Anda di halaman 1dari 9

1

UJI KEMAMPUAN Bacillus megaterium MENYERAP LOGAM BERAT MERKURI



THE ABILITY TEST OF MERCURY BIOSORPTION BY Bacillus megaterium

Muhammad Badjoeri
Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Raya Jakarta-Bogor KM 46 Cibinong Bogor 16911
Telp: 021.8757071, Fax: 021.8757076, E-mail: mbadjoeri@yahoo.com

ABSTRACT
Heavy metal biosorption from medium can be implemented with bioremoval by
biosorption process. In this research, isolate Bacillus megaterium was cultured in Nutrient Broth
(NB) medium containing 10, 15 and 20 mg/l of mercury. The test of mercury concentration in
medium were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The growth pattern
of B. megaterium be a standard where inoculum for treatment then used 8 hours incubated culture.
Its the culture has been entering a logarithmic growth phase (2,87x10
7
cfu/ml) and its duration
until 12 hours incubated was the fastest growth phase (= 3,102 / hour). B. megaterium isolate has
ability an absorption of Hg in all treatment medium, that is in 10, 15 and 20 mg/l Hg with
efficiency continuely 99,58, 99,13 dan 99,58%. Its high of biosorption (>98%) showed B.
megaterium is potential bioremoval agent.

Keywords : Biosorption, Isolate Bacillus megaterium, Mercury (Hg) and AAS.

A. PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan penduduk, perkotaan dan industri
menyebabkan limbah yang mengandung logam berat semakin meningkat. Limbah industri
adalah salah satu sumber pencemar yang paling banyak mengandung logam berat, karena
industri banyak menggunakan senyawa-senyawa atau unsur yang mengandung logam berat, baik
sebagai bahan baku, katalisator maupun sebagai bahan tambahan (Rai et al. 1981, ATSDR
1999). Logam berat merupakah bahan pencemar berbahaya karena sifatnya yang tidak dapat
didegradasi (non degradable) oleh mikroorganisme hidup di lingkungan, sehingga terakumulasi
di lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama
bahan organik dan anorganik secara proses kimiawi (Djuangsih et al. 1982).
Merkuri (Hg) salah satu dari jenis logam berat yang pada kosentrasi tertentu merupakan
unsur pencemar (polutan) berbahaya bagi kehidupan organisme dan berdampak negatif bagi
kesehatan manusia (Wild, 1995). Menurut Vouk (1986) logam berat apabila terakumulasi didalam
tubuh organisme dapat menghambat kerja enzim sehingga proses metabolisme terganggu, bahkan
dapat jadi pemicu dan penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia.
Beberapa jenis mikroorganisme (bakteri) diketahui mempunyai kemampuan mereduksi
atau menyerap logam berat (Bourquin, 1990). Pendekatan ini yang dijadikan dasar untuk
pengembangan penelitian bioremoval dengan memanfaatkan kemampuan aktivitas metabolisme
bakteri. Berbagai biomassa mikroba dapat digunakan untuk tujuan ini (Suhendrayatna 2001).
Bioremoval lebih efektif dibanding dengan proses ion exchange dan reverse osmosis dalam
kaitannya dengan sensitifitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam
berat lainnya, serta lebih baik dari proses pengendapan (sedimentation) bila dikaitkan dengan
kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya (Widle & Benemann
2
1993). Oleh karena itulah kajian mengenai bioremoval perlu terus dikembangkan dalam upaya
untuk menangani permasalahan kontaminasi logam berat di lingkungan, terutama pada sistem
perairan.
Bourquin, (1990) mengembangkan bioremoval dengan menggunakan bakteri indigenous
yang diisolasi dari perairan tercemar. Menurut Zeroual et al. 2001 dalam De Jaysankar (2004) &
Satchanska et al. (2005) beberapa jenis bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai agen bioremoval
untuk menyerap logam berat, di antaranya dari genus Pseudomonas, Leptotrix, Klebsiella,
Citrobacter dan Bacillus. Jenis dari Pseudomonas dan Bacillus adalah paling resisten terhadap
logam berat di lingkungan (Satchanska et al. 2005). Wagner-Dobler et al., (2000) melaporkan
beberapa jenis dari seperti Pseudomonas putida, Pseudomonas stutzeri dan Pseudomonas fulva
dapat digunakan dalam proses bioremoval logam merkuri (Hg) secara in vitro. Sedangkan Cheung
& Dong-Gu (2005) melaporkan bakteri Bacillus megaterium strain TKW3 hasil isolasi dari
sedimen air laut yang terkontaminasi logam berat mampu mereduksi logam berat khrom (Cr) dan
resisten terhadap logam Cr, Se dan As secara in vitro.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri Bacillus
megaterium menyerap logam Hg pada konsentrasi tertentu.

B. METODE

Penelitian di lakukan pada bulan Juli s/d Oktober 2007 di Laboratorium Mikrobiologi dan
Laboratorium Hidrokimia Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Isolat bakteri Bacillus megaterium di
isolasi dari perairan Sungai Cisadane-Tangerang, Banten. Media pertumbuhan bakteri yang
digunakan adalah nutrient agar(NA) dan nutrien broth (NB) dengan komposisi media : 0,3g
ekstrak daging, 0,5g bakto pepton dan 1,5g bakto agar. Media NB dibuat dengan komposisi yang
sama tanpa bakto agar, media disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121
o
C,
tekanan 1 atm (Cappuccino & Sherman, 1983). Analisa logam Hg menggunakan metoda AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometry) Hiranuma Hg-310 Mercury Analyzer.
Isolat murni bakteri B. megaterium di uji kemampuannya dalam menyerap (biosorpsi) ion
logam Hg dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 10, 15 dan 20 mg/l. Perlakuan percobaan yaitu
media yang mengandung logam Hg sesuai dengan konsentrasi perlakuan dan diinokulasikan
bakteri (dengan kepadatan populasi 10
3
upk/ml), sedangkan kontrol yaitu media yang
mengandung logam Hg sesuai dengan konsentrasi perlakuan tanpa diinokulasikan bakteri.
Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan (triplo).
Larutan standar logam Hg dengan konsentrasi 1000 mg/L dikonversi dengan metode
pengenceran sehingga didapatkan larutan Hg uji dengan konsentrasi 10 mg/l, 15 mg/l dan 20
mg/l. Selanjutnya masing-masing larutan Hg uji dimasukan kedalam erlenmeyer dengan volume
total sebesar 40 ml (Tabel 1), dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2.

Tabel 1. Perlakuan Pemberian Kultur Inokulum kedalam media uji


No
Perlakuan (mg/l) Inokulum Bakteri (ml) Larutan Logam Hg (ml)
1
10
4 0,4
2
15
4 0,6
3
20
4 0,8

Kontrol
Media NB yang ditambahkan larutan logam Hg sesuai
masing-masing perlakuan, tanpa inokulum bakteri
3
Pengamatan pola pertumbuhan B. megaterium dilakukan untuk mengetahui waktu
pertumbuhan yang optimum dan masa inkubasi terbaik (t
x
) yang dapat menunjukkan kecepatan
pertumbuhan sel tertinggi persatuan waktu (jam). Kecepatan pertumbuhan () bakteri dihitung
berdasarkan rumus (Fardiaz, 1988):
N0 = jumlah sel awal/ ml
N = jumlah sel/ml setelah waktu t
t0 = waktu awal
t = waktu akhir

Sebanyak satu ose dari koloni B. megaterium diinokulasikan ke dalam 50 ml media NB
dalam erlenmeyer, lalu dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 24 jam pada
shaker dengan kecepatan putaran 100 rpm (stok kultur). Selanjutnya sebanyak 20 ml stok kultur
dimasukan ke dalam 180 ml media NB steril kemudian diukur nilai kerapan optik (Optical
Density, OD) sel-selnya dengan panjang gelombang () 600 nm menggunakan spektrofotometer.
Penghitungan jumlah sel bakteri dihitung dengan metode TPC (Total Plate Count) dan teknik
spread plate pada cawan petri (triplo) untuk mengetahui jumlah unit pembentuk koloni/ml setelah
diinkubasi selama 0, 4, 8, 12, 16, 20 dan 24 jam (Rhodina 1972, Cappuccino & Sherman 1983).
Pengukuran kemampuan biosorpsi logam Hg oleh Bacillus megaterium dilakukan dengan
menyaring sampel bakteri dengan menggunakan kertas saring (Whattman 0,2 m) untuk
memisahkan filtrat dengan biomassa bakteri. Filtrat sebanyak 10 ml ditampung dalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes HNO
3
pekat. analisa konsensentrasi logam Hg
menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophothometry (AAS). Pengukuran konsentrasi
logam Hg dilakukan setelah bakteri diinkubasi selama 24 jam.
Filtrat yang diperoleh dari hasil pemisahan biomassa bakteri diukur konsentrasi logam Hg-
nya untuk mengetahui konsentrasi logam Hg yang tidak terserap oleh B. megaterium (yang tersisa
di dalam media). Perbedaan konsentrasi logam awal dengan konsentrasi akhir merupakan
konsentrasi logam Hg yang terserap oleh B. megaterium (Hancock 1996). Karena kisaran
konsentrasi Hg dalam sampel perlakuan dan sampel kontrol sekitar 10, 15 dan 20 mg/l, maka
sebelum sampel diukur konsentrasinya pada AAS dilakukan proses digest dan dilution
(pengenceran). Proses dilution dilakukan agar sampel dapat diukur dalam satuan nano gram/l.
Proses pemanasan yaitu menggunakan autoklaf selama 30 menit. Penghitungan jumlah logam Hg
yang terserap berdasarkan metode Csuros (Csuros & Csuros 2002), yaitu :



Co = konsentrasi awal logam Hg dalam larutan (mg/l)
Ceq = konsentrasi akhir logam Hg dalam larutan (mg/l)
Cb = jumlah logam Hg yang terserap (mg/l)

Setelah mengetahui konsentrasi logam Hg yang tidak terserap oleh B. megaterium dan
konsentrasi akhir logam Hg dalam media kontrol maka dilakukan pengukuran efisiensi biosorpsi
oleh bakteri (Joshi, 2003) :




CeqK = konsentrasi akhir logam Hg dalam media kontrol (mg/l)
CbP = jumlah logam Hg yang tidak terserap pada perlakuan (mg/l)
Cb = Co - Ceq
R = Ceq K CbP x 100%
Ceq K
2,303 ( log N log N0)
t t0
=
4
C. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Pengamatan pola pertumbuhan bakteri B. megaterium pada awal inkubasi memperlihatkan
laju pertumbuhan yang relatif lambat (2,15 x 10
6
cfu/ml sampai 2,87 x 10
7
cfu/ml. Pertumbuhan
sel bakteri meningkat tajam setelah masa inkubasi 8 12 jam, dan pertumbuhan sel bakteri
tertinggi terjadi setelah 12 inkubasi, yaitu 1,73 x 10
9
cfu/ml dan setelah melampaui masa inkubasi
12 jam pertumbuhan sel bakteri mengalami penurunan (Gambar 1). Fase pertumbuhan stasioner
bakteri tidak teramati karena setelah 12 jam inkubasi pertumbuhan sel bakteri sudah menurun
tajam, dengan interval sampling adalah 4 jam. Setelah >12 jam inkubasi diperkirakan
pertumbuhan populasi bakteri telah memasuki fase kematian.

















Gambar 1. Pola pertumbuhan Bacillus megaterium selama 24 Jam
Kecepatan pertumbuhan bakteri sejak awal inkubasi sampai puncak pertumbuhan
diperlihatkan pada Tabel 1. Inokulum untuk perlakuan selanjutnya digunakan kultur yang
berumur 8 jam. Kultur yang berumur 8 jam merupakan kultur yang sedang memasuki fase
eksponensial, yaitu pertumbuhan cepat dan durasinya sampai jam ke 12 masa inkubasi, dengan
kecepatan pertumbuhan () 3,102 sel/ jam.

Tabel 1. Kecepatan pertumbuhan Bacillus megaterium selama 12 jam

Waktu inkubasi
(jam)
Kecepatan Pertumbuhan Sel Bakteri ()
(sel/jam)
0 4 2,564
4 - 8 0,048
8 - 12 3,102

Pertumbuhan populasi bakteri B. megaterium pada fase log sampai exponensial (inkubasi
pada 0 12 jam) dengan kerapatan optik (OD) nya menunjukkan korelasi positif
(y = 1.4965Ln(x) + 3.5738; r = 0.96), (Gambar 2.). Dengan demikian pembuatan inokulum untuk
pengujian dapat menggunakan hasil pengukuran OD pada umur kultur dengan kecepatan
0,215
2,79
2,87
23,1
2,38
2,35
173
0
50
100
150
200
0 4 8 12 16 20 24
Lama Inkubasi (Jam)
P
o
p
u
l
a
s
i

(
c
f
u
/
m
l


x

1
0
7
)
5
pertumbuhan tertinggi (8-12 jam). Pertumbuhan B. megaterium selama 24 jam memperlihatkan
kecenderungan pola pertumbuhan eksponensial (y = 0.1038e
5.2414x
; r = 0.82), (Gambar 3).
173
0,215
2,79
2,87
y = 0,0992e
6,2304x
R
2
= 0,8659
0
50
100
150
200
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
OD 600 nm
P
o
p
u
l
a
s
i

b
a
k
t
e
r
i

x

1
0

7

(
c
f
u
/
m
l
)
Populasi (cfu/ml) Expon. (Populasi (cfu/ml))

Gambar 2. Korelasi antara populasi bakteri dengan kerapatan optik (OD)
Bacillus megaterium pada Fase Log pada inkubasi selama 12 jam

















Gambar 3. Korelasi antara populasi bakteri dengan kerapatan optik (OD)
Bacillus megaterium pada inkubasi selama 24 jam

Berdasarkan data tersebut diatas memperlihatkan pertumbuhan populasi bakteri terus
meningkat mulai dari 0 sampai 12 jam inkubasi dan setelah memasuki >12 jam inkubasi
pertumbuhannya menurun, begitu pula dengan nilai ODnya. Hal tersebut menunjukan antara
pertambahan jumlah sel bakteri berhubungan dengan nilai ODnya.
Pada penelitian ini ditemukan adanya kemampuan media bakteri (bahan organik) untuk
mengikat senyawa logam Hg. Hal ini menyebabkan turunnya konsentrasi logam Hg dalam media
uji. Konsentrasi Hg pada media dengan konsentrasi Hg 10 mg/l menjadi 1,0855 mg/l (perlakuan
173
0.215 2.79
23.1
2.38
2.35 2.87
y = 0.1038e
5.2414x
R
2
= 0.6815
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
OD (600 nm)
P
o
p
u
l
a
s
i

b
a
k
t
e
r
i

x

1
0

7

(
c
f
u
/
m
l
)

Populasi (cfu/ml) Expon. (Populasi (cfu/ml))
6
1), media Hg 15 mg/l menjadi 1,1044 mg/l (perlakuan 2) dan media Hg 20 mg/l menjadi 1,1265
mg/l (perlakuan 3).
Bakteri B. megaterium mampu menyerap logam Hg sehingga dapat menurunkan
konsentrasi logam merkuri yang terkandung di dalam semua media perlakuan (Gambar 4).
Kemampuan peyerapan B. megaterium terhadap logam Hg pada media dengan konsentrasi Hg
1,0855 mg/l turun menjadi 0,004535 mg/l (99,58 %). Pada media dengan konsentrasi Hg 1,1044
mg/l menjadi 0,009561 mg/l (99,13 %), dan pada media dengan konsentrasi Hg 1,1265 mg/l
menjadi 0,017654 mg/l (98,43 %).

0.00454
(perlakuan 1)
0.00956
(perlakuan 2)
0.01765
(perlakuan 3)
99.13 %
99.58 %
98.43 %
0.001
0.006
0.011
0.016
1.0845 1.0895 1.0945 1.0995 1.1045 1.1095 1.1145 1.1195 1.1245
Konsentrasi Hg sebelum di tambahkan bakteri (mg/l)
K
o
n
s
e
n
t
r
a
s
i

H
g

s
e
t
e
l
a
h

d
i
t
a
m
b
a
h
k
a
n

b
a
k
t
e
r
i

(
m
g
/
l
)
98.20
98.40
98.60
98.80
99.00
99.20
99.40
99.60
99.80
E
f
i
s
i
e
n
s
i

p
e
n
y
e
r
a
p
a
n

(
%
)
Konsentrasi Hg setelah ditambahkan bakteri Efisiensi penyerapan (%)

Gambar 4. Kemampuan biosorpsi dan efisiensi penyerapan B. megaterium
terhadap logam merkuri pada konsentrasi yang berbeda


3.2. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan pola pertumbuhan bakteri B. Megaterium (Gambar 1), laju
pertumbuhannya pada masa inkubasi 0 8 jam masih relatif lambat (2,15 x 10
6
cfu/ml sampai
2,87 x 10
7
cfu/ml). Hal ini dikarenakan pada masa inkubasi 0-8 jam pertumbuhan sel bakteri
masih dalam fase adaptasi, yaitu pertumbuhan relatif lambat dan bakteri pada kondisi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk proses membelah diri (reproduksi). Setelah
memasuki masa inkubasi >8 12 jam pertumbuhan bakteri meningkat pesat mencapai 1,73 x 10
9

cfu/ml, karena pertumbuhan bakteri telah memasuki fase eksponensial, yaitu pertumbuhan yang
stabil dan bakteri melakukan proses reproduksi mejadi dua kali lipat (Pelczar & Chan, 1986), dan
setelah masa inkubasi >12 jam pertumbuhan sel bakteri mengalami penurunan.
Fase pertumbuhan stasioner bakteri pada penelitian ini tidak dapat teramati, hal ini
dikarenakan interval pengamatan setiap 4 jam masih terlalu panjang, diperkirakan pengamatan
pertumbuhan bakteri ini sebaiknya dengan interval watu yang lebih pendek. Pada fase stasioner,
7
pertumbuhan bakteri mendatar, yaitu jumlah sel yang baru berimbang dengan dengan jumlah sel
yang mati (Pelczar & Chan, 1986).
Setelah memasuki masa inkubasi > 12 jam diperkirakan pertumbuhan bakteri telah
memasuki fase kematian, hal ini terlihat dengan terjadinya penurunan jumlah sel yang drastis.
Menurut Brock & Madigan (1991), Volk & Wheeler (1993) pada fase kematian pertumbuhan sel
terhenti dan bakteri sudah menghabiskan energi cadangan ATP untuk respirasinya.
Berdasarkan beberapa peraturan yang dapat dijadikan acuan mengenai standar logam berat
merkuri (Hg) dalam perairan, yaitu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, standar Hg pada air
sungai untuk air baku adalah 0,002 mg/l. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun
1995 pada lampiran C, standar baku mutu limbah cair yang mengandung Hg adalah 0,002 - 0,01
mg/l dan pertauran SNI (Standar Nasional Indonesia) dalam draft final TKSDA (SNI M-31-1990-
03) standar baku mutu kualitas air limbah di perairan adalah 0,0006 0,015 mg/l. Dengan acuan
peraturan-peraturan tersebut, menunjukan isolat bakteri B. Megaterium berpotensi untuk sebagai
agen bioremoval logam berat Hg dan dapat diaplikasikan pada instalasi pengolah air limbah
industri atau air limbah dengan tingkat cemaran merkuri yang melebihi standar-standar baku
tersebut.
Kemampuan B. Megaterium penurunan konsentrasi Hg dalam media mencapai 98,43% -
99,58 %, hal ini menunjukan kemampuan penyerapannya yang efisien. Proses penyerapan logam
Hg oleh bakteri dapat terjadi karena bakteri mempunyai sifat resisten Hg. Kemampuan resistensi
bakteri terhadap logam Hg dikarenakan bakteri tersebut memiliki gen resisten merkuri (mer
operon), (Silver & Phung 1996, De Jaysankar 2004), sehingga diperkirakan bakteri B.
megaterium yang diuji memiliki gen mer operon. Akan tetapi struktur mer operon tiap jenis
bakteri berbeda-beda. Menurut De Jaysankar (2001) umumnya struktur mer operon terdiri dari
gen metaloregulator (merR), gen transport merkuri (merT, merP, merC), gen merkuri reduktase
(merA) dan organomerkuri liase (merB).
Menurut Suhendrayatna (2001) proses penyerapan logam oleh bakteri terjadi melalui
proses passive uptake dan active uptake atau kombinasi keduanya. Proses penyerapan ini terjadi
secara simultan sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan (metabolisme) bakteri
dan akumulasi intraselular ion logam tersebut (Nakajama & Sakaguchi 1998, Cossich et al. 2002).
Kemampuan bakteri B. megaterium menyerap logam berat di perairan sesuai dengan penelitian
Cheung & Dong-Gu (2005) yang menggunakan bakteri B. megaterium strain TKW3 yang mampu
mereduksi logam berat Chrom (Cr) dan resisten terhadap logam chrom (Cr), selenium (Se) dan
arsen (As) secara in vitro, dan penelitian Gadd (1992) yang melaporkan bahwa B. megaterium
merupakan salah satu dari bakteri yang mempunyai gen resisten merkuri (mer operon) dan enzim
mercury reductase (Mer A) yang dapat mereduksi Hg
2+
menjadi Hg
0
. .
Diketahui bahan organik maupun anorganik mempunyai kemampuan untuk mengikat atau
bereaksi dengan berbagai jenis logam. Menurut Buffle & Stumm (1994) senyawa organik di
perairan, seperti polisakarida, protein dan humat dapat bereaksi dengan ion-ion logam melalui
reaksi redoks atau reaksi pengikatan yang membentuk senyawa kompleks organiklogam, namun
reaksi pengikatan bahan organik terhadap logam tersebut sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
pH lingkungannya. Menurut Sigg (1994) logam Hg pada konsentrasi tertentu mampu berikatan
dengan senyawa S-organik atau N-organiki, sedangkan menurut Zumstein & Buffle (1989) logam
Hg apabila terdapat di kolom air mempunyai kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan
senyawa protein dan menjadi partikel yang mengendap. Menurut Rogers et al. (1980 dalam
Bachofen 1994) komposisi kimia membran sel B. megaterium terdiri dari protein (58 75%),
lipid (20 28 %), heksosa (0,2 8,0 %) dan asam ribo nukleat (1,2 5,1 %). Fenomena inilah
yang diduga terjadi pada media uji, dimana media uji yang digunakan terjadi pengikatan ion
8
logam Hg oleh media (bahan organik) sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hg pada tiap media
perlakuan.


D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa pola pertumbuhan dan kemampuan penyerapan terhadap logam
Hg, maka disimpulkan :
Bakteri B. megaterium mampu menyerap logam merkuri (Hg) dalam media uji sampai konsentrasi
yang tertinggi, dengan efisiensi penyerapan mencapai 98 %.
Waktu optimal untuk mengaplikasikan bakteri B. megaterium sebagai agen bioremoval ialah
setelah masa inkubasi > 8 jam.
Bakteri B. megaterium berpotensi dijadikan sebagai agen bioremoval logam berat merkuri (Hg)


DAFTAR PUSTAKA

1. ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1999.
http://www.atsdr.cdc.gov
2. Bachofen, R. 1994. Cell Structure and Metabolism, and its Relation with the Environment.
In: Chemical and Biological Regulation of Aquatic Systems. J, Buffle. De Vitre.R.R.
Lewis Publishers, Tokyo. p 231-233.
3. Bourquin, A. W. 1990. Bioremediation of Hadzarous Waste Biofutur. p 24 35.
4. Brock, T.D and M.T. Mandigan. 1991. Biology of Microorganism (6
th
Ed). Prentice-Hall
International Inc, New Jersey.
5. Buffle, J. and W. Stumm. 1994. General Chemistry of Aquatic Systems. In: Chemical and
Biological Regulation of Aquatic Systems. Buffle, J. & R. R. De Vitre (Eds). Lewis
Publishers, Tokyo. p 1- 42.
6. Cappucino, J.G and Sherman, N. 1983. Microbiology : A Laboratory Manual. The
Benjamin and Cumming Publishing Company Inc, California.
7. Cheung, K.H. and Ji-Dong Gu. 2005. Chromate Reduction by Bacillus megaterium TKW
3 Isolated From Marine Sediments. World Jurnal of Microbiology and Biotechnology. 21
(3) : 213-219.
8. Cossich, E. S., C.R.G. Tavares and T.M.K. Ravagnani. 2002. Biosorption of
chromium(III) by Sargassum sp. Biomass. 5 (2).
9. Csuros, M. and Csuros, C. 2002 Cold Vapour AAS for Solid and Semi Solids. In
Environmental Sampling and Analysis for Metals. Lewis Publishers, Tokyo. p 149.
10. De Jaysankar. 2004. Mercury-resistant Marine Bacteria and Their Role in Bioremediation
of Certain Toxicants. Thesis. National Institute of Oceanography Goa University, India.
11. Djuangsih, N., A.K. Benito, H. Salim. 1982. Aspek Toksikologi Lingkungan, Laporan
Analisis Dampak Lingkungan. Lembaga Ekologi Universitas Padjadjaran, Bandung.
12. Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. p 23-24.
13. Gadd, G. M. 1992. Metal Tolerance. In Microbial Control Pollution. Fry, J. C., Gadd, G.
M., Herbert, R. A., Jones, R. W. and Watson-Craik, I. A. (Eds). Society for General
Microbiology Symposium Cambridge University Press, UK.
9
14. Hancock, J. C. 1996. Mechanism of Passive Sorption of Heavy Metal by Biomassa and
Biologycal Product. dalam Symposium and Workshop an Heavy Metal Bioaccumulation.
Prosiding IUC Biotehnology UGM. Yogyakarta.
15. Joshi, N. 2003. Biosorption of Heavy Metals. Thesis. Department of Biotechnology and
Environmental Sciences. Thapar Institute of Engineering Technology. Patiala.
http://www.dspace.tiet.ac.in:bitstream/123456789/280/1/91860.pdf
16. Nakajama A., and Sakaguchi T. 1998. Advances in Biosorpstion of Heavy-Metals. Trends
in Biotechnology. 16 : 291-300.
17. Pelczar, Jr. M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi, alih bahasa Ratna
SH, dkk. Penerbit UI Press, Jakarta.
18. Rai, L.L., J.P. Gaur and H.D. Kumar, 1981. Phyciology and Heavy Metal Pollution. In
Biological Review of The Phycology Society. Cambridge University Press. London.
19. Rhodina. A. G. 1972. Methods in Aquatic Microbiology. R. R. Cowell & MS. Zambruski
(eds.). University Park Press. Baltimore. 461 pp.
20. Satchanska. G, E.N. Pentcheva, R. Atanasova., V. Groudeva, R.Trifonova and E.
Golovinsky. 2005. Microbial Diversity in Heavy-Metal Polluted Waters. Environmental
Biotechnolgy. 19(3) : 61-67.
21. Sigg, L. 1994. Regulation of Trace Elements in Lakes: The Role of Sedimentation. In:
Chemical and Biological Regulation of Aquatic Systems. J, Buffle. De Vitre.R.R. Lewis
Publishers, Tokyo. p 176-180.
22. Silver, S. and Phung, L.T. 1996. Bacterial Heavy Metal Resistance: new surprises. Annual.
Rev. Mirobiol. 50: p753-789.
23. Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan Mikroorganisme :
Suatu Kajian Kepustakaan. Institute for Science and Technology Studies (ISTECS). Japan.
http://www.mail-archive.com. 17 Maret 2007. pkl. 16.07 WIB.
24. Vouck. 1986. General Chemistry of Metal. Handbook on the Toxicology of Metal.
Elsivier. New York.
25. Volk, A. Wesley. dan M.F. Wheeler. 1986. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima, Jilid 2 alih
bahasa Soenartono A. Penerbit Erlangga, Jakarta.
26. Wagner-Dobler, I, H.V. Canstein, Y. Li, K. N. Timmis, and W.D. Deckwer. 2000.
Removal of Mercury from Chemical Wastewater by Microorganisms in Technical Scale.
Environmental Science. 34.
27. Wild, A. 1995. Soils and The Environment : An Introduction. Cambridge University Press.
Cambridge, Great Britain.
28. Zumstein, J. and J. Buffle. 1989. Circulation of Pedogenic and Aquagenic Organic Matter
in Eutrophic Lake. Water Res. 123 : 219-239.

Anda mungkin juga menyukai