatologik serta kemungkinan
infeksi, fisioterapi ditetapkan berdasarkan teknik kompresi untuk drainase
limfe pada kedua tungkai, yang mungkin perlu dipertahankan selama
bertahun-tahun.
Terapi bedah dipertimbangkan apabila terapi non bedah tidak
memberikan hasil yang memuaskan' Hampir semua usaha unfuk membuat
saluran limfe baru mencapai keberhasilan yang terbatas. Beberapa terapi
bedah yang dapat dilakukan antara lain : 1). Limfangioplasti; 2)' Prosedur
jembatan timfe; l). Transposisi flap omentum; 4)' Eksisi radikal dan
graft kulit; 5). Anastomosis pembuluh limfe tepi ke dalam; 6)' Bedah
mikrolimfatik.
Untuk kiluria, diberikan terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein,
dengan asupan cairan tinggi dan dapat diberikan suplemen tambahan
dengan trigliserida rantai sedang (medium-chain triglycerides)'
Pencegahan
Pencegahan Masal. Kontrol penyakit pada populasi adalah melalui
kontrol vektor (nyamuk). Namun hal ini terbukti tidak efektif mengingat
panjangnya masa hidup parasit (4-8 tahun). Baru-baru ini, khususnya
dengarrdikenalnya pengobatan dosis tunggal, sekali pertahun, 2 regimen
obai lAlbendazol 400 mg dan Ivermectin 200 mglkgBB cukup efektif'
Hal ini merupakan pendekatan alternatif dalam menurunkan jumlah
mikrofi laria dalam populasi.
Pada pengobatan masal (program pengendalian frlariasis) pemberian
DEC dosis standar tidak dianjurkan lagi mengingat efek sampingnya'
Untuk itu, DEC diberikan dengan dosis lebih rendah (6 mg,&gBB), dengan
jangka waktu pemberian yang lebih lama untuk mencapai dosis total
VurU .u*u misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2-0,4% selama 9-12
tol*. Atau pe-berian obat dilakukan seminggu sekali, atau dosis tunggal
setiap 6 bulan atau 1 tahun.
Pencegahan lndividu
Kontak dengan nyamuk terinfeksi dapat dikurangi melalui penggunaan
obat oles anti nyamuk, kelambu, atau insektisida-
Strategi WHO untuk Membasmi Filariasis Limfatik
Strategi Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis memiliki
2 komponen : 1). Menghentikan penyebaran infeksi (contoh: interupsi
transmisi). Untuk interupsi transmisi, daerah endemik frlaria harus
diketahui, kemudian program pengobatan masal diterapkan untuk
mengobati populasiberisiko. Di banyak negara, program dilakukan dengan
pemberian dosis tunggal 2 obat bersamaan I kali per tahun. Obat yang
diberikan adalah Albendazole dan DEC atau Ivermektin. Dosis ini harus
diberikan selama 4-6 tahun. Altematif lain adalah penggunaan garam
terfortifrkasi dengan DEC selama 1 tahun; 2). Meringankan beban penderia
(contoh: kontrol morbiditas). Untuk mengurangi beban akibat penyakit
diperlukan edukasi untuk meningkatkan kewaspadaan pada pasien yang
mengalami infeksi. Dengan edukasi ini diharapkan pasien akan
meningkatkan higiene lokal sehingga mencegah episode inflamasi akut.
Prognosis
Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien
pindah dari daerah endemik. pengawasan daerah endemik tersebuidapat
dilakukan dengan pemberian obat, serta pemberantasan vektomya. pada
kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, prognosis lebih buruk.

FILARIASIS MALAYI
Penyebab adalah filariasis Btugia malayi.
Lingkungan Hidup
Manusia merupakan hospes defrritif. periodisitas mikrofilaria B. matayi
adalah periodik nokturna, subperiodik nokturna, atau nonperiodik.
Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk khas ini, tidak
senyata periodisitas W.bancrofti. Sebagai hospes perantara adalah
Mansonio, Anopheles, dan Amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria
tumbuh menjadi larva infeksitf dalam waktu 6-12 hai.Ada peneliti yang
menyebutkan bahwa masa pertumbuhannya di datam nyamuk kurang
lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh
manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan
perkembangan W. bancrofti.
Epidemiologi
Penyebaran geograhs parasit ini luas meliputi Srilangka, Indonesia, Filipina,
India Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan sebagian kecil di Jepang. Daerah
penyebarannya terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup
nyamuk Mansonia. Nyamuk terdapat di daerah rendah dengan banyak
kolam yang bertanaman pistia (suatu tumbuhan air). penyakit ini terdapat
di luar kota bila vektomya adalah Mansonia, dan bila vektomya adalah
Anopheles terdapat di daerah kota dan sekitamya.
Patogenesis dan Gejala Klinis
Parasit seperti W. bancrofti akan menimbulkan limfangitis dan
elephantiasis. B. malayi berbeda dengan W. bancrofti dalam hal pasien
dengan gejala filariasis yaitu mempunyai jumlah mikrofrlaria yang lebih
tinggi dibanding pasien yang tidak mempunyai gejala. Di Malaysia dengan
perbandingan sampai 5 kali. Filariasis malayi khas dengan adanya
limfadenopati superfisial dan dengan eosinofilia yang tinggi (7-70%).
Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala ktinis filariasis timori.
Gejala klinis kedua penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis
filariasis bankrofti. Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan
gejala peradangan saluran dan kelenjar timfe, yang hilang timbut berulang
kali. Limfadenitis biaianya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi
dan peradangan ini sering timbul setelah penderita bekeda berat di ladang
atau sawah. Kadang-kadang peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar
ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograd,
yang bersifat khas untuk {ilariasis.
Peradangan pada saluran limfe ini dapat menjalar ke daerah sekitamya
dan menimbulkan infilhasi pada seluruh paha atas. pada stadium ini
tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala
limfedema. Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul, pecah
menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini, bila sembuh meninggalkan
bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupakan salah satu gejala
obyektif filariasis limfatik. Selain itu pembesaran kelenjar limfe ini dapat
juga ditihat sebagai tali yang memanjang yang merupakan salah satu tanda
lain yang penting untuk filariasis malayi.
Hal lain yang penting dari filariasis malayr ini adalah sistem limfe alat
kelamin tidak pernah terkena, berbeda dengan filariasis bankrofti. Kecuali
kelenjar limfe inguinai, kelenjar limfe lain di bagian medial tungkai, di
ketiak, dan di bagian medial lengan juga sering terkena. pada filariasis
brugia, elefantiasis hanya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau
kadang-kadang lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara
tidak pemah terkena, kecuali di daerah filariasis brugia yang bersamaan
dengan filariasis bankroft i.
Diagnosis
Diagnosis pada Iilariasis malayi sama seperti diagnos is pada W bancrofti.
Namun pada filarialis malayi, pemeriksaan imunologis tidak dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya mikrofilaria. Selain itu pemeriksaan
radiologis juga jarang ditakukan pada filariasis malayi.
Pengobatan
Prinsip pengobatan pada filariasis malayi hampir sama dengan pengobatan
pada W. bancrofti. Pada filariasis malayi diberikan DEC dengan dosis 6
mg/KgBB/hari selama 6 hari. Ada kepustakaan lain yang menyebutkan
bahwa DEC diberikan dengan dosis 5 mg/KgBB,&ari selama l0 hari.
Untuk pengobatan masal, pemberian dosis standar dan dosis tungga1
tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka
padang (100 mgiminggu selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2-0,4%
selama 9-12 bulan. Pencegahan terhadap vektor ini dengan cara
memberantas vektor nyamuk tersebut dan menyingkirkan lanaman pistia
stratiotes dengan Fenoxoilen 30 gram merupakan obat murah dan
memuaskan terhadap tumbuhan air ini.
FILARIASIS TIMORI
Penyebab adalah filaria tipe timori.
Epidemiologi
Filaria tipe ini terdapat di Timor, pulau Rote, Flores, dan beberapa pulau
di sekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan keterrjar limfe.
Vektomya adalah A n op heles b arb iro s tis. Mikrofllarianya menyerupai
mil<tofIraia Bru gia malayi, yuu lekuk badannya patah-patah dan susunan
intinya tidak teratur, perbedaannya terletak dalam : 1). panjang kepala
sama dengan 3 x lebar kepala;2). Ekomya mempunyai 2 inti tambahan,
yang ukurannya lebih kecil daripada inti-inti lainnya dan letaknya lebih
berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti tambahan B. malayi;
3). Sarungnya tidak mengambil wama pulasan Giemsa;4). Ukurannya
lebih panjang daripada mikrofilaria Brugia malayi. Mikrofilaria bersifat
periodik nokturna1.
Gejala Klinis, Dlagnosis dan Pengobatan
Gejala klinis, diagnosis dan pengobatan filariasis timori menyerupai
B. malayi.

REFERENSI
Brown WHO. Dasar Parasitologi Klinis. 1969. Diterjemahkan pribadi dkk.
1983.
David HL, Edison JFB. Filariasis in Portugese Timor with observation on a
new microfilaria found in man. An Trop Med parasit i965;59:193.
David Addis, Gerusa Dreyer. Treatment of lymphatic filariasis. In :
Lyrnphatic Filariasis.London: Imperial College press; 2000. p1 5 1 -99.
Eric A Ottesen. Filariasis. In: Paul WE, ed. Fundamental Immunology.
Philadelphia:Lippincott-Raven, 1999. Section 6.Chapter 30;p1-6.
Felix Partono, Agnes Kurniawan. Wucheria Bancrofti. Dalam : parasitologi
Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2000; h35-39.
Felix Partono, Agnes Kurniawan. Brugia malayi dan brugia timori. Dalam :
Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai penerbit FKUI. Jakarta.
2000; h40-41.

Anda mungkin juga menyukai