Fertilisasi Bio Swadi Ghutama 10-2011-388 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510 email : bioswadighutama@ymail.com
Pendahuluan Bicara tentang asal usul kehidupan dimulai saat salah seorang ilmuwan dari Yunani yang bernama Aristoteles mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati atau terjadi secara spontan, yang kemudian teori ini dinamakan teori abiogenesis. Pendapat ini terus berkembang hingga abad ke-17. Salah seorang pengamat teori abiogenesis Anthony Van Leeuwenhoek melihat jasad renik dari air bekas rendaman jerami menggunakan miroskop. Penemuan ini memperkuat teori abiogenesis. Kemudian beberapa tokoh yang tidak sependapat menyangkal teori abiogenesis, Francesco Redi, Lazzaro Spalanzani, dan Louis Pasteur. Redi melakukan percobaan bahwa ulat bukan muncul sendiri dari daging yang membusuk, melainkan dari lalat yang hinggap di daging. Spalanzani membuktikan melalui percobaannya membuktikan bahwa jasad renik dapat membusukkan air kaldu, bila air kaldu dididihkan dan kemudian ditutup rapat maka pembusukkan tidak terjadi. Ia juga menyimpulkan bahwa telur berasal dari jasad renik. Kemudian Pasteur juga meakukan percobaan dengan menggunakan air kaldu mencoba memperbaiki percobaan Spalanzani dengan menggunakan tabung kaca berbentuk seperti leher angsa atau huruf S untuk menutup labu, walaupun labu tersumbat, udara sebagai sumber gaya hidup dapat masuk ke dalam labu. Dengan percobaan ini Pasteur berhasil mematahkan teori abiogenesis. Setelah itu teori abiogenesis dilupakan dan tidak pernah digunakan lagi, dan yang berkembang adalah teori biogenesis yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makluk hidup yang lain. 1
2
Makhluk hidup tersusun atas berbagai macam jenis sel yang berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki karakter dasar yang sama. Sel pertama kali dilihat oleh seorang ilmuwan Inggris, Robert Hooke yang mengamati sayatan gabus di bawah mikroskop sederhana. Ia menemukan ruang kecil yang dipisahkan oleh suatu dinding yang selanjutnya ia beri nama ruang tersebut sebagai sel. Dua ratus tahun kemudian seorang ilmuwan prancis bernama Felix Dujardin meneliti bahwa sel tersebut tersusun atas substansi cairan yang kemudian diberikan nama sitoplasma. Lalu tiga tahun kemudian, Matthias Schleiden, seorang ahli botani dari Jerman melakukan pengamatan terhadap tumbuhan dan ditemukanlah sel. Pada waktu yang bersamaan, Theodor Schwann seorang ahli zoologi Jerman menemukan hewan juga tersusun atas sel. Kesimpulan dari hasil penemuan Schleiden dan Schwann adalah sel merupakan komponen dasar penyusun semua makhluk hidup. Setiap sel tersusun dari berbagai bagian, yaitu membran plasma, inti sel, sitoplasma, dan organel sel. Pembahasan Berdasarkan jumlah sel, makhluk hidup digolongkan menjadi makhluk hidup uniseluler dan multiseluler. Dan berdasarkan keadaan inti sel, sel dibedakan menjadi sel prokariotik dan eukariotik. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Semua bagian sel saling melakukan tugasnya masing-masing. Struktur dan fungsi bagian sel : A. Membran Sel Membran sel atau membran plasma adalah bagian terluar sel yang tersusun atas lipid, protein, dan karbohidrat. Membran sel terdiri atas dua lapis lipid sehingga struktur membran sel disebut juga lipid bilayer. Lapisan membran sel terdiri atas lipoprotein, yaitu sebelah luar dan dalam sedangkan lapisan tengahnya adalah lipid. Lapisan protein yang merupakan kepala bersifat hidrofilik dan lapisan lipid atau lemak yang merupakan ekor bersifat hidrofobik. Membran sel berfungsi untuk melindungi bagian dalam dari sel, untuk mengatur keluar masuknya zat, sebagai reseptor perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, dan sebagai pembatas antara sel dengan lingkungan luar, serta pembatas organel dengan bahan sel lainnya.
3
B. Inti Sel (Nukleus) Inti sel merupakan organel yang sangat penting bagi kehidupan yang berperan mengendalikan seluruh kegiatan sel. Inti sel terbagi atas tiga bagian, yakni membran inti (selaput inti), nukleolus, dan nukleoplasma. 1. Membran inti adalah bagian terluar dari inti sel yang memisahkan nukleoplasma dengan sitoplasma. Berfungsi untuk mengadakan pertukaran zat dengan sitoplasma. Dan terdapat pori yang berfungsi untuk pertukaran makromolekul. Bagian terluar membran inti biasanya dilekati oleh ribosom yang berhubungan dengan mitokondria, badan golgi, dan RE. 2. Anak inti atau nukleolus tersusun atas fosfoprotein, ortofosfat, DNA, dan berbagai jenis enzim. Nukleolus akan menghilang pada fase profase, yakni tahap awal pembelahan sel dan pada tahap akhir akan muncul kembali. Nukleolus berfungsi dalam proses sintesis RNA. 3. Nukleoplasma adalah cairan inti atau kariotin yang bersifat transparan dan semisolid (kental). Di dalam nukleoplasma terdapat kromatin, granula, nukleoprotein, dan mengandung senyawa kimia kompleks. Ketika sel membelah, benang-benang kromatin memendek, menebal, dan mudah menyerap warna sehingga struktur tersebut dinamakan kromosom. C. Sitoplasma Sitoplasma meliputi semua materi yang berada di antara inti dan membran sel. Sitoplasma merupakan bagian penting dari sel karena berperan sebagai tempat berlangsungnya biosintesis dan bioenergetika. Sitoplasma terdiri atas matriks, organel sitoplasma, serta inklusio sitoplasma. 1. Matriks Sitoplasma Matriks adalah cairan transparan yang homogen dan bersifat koloid. Matriks dapat berubah dari fase gel menjadi fase sol atau sebaliknya, bergantung pada tekanan osmosis sebagai hasil aktivitas osmoregulasi. Matriks sitoplasma memiliki sifat-sifat fisik sebagai berikut: a. Efek Tyndall, yakni kemampuan matriks sitoplasma untuk memantulkan cahaya yang pantulannya berupa kerucut. 4
b. Gerak Brown, yakni gerak partikel penyusun larutan koloid yang berupa gerakan zig-zag c. Gerak siklosis, yakni gerak matriks sitoplasma yang berupa gerakan arus. d. Memiliki tegangan permukaan. e. Adsorbsi meningkatkan konsentrasi pada tegangan permukaan. f. Bertindak sebagai larutan penyangga atau buffer. Penusun matriks sitoplasma meliputi oksigen 62%, karbon 20%, hidrogen 10%, dan nitrogen 3%. Sifat biologis matriks sitoplasma meliputi iritabilitas dan konduktivitas. 2. Organel Sitoplasma Suatu struktur yang terdapat dalam matriks sitoplasma, seperti retikulum endoplasma, ribosom, mikrotubul, lisosom, badan golgi, dan mitokondria yang memiliki fungsi tertentu untuk memelihara keutuhan dan keteraturan di dalam sel. Berikut ini beberapa organel penting yang terdapat pada sel makhluk hidup. a. Retikulum endoplasma Retikulum endoplasma merupakan organel yang memiliki membran berbentuk jala. Retikulum endoplasma terdiri dua tipe, yakni retikulum endoplasma halus dan retikulum endoplasma kasar. Retikulum endoplasma halus adalah retikulum endoplasma yang dindingnya tidak dilekati oleh ribosom yang tidak aktif dalam sintesis protein, tetapi aktif dalam sintesis lemak. RE halus banyak ditemukan pada sel lemak dan leukosit. Retikulum endoplasma kasar adalah RE yang dindingnya dilekati oleh ribososm yang terlibat dalam sintesis protein. Membran dinding RE banyak mengandung enzim yang berkaitan dengan sintesis protein. RE kasar juga berperan dalam transpor protein dan materi kimia lain. b. Ribosom\ Ribosom merupakan organel sitoplasma yang berukuran kecil dengan bentuk bulat padat. Ribosom dapat ditemukan pada sel eukariotik atau prokariotik. Pada sel eukariotik, ribosom ada yang bebas dan ada pula yang menempel pada membran retikulum endoplasma. Ribosom jumlahnya cukup banyak pada sel ragi, limfosit, sel meristematik, sel embrio, dan sel kanker. Fungsi ribosom sendiri sebagai tempat memproduksi atau sintesis protein. 5
c. Mikrotubul Badan mikro atau mikrotubul adalah organel yang memiliki membran, berbentuk bulat, serta berisi kristal protein. Badan mikro terdiri atas dua tipe, yakni peroksisom dan glioksisom. Kedua badan mikro ini banyak mengandung enzim katalase dan oksidase. Peroksisom berperan dalam oksidasi suatu substrat dan menghasilkan H 2 O 2 . Peroksida kemudian diuraikan oleh katalase menjadi H 2 O dan O 2 . Kemudian glioksisom berfungsi sebagai tempat metabolisme asam lemak dan siklus glioksilat. d. Lisosom Lisosom adalah organel yang banyak terdapat dalam sel hewan. Fungsi lisosom antara lain mencerna zat makanan hasil fagositosis dan pinositosis, mencernakan makanan cadangan jika kekurangan makanan, menghancurkan benda yang ada di luar sel misalnya sperma mengeluarkan enzim untuk menghancurkan dinding sel telur ketika fertilisasi, menetralkan zat yang bersifat karsinogen. Pada umumnya lisosom memiliki bentuk bulat lonjong dengan ukuran berkisar 0,2 m-0,8 m. Jika sel mati, enzim-enzim lisosom akan melakukan autolisis. Enzim enzim lisosom akan dilepaskan pada permukaan sel yang mengakibatkan pemusnahan material intrasel. Jika enzim lisosom tidak ada karena bawaan, lisosom akan kebanjiran zat yang biasanya dimusnahkan olehnya. Hal ini dapat merusak sel dan dapat menyebabkan penyakit. e. Badan golgi (Kompleks Golgi) Badan golgi adalah salah satu organel terbesar yang ditemukan oleh ahli biologi dan fisika dari Italia bernama Camillo Golgi. Badan golgi terdapat dalam semua sel makhluk hidup kecuali pada sel prokariotik. Badan golgi tersebar pada seluruh sitoplasma dengan panjang 1 m- 3 m dan lebar 0,5 m. Fungsi badan golgi adalah membentuk vesikula ekskretorius, yakni kantung yang akan membungkus zat yang akan dikeluarkan dari sel. Membentuk membran plasma, membentuk dinding sel, dan membentuk akrosom pada sperma, kuning telur pada sel telur, dan lisosom. 2
f. Mitokondria Mitokondria adalah benda bulat atau berbentuk tongkat yang ukurannya berkisar antara 0,2 m- 5m. Jumlahnya dalam sel beragam tetapi sel-sel aktif dapat mengandung >1000 6
banyaknya. Setiap mitokondria dibatasi oleh membran ganda, membran luar merupakan batas halus tak putus-putus bagi mitokondria itu. Membran dalam berulang-ulang diperluas menjadi lipatan-lipatan yang masuk ke dalam ruang dalam mitokondria tersebut. Lipatan itu dinamakan krista. Membran pada mitokondria ternyata sama dengan membran sel yang mengandung fosfolipid dan protein. Fungsi mitokondria berfungsi dalam oksidasi zat makanan, respirasi sel, dehidrogenasi, fosforilisasi oksidatif, dan rantai transfer elektron. 3 Mekanisme Pembentukan Energi Makanan yang kita makan sehari-hari akan diubah oleh tubuh kita menjadi energi dengan bantuan oksigen yang kita hirup. Pembentukan energi tersebut berlangsung melalui 3 tahap, yaitu glikolisis, siklus krebs, dan transpor elektron. Ketiga tahap tersebut berlangsung di tempat yang berbeda. Glikolisis berlangsung di sitosol, siklus krebs di matriks mitokondria, dan transpor elektron di membran dalam mitokondria. a. Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa sehingga menghasilkan 2 molekul asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH dari setiap perubahan 1 molekul glukosa. b. Siklus krebs atau siklus asam sitrat, asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis sebelum memasuki tahap siklus krebs akan mengalami dekarboksilasi oksidatif di dalam mitokondria. Pada peritiwa tersebut terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul asetil-KoA dengan menghasilkan 1 molekul CO 2 . Siklus krebs dimulai ketika kelompok asetil berikatan dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Hasil akhir untuk setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 2FADH 2 , 6NADH 2 , dan 4CO 2 . c. Transpor elektron, merupakan peristiwa pemindahan elektron dan ion hidrogen. Elektron tersebut dibawa oleh NADH dan FADH dari satu substrat ke substrat lain secara berantai disertai dengan pembentukan ATP melalui proses fosforilasi oksidatif. NADH dan FADH juga berfungsi sebagai senyawa pereduksi yang menghasilkan ion hidrogen. Setiap molekul NADH yang memasuki rantai transpor elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP dan setiap molekul FADH 2 akan menghasilkan 2 molekul ATP, pada tahap ini hasil akhirnya sebanyak 34 ATP. 4
7
Proses Fertilisasi Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah berkembang biak. Manusia berkembang biak untuk mempertahankan keturunannya dengan cara generatif. Yaitu melalui proses peleburan dua sel, yakni sel sperma dan sel telur (ovum). Dan terkadang dalam sebuah pernikahan yang sudah cukup lama belum juga mendapatkan seorang anak. Hal ini bisa terjadi karena infertilitas. Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang sudah melakukan hubungan intim tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama 1-2 tahun. Infertilitas dapat terjadi karena dari dua faktor, yakni dari faktor pria dan faktor wanita. Dalam skenario yang terjadi bahwa sepasang suami istri yang sudah menikah belum juga mendapatkan anak, kemudian oleh dokter disarankan untuk menganalisis sel sperma. Hasil yang di dapat bahwa pergerakan sperma lambat karena jumlah mitokondria dibawah normal. Infertilitas lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stress, emosional, dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Penyebab infertilitas yang umum terjadi adalah: 1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna. Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat menuju ke telur sehingga terjadi pembuahan. Bila bentuk dan morfologi tidak normal dan pergerakan tidak sempurna maka sperma tidak dapat bergerak dengan cepat. 2. Konsentrasi sperma rendah, konsentrasi normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. 3. Tidak ada semen, semen adalah makanan sperma dan zat yang mengangkut sperma menuju telur. Bila tidak ada semen, sperma tidak terangkut ke sel telur 4. Kekurangan hormon testosteron dapat mempengaruhi testis dalam memproduksi sperma. 5
Testis merupakan alat untuk memproduksi sperma. Untuk memproduksi sperma di perlukan suhu yang sedikit lebih rendah dari suhu tubuh. Proses pembentukan sperma di dalam testis disebut spermatogenesis. Spermatogenesis dimulai dari pembelahan spermatogonium secara mitosis. Setengah dari sel-sel spermatogonium melanjutkan pembelahan mitosis, sedangkan setengahnya membesar menjadi spermatosit primer. Oleh karena pembentukan spermatosit primer melalui pembelahan mitosis, maka hasilnya memiliki kromosom diploid (2n) sama dengan spermatogoniumnya. Spermatosit primer berikutnya membelah secara meiosis 8
(tahap 1) menghasilkan spermatosit sekunder, dengan kondisi kromosom haploid (n). Spermatosit sekunder melanjutkan pembelahan secara meiosis (tahap 2) menghasilkan dua sel yang haploid, yang disebut spermatid. Sehingga diperoleh 4 spermatid. Sel spermatid mengalami diferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma. Struktur sperma terdiri dari 3 bagian berikut: 1. Kepala : mengandung inti sel, pada bagian ujungnya terdapat akrososm yang menghasilkan enzim berfungsi untuk membantu sperma menembus sel telur. 2. Bagian tengah : terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak sktif. 3. Ekor : sebagai alat gerak sperma agar mencapai ovum
Gambar 1. Struktur Sperma 6 Fertilisasi terjadi jika sel telur bertemu dengan sel sperma. Pada manusia didahului dengan koitus atau senggama. Pergerakan sperma di dalam vagina dibantu oleh semen dan cairan pelicin yang dihasilkan oleh cervix. Sel sperma akan berenang menuju oviduk atau tuba fallopi. Pergerakan sperma didukung oleh ekor sperma yang banyak mengandung mitokondria penghasil ATP. Kemudian sel sperma yang telah mencapai sel telur akan berlomba untuk dapat memasuki zona pelusida. Zona pelusida mempunyai reseptor yang bersifat spesifik, yakni hanya dapat dilalui oleh sel sperma dari satu spesies. Akrososm sperma mempunyai enzim litik yang dapat menembus corona radiata dan zona pelusida. Setelah terjadi peleburan, corona radiata akan menebal sehingga tidak ada lagi sperma yang masuk. Setelah itu nukleus sel sperma dan sel telur menyatu dan mengalami perkembangan membentuk calon manusia. 7
9
Rokok, alkohol dan penggunaan obat-obatan harus dihentikan. Hilangkan sumber-sumber yang menyebabkan peningkatan temperatur skrotum (misalnya sauna, berendam di bak air panas atau penggunaan celana yang ketat) karena efek sampingnya terhadap pembentukan spermatozoa atau spermatogenesis. Penggunaan pelumas atau pencucian vagina dihilangkan. Azoospermia karena kelainan kromosom, kelainan kongenital (selain tidak adanya vas deferens kongenital) dan peningkatan FSH tidak dapat diatasi. 8
Kesimpulan Mitokondria dalam spermatozoa berfungsi sebagai energi dalam pergerakan yang dapat menghasilkan ATP, sebab dalam perjalanan sperma menuju ovum kecepatan sperma dalam bergerak mempengaruhi keberhasilan fertilisasi. Daftar Pustaka 1. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press; 2007 2. Karmana O, Nurdiansyah A. Biologi sel. Jakarta: Grafindo Media Pratama; 2008.h.3-14 3. Kimball JW. Biologi. 5 th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2001 4. Priadi F. Biologi 3. Jakarta: Penerbit Yudhistira; 2009.h.46-52 5. 15 Penyebab Infertilitas Pria. Edisi 10 November 2009. Di unduh dari http://majalahkesehatan.com/15-penyebab-infertilitas-pria/ 6. Syamsuri I. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.143-4 7. Ariebowo M, Ferdinand F. Praktis belajar biologi. Jakarta: Visindo Media Persada; 2007.h.190-1 8. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. 9 th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.687