Anda di halaman 1dari 1

HARDI PELUKIS JAWA TIMUR

Sejak tahun 1970 hidup di Ubud, Bali melukis bersama W. Hardja, Anton Huang, kemudian
kuliah di Akademi Seni Rupa Surabaya.
Antara 1971 - 1974 Hardi kuliah di STSRI ASRI Yogyakarta, berlanjut tahun 1975 - 1977
kuliah di De Jan Van EYC Academie di Maastricht, Belanda. Dalam bidang senirupa Hardi
berguru kepada Daryono, Fadjar Sidik, Widayat, Prof. Hans Seur, Prof. Pieter De Fesche,
Nyoman Gunarsa, dan Drs. Sudarmadji.
Tanggal 5 Desember 1978 merupakan babak sejarah bagi Hardi. Saat itu dia ditangkap dan
meringkuk di tahanan Laksusda Jaya, karena lukisan foto dirinya, berukuran 60 x 30 cm,
dengan pakaian jendral berbintang dan bertajuk Presiden tahun 2001, Soehardi. Pamasangan
foto dirinya di tengah pemerintah represif dan militeristik Orde Baru merupakan protes dan
perlawanan, sekaligus tantangan kepada penguasa. Namun, berkat campur tangan Wakil
Presiden Adam Malik saat itu, Hardi dibebaskan.
KaryaMemiliki kepribadian terbuka, dan blak-blakan, kadang meledak-ledak - seorang
kolektor dan pengamat karyanya menandai perubahan karya lukis Hardi di era 1970 - 1980an
yang banyak mengekspos masalah sosial, dan menjadi pencetus Gerakan Seni Rupa Baru
yang fenomenal, menjadi karya-karya yang teduh, meski tetap dengan sapuan yang galak.
Karyanya dikoleksi Keluarga Cendana, menteri-menteri kabinet Orde Baru dan Orde
Reformasi, tokoh-tokoh nasional, kalangan pengusaha, dan rekan-rekan seniman, selain
lembaga-lembaga bergengsi seperti Museum Purna Bhakti Pertiwi, Balai Senirupa DKI,
Dinas Kebudayaan DKI, TIM, LBH, Wisma Seni Nasional, Bentara Budaya, PT. Coca Cola
Museum Neka Ubud - Bali, Yayasan Pengembangan Bisnis Indonesia, dll.
"Saya melukis setelah 26 tahun tak punya konsep baku. Saya melukis semau saya, menuruti
kata hati. Semoga karya saya ada manfaatnya bagi kehidupan. Insya Allah!" Itulah catatan
otentik Hardi.

Anda mungkin juga menyukai