Anda di halaman 1dari 12

36 | B T H

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi di bidang pertanian demikian pesat, sehingga
mereka yang tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tidak akan
memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang
dilakukannya. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang
layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh
semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor
industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin
tidak kompetitif karena tingginya harga lahan.
Double Transplating merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan
bedengan atau guludan. Selain itu perludilakuka metode persemaiaan terlebih
dahulu untuk menambah presentase tumbuh pada setia jenis komoditu yang
akan di tanam. Pada dasarnya double transplating dilakukan untuk
menumbuhkan dua jenis tanaman, khususnya tanaman hortikultura pada satu
luas bidang lahan yang sama. Untuk keuntungan double transplanting salah
satunya adalah untuk menghasilkan produksi tanaman yang lebih besar
dibandingkan pola penanaman yang lain.maka dari itu, double transplanting
sangat sesuai dilakukan pada lahan yang kurang luas, tapi untuk keinginan
produksi dari tanaman yang lebih besar dan meningkat.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
1. Mengetahui keuntungan dan kelemahan bercocok tanam secara double
transpanting
2. Dapat menjelaskan dan menerapkan cara-cara bercocok tanam secara doable
transplanting
37 | B T H

1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu praktikan dapat Menelaah
cara yang baik dalam memahami sistem double transplanting dan dapat
mengamati pertumbuhan tomat dan cabai yang menggunakan teknik
transpanting






















38 | B T H

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hortikultura
Tanaman hortikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran,
bungabungaan dan obat-obatan) mendapat perhatian besar dari pemerintah.
Terbukti tanaman hortikultura dimasukkan ke dalam subsektor tanaman
pangan, sehingga sekarang ini ada subsektor tanaman pangan dan
hortikultura. Tanaman hortikultura mendapat perhatian besar karena telah
membuktikan dirinya sebagai komoditi yang dapat dipakai sebagai sumber
pertumbuhan baru di sektor pertanian (Soekartawi, 1996).
Hortikultura merupakan kegiatan budidaya tanaman dalam skala yang
lebih padat modal, padat tenaga kerja, dan lebih intensif, karena mutu hasil
merupakan tujuan akhir dari suatu budidaya tanaman.Walaupun begitu,
budidaya hortikultura akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit.
Komoditas hortikultura mencakup komoditas buah, sayur, tanaman hias,
dan tanaman obat.
Produk hortikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dari
produk agronomi. Komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan
masih hidup atau masih segar, perisibel, dan mempunyai kandungan air
yang tinggi. Contoh komoditas hortikultura seperti sawi, kangkung, tomat,
cabai, jambu, dan sebagainya.
Dalam budidaya hortikultura, karakteristik tanaman harus diketahui.
Contohnya tomat tidak cocok pada tempat yang tergenang air, sawi tidak
cocok pada tanah yang terlalu sering ditanami. Hal ini diperlukan agar
didapatkan produk akhir yang optimal. Selain itu dalam budidaya
hortikultura juga harus diperhitungkan jenis varietas yang cocok dan unit
lapang yang akan di berikan.



39 | B T H

2.2 Double Transplanting
2.2.1 Tanaman Cabai
Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai
termasuk kedalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran
yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai
macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al.
(2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk
menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar
antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung
Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker
(Kilham 2006).
Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas
sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena
memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat
kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam
mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang
cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang,
namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri
lambung. (Anonim 2013).
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan
(Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran
rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung
vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin,
40 | B T H

yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila
digunakan untuk rempahrempah (bumbu dapur). (Herpanas 2010)

2.2.2 Tanaman Tomat

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman tomat
termasuk kedalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum lycopersicum

Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius,
terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya.Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan
disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang
baik atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien
(Kartapradja dan Djuariah, 1992).
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang
cukup.Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang
sedikit.Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat
menyebabkan daya tumbuh benih rendah.Curah hujan yang idealselama
pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun.
Curah hujan tidak menjadi factor penghambat dalam penangkaran benih
tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari air
irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik
hasilnya. iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun,
tetapi bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul
41 | B T H

penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim
kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat
pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran). Walaupun tomat tahan
terhadap kekeringan, namun tidak berarti tomat dapat tumbuh subur
dalam keadaan yang kering tanpa pengairan.Oleh karena itu baik di
dataran tinggi maupun dataran rendah dalam musim kemarau, tomat
memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan
produksinya (Rismunandar, 2001).
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,
latosol, ultisol, dan grumusol.Namun demikian, tanah yang paling ideal
dari jenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi, serta mudah mengikat air (porous).Jenis
tanah berkaitan dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam
tanah.Ketersediaan oksigen penting bagi pernapasan akar yang memang
rentan tehadap kekurangan oksigen.Kadar oksigen yang mencukupi di
sekitar akar bisa meningkatkan produksi buah.Oksigen di sekitar akar
bisa juga meningkatkan penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan besi
(Redaksi Agromedia, 2007). Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman
tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-
6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus,
serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai waktu
tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).










42 | B T H

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Tabulampot ini dilakukan di lahan Praktikum Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar pada setiap
hari Jumat, pukul 15-30 WITA yang berlangsung sejak bulan Oktober
Desember 2013

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunkan pada praktikum tabulmpot yaitu :
Bahan : bibit cabai, bibit tomat, air, tanah
Alat: Cangkul, Ember, Patok, Meteran, Tali rapia

3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum Double Transpalnting ini yaitu :
1. Menyiapkan bibit cabai dan bibit tomat
2. Menanam bibit pada bedengan dengan merobek polybag yang
digunakan untuk menanam benih agar tanah dari pembibitan ikut
kedalam bedengan
3. Menyiram tanaman tanaman yang telah di tanaman agar tidak
kekurangan air.











43 | B T H

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Selma praktikum Double Transplanting dapat diperoleh hasil pada tanaman
bayam dan Cabai sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data pengukuran tinggi tanaman tomat
Tanaman Minggu I Minggu II
Tomat 1 9 cm 12,5 cm
Tomat 2 8,6 cm 13,3 cm
Tomat 3 7 cm 10,2 cm
Tomat 4 5,7 cm 8,5 cm
Sumber : Data primer 2013.

Tabel 1.2 Data pengukuran jumlah tangkai tanaman tomat
Tanaman Minggu I Minggu II
Tomat 1 5 cm 7 cm
Tomat 2 4 cm 6 cm
Tomat 3 4 cm 6 cm
Tomat 4 4 cm 6 cm
Sumber : Data primer 2013.

Tabel 1.3 Data pengukuran tinggi tanaman cabai
Tanaman Minggu I Minggu II
Cabai 1 4,4 cm 6 cm
Cabai 2 4 cm 5,4 cm
Cabai 3 3,8 cm 5 cm
Cabai 4 3,5 cm 4,2 cm
Sumber : Data primer 2013.

Tabel 1.3 Data pengukuran tinggi tanaman cabai
Tanaman Minggu I Minggu II
Cabai 1 4 cm 4 cm
Cabai 2 4 cm 4 cm
Cabai 3 4 cm 4 cm
Cabai 4 4 cm 4 cm
Sumber : Data primer 2013.




44 | B T H

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang di peroleh pada table tabel di atas dapat di tarik
pembahasan bahwa pada pola tanaaman Double Transplanting yang
menggunakan tanaman Tomat di peroleh tinggi tanaman Tomat 9 cm , 8,6 cm
, 7 cm , dan 5,7 cm dan pada Tanaman Cabai 4,4 cm , 4 cm , 3,8 cm , dan 3,5
cm. dari hasil tersebut dapat menunjukkan pertumbuhan tanaman cabai dan
tomat tidak terlalu signifikan.
Dari hasil yang diperoleh juga dapat di tarik kesimpulan pada proses
pertanaman double transplanting juga di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu
internal dan eksternalnya hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim 2013) yang
menyatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan ada 2, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor
internal. Faktor Eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari luar, meliputi: nutrisi, suhu, cahaya, air, kelembaban,
oksigen, dll. Faktor Internal adalah faktor dari dalam, meliputi: gen dan
hormon.















45 | B T H

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil tersebut adalah :
Double transplanting merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan
dua jenis tanaman dalam pemanfaatan bedengan
Adapun factor eksternal dan internal yang dapat memacu pertumbuhan
tanaman dengan pola trans planting

5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada ini yaitu bagaimana asisten dapat
memberikan pengarahan yang lebih jelas kepada praktikan.dan lahan yang
digunakan memiliki unsur hara yang baik dan lingkungan yang tidak tercemar.


























46 | B T H

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Agriculture science. [Online] 30 Oktober 2013. [Dikutip:
16 Desember 2013.] http://www4.schoolnet.lk/edusoft/agriculture/
Anonim, 2013. Budidaya Hortikultura
(http://souraeidaheni.blog.com/2012/06/29/tugas-manpro-budidaya-
hortikultura-salsabila-farm-yogyakarta/).Diakses pada 16 Desember
2013.
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 1995. cacai dan
Lada. Penebar Swadaya. Jakarta.














47 | B T H

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai