Anda di halaman 1dari 3

keputusan yang menentukan tujuan

(Hery Wibowo)
Jika berbicara mengenai motivasi berprestasi, maka pasti kita tidak akan lupa kisah perjuangan
Thomas Alfa Edison dan Kolonel Sanders. Mereka adalah para pejuang keyakinan. Mereka
orang-orang yang berjuang mempertahankan keyakinannya untuk menggapai sukses yang
diidamkan. Thomas Alfa Edison kita kenal sebagai sosok yang tak kenal menyerah dalam
menciptakan lampu listrik. Ia didera oleh berbagai kegagalan, bahkan laboratoriumnya sempat
meledak, sehingga ia perlu mengulang kembali berbagai penelitian dan percobaannya. Sementara
disisi lain Kolonel Sanders adalah pejuang resep ayam KFC yang paling tangguh, tanpa kenal
lelah ia menawarkan resepnya ke berbagai pihak. Urat malunya diputus untuk menerima
penolakan. Dan kini kita sama-sama tau bahwa KFC dapat dinikmati hampir di seluruh dunia,
dan di restorannya, pasti menggunakan lampu listrik ciptaan Eyang Edison. Itulah hasil dari
keyakinan akan kesuksesan. Pertanyaannya, dari manakah keyakinan berawal?

irama edukasi
Hanya satu jawabannya, yaitu dari sebuah keputusan. Inilah yang sering kita lupakan. Kita sering
mengeluh mengapa kita tidak sukses/tidak berhasil. Sungguh sangat lucu. Mengapa lucu? Karena
sebelum memulai sesuatu kita sangat jarang (bahkan sebagian tidak pernah) untuk memutuskan
bahwa saya akan memulai ini dan menyelesaikannya. Kita jarang benar-benar memutuskan
untuk mengerjakan sesuatu dari awal hingga akhir. Mari kita lihat, mengapa kita tidak
mendapatkan IPK yang kita inginkan? Jawabannya mungkin sederhana, karena kita belum
pernah memutuskan level IPK yang kita inginkan diawal semester. Mengapa kita lulus sesuai
target kita? Jelas, karena kita belum pernah memutuskan kapan tepatnya kita ingin lulus. Satu
hal, bukan proses, bukan sumber daya, bukan lingkungan saja yang paling berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan, tetapi keputusan kita untuk mencapai tujuan kita. Ingat keputusanlah yang
menentukan tujuan.
Mari kita lihat hari-hari kita. Apakah kita terbiasa untuk memutuskan apa yang harus saya dapat
hari ini? Mungkin belum. Akhirnya hari demi hari mengalir seperti air, tanpa mendapatkan
sesuatu yang berarti. Ingat, satu keputusan sederhana, bisa mengubah hari-hari kita. Misalnya, di
pagi hari kita memutuskan untuk mendapat pemahaman baru dari surat Al Ikhlas, maka
percayalah segala pikiran, perasaan, bahkan khayalan kita turut mendukung untuk pencapaian
keputusan kita tersebut. Di setiap menit di hari itu, kita akan teringat menuntaskan apa yang telah
kita putuskan. Atau kita bisa memutuskan untuk membaca Al Quran minimal satu ayat setiap
hari. Maka, lihatlah dampaknya. Bagaimana jika kita tetap melupakan keputusan yang kita buat?
Jawabannya sederhana, berarti kita belum serius dalam membuat keputusan. Ingat, tidak
membuat keputusan adalah juga sebuah keputusan. Atau sederhananya, jika kita tidak membuat
keputusan apa-apa mengenai target harian kita, berarti kita memang memutuskan untuk tidak
mendapatkan hasil apa-apa. Maka tidak usah heran jika kita tidak pernah mendapatkan apa-apa
yang kita inginkan. Sederhana bukan?
Seorang Ustadz sholat Jumat pernah bercerita tentang seorang murid pengajiannya yang berhasil
menamatkan satu juz Al Quran setiap hari. Bagi sebagian orang hal ini terasa berat, karena
boro-boro satu juz, satu ayatpun sulit untuk kita membacanya. Ketika ditanya mengapa ia
mampu melakukannya, jawabannya sederhana; karena saya mau, dan saya telah memutuskan
untuk melakukanya. Itulah kekuatan keputusan. Keputusan yang baik adalah yang mampu
membuat kita melesat dan tidak berhenti melangkah. Keputusan yang benar adalah yang
membuat kita merasa bersalah ketika berhenti melangkah. Keputusan yang berpengaruh adalah
yang mampu membuat kita tetap berada di rel yang benar untuk menjalankan lokomotif kereta
hati dan pikiran kita menuju stasiun yang dicita-citakan.
Ada beberapa kisah klasik lagi yang akan kita bahas. Yang pertama ialah seorang tokoh
Entrepreneurship dari Indonesia yaitu Dr. Ir. Ciputra. Prestasi terhebatnya ialah ia ditunjuk
sebagai wakil dari Indonesia untuk penobatan entrepreneurship of the year oleh lembaga
internasional Ernst & Young. Apa kira-kira resepnya? Hanya satu, yaitu bahwa sejak kecil ia
telah memutuskan untuk meleburkan diri dan seluruh jiwa raganya untuk entrepreneurship,
sehingga sejak itu setiap langkah, pemikiran dan perasaannya adalah hanya untuk
entrepreneurship. Maka, tidak heran ketika saat ini bisnisnya telah melebar tidak hanya diseluruh
Indonesia, tapi mulai merambah negara-negara di ASEAN. Satu tagline beliau yang terkenal
yaitu entrepreneurship akan merubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Kini beliau telah
membuktikannya.
Kisah terakhir pada tulisan ini adalah tentang Walt Disney. Ia adalah tokoh panutan ketika
sebuah seminar/training/workshop berbicara atau membahas masalah visi. Ia adalah figur yang
dianggap memiliki visi yang sangat kuat tentang apa yang ingin diraihnya. Tentunya Anda
mengenal taman bermain Walt Disney yang sangat terkenal di Amerika dan kini ada juga di
berbagai belahan dunia. Awalnya, tidak ada seorang pun yang bermimpi bahwa hal tersebut
dapat diwujudkan. Namun keputusannya sudah bulat, bahwa ia akan membangun sebuah pusat
rekreasi keluarga yang lengkap dan dapat dinikmati oleh orang dari berbagai belahan dunia.
Sayang, ketika visi tersebut terwujud, ia sudah meninggal, sehingga upacara pembukaannya
hanya dihadiri oleh istrinya. Pestanya cukup meriah, dan banyak wartawan yang hadir.
Kemudian ada seorang wartawan yang bertanya pada sang istri, Bu, kira-kira bagaimana
perasaan suami Ibu kalau ia masih hidup? Sayang sekali, ketika hasil karyanya selesai, ia bahkan
tidak sempat melihatnya.. Sang istri dengan tenang menjawab,Beliau tidak akan menyesal,
karena beliau sudah melihatnya.. Luar biasa, itulah kekuatan sebuah visi, Itulah dahsyatnya
sebuah keputusan. Walt Disney sudah membuat keputusan dan tidak mengubahnya sampai akhir
hayatnya. Bahkan ia sudah melihat hasil dari keputusannya tersebut, sebelum dilaksanakan.
Mari, mulai saat ini, kita tidak membiarkan hari-hari kita berlalu tanpa didahului oleh keputusan-
keputusan yang positif. Karena waktu tidak akan berulang, dan jarum jam tidak dapat diputar
mundur. Ingat, tidak membuat keputusan adalah bentuk dari keputusan, yaitu keputusan untuk
membiarkan hari-hari kita berlalu tanpa makna.
Artikel Lainnya Seri Pengembangan Diri: Keputusan yang menentukan tujuan
Seri Pengembangan Diri: Positive Feeling
Seri Pengembangan Diri: Berpikir Apresiatif (bag 2)
Seri Pengembangan Diri: Kedewasaaan
Seri Pengembangan Diri: Melihat ke dalam diri

Anda mungkin juga menyukai