Eksekusi pemberian hukuman mati yang di tayangkan di tv
Opening sesion berlaku untuk pro dan kontra
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang eksekusi hukuman mati ada baiknya kita mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan eksekusi hukuman mati. Yang di maksud dengan eksekusi disini sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia adalah 1 pelaksanaan putusan hakim; pelaksanaan hukuman badan peradilan, khususnya hukuman mati: yg terhukum sudah menjalani -- nya; 2 penjualan harta orang krn berdasarkan penyitaan. Sedangkan eksekusi hukaman mati adalah pelaksanaan hukuman langsungyang berupa membunuh atau membuat orang kehilangan nyawanya atas dasar kesalahan yang telah dilakukannya. Sesuai tema kita kali ini eksekusi hukuman mati umumnya bentuk hukuman tertinggi yang dilaksanakan atas dasar kesalahan berat yang dilakukan oleh seseorang. Di Indonesia sendiri hukuman mati dilakukan kepada mereka pelaku terorisme, sednagkanpada masa orde baru di dominasi oleh para politisi yang opisisi pada pemerintah. Esensi dari pemberian hukuman mati adalah efek jera yang timbul di masyarakat setalah pelaksanaan. Di Negara yang tingkat kriminalitas tinggi eperti amerika hukuman mati hanya di terapkan pada teroris atau seseorang yang secara langsung mengancam keamanan Negara. Di Indonesia sendiri hal ini masih dianggap tabu, menimbulkan pro dan kontra. Apa yang menjadi akar permasalahan adalah nilai hukuman dan penerapan yang sejalan bagaimana suatu tindakan dianggap berat dan dianggap dapat di maafkan? Pro---sesi 1 Hukuman mati di Indonesia bisa dibilang masih cukup kecil dibandingkan dengan Negara lain,,, tapi taukah jika tindak kejahatan yang dilakukan adlaah yang terbesar? Di Indonesia penerima hukuman mati adalah mereka pelaku teroris.. hanya itu padahal di Negara lain, membunuh, korupsi atau memperkosa masuk kategori hukuman mati. Hal ini menjadikan kesadaran akan hokum di Indonesia kecil masyarakat secara sadar tahu bahwa hokum bisa dibeli.. ini menjadi masalah utama tingginya tingkat kejahatan, korupsi atau lainny di Indonesia Saya rasa kita setuju suatu tindakkan kejahatan harus mendapat pelajaran yang setimpal dan memberikan efek jera bukan hanya pada pelaku juga pada masyarakat agar sadar bahwa esensi penerapan hukum jelas.. Hukuman mati adalah hukuman yang jarang diberikan di Indonesia tetapi memilikiefek jera yang luas kepada masyaraat. Saya secara tegas menyatakan setuju jika eksekusi hukuman mati yang dilaksanakan di tayangkan secara luas di media massa. Hal ini untuk memberikan efek jera, kesadaran , dan penerapan mindset pada masyarakat mengenai nilai suatu tindakkan. Dan apa akibatnya pada diri sendiri dan masyarakat
Kontra sesi -1 Studi ilmiah secara konsisten gagal menunjukkan adanya bukti yang meyakinkan bahwa hukuman mati membuat efek jera dan efektif dibanding jenis hukuman lainnya. Survey yang dilakukan PBB pada 1998 dan 2002 tentang hubungan antara praktik hukuman mati dan angka kejahatan pembunuhan menunjukkan, praktik hukuman mati lebih buruk daripada penjara seumur hidup dalam memberikan efek jera pada pidana pembunuhan. Dukungan hukuman mati didasari argumen di antaranya bahwa hukuman mati untuk pembunuhan sadis akan mencegah banyak orang untuk membunuh karena gentar akan hukuman yang sangat berat. Jika pada hukuman penjara penjahat bisa jera dan bisa juga membunuh lagi jika tidak jera,pada hukuman mati penjahat pasti tidak akan bisa membunuh lagi karena sudah dihukum mati dan itu hakikatnya memelihara kehidupan yang lebih luas. Dalam berbagai kasus banyak pelaku kejahatan yang merupakan residivis yang terus berulang kali melakukan kejahatan karena ringannya hukuman. Seringkali penolakan hukuman mati hanya didasarkan pada sisi kemanusiaan terhadap pelaku tanpa melihat sisi kemanusiaan dari korban sendiri,keluarga, kerabat ataupun masyarakat yang tergantung pada korban. Lain halnya bila memang keluarga korban sudah memaafkan pelaku tentu vonis bisa diubah dengan prasyarat yang jelas Sejak 1973, 123 terpidana mati dibebaskan di AS setelah ditemukan bukti baru bahwa mereka tidak bersalah atas dakwaan yang dituduhkan kepada mereka. Dari jumlah itu 6 kasus pada tahun 2005 dan 1 kasus pada tahun 2006. Beberapa di antara mereka dibebaskan di saat-saat terakhir akan dieksekusi. Kesalahan-kesalahan ini umumnya terkait dengan tidak bekerja baiknya aparatur kepolisian dan kejaksaan, atau juga karena tidak tersedianya pembela hukum yang baik. Hal ini sudah sering terjadi di dunia termausk di Indonesia mudahnya kata hukuman mati di ajukan menjadikan nilai hukuman ini dianggap paling efektif bagi masyarakat padahal tidak. Jika esensi hukuman mati di publikasikan secara luas . akan muncul kekhawatiran akan efek sampaing yang diterima oleh keluarga pelaku, masyarakat ataupun generasi muda.. Akan adanya penghinaan, pengucilan, kepada keluarga pelaku.. akan adanya pola piker masyarakat bahwa suatu tindakan yang menyalahi aturan adalah aib dan harus di hukum mati.. contohnya kasus pembunuhan kehormatan di Pakistan adanya generasi muda yang apatuis takut bereaksi atas suatu gejala karena adanya hukuman yang keras..
Point untuk pro Hukuman mati harus dilakukan dan disiarkan secara umum karena akan menimbulkan efek jera pada pelaku dan pembelajaran kepada masyarakat Hukuman mati jika hanya di gaungkan tanpa ada pembuktian jelas akan menjadikan masyarakat ragu kan ketegasan hukum Hukuman mati akan menjadi symbol masyarakat yang taat disiplin dalam berprilaku dan juga mendidik anak mereka Hukuman matiakan meningkatkan kesadaran hukum di masayarakt Hhendaknya pelaksanaan hukuman mati dilakukan tertutup tapi disiarkan pada media lokal pada jam tertentu hal iniuntuk menghindari salah pemahaman pada anak usia dini jika tidak di damping oleh orang tua Point untuk kontra Hukuman mati bukan hukuman yang pantas di publikasikan secara luas karena efek yang akan diterima akan sangat luas,.. akan timbul kebencian, penghinaan dan ketakutan yang luas pada masyarakat nantinya Pada generasi mua akan melahirkan generasi muda yang takut berekspresi atau menentang pemerintah karena efek dari hukuman mati itu sendiri Akan muncul konflik kepercayaan dan harga diri di masyarakat. Tuntutan akan kebersihan rekam jejak dan segalanya yang mengarah pada perpecahan dan SARA Jikaditerapkan ini akan menjadi masalah nasional akan muncul ketidak percayaan kepada pemerintah,,, rasa tidak suka,,, bahkan akan mengarah pada demo atau bahkan lebih buruk
Ini bahan debat temen yang temanya sama ambil yg kamu perlukan
PRO Pembicara pertama Perlu diketahui oleh kita bersama terlebih dahulu fungsi dilakukannya hukuman adalah sebagai alat untuk memaksa agar peraturan ditaati dan siapa yang melanggar diberi sanksi hukuman sehingga terwujudnya rasa kesejahteraan dan keamanan bagi masyarkat. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2259119-fungsi-dan-tujuan-hukuman/#ixzz2LUmmYmMn Percumalah aturan dibuat bila tidak ada sanksi yang diterapkan bila aturan itu dilanggar karena tidak ada efek jera atau pengaruh bagi si pelanggar aturan tersebut. Sehingga kami sangatlah yakin kalau hukuman mati itu sangat diperlukan karena selain dapat memberi efek cegah dan rasa takut bagi orang lain untuk tidak melakukannya pelanggaran. Dan juga dapat memberikan rasa aman dan terlindung bagi setiap orang. sesuai dengan Pasal 28 G UUD 1945 yang berbunyi setiap orang berhak atas perlindungan. Bagaimana mungkin rasa aman & terlindung itu dapat terjadi, bila si pelaku kejatahan tersebut masih diberi kesempatan di dunia ini. Pasal 28 G UUD 1945 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. **) Dalam beberapa pendapat yang kami dapat di salahsatu forum beralamatkan indonesiaindonesia.com bahwa Hukuman mati itu melanggar hak asasi manusia seperti yang tertera pada pasal 28 A UUD 1945 yang berbunyi: Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Tetapi di pasal 28 G UUD 1945 juga jelas tertera bahwa manusia berhak untuk mendapatkan perlindungan. Contohnya perlindungan dari kejahatan narkoba dan terorisme yang dapat tiba-tiba mengancam nyawanya. Dalam hal yang seperti ini asas kepentingan umum sangat harus ditegakan menyampingkan kepentingan khusus atau pribadi. logikanya seperti ini bila 1000 (seribu) Orang terancam nyawanya karena hanya seorang teroris melakukan tindak kejahatan terorisme untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Dan sekarang apakah Anda rela akan tetap berpendapat kalau 1000 orang yang terancam nyawanya tadi meninggal sia-sia tanpa tau kesalahannya demi hanya mementingkan kepentingan khusus untuk menyelamatkan nyawa si teroris tersebut? Kami dari tim pro sangat jelas untuk mengatakan Hukuman mati pantas diberikan kepada teroris tersebut karena si pelaku ini selain telah melanggar hak hidup dan juga hak atas perlindungan setiap orang.juga telah mengganggu keamanan, ekonomi, pariwisata serta mengganggu & mengancam stabilitas Negara yang berdampak luas bagi masyarakat. Dari data yang kami dapatkan 5 peristiwa besar terorisme di Indonesia dari tahun 2002 yaitu : Bom bali 2002, JW marriot, kedubes Asutralia, Bom Bali 2005, Bom Cirebon 2011. Telah menewaskan 248 Jiwa tewas dan 486 orang jiwa luka-luka. Sangatlah adil menjatuhkan hukuman mati terhadap satu orang teroris yang telah membunuh ratusan jiwa orang. agar tidak terjadinya korban- korban lainnya lagi, Oleh sebab itu pelaku harus di Hukum mati dan harus dicari otak dari permasalahan ini agar tindakan-tindakan seperti ini tidak terjadi lagi. dan dapat terciptanya hal-hal yang termuat dalam UUD 1945 pasal 28 G dan juga dapat melindungi masyarakat luas. 1. Bom Bali tahun 2002 Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I) terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Aksi ini merupakan rangkaian tiga pengeboman di lokasi yang berbeda di Bali. Dua ledakan pertama terjadi di Paddys Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan yang terakhir di Konsulat Amarika Serikat. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka.
2. Bom JW Marriott 2003 Catatan kelam kembali menimpa Indonesia di tahun 2003. Sebuah bom meledak dan menghancurkan sebagian Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Indonesia. Bom meledak sekitar pukul 12.45 WIB dan 12.55 WIB pada Selasa, 5 Agustus 2003. Sebanyak 12 orang tewas dan 150 orang cedera. Ledakan ini merupakan aksi bom bunuh diri.
3. Bom Kedubes Australia 2004 Ledakan besar terjadi di depan Kedutaan Besar Australia, kawasan Kuningan, Jakarta. Bom meledak pada tanggal 9 September 2004 silam. Aksi teror ini merupakan rentetan serangan terorisme yang ditujukan terhadap Australia. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas, versi petugas Indonesia 9 orang, sementara versi Australia 11 orang tewas.
4. Bom Bali 2005 Untuk yang kedua kalinya, aksi teror di Pulau Dewata, Bali kembali terjadi pada 1 Oktober 2005. Ledakan bom berada di R.AJAs Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di Nyoman CafeJombaran. Meski lebih kecil dari bom Bali pertama, peristiwa ini menewaskan 22 orang dan 102 orang mengalami luka-luka.
5. Bom Cirebon 2011 Sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di Masjid Mapolresta Cirebon saat Salat Jumat pada 15 April 2011 silam. Berbeda dari aksi lainnya, bom bunuh diri ini ditujukan untuk menyerang Polisi. Tercatat ada 25 orang mengalami luka-luka dan menewaskan satu pelaku. Meski berhasil meminimalisir korban jiwa, aksi terorisme di Indonesia hingga kini masih belum bisa dicegah. Pasukan khusus anti-teror hingga kini belum bisa melacak pergerakan para gembong teroris yang terus berpindah-pindah. Bahkan, saat ini aksi teror sudah mulai mengincar oknum polisi.
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/10/inilah-5-kasus-terorisme-yang-heboh-di-indonesia/ Copyright CiriCara.com
Pembicara kedua Soal hukuman mati ini, Mahkamah Konstitusi pernah memutuskan bahwa hukuman mati yang diancamkan untuk kejahatan tertentu dalam UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika tidak bertentangan dengan UUD 1945. Hukuman mati tidak bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh UUD 1945, karena konstitusi Indonesia tidak menganut asas kemutlakan hak asasi manusia (HAM).
Hak asasi yang diberikan oleh konstitusi kepada warga negara mulai dari pasal 28A hingga 28I Bab XA UUD 1945, dibatasi oleh pasal 28J, bahwa hak asasi seseorang digunakan dengan harus menghargai dan menghormati hak azasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial.
Pandangan konstitusi itu, ditegaskan juga oleh UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM yang juga menyatakan pembatasan hak asasi seseorang dengan adanya hak orang lain demi ketertiban umum. Jadi sama sekali tidak ada yang bertentangan dengan konstitusi mengenai masalah Hukuman mati ini. Bahkan Ketua Sub Komisi Pengkajian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Soelistyowati Soegondo ia berpendapat bahwa hukuman mati sejalan dengan Pasal 28J ayat (2) UUD 1945. Sehingga dengan sangat jelas hukuman mati dapat dilakukan dan tidak bertentangan dengan konstitusi. Dan perlu diketahui oleh kita bersama hukuman mati dimaksudkan bukan hanya untuk memberikan efek jera bagi pelaku juga untuk memberi efek psikologis dan shock therapy bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan lagi. Oleh karena itu kami sangatlah yakin bila hukuman mati dapat mengurai tingkat kejahatan seperti halnya data yang kami dapatkan Fakta membuktikan, bila dibandingkan dengan negara-negara maju yang tidak menerapkan hukuman mati, Arab Saudi yang memberlakukan hukum Islam dan hukuman mati memiliki tingkat kejahatan yang rendah. Berdasarkan data United Nations Office on Drugs and Crime pada tahun 2012, misalnya, tingkat kejahatan pembunuhan hanya 1,0 per 100.000 orang. Bandingkan dengan Finlandia 2,2, Belgia 1,7 dan Russia 10,2 tingkat kejahatan. Dari data ini dapat dilihat, efek cegah dari hukuman mati berpengaruh bagi orang yang ingin melakukan kejahatan seperti korupsi, narkotika, tindak kejahatan lainnya. *28 J ayat 2 UUD 1945 Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Pembicaran ketiga Negatif bila hukuman mati dihapus 1. Kejahatan akan meningkat karena tidak takut dijatuhi hukuman yang berat. 2. Biaya yang dikeluarkan lebih besar untuk hukuman penjara seumur hidup. 3. Akan ada rasa tidak aman dalam hidup rakyat karena takut akan penjahat yang berkeliaran diantara mereka. 4. Keadilan tidak diterapkan dengan baik karena tidak ada pembalasan yang setimpal bagi kejahatan berat seperti pembunuhan.
Positif bila hukuman mati tetap di jalankan 1. Kejahatan yang tidak dapat ditoleransi dengan uang atau apapun di dunia ini bisa terbalaskan. 2. Mencegah banyak orang untuk membunuh atau berbuat kejahatan berat lainnya karena gentar akan hukuman yang sangat berat. 3. Pembunuh yang sudah dieksekusi bisa dipastikan tidak membunuh lagi sehingga tidak memakan korban lainnya. 4. Menegakkan harga nyawa manusia yang mahal dan hanya bisa dibayar dengan nyawa sehingga seseorang tidak dapat seenaknya membunuh orang lain. 5. Kebencian dan rasa takut terhadap pelaku kejahatan akan hilang karena penjahat telah dieksekusi. 6. Biaya yang dikeluarkan lebih sedikit daripada hukuman penjara seumur hdup. 7. Penyelidikan akan kasus akan lebih teliti karena tidak mau salah eksekusi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Ketua Sub Komisi Pengkajian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Soelistyowati Soegondo mengatakan bahwa eksekusi hukuman mati terhadap enam orang terpidana mati tidak bertentangan konstitusi. Bahkan, ia berpendapat bahwa hukuman mati sejalan dengan Pasal 28J ayat (2) UUD 1945. Lies mengatakan bahwa setiap orang dalam menjalankan hak dan kebebasannya wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta peghormatan atas hak orang lain. Serta, untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat. "Jadi, apa yang telah tertuang dalam UUD 1945 juga tertuang pula pembatasan-pembatasan yang dikemukakan dalam amandemen kedua UUD 1945. Dengan demikian, sepanjang hukuman mati itu masih dicantumkan dalam undang-undang positif kita, maka tentunya tidak dapat dihindari adanya hukuman mati tersebut," ucapnya saat Rapat Kerja antara Komnas HAM dengan Komisi II di Gedung DPR, pada Senin (17/02). Dukungan terhadap eksekusi para terpidana mati juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi II dari F-TNI/Polri, Abdul Rahman Gaffar. "Hukuman mati itu asal dilakukan sesuai dengan prosedur hukum tidak ada masalah. Saya sebagai orang Islam, hukuman mati itu ada. Kalau di Makkah, diterapkan hukum qishash. Kalau dia membunuh, maka hukumannya juga dibunuh," cetusnya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh anggota Komisi II dari F-Reformasi, Patrialis Akbar. Ia mengatakan bahwa hukuman mati sebaiknya tidak cuma diterapkan terhadap para pengedar narkoba dan pelaku pembunuhan berencana, tetapi juga terhadap para koruptor. Pandangan Fagan ditepis Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN), I Made Mangku Pastika. Pernyataan Fagan dinilai bukan hasil penelitian atau survei, melainkan pandangan dan pendapat pribadi. Menurut Pastika, tujuan penghukuman bukan hanya persoalan pada efek jera. Masih ada persoalan keadilan, masalah melindungi bangsa dan negara, dan baru kemudian soal menimbulkan efek jera atau tidak. Kontra Pembicara pertama Perlu kita ketahui bersama Sampai sekarang ini tidak ada yang bisa membuktikan kalau efek jera dari hukuman mati dapat mengurangi tingkat kejahatan (Pengacara senior Todung Mulya Lubis,tibunnews.com), seperti yang di katakan oleh Jeffrey A. Fagan. Professor of Law and Public Health dari Columbia Law School (www.law.columbia.edu) beliau berpendapat bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan hukuman mati menimbulkan efek jera terhadap pelaku contohnya kejahatan narkotika. Terlihat jelas di Indonesia yang juga menerapkan hukuman mati pada para tindak kejahatan narkotika seperti yang tertera pada UU NOMOR 22 TAHUN 1997
Menurut data yang kami peroleh dari Survei Badan Narkotika Nasional sejak tahun 2009, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 adalah 1,99 persen dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun atau sekitar 3,6 juta orang. Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan narkoba semakin meningkat menjadi 2,21 persen atau sekitar 4,02 juta orang. Bahkan Pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan meningkat menjadi 2,8 persen atau sekitar 5 juta orang. Dari data Badan Narkotika Nasional ini terlihat jelas bila tingkat kejahatan penyalahgunaan narkotika semakin menigkat walaupun Hukuman mati diterapkan, Jadi semakin jelas kalau efek jera atau efek cegah dari hukuman mati itu tidak terbukti.
Banyak yang kami temui para pendukung hukuman mati di forum-forum social media internet beralasan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh pelaku sudah terlalu besar dan telah banyak mengganggu & merusak masyarakat seperti kejahatan narkoba, terorisme.
Tapi ingat!, hukuman mati tidak akan membuat masalah yang dibuatnya kembali menjadi normal kembali. Masih banyak cara untuk menjatuhkan hukuman kepada pelaku kejahatan ini misalnya hukuman seumur hidup, atau bahkan hukuman kumulatif hingga ratusan tahun seperti yang dilakukan di banyak negara contohnya Amerika. Dan bukan dengan untuk mengambil hak hidup mereka karena itu menentang Pasal 28 A UUD 1945 yang menjelaskan Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dan juga bertentangan dengan Deklarasi Universal of Human Rights.
Pembicara kedua
Sudah menjadi rahasia umum bila hukum belum tentu mencapai keadilan lalu bagaimana nasib orang-orang yang tidak bersalah tetapi tetap divonis dengan hukuman mati seperti yang terjadi di Amerika serikat pada tahun 1989 silam, seorang bernama carlos deluna divonis mati oleh Pengadilan Texas, Amerika Serikat dengan perbuatan yang tidak dilakukannya dan lebih parahnya lagi carlos deluna terbukti tidak bersalah setelah puluhan tahun setelah ia di hukum mati. Bagaimana pun tidak ada manusia yang bisa benar-benar memutuskan perkara dengan adil, oleh karena itu kami dari tim kontra tetap konsisten kalau Hukuman Mati tidak boleh diterapkan.
Apalagi di Indonesia yang telah Sudah menjadi rahasia umum bahwa jika berurusan dengan polisi, maka orang yang melaporkan kehilangan ayam harus siap kehilangan sapi. Orang yang ingin mendapat vonis ringan harus menyuap hakim, atau orang yang ingin mendapat dakwaan ringan harus menyuap jaksa. Dari situ jelas bahwa pengadilan Indonesia mustahil menghasilkan keputusan yang bersih dari kesalahan. Tidak mungkin pengadilan yang korup menghasilkan vonis yang adil. Kita sering merasa ironis melihat pejabat yang terbukti korupsi milyaran rupiah hanya dijatuhi hukuman yang sangat ringan. Sementara mereka yang ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
tidak bisa menyewa pengacara yang baik dan tidak punya status ekonomi memadai mendapat hukuman berlipat ganda lebih berat. Kita tidak pernah melihat hukuman mati dijatuhkan kepada para pejabat atau penegak hukum misalnya. Vonis mati selalu diterapkan kepada orang yang tidak punya pengaruh sosial ekonomi yang tinggi. Ini semakin meneguhkan keyakinan kami untuk menentang hukuman mati.
Pada isi Hak Asasi Manusia & Pancasila sudah tertera jelas bila hukuman mati dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang terdalam yakni hak untuk hidup dan tidak ada satupun manusia di dunia ini mempunyai hak untuk mengakhiri hidup manusia lain meskipun dengan atas nama hukum atau negara, apalagi Indonesia menganut dasar Falsafah Pancasila yang menghormati harkat dan martabat manusia serta berke-Tuhanan, karena yang paling berhak mencabut nyawa mahluk hidup hanya Tuhan.
TEXAS - Eksekusi mati dari Carlos DeLuna oleh Pengadilan Texas, Amerika Serikat (AS) pada 1989 silam berbuntut panjang. Ternyata lewat penyelidikan independen ditemukan bahwa pihak pengadilan salah memvonis hukuman mati atas DeLuna.
Penemuan ini meruntuhkan ucapan dari Antonin Scalia, salah satu dari hakim di Mahkamah Agung AS yang beberapa tahun lalu dengan bangganya mengatakan, tidak ada kesalahan dari vonis mati atas seorang tersangka pelaku kejahatan.
Tetapi, Scalia sepertinya harus menarik ucapannya tersebut. Sekarang jelas ditemukan bahwa ada seseorang yang telah dieksekusi mati atas kejahatan yang tidak dilakukannya, dan namanya ada Carlos DeLuna.
Penyelidikan selama bertahun-tahun oleh Profesor James Liebman bersama dengan 12 mahasiswanya menghasilkan temuan yang mengejutkan. Ternyata ada Carlos DeLuna bukanlah pelaku pembunuhan brutal seorang perempuan pada 4 Februari 1983 silam.
"Ini benar-benar kesalahan besar. Kami menemukan bahwa semua hal (vonis) itu keliru," ujar Profesor Libmen, seperti dikutip Guardian, Selasa (15/5/2012).
DeLuna yang saat ditangkap masih berusia 20 tahun. Dia bersikeras bahwa dirinya tidak merasa bersalah atas tuduhan yang diarahkan padanya. Dirinya justru mengetahui siapa pelaku pembunuhan sebenarnya, yakni pria yang bernama Carlos Hernandez.
Hernandez sendiri diketahui memiliki perawakan yang sama dengan DeLuna dan keduanya saling mengenal selama 5 tahun sebelum aksi pembunuhan tersebut. Mereka tinggal di wilayah Corpus Christi di Texas.
DeLuna mengatakan dalam pengadilan, dirinya bertabrakan dengan Hernandez yang saat itu sudah melakukan aksi pembunuhan. Dirinya pun mengakui, ia terpaksa lari dari kejaran polisi karena merasa takut.
Tetapi pihak pengadilan tidak mengindahkan kesaksian DeLuna, polisi yang ditugaskan untuk mencari Hernandez tidak bisa menemukan apapun. Mereka bahkan bersikeras nama Hernandez adalah buatan yang diutarakan DeLuna untuk menyelamatkan diri.
Namun tim bentukan Profesor Leibman memang ada pria bernama Carlos Hernandez. Dua bulan sebelumDeLuna dieksekusi mati, bahkan Hernandez mendekam di penjara selama 10 tahun setelah mencoba melakukan pembunuhan terhadap seorang perempuan bernama Dina Ybanez.
Tetapi tidak ada seorang pun yang mencoba memperingatkan pihak Pengadilan Texas tentang Hernandez ini. Pada akhirnya, DeLuna pun menjalani eksekusi mati dari kejahatan yang tidak pernah dilakukannya sama sekali.