Anda di halaman 1dari 23

Oleh :

Djuariningsih,S.Pd
Pamong Belajar
NIP.132173657

Jalan, Kampung Melayu - Tua Tunu Indah, Kec. Gerunggang


Pangkalpinang 33124 Telp: 0717 423881

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG


DINAS PENDIDIKAN
SANGGAR KEGIATAN BELAJAR
Alamat : Jalan Tua Tunu Raya (0717) 423881 Pangkalpinang Kode Pos 33124

REKOMENDASI
Nomor : 421.10/ 147 /SKB/2008
Kepala Sanggar Kegiatan Belajar Kota Pangkalpinang dengan ini merekomendasikan
bahwa karya nyata ini adalah asli hasil karya Pamong Belajar SKB Kota Pangkalpinang
dan layak diajukan sebagai naskah karya dalam rangka Jambore PTK-PNF tahun 2008
untuk kategori Lomba Karya Nyata (LKN) percontohan/model pengembangan
program/kegiatan pendidikan non formal dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.

Yang bersangkutan adalah Pamong Belajar SKB definitif

dan masih aktif sebagai Pamong Belajar SKB sejak tahun 1997 s.d sekarang.
2.

Karya yang dihasilkan merupakan implementasi tugas


pokok Pamong Belajar sebagai UPT Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang dalam
melaksanakan program-program percontohan pendidikan nonformal.

3.

Program-program yang dilaksanakan layak dijadikan contoh


bagi lembaga-lembaga Penyelenggara PAUD Nonformal di masyarkat.

Demikian Rekomendasi ini diberikan sebagai kelengkapan persyaratan Jambore PTKPNF tahun 2008 untuk kategori Lomba Karya Nyata bagi Pamong Belajar dengan materi
lomba percontohan/model pengembangan program/kegiatan pendidikan non formal.
Kepala,
Drs. Suparlan
NIP. 132135789
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karuniaNYA , penulisan Karya Nyata ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi
anak usia dini yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan 9 aspek kecerdasan anak, dengan menggunakan strategi belajar sambil
bermain, berpusat pada anak dan kebermaknaan.
Pembelajaran PAUD dengan pendekatan permainan tradisional merupakan salah
satu cara metode / pendekatan pembelajaran bagi anak usia dini. Permainan tradisional
disamping menggunakan alat-alat permainan relatif sederhana dan mudah didapat, juga
banyak mangandung unsur-unsur yang dapat memenuhi kebutuhan aspek-aspek
pengembangan anak. Di samping itu juga merupakan salah satu upaya untuk melestarikan
permainan tradisional sebagai hasil budaya setempat yang hampir punah kepada anak
usia dini.
Kami menyadari bahwa penyusunan Karya Nyata Pengembangan Kecerdasan
Anak Usia Dini Dengan Pendekatan Permainan Tradisional masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu masukan-masukan sangat kami harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan Karya Nyata ini.
Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Karya Nyata ini
penulis ucapkan terima kasih.
Pangkalpinang,

Juni 2008

Penulis,

Djuariningsih, SPd
NIP. 132173657

DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
REKOMENDASI...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan
F. Sistematika Penulisan

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
B. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
B. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
C. Pendekatan Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
D. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
F. Konsep Dasar Pengembangan Kecerdasan Anak Usia Dini
G Upaya Pelestarian Permainan Tradisional

Dengan
Pendekatan Permainan Tradisional
1. Pengertian Permainan Tradisional
2. Karateristik permainan Tradisional
3. Nilai-Nilai alam Permainan Tradisional

BAB III

ANALISA PENGEMBANGAN KECERDASAN ANAK USIA


DINI DENGAN PENDEKATAN PERMAINAN TRADISIONAL
A. Gambaran Umum Lembaga Penyelenggara
B. Pembahasan Masalah
1. Faktor-Faktor Penyebab Punahnya Permainan Tradisional Dan
Upaya -Upaya Melestarikannya
2. Pembelajaran PAUD Dengan Pendekatan Permainan Tradisional
3. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
C. Jenis Jenis Permainan Tradisional
D. Pengembangan Permainan Tradisional

BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1

Jenis Program Layanan PAUD......................................................

14

Tabel 2

Jumlah pesrta Didik.......................................................................

15

Tabel 3

Pendidik dan tenaga Kependidikan ..............................................

16

Tabel 4

Tenaga Kependidikan....................................................................

16

Tabel 5

Struktur Organisasi........................................................................

16

Tabel 6

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran.................................................

17

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

UPT Sanggar Kegiatan Belajar Kota Pangkalpinang ..................

13

Gambar 2

Sketsa Lapangan Bilun.................................................................

24

Gambar 3

Pendidik Sedang Menjelaskan Cara Bermain Bilun ...............

25

Gambar 4

Anak Anak Sedang Bermain Bilun............................................

27

Gambar 5

Yang Menang Hadiahnya Diambing/Digendong


Hadiahnya Tergantung Kesepakatan Sebelum Bermain.......................

Gambar 6

27

Pendidik Memberikan Penjelasan Permainan


Cam-Cam Buku Rimba..........................................................................

28

Gambar 7

Menaruh Buah Tebak Ketangan Salah Satu Pemain..............................

30

Gambar 8

Arena Dan Pecahan Genteng Bermain Cak Lingking............................

31

Gambar 9

Sketsa Arena Permainan Cak Lingking.................................................

33

Gambar 10

Anak Anak Sedang Bermain Cak Lingking........................................

36

Gambar 11

Alat Permainan Gasing..........................................................................

37

Gambar 12

Gasing Yang Paling Lama Berputar,Menjadi Pemenang......................

38

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia 0-6 tahun kita ketahui sebagai usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak, pada usia ini merupakan
masa terpenting atau masa keemasan/golden age bagi pengembangan intelegensi
permanen diri anak. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasardasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri,
seni, moral, dan nilai-nilai agama. Sehingga upaya pengembangan seluruh potensi
anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai
secara optimal.
Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan partisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Masa kanak-kanak adalah hal yang sangat indah untuk dikenang.
Permainan-permainan yang menjadi pewarna masa kecil itu pun menjadi topik
yang kerap diceritakan. Sayang, permainan tradisional yang unik itu mulai jarang
dimainkan anak-anak zaman sekarang, karena telah berganti dengan alat
permainan moderen seperti play station. Padahal permainan tradisional adalah
ajang melatih kemampuan bekerja sama, mengembangkan sikap persaingan yang
sehat dan juga ajang sosialisasi. Hal yang menarik dan unik dari permainan
tradisional adalah lagu yang mengiringi permainan tersebut. Lagu seolah menjadi
semangat dan simbol antusiasme saat kita memainkannya. Meski sulit untuk
mengartikan lagu itu secara harfiah namun ada pelajaran yang mungkin hendak
disampaikan oleh penciptanya. Soal siapa yang menciptakan lagu permainan ini,
masih menjadi tanda tanya, karena hanya diwariskan turun temurun.
Hal yang menjadi keunggulan permainan tradisional adalah penggunaan
alat-alat sederhana yang ada disekitar kita. Meskipun terlihat sederhana tetapi

permainan tradisional juga butuh ketangkasan pemainnya. Sekarang terdapat


kekhawatiran, permainan tradisional ini akan dilupakan, tergilas popularitas
permainan moderen. anak-anak sekarang memang lebih suka merengek-rengek
ingin main PS dibanding lompat-lompatan di halaman atau bermain lumpur sambil
nyari ikan cupang di selokan. Banyak hal yang mendidik dalam permainan anakanak model begini, terutama belajar berjiwa sportif, menyehatkan karena sekaligus
berolahraga, dan membuat koordinasi tangan, kaki, mata terlatih dengan baik.
Namun, kini, aneka permainan itu terancam punah. Sebagian besar anakanak meninggalkan permainan tersebut karena tak dicontohkan oleh orang tua
mereka atau kehilangan tempat bermain. Selain itu, permainan tradisional tersebut
juga kalah pamor dari aneka permainan modern yang lebih cenderung
individualistis. Kita terlalu banyak menerima, dibilang teknologi baru yang akan
meminterkan orang Indonesia. Kenyataannya, teknologi yang dibilang baru itu
membawa kita ke pemikiran praktis (tinggal pakai), tanpa membawa kita:
bagaimana itu bisa terjadi?
Permainan tradisional yang dikatakan kuno mestinya diagungkan dan
dicermati hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Banyak permainan rakyat
Indonesia yang sarat dengan makna pendidikan anak menuju pemikiran yang
logis. Permainan tradisional juga dapat mengembangkan kecerdasan anak dan
menanamkan nilai positif.
Untuk itu penyelenggaraan pendidikan anak usia dini memerlukan
pendekatan yang tepat agar dapat mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasan
anak. Ada banyak pendekatan dalam pendidikan anak usia dini diantaranya
melalui pendekatan budaya setempat yaitu permainan rakyat atau permainan
tradisional, disamping itu juga sebagai upaya melestarikannya agar tidak
mengalami kepunahan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis identifikasikan beberapa
permasalahan yang menyangkut pengembangan kecerdasan anak usia dini dengan
pendekatan permainan tradisional, yaitu :

1. Anak-anak jaman sekarang jarang bahkan hampir tidak terlihat memainkan


permainan tradisional.
2. Tidak dikenalnya permainan tradisional oleh anak-anak, juga seiring
dengan kemajuan teknologi seperti Play Station (PS), gameboy dan komputer.
3. Banyak orang beranggapan bahwa permainan tradisional itu hanya sebuah
produk budaya lokal yang tidak ada apa-apanya, kuno dan hanya produk
masyarakat agraris semata.
4. Dari sekian banyak permainan tradisional yang ada, sekarang ini
keberadaan sebagian diantaranya sangat sulit ditelusuri dan dilacak, atau bisa
dikatakan terancam punah disebabkan antara lain oleh pergeseran zaman.
5. Produk-produk lokal nusantara yang dalam beberapa hal memiliki
keunggulan menjadi terpinggirkan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka perumusan
masalah adalah sebagai berikut :
6. Bagaimana mengangkat dan mengenalkan serta melestarikan permainan
tradisional agar tidak mengalami kepunahan?
7. Bagaimana mengembangkan aspek-aspek kecerdasan anak usia dengan
pendekatan permainan tradisional ?

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah
yang dirumuskan dalam perumusan masalah yaitu :
1. Mengangkat dan mengenalkan serta melestarikan permainan tradisional agar
tidak mengalami kepunahan.
2. Mengembangkan aspek-aspek kecerdasan anak usia dini dengan pendekatan
permainan tradisional .

10

D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan pandangan/masukan kepada pendidik dan pengelola PAUD agar
dalam melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran anak usia dini
dengan menggunakan metode belajar sambil bermain dengan permainan
tradisional
2. Sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terlibat serta peduli terhadap
pendidikan anak usia dini dan permainan tradisional anak, perlu mencari dan
memunculkan

gagasan-gagasan

tentang

bagaimana

merangsang

dan

meningkatkan potensi kecerdasan yang dimiliki anak agar dapat tumbuh


optimal dan bagaimana memperkenalkan permainan tradisional kepada anak
sehingga tetap lestari sepanjang masa.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Karya Nyata ini, sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut :
Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang,
identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan
serta sistematika penulisan.
Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang terdiri dari, pengertian
pendidikan anak usia dini, pentingnya pendidikan anak usia dini, tujuan
pendidikan anak usia dini, pendekatan pembelajaran pendidikan anak usia dini,
prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, konsep dasar pengembangan
kecerdasan anak usia dini dengan pendekatan permainan tradisional serta upaya
pelestarian permainan tradisional
Bab III menjelaskan tentang analisa pengembangan kecerdasan anak usia
dini dengan pendekatan permainan tradisional terdiri dari gambaran umum
lembaga penyelenggara, pembahasan masalah, jenis-jenis permainan tradisional,
serta pengembangan permainan tradisional
Bab IV merupakan bab penutup yang menjelaskan tentang kesimpulan dan
rekomendasi.

11

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak usia
dini (0-6 tahun) yang dilakukan melalui pemberian berbagai rangsangan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki
kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan dalam kehidupan selanjutnya.(UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan
bagi anak usia dini yang menitik beratkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik (motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
emosi, spiritual, sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
B. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Usia dini merupakan masa kritis yang keberhasilanyan sangat menentukan
kualitas anak di masa dewasa. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang
usia 0-8 tahun (NAEYC,1992). Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam aspek seperti : fisik, sosio-emosional, dan kognitif sedang mengalami masa
yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk,1992).
Oleh karena itu proses pendidikan yang baik dan ideal seharusnya dilakukan
sejak lahir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak lahir anak memiliki kurang
lebih 100 miliar sel otak. Perkembangan otak anak usia 0-4 tahun sudah mencapai
50%, sampai dengan usia 8 tahun 80%, sampai dengan usia 18 tahun 100%. Otak anak
yang cerdas adalah otak yang rimbun oleh banyaknya sambungan antar sel otak yang
terbentuk. Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus
berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlah sel tersebut akan semakin berkurang yang
berdampak pada pengikisan segenap potensi kecerdasan anak . (Gardner)
mengemukakan bahwa otak manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan.

12

Secara alamiah, walaupun perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam


intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani
dan keadaan sosialnya, namun bila anak distimulasi sejak dini,maka akan ditemukan
genius (potensi baik/unggul) dalam dirinya. Setiap anak memiliki kemampuan tak
terbatas (limited capacity to learn) dalam belajar yang inheren (telah ada) dalam
dirinya untuk dapat berfikir kreatif dan produktif. Oleh karena itu anak memerlukan
program pendidikan yang membuka kapasitas tersebut (unlocking the capacity)
melalui pembelajaran bermakna seawal mungkin. Penyelenggaraan pendidikan anak
sejak dini akan membantu membentuk dan menciptakan manusia yang berkualitas.
C. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai pesiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkunganya sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki
kesiapan yang optimal dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan
di masa dewasanya. Sedangkan berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis tujuan
pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini yang utama adalah :
1. Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu
menolong diri sendiri, yaitu mandiri dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri
seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu mengendalikan
emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang lain.
2. Meletakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusya belajar. Hal ini sesuai
dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan melalui empat pilar
pendidikan yang dicanangkan UNESCO, yaitu learning to know, learning to do,
learning tobe dan learning to live together yang dalam implementasinya di PAUD
dilakukan melalui pendekatan belajar sambil bermain, belajar yang menyenangkan
serta menumbuh-kembangkan keterampilan hidup sederhana sedini mungkin.
D. Pendekatan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Pendekatan pembelajaran pada kelompok bermain hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

13

1. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan aanak


2. Berorientasi pada kebutuhan anak
3. Bermain sambil belajar
4. Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi
5. Lingkungan yang kondusif
6. Menggunakan pembelajaran terpadu
7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
8. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
E. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Pembelajaran pendidikan anak usia dini disamping memperhatikan prinsippsrinsip belajar juga harus memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan anak usia
dini. Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini antara lain:
1. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa
aman dan nyaman dalam lingkungannya.
2. Anak belajar terus menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu,
mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sesuatu konsep, hingga mampu
membuat sesuatu yang berharga.
3. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan
teman sebaya.
4. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.
5. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan
individu.
6. Anak belajar dari dari hal-hal yang sederhana sampai yang komplek, dari yang
kongkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri
sendiri ke interaksi dengan orang lain.

14

F. Konsep Dasar Pengembangan Kecerdasan Anak Usia Dini Dengan Pendekatan


Permainan Tradisional
1. Pengertian Permainan Tradisional
Permainan

Tradisional

adalah

proses

melakukan

kegiatan

yang

menyenangkan hati dengan mempergunakan alat sederhana sesuai dengan keadaan


dan merupakan hasil penggalian budaya setempat menurut gagasan dan ajaran
turun temurun dari nenek moyang.
Permainan tradisional atau biasa disebut permainan rakyat merupakan hasil dari
penggalian budaya lokal yang didalamnya banyak terkandung nilai-nilai
pendidikan dan nilai budaya serta dapat menyenangkan hati yang memainkannya.
Permainan tradisional pada umumnya dimainkan secara berkelompok atau
minimal dua orang.
2. Karakteristik permainan Tradisional
Permainan tradisional memiliki karakteristik tersendiri yang dapat
membedakannya dengan jenis permainan lain
1.

Permainan cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas


dilingkungan kita tanpa harus membelinya. Salah satu syaratnya ialah daya
imajinasi dan kreatifvitas yang tinggi. Pasalnya, sipemain harus bisa
menafsirkan, mengkhayalkan, dan memanfaatkan beberapa benda yang akan
digunakan dalam bermain sesuai dengan yang diinginkan.

2. Permainan tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak atau berorientasi


komunal. Tidak mengherankan, kalau kita lihat, hampir setiap permainan
rakyat begitu banyak anggotanya. Sebab, selain mendahulukan faktor
kegembiraan bersama, pemain juga mempunyai maksud lebih pada
pendalaman kemampuan interaksi antar pemain (potensi interpersonal).
3. Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral tertentu.
3. Nilai-nilai Dalam Permainan Tradisional
Permainan tradisional ternyata memiliki beberapa hal yan menarik untuk
dicermati. Permainan tradisional selalu melahirkan nuansa suka cita.

15

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dharmamulya (1991:54) bahwa: Permainan


tradisional mengandung rasa senang, dimana rasa senang dapat mewujudkan suatu
kesempatan yang baik menuju kemajuan.
Dalam permainan tradisional tersebut jiwa anak terlihat secara penuh.
Suasana ceria, senang yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan
kebersamaan yang menyenangkan. Inilah benih masyarakat yang guyup rukun
itu dimulai. Jarang sekali permainan yang berguna untuk dirinya sendiri.
Keguyuban itu dibangun secara bersama-sama. Artinya, demi menjaga permainan
dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat
aturan main diantara anak-anak sendiri. Dalam konteks inilah anak-anak mulai
belajar dan disepakati bersama. Disatu sisi, anak belajar mematuhi aturan bermain
secara fairplay, disisi lain, merekapun berlatih membuat aturan main itu sendiri.
Sementara itu, apabila ada anak yang tidak mematuhi aturan main, dia akan
mendapatkan sanksi sosial dari sesamanya. Dalam kerangka inilah, anak mulai
belajar hidup bersama sesamanya atau hidup bersosial. Namun demikian dipihak
lain, apabila dia mau mengakui kesalahnya, teman yang lain pun bersedia
menerima kembali. Suatu bentuk proses belajar mengampuni dan menerima
kembali dari mereka yang telah mengakui kesalahannya.
Menurut Sierly, penggagas lomba kau-linan budak di Spirit Camp,
Beberapa permainan tradisional tidak sekedar menghilangkan stres anak
atau membuat fokus dalam pelajaran , tetapi juga mengajarkan nilai-nilai
kebersamaan, kejujuran, tanggunjawab, sikap lapang dada (kalau kalah),
dorongan berprestasi, dan taat pada aturan.
Dra. Suyami,M.Hum, seorang ahli naskah kuno mengatakan bahwa :
Permainan tradisional itu dapat mengembangkan kecerdasan dan
menanamkan nilai positif pada anak, kemudian karena permainan
tradisional kebanyakan dimainkan secara berkelompok, hal itu dapat
melatih kepekaan sosial anak, seperti saling menghargai, menumbuhkan
nilai sportifitas, kejujuran dan gotong royong.
Melalui permainan tradisional keterampilan anak senantiasa terasah, anak
terkondisi membuat permainan dari berbagai bahan yang telah tersedia di
sekitarnya. Dengan demikian, otot atau sensorimotor akan semakin terasah pula.
Dipihak yang lain, proses kreativitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah

16

daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya. Pemanfaatan


bahan-bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam.Hal ini melahirkan
interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan
dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia muda
terhadap lingkungan hidupnya. Melalui permainan tradisional ini juga anak mulai
mengenal model pendidikan partisipatoris. Artinya, anak memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan jiwanya.
G. Upaya Pelestarian Permainan Tradisional
Ayu Sutarto, peneliti tradisi dari Universitas Negeri Jember (Tempo interaktif,
10 Juli 2007) mengatakan :
Permainan anak-anak tradisional sekarang hanya dimainkan di desa-desa
yang sangat terpencil. Sudah sangat jarang sekarang, karena anak-anak
tergila-gila dengan playstation atau komik jepang, dan televisi menyerap
perhatian anak-anak 24 jam.
Dari segi budaya, banyak orang menganggap bahwa permainan tradisional itu
hanya sebuah produk budaya lokal yang tidak ada apa-apanya, kuno dan hanya produk
masyarakat agraris semata
Ayu Sutarto, peneliti tradisi dari Universitas Negeri Jember (Tempo interaktif,
10 Juli 2007) mengatakan :
Permainan Tradisional ini merupakan potensi bangsa, namun
terabaikan.Sebab dianggap sebagai produk budaya lokal yang tidak ada apaapanya, yang kuno dan sebagai produk masyarakat agraris saja. Ini mesti
menjadi kesadaran kita ada sesutau yang salah dengan bangsa ini.
Dari uraian diatas kita dapat melihat penyebab punahnya permainan
tradisional. Untuk itu dibutuhkan upaya maksimal baik dari jajaran pemerintah
melalui dinas terkait maupun masyarakat sebagai pelaksana dalam melestarikan
produk budaya permainan tradisional.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, marilah kita bersama-sama
memperkenalkan dan menggalakkan kembali permainan tradisional, karena kita
berada dilingkungan pendidikan, maka kita dapat mulai dengan cara menyebarkan
informasi dan simulasi permainan tradisional ini untuk dipelajari pendidik PAUD dan

17

lembaga sejenis dan kemudian menerapkan serta memainkan permainan tradisional ini
di lingkungan sekolah masing-masing.
Disamping itu, kita juga bisa mengembangkan atau melakukan inovasi
permainan tradisional menjadi suatu permainan yang menarik, agar tidak dianggap
sebagai suatu permainan yang kuno dan tidak ada apa-apanya.

18

BAB III
ANALISA PENGEMBANGAN KECERDASAN ANAK USIA DINI DENGAN
PENDEKATAN PERMAINAN TRADISIONAL
A. Gambaran Umum Lembaga Penyelenggara
Gambar 1
UPT SKB Pangkalpinang

UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pangkalpinang yang didirikan tanggal


11 Desember 1995, merupakan UPT Dinas Pendidikan Kota yang kedudukannya
pasca Otonomi Daerah diatur dalam lampiran Keputusan Walikota Pangkalpinang No.
378 Tahun 2002. UPT SKB adalah unsur pelaksana di lapangan yang
menyelenggarakan secara langsung dan teknis sebagian kewenangan kota yang secara
administratif bertanggung jawab dan dibina oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota. Unit
Pelaksana Teknis SKB dipimpin oleh seorang kepala sebagai jabatan struktural dalam
jabatan eselon IV/a.

19

1. VISI DAN MISI PAUD


a. Visi:
Mewujudkan anak usia dini yang sehat, cerdas, dan ceria, berakhlak mulia
yang siap mengikuti pendidikan lebih lanjut
b. Misi:
1.

Perluasan dan pemerataan layanan pendidikan anak usia dini


2.

Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

PAUD
3.

Penerapan metode pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan


peserta didik

4.

Mengembangkan sarana belajar/Alat Permainan Edukatif

5.

Menyediakan layanan informasi pendidikan anak usia dini

2. Jenis Program Layanan PAUD


Tabel 1
Jenis Program Layanan PAUD
No
1
2
3
4
5

Tanggal

Jenis

Lokasi

Pendirian
Kelompok Bermain Ceria
21 Juli 2003
Paud terintegrasi Posyandu 24 Agustus

Kampus SKB
Kelurahan Kacang Pedang

Mawar/Pos PAUD

Kejaksaan

Kelompok bermain Al-Hasanah


Taman Pendidikan Anak Soleh
Amanah
Kelompok Bermain Harapan
Bunda

20

2004
12 Agustus
2006
2006
2006

Kelurahan Gedung Nasional


Kelurahan Tua Tunu
Kelurahan Kacang Pedang
Kejaksaan

2. Jumlah Peserta Didik


Keadaan Per 1 Juni 2008
Tabel 2
Jumlah Peserta Didik
No
1
2
3
4
5

Jenis Program
Kelompok Bermain Ceria
Paud terintegrasi Posyandu

Jumlah
40

Lokasi
Kampus SKB
Kelurahan
Kacang

30

Mawar/Pos PAUD
Kelompok bermain Al-

Pedang Kejaksaan
Kelurahan
Gedung

27

Hasanah
Taman Pendidikan

Anak

Nasional

30

Soleh Amanah
Kelompok Bermain Harapan

Kelurahan tua Tunu


Kelurahan

25

Bunda

Kacang

Pedang Kejaksaan

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Tabel 3
Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No
1
2

Jumlah

Jenis Program

Keterangan

Pendidik

Kelompok Bermain Ceria


Paud terintegrasi Posyandu
Mawar/Pos PAUD
Kelompok bermain Al-Hasanah

4
2

- Pendidikan D2 PGTK
- Diklat BCCT,ESQ
- Pendidikan SMA
- Diklat BCCT (1 org)
- Pendidikan SMA (1 org)
- D3 PGTK (1 org)
- Diklat BCCT

Taman Pendidikan Anak Soleh


Amanah

- Pendidikan SMA
- Pendidikan SMA ( 1 org)

Kelompok Bermain Harapan


Bunda

- Pendidikan D2 PGTK
(1 org)
- Diklat BCCT

21

5. Tenaga Kependidikan
Tabel 4
Tenaga Kependidikan
No
1

Jabatan
Kepala SKB

Jumlah (orang)
1

Pamong Belajar

Unsur masyarakat

Pendidikan
S1
- S1 (3 org)
- S2 (1 org)
SMA

6. Struktur Organisasi
Tabel 5
Struktur Organisasi
Penanggung Jawab
Kepala SKB

Tim Penyelenggara
Pamong Belajar

Tutor

Tutor

Tutor

7. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran


Tabel 6
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran
No

PAUD

Hari

22

Waktu

Keterangan

1.
2.
3.
4.
5

Kober Ceria
Terintegrasi
Posyandu
TAPAS Al-Hasanah
TAPAS Amanah
Kober Harapan
Bunda

Senin sd. Kamis

08.00 10.00

Jumat - Sabtu

08.00 09.00

Setiap tanggal 15

08.00 a.d selesai

07.30 09.30

Hari Rabu Belajar di

10.00 12.00

kampus SKB
Hari Rabu Belajar di

Senin - Sabtu
Senin Sabtu
Senin, Selasa , kamis ,
Jumat

23

08.00 10.00

kampus SKB
Hari Rabu Belajar di
kampus SKB

Anda mungkin juga menyukai