Anda di halaman 1dari 23

1 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya
diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan
mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola
makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan)
sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan
malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%)
dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis
bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan
Chrons Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori (H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI)
tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah
terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksi Helicobacter pylori
ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di
Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak
nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu
aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau
sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat
pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
2 | P a g e

Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah
dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan
tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan
gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang
mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
























3 | P a g e

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada
daerah tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan
kronik (Hirlan, 2001 : 127).
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer)
dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak
orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan
pengobatan.
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik
adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah.
Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung
terutama pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan
yang paling sering ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala
klinis.

2.2 Jenis-jenis Gastritis
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna (Hirlan,2001:127).
4 | P a g e

Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung akibat diit sembrono (Brunner
dan Suddarth,2001: 1062). Sedangkan menurut Silvia.A. Price dan M. Wilson
(1995) Gastritis superfisial akut merupakan penyakit yang biasa ditemukan
biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung
terhadap berbagai iritan lokal.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang dapat disebabkan oleh
ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory.
(Brunner dan Suddart 2001 : 1062)
Sedangkan menurut Hirlan (2001;127), bahwa Gastritis kronik apabila infiltrasi
sel-sel radang yang terjadi pada lamina ploria dan daerah intra epitel terutama
terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel-sel plasma.

2.3 Penyebab Gastritis
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian
kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung
makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong,
maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi
dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke
lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding
5 | P a g e

lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif
asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :

a) Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut
dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan
seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang
diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah
dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar
orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain
yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain
tidak.


6 | P a g e

b) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan
cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
c) Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
d) Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dangastritis.
e) Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
f) Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada
orang tua.

7 | P a g e

g) Crohn's disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis
pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-
gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan)
tampak lebih menyolok daripada gejala-gejalagastritis.
h) Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar
akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
i) Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-
lemakbdalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah ototsphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan
mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
j) Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.





8 | P a g e

2.4 Gejala Gastritis
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan
tanda tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala
tersebut antara lain :
a) Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan
b) Mual
c) Muntah
d) Kehilangan selera
e) Kembung
f) Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
g) Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual
dan sakit pada erut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang
secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut
bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian
orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal
ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada
lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau
terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit
pencernaan dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya,
menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
Gastroenteritis.
Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya terjadi akibat
infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau
muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering
hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus
menerus.
9 | P a g e

Heartburn.
Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini
biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan
masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan
dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan terasa
sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.
Stomach ulcers.
Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan parah, maka
hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach
(peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam
lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah
ketika malam hari atau lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach
ulcers mempunyai beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori.
Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
Nonulcer dyspepsia.
Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada penyakit tertentu.
Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak
mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat
mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan
mual.


2.5 Patofisiologi

1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia.
10 | P a g e

Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak
ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh
darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa
akibat erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah pendarahan.

2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori.
Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui
oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala
(asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter pylori dapat bertahan di
perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang
terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus
duabelas jari. Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada
di lambung.
Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang berbentuk
spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat minim.
Bakteri Helicobacter pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung
dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi oleh Helicobacter
pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi
rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk.
11 | P a g e

Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka
Helicobacter pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung
melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida yang spesifik
dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri
ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA.
Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui
berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengubahan fungsi endolisosom,
peningkatan permeabilitas parasel, pembentukan pori dalam membran plasma,
atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).
Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dan
mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai dengan komplikasi
pendarahan dan pembentukan lubang-lubang. Peradangan kronis pada bagian
distal lambung meningkatkan produksi asam lambung dari bagian badan atas
lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih besar di
usus duabelas jari.
Pada beberapa individu, Helicobacter pylori juga menginfeksi bagian badan
lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang lebih luas
yang tidak hanya mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga
kanker lambung. Kanker lambung merupakan kanker penyebab kematian kedua di
dunia.
Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus
tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma
MALT (mucosa associated lymphoid tissue, jaringan limfoid yang terkait dengan
lendir). Infeksi Helicobacter pylori berperan penting dalam menjaga
kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat merosot saat bakteri-bakteri itu
dibasmi dengan antibiotik.
Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan
diri di lingkungan lambung. Hanya sebagian kecil individu terinfeksi berkembang
menjadi penyakit lambung. Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam
dan galur-galurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan ke lendir
lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan.
12 | P a g e

Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori tidak
identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan diri terhadap
perubahankondisi-kondisi di lambung.
Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan
produksi asam lambung, tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri
dan peradangan kronis lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren
menunjukkan bahwa penyakit tukak lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri
dibasmi dari lambung dengan antibiotik.
Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan
masalah serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena
itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien yang
tidak mengalami tukak lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi.

2.6 Pengobatan Gastritis
Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi
lambung. Dalam banyak kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak membutuhkan
perawatan medis. Tapi jika terdapat gejala-gejala gastritis yang terjadi secara
terus menerus selama seminggu atau lebih, segera temui dokter. Dan pastikan
untuk menginformasikan semua yang anda rasakan terutama bila anda merasakan
sakit setelah meminum obat-obat bebas seperti aspirin atau yang lainnya.
Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui
dokter untuk menemukan penyebabnya.
Screening dan diagnosa
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
13 | P a g e

b. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteriH. pylori atau
tidak.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua
jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih
jelas ketika di ronsen.





14 | P a g e

2.7 Komplikasi dan terapi
a) Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic
ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada
sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.
pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding
lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

b) Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus
yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.


Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi
atau menetralkan asam lambung seperti :
a. Anatsida.
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.

15 | P a g e

b. Penghambat asam.
Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
c. Penghambat pompa proton.
Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara
menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat
pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa-pompa
ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H.
pylori.
d. Cytoprotective agents.
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang
melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate
dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu
sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan
ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga
menghambat aktivitas H. pylori.

Terapi terhadap H. Pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang
paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa
proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi
untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan
efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi
dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
16 | P a g e

Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan
feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah
tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif
selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri
tersebut sudah hilang

2.8 Pencegahan Gastritis
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa
saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
a. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
b. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
c. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti
merokok.
d. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
e. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan
melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak
dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif
17 | P a g e

dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan
relaksasi yang cukup.
f. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS,
obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
g. Ikuti rekomendasi dokter.




















18 | P a g e

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGANGASTRITIS DI RUMAH SAKIT

3.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor resikoRiwayat garis perama keluarga tentang
gastritis
Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung Perokok berat
Pemajanan pada stres emosi kronis
2. Pengkajian fisik Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 3 setelah makan dan sering
disertai dengan mual dan muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul,
sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan
merokok dan stres emosi. Penurunan berat badan Perdarahan sebagai
hematemesis dan melena bila berat
3. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit
4. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif
5. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres
danpersepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATA
1. Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi
gastik
2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan
tentang proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan
program pengobatan
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah
makan , anoreksia, mual, muntah
19 | P a g e

3.3 RENCANA KEPERAWATA
Kriteria klien akan :
1. Melaporkan gejala ketidaknyamanan dengan segera
2. Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dalam respon terhadap rencana
pengobatan
3 .4 Intervensi
DX Kep 1
1. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorit dan awitan nyeri
2. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat, bloker H2 sesuai pesanan
3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan
rileks
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi subtansi pengiritasi misalnya makanan
gorengan, pedas, kopi
5. Ajarkan tehnik diversional untuk reduksi stres dan penghilang nyeri
6. Nasehati klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alkohol
7. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandungkafein,
bila ada indikasi
8. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisal kecuali bila dianjurkan
dokter
9. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat tidak
nyeri sekalipun

Dx Kep. 2.
Kriteria : Berkaitan dengan perencanaan pemulangan, rujuk pada rencana
pemulangan
Intervensi:
1. Jelaskan patofisiologi penyakit gastritis menggunakan terminologi dan media
yang tepat untuk tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Jelasskan perilaku yang dapat diubah atau dihilangkan untuk mengurangi resiko
kekambuhan:
20 | P a g e

a. penggunaan tembakau,
b. masukan alkohol berlebihan,
c. makanan dan minuman yang mengandung kafein,
d. jumlah besar produk yang mengandung susu.
3. Jika klien dipulangkan dengan terapi antasid, ajarkan hal-hal berikut:
a. kunyah tablet dengan baik dan minum segelas air, untuk meningkatkan
absorbsi
b. minum antasid 1 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan
lambung
c. berbaring selama 1/2 jam setelah makan untuk memperlambat
pengosongan lambung
d. Hindari antasid tinggi natrium ( misal: gelusil, amphojel, mylanta ),
masukan natrium berlebuhan memperberat rettensi cairan dan
meningkatkan takanan darah
4. Diskusikan tentang pengobatan lanjut bahkan saat tidak ada gejala
5. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan gejala
ini : Feces merah hitam ,Muntahan berdarah / hitam Nyeri epigastrik menetap,
Nyeri abdomen berat dan tiba-tiba Konstipasi, Mual dan muntah menetap
Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Rujuk ke sumber komunitas, bila ada indikasi( misal : program penghentian
merokok, minum alkohol, penatalaksanaan stres)
Dx/ Kep. 3.
Kriteria: mempertahankan masukan makanan yang adekuat
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi pasien: diit, pola makan, makanan yang dapat
menjadi pencetus rasa nyeri
b. Kaji riwayat pengobatan pasien: aspirin, steroid, vasopressin
c. Pantau tanda-tanda vital / 4 jam
d. Pantau masukan dan haluaran
e. Pertahankan lingkungan tampa stress
f. Berikan diit dalam jumlah kecil dan sering
g. Pantau keefektifan / efek samping obat
21 | P a g e

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual
dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang
secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut
bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian
orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan
mengiitasi mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh
bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori)
menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke
bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).

4.2 Saran
Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang
masuk ke tubuh agar tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab
yang lain yang dapat menimbulkan gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat
maka produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung
menjadi asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh karena itu
disarankan untuk tidak menyepelekan stres tersebut.
22 | P a g e

Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih
berhati-hati terhadap makanan maupun faktor lain yang menyebabkan resiko
infeksi pada lapisan lambung.





























23 | P a g e


DAFTAR PUSTAKA

http://healthlink.mcw.edu, Gastritis, David A. Severance, MD
http://en.wikipedia.org, Gastritis
http://www.gicare.com, Gastritis, Jackson Siegelbaum Gastroenterology
http://digestive.niddk.nih.gov, Gastritis, National Digestive Diseases Information
Clearinghouse
http://lecturef.wordpress.com/2011/03/23/gastritis/
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 . Jakarta:
EGC.Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai