Korespondensi: Jefri Irawan. Perum Sidosari, Natar, Lampung Selatan. Hp: 081272863621. Email: jefriirawan35@gmail.com
seperti yang sudah dijelaskan, dokter dipersiapkan. Kita juga harus mengetahui
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kontak dokter yang akan melakukan operasi.11
funduskopi. Pupil didilatasi terlebih dahulu. Walaupun terapi pembedahan
Oftalmoskop direk dapat digunakan untuk merupakan pilihan utama, farmakoterapi
memvisualisasikan refleks merah (red reflex), dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan
yang mengindikasikan adanya ablasio retina tambahan, mengingat insidensi kegagalan
maupun perdarahan vitreous. Red reflex pada pembedahan dapat mencapa 20%.
biasanya pucat ataupun abu – abu (Gambar Intervensi yang dijelaskan menunjukkan
1). Normalnya didapatkan gambaran warna beberapa perbedaan jalur dan target
oren. Pada pemeriksaan oftalmoskop direk terapeutik. Beberapa mekanisme yang
dengan jarak pemeriksa dengan pasien dijelaskan meliputi pencegahan ablasio retina
sedekat mungkin, didapatkan adanya ablasio kembali dengan menghambat pembentukan
di dekat makula berupa kerutan, opak, dan proliferative vitreoretinopathy (PVR) dan
pucat. Namun demikian oftalmoskop indirek memperpanjang kelangsungan hidup
diperlukan untuk mengevaluasi retina sentral fotoreseptor. Penelitian dalam skala besar
dan perifer.4 masih dibutuhkan dalam menentukan efikasi
dari terapi farmakologi untuk ablasio retina.15
Upaya preventif atau pencegahan juga
merupakan tatalaksana yang penting dalam
pelayanan primer dari ablasio retina.
Menggunakan pelindung mata
direkomendasikan kepada seseorang yang
melakukan olahraga, terutama bagi penderita
miopia sedang sampai berat. Pasien yang
menjalani operasi katarak diedukasi mengenai
gejala ablasio retina dan pentingnya untuk
melaporkan ke pelayanan kesehatan terdekat
jika gejala dirasakan. Tindakan preventif juga
dapat dilakukan pasca ablasi vitreus posterior
Gambar 1. Red reflex pada ablasio retina
yang bertujuan mencegah terjadinya robekan
retina. Kesempatan terbaik dalam pencegahan
Setelah dilakukan anamnesis dan
berkisar satu jam sampai satu minggu pasca
pemeriksaan fisik, jika didapatkan tanda dan
ablasi vitreous posterior dan pembentukan
gejala yang mengerah kepada kecurigaan
retinal tear dikarenakan terdapat interval
ablasio retina seperti yang sudah dijelaskan
waktu antara ablasi dan robeknya retina.
maka yang harus dilakukan yaitu merujuk
Hanya 1 sampai 2 persen dari pasien ablasi
pasien ke spesialis mata secepatnya,
vitreous posterior vitreus yang mengalami
disarankan dalam 24 jam pertama untuk
robekan retina.16
pemeriksaan lebih lanjut. Antitusif maupun
Ketepatan dalam diagnosis dan
antiemetik dapat diberikan jika diperlukan.3
pengobatan yang sesuai untuk mendapatkan
Ablasio retina diterapi dengan
prognosis terbaik penting untuk dilakukan.3
pembedahan, seperti mengunakan laser
Pasien yang tidak ditangani segera beresiko
fotokoagulasi, vitrektomi, scleral buckle, dan
dalam kehilangan penglihatan yang berat dan
pneumatic retinopexy. Tujuan dari dari
dapat menjadi kehilangan penglihatan yang
pembedahan yaitu untuk menutup robekan
permanen. Ketajaman visual bergantung
retina sehingga cairan berhenti masuk ke
kepada makulanya sudah terkena atau belum.
retina dan mengakibatkan perlengketan
Perbaikan dari ablasio retina dalam ketajaman
Kembali. Diperkirakan 85% dari ablasio retina
visual mencapai minimal 20/40 dalam 75%
dapat ditangani dalam sekali operasi. Tidak
pasien dengan yang makulanya belum ablasi.
semua rumah sakit mempunyai fasilitas bedah
Sedangkan pasien yang makulanya sudah
retina, maka dari itu di pelayanan primer
terkena, perbaikan visus hanya pada 40%
harus menjelaskan kepada pasien tentang
pasien. Satu dari empat pasien mengalami
biaya operasi dan hal-hal yang harus
ablasio retina di mata yang kontralateral.
Follow up diperlukan dalam memonitor tanda
dari PVR yang menyebabkan terjadinya 24 Mei 2016; disitasi tanggal 1 Januari
kembali ablasio retina.5 2022]. Tersedia dari:
Prognosis ketajaman visual pada https://www.aao.org/young-
ablasio retina regmatogen juga bergantung ophthalmologists/yo-info/article/top-10-
kepada keterlibatan fovea. Jika pusat fovea eye-emergencies.
tidak terlibat disebut 'makula-on' dan jika 8. Mitry D, Charteris DG, Fleck BW,
pusat fovea terlepas disebut 'makula-off'. Campbell H, Singh J. The epidemiology of
Pada pasien dengan makula on, ablasio retina rhegmatogenous retinal detachment:
memiliki ketajaman visual koreksi awal yang geographical variation and clinical
baik (BCVA) dan prognosis lebih baik. associations. Br J Ophthalmol. 2010.
Sebaliknya, pada ablasio retina makula off, 94(6):678-84.
memiliki BCVA yang lebih rendah dan 9. Sinaga R, Rares L, Sumual V. Indikasi
prognosis lebih buruk.17 vitrektomi pada kelainan retina di Balai
Kesimpulan Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
Ablasio retina merupakan suatu penyakit Provisi Sulawesi Utara periode Januari–
kegawatdaruratan pada mata. Mengenali Desember 2014 Indikasi vitrektomi pada
tanda dan gejala melalui anamnesis dan kelainan retina di Balai Kesehatan Mata
pemeriksaan fisik sangat penting dalam Masyarakat (BKMM) Provisi Sulawesi
penegakan diagnosis ablasio retina. Jika Utara periode Januari– Desember 2014 J
diagnosis terhadap kecurigaan ablasio retina e-clinic. 2016. 4(1): 359-62.
telah ditegakkan, hal utama yang penting 10. Blair K, Czyz C. Retinal Detachment
dilakukan oleh dokter di pelayanan primer [internet]. USA: StatPearls Publishing.
adalah segera merujuk pasien ke 2021 [diperbarui tanggal 9 Agustus 2021;
oftalmoliogis. Ketepatan diagnosis dan disitasi tanggal 1 Januari 2022]. Tersedia
pengobatan yang sesuai bertujuan untuk dari:
mendapatkan prognosis terbaik. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB
Daftar Pustaka K551502/#article-28444.s4.
1. Ikatan Dokter Indonesia. Penataan sistem 11. Yorston D. Emergency management:
pelayanan primer. Jakarta: Ikatan Dokter retinal detachment. Community Eye
Indonesia; 2016. Health Journal. 2018. 31(103):63.
2. Kementrian Kesehatan Republik 12. Feltgen N, Walter P: Rhegmatogenous
Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan retinal detachment — an ophthalmologic
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 emergency. Dtsch Arztebl Int 2014;
Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi 111(1–2): 12–22.
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 13. American Optometric Assotiation. Care of
Primer. Jakarta: Kementrian Kesehatan the patient with retinal detachment and
Republik Indonesia; 2014. related peripheral vitreoretinal disease.
3. Yan H dan Wang S. General Guideline of USA:
Ophthalmic Emergency. Dalam: Hua Y, 14. Kaur S, Larsen H, Nattis A. Primary care
editor. Ocular trauma. Singapore: approach to eye condition. Osteopathic
Springer; 2018:1-9. Fam Physician. 2019. 11(2): 28-34.
4. Shah SM dan Khanna CL. Ophtalmic 15. Wuben TJ, Besirli CG, Zacks DN.
emergencies for the clinician. Mayo Clin Pharmacotherapies do retinal
Proc. 2020. 95(5):1050-8. detachment. Trans Science Review. 2016.
5. Gelston CD. Common eye emergencies. 23(7):1553-62.
American Family Physician. 2013. 16. Gariano R. Evaluation and management
88(8):515-9. of suspected retinal detachment. Am Fam
6. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Physician. 2004. 69:1691-8.
Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Alih 17. Sultan ZN, Agorogiannis EI, Iannetta D,
bahasa: Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: et al. Rhegmatogenous retinal
Widya Medika; 2012. detachment: a review of current practice
7. Patel PS. Top 10 eye emergencies in diagnosis and management. BMJ Open
[internet]. USA: American Academy of Ophthalmology 2020;5:e000474.
Ophtalmology; 2016 [diperbarui tanggal