Anda di halaman 1dari 38

Asuhan KepeRawataN

Klien Gangguan
Kelenjar Paratiroid
Ns. Musdalifah Hanis, S.Kep. CWCCA

Pendahuluan
Kelenjar paratiroid berjumlah empat,
terletak di belakang (posterior) kelenjar
tiroid.
Kelenjar ini menghasilkan hormon
paratiroid (parathormon atau PTH).
Sekresi hormon ini tidak dikendalikan oleh kelenjar tiroid
namun langsung oleh mekanisme umpan balik negatif. Jika
kadar kalsium menurun, lebih banyak parathormon
dihasilkan.
Sebaliknya jika kadar kalsium naik, sekresi hormon ini
berkurang.
Ada dua jenis sel pada kelenjar paratiroid: sel oksifil dan
sel prinsipal (utama). Sel oksifil lebih besar dan tidak
diketahui fungsinya. Sel prinsipal menghasilkan dan
menggetahkan parathormon.
Kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6
milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya dua
millimeter dan memiliki gambaran
makroskopik lemak coklat kehitaman. Secara
normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada
manusia, yang terletak tepat dibelakang
kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior
kelenjar tiroid dan dua di kutub inferior.
Anatomi Kelenjar Endokrin
(kelenjar paratiroid)
Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon
paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang
bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin
mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium
plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar
kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium
rendah.
Lanjutaan.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada
tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium
pada usus halus, sebaliknya menghambat
reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari
tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik
sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis
kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)

Fungsi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid mengatur kadar
serum kalsium tubuh dan berfungsi
mengendalikan kecepatan, metabolisme
tulang. Vitamin D dan kalsitonin juga
mempengaruhi metabolisme kalsium.
Vitamin D diperoleh dari makanan
sehari-hari dan juga disintesis oleh kulit.

Parathormon mengatur konsentrasi ion
kalsium dalam darah cairan ekstraseluler
dengan cara mengatur :
1. Absorbsi kalsium dari usus
2. Eksresi kalsium oleh ginjal
3. Pelepasan kalsium dari tulang
ASKEP KLIEN
HIPERPARATIROIDISME

A. Definisi
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan
dimana kelenjar-kelenjar paratiroid
memproduksi lebih banyak hormon paratiroid
dari biasanya. Pada pasien dengan
hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar
paratiroid yang tidak normal dapat membuat
kadar hormon paratiroid tinggi tanpa
mempedulikan kadar kalsium. dengan kata
lain satu dari keempat terus mensekresi
hormon paratiroid yang banyak walaupun
kadar kalsium dalam darah normal atau
meningkat.
Hiperparatiroidisme adalah gangguan
mineralisasi tulang dan kelemahan otot
akibat tingginya kadar hormon paratiroid di
dalam darah.
B. Etiologi
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer
disebabkan oleh adenoma tunggal.
Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai
kelenjar (contoh berbagai adenoma atau
hyperplasia). Biasanya herediter dan
frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya.
hormon paratiroid yang berlebihan maka
penyerapan tulang meningkat sehingga kadar
kalsium dalam darah tinggi disertai oleh kadar
fosfat serum yang rendah. Sehingga dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah.
Hiperplasia paratiroid sekunder : keempat kelenjar
membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar
paratiroid dan hiperfungsinya adalah mekanisme
kompensasi yang dicetuskan oleh retensi fosfat
dan hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit
ginjal kronis. Osteomalasia yang disebabkan oleh
hipovitaminosis D.



C. Gambaran Klinis
1. Fraktur patologis multipel
2. Kifosis tulang belakang dan fraktur
kompresi vertebra
3. Kelemahan dan kelelahan karena
kalsium serum yang tinggi
menyebabkan penurunan eksitabilitas
saraf dan otot

D. Perangkat Diagnostik
1. Pemeriksaan serum akan memperlihatkan
peningkatan kadar kalsium serum (> 12 mg/dl;
normal 8,6-10,5 mg/dl)
2. Kadar fosfat serum akan rendah (< 2,0 mg/dl; normal
2,5-4,5 mg/dl)
E. Komplikasi
1. Dapat terbentuk batu kalsium di ginjal sehingga
terjadi peradangan ginjal
2. Dapat terjadi kelainan elektrokardiogram, termasuk
kontraksi ventrikel prematur (PVC) dan takikardia
sinus, yang berkaitan dengan efek tingginya
kalsium serum pada depolarisasi otot jantung
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan bergantung pada penyebab dan
keparahan penyakit
2. Dapat diberikan fosfat oral
3. Obat-obat spesifik untuk mengobati
hiperkalsemia, termasuk steroid dan
diuretik yang mengeluarkan kalsium, dapat
diberikan
4. Mungkin diperlukan eksisi kelenjar paratiroid
secara bedah

PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Informasi kesehatan yang penting
b. Riwayat kesehatan yang lalu :
Defesiensi vitamin D ; malabsorbsi ;
malnutrisi ; gagal ginjal kronik
c. Pengobatan Pengobatan gagal ginjal akut
d. Pembedahan atau pengobatan yang lalu :
radiasi kepala dan leher sebelumnya
2. Data Objektif
a. General: apaty
b. Integumentary : Moist skin, nekrosis kulit
c. Cardiovaskuler : hipertensi, arrytmia
(khususnya bradikardia)
d. Neurologic Drowsiness, mental lambat,
confusi, delirium, koordinasi yang kurang,
hiperaktif pada refleks tendon dalam
e. Muskuloskeletal : fraktur, tonus otot
menurun.

B. Diagnosa Keperawatan
Lampiran
C. Intervensi Keperawatan
Lampiran
D. Implementasi Keperawatan
Lampiran
E. Evaluasi
sesuai dengan kriteria hasil setiap diagnosa
keperawatan
ASKEP KLIEN DENGAN
HIPOPARATIROID
A. Definisi
Hipoparatiroidisme adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat akibat rendahnya kadar
hormon paratiroid di dalam darah.
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari
produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat.
Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya
sering sering disebabkan oleh kerusakan atau
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi
ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara
congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik
tidak dapat diketahui.
B. Etiologi
1. Tiroidektomi
2. Paratiroidektomi atau diseksi
radikal leher
3. Atrofi kelenjar paratiroid (jarang
dijumpai)

C. Patofisiologi
Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh
defesiensi parathormon yang mengakibatkan
kenaikan fosfat darah dan penurunan kalsium
darah. Tanpa adanya parathormon akan terjadi
penurunan absorpsi intestinal kalsium dari
makanan dan penurunan reabsorpsi kalsium dari
tulang dan di sepanjang tubulus renalis.
Penurunan eksresi fosfat melalui ginjal
menyebabkan hipoposfaturia, dan kadar serum
yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria.

D. Manifestasi Klinik
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem
neuromuskular dan turut menimbulkan gejala
utama berupa tetanus. Tetanus merupakan
hipertonia otot yang menyeluruh disertai
tremor dan kontraksi spasmodik atau tak
terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa
upaya untuk melakukan gerakan volunter.
untuk melakukan gerakan volunter, pada
tetani laten terdapat gejala mati rasa,
kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan
keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan
dan kaki,
Pada tetanus yang nyata, tanda-tanda
mencakup bronkospasme, spasme laring,
spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta
pergelangan tangan dan ekstensi sendi
karpofalangeal), fotofobia, aritmia jantung
serta kejang, gejala lainnya mencakup
ansietas, iritabilitis, depresi dan bahkan
delirium, dapat juga terdapat perubahan
pada EKG dan hipotensi.


F. Penatalaksanaan
1. Tujuan terapi menaikkan kadar kalsium serum
sampai 9 hingga 10 mg/dl (2,2 hingga 2,5
mmol/L dan menghilangkan gejala
hipoparatiroidisme dan hipokalsemia.
2. Pemberian kalsium glukonas apabila terjadi
hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi.
3. Pemberian preparat parathormon untuk
hipoparatiroidisme akut dan tetani, tapi sudah
jarang dilakukan karena menimbulkan reaksi
alergi. Preparat ini hanya diberikan pada klien
dengan hipokalsemia akut.


4. Menciptakan lingkungan yang tenang
seperti bebas dari suara bising,
hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya
yang terang dan gerakan yang mendadak.
5. Siapkan trakeostomi atau ventilasi
mekanik bersama-sama dengan obat
bronkodilator jika klien mengalami
gangguan pernapasan

Terapi Hipoparatiroidisme Kronik
1. Diet tinggi kalsium dan rendah posfor.
2. Hindarkan makanan yang mengandung
tinggi posfor seperti susu, dan kuning
telur. Berikan tablet oral garam seperti
kalsium glukonat.

.3. Berikan makanan suplemen seperti gel
aluminium hidroksida atau aluminium
karbonat diberikan sesudah makan untuk
mengikat posfat dan meningkatkan
eksresinya lewat traktus gastro intestinal
4. Berikan vitamin D2 (ergokalsiferol) dan
vitamin D3 (kolekalsiferol)

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Tanda-tanda tetani (kaku pada jari-jari dan
mulut, hipertonik pada otot, dan kram pada
otot)
2. Karpopedal spasme (penomena
trousseaus)
3. Pemeriksaan tanda chvostek

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kulit kering
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, kelelahan, nyeri otot, kram
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
perubahan personal dan psikis dan kerusakan
memori

4. Managemen regimen terapi yang tidak efektif
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mengenai tanda dan gejala defesiensi kalsium,
makanan suplemen yang mengandung kalsium
tinggi, dan masalah yang kronik
5. Risiko komplikasi : aritmia
6. Risiko komplikasi : tetani
C. Intervensi Keperawatan
1. Perawatan pasien pasca operatif yang
menjalani tiroidektomi, paratiroidektomi dan
diseksi radikal leher diarahkan kepada deteksi
tanda-tanda dini hipokalsemia dan antisipasi
tanda-tanda tetanus, kejang serta kesulitan
pernapasan.
2. Kalsium glukonat disediakan di samping
tempat tidur klien bersama dengan peralatan
yang diperlukan untuk penyuntikan intravena.
Jika klien mengalami masalah jantung,
potensial mengalami aritmia atau menggunakan
obat digitalis, maka pemberian kalsium
glukonat harus dilakukan dengan hati-hati.
3. Kalsium dan digitalis akan meningkatkan
kontraksi sistolik, dan lebih lanjut kedua
preparat ini saling menimbulkan potensiasi.
Keadaan ini dapat menyebabkan aritmia
jantung yang fatal. Sebagai konsekuensinya
klien jantung memerlukan pemantauan
jantung yang kontinu dan pengkajian yang
cermat.;

4. Aspek penting dalam asuhan keperawatan
adalah mengajarkan klien tentang terapi
medik dan diet. Klien perlu mengetahui alasan
mengapa asupan kalsiumnya harus tinggi
sementara asupan posfatnya rendah. Klien
juga harus mengenali gejala-gejala
hipokalsemia dan segera laporkan kedokter
jika gejala-gejala ini timbul

D. Evaluasi
1. Tidak terjadi komplikasi penyakit
2. Mengenal tanda dan gejala
hipoparatiroidisme
3. Mengontrol kadar kasium secara periodik


teRimaKasih...
C...U...Next Materi
Kul...
selaNjutNya..

Anda mungkin juga menyukai