Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN



A. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini
adalah dengan studi kasus.
B. KASUS TERPILIH

Kasus yang digunakan dalam penelitian karya tulis ilmiah ini adalah
penatalaksanaan terapi latihan post ORIF fracture femur 1/3 distal dextra
dengan pemasangan plate and screw.
C. INSTRUMENT PENELITIAN

Instrument dalam penelitian ini adalah proses pemilihan
pengembangan metode dan alat ukur yang tepat dalam rangka pembuktian
kebenaran hipotesis. Instrumen dalam penelitian meliputi variabel. Variabel
diartikan sebagai konsep yang mempengaruhi variabilitas. Sedangkan konsep
sendiri secara sederhana dapat diberi pengertian sebagai gambaran atau
abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Ada dua macam variabel yaitu
variabel dependent atau variabel yang dapat mempengaruhi dan variabel
independent atau variabel bebas (Notoatmojo, 1993).
Variabel dependent adalah nyeri pada kaki kanan, keterbatasan LGS
kaki kanan, bengkak pada kaki kanan, penurunan kekuatan otot kaki kanan
(flexor, extensor, adductor, abductor), penurunan ADL.
Variabel independentnya adalah terapi latihan.




45
46




1. Skala nyeri dengan VDS (verbal descriptive scale)

Nyeri menurut The International Association for the study of Pain (IASP)
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang
bekaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan.
Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien untuk memilih skala nyeri
yang kira-kira oleh pasien dirasakan atau setidak-tidaknya mendekati.
Skala tersebut merupakan hasil pemeriksaan secara langsung yang
dilakukan kepada pasien. Adapun skala nyeri dalam bentuk verbal adalah
a. Tidak nyeri, b. Nyeri sangat ringan, c. Nyeri ringan, d. Nyeri tidak
begitu berat, e. Nyeri cukup berat, f. Nyeri berat, g. Nyeri tidak
tertahankan.
2. Bengkak (oedema)

Pengukuran bengkak dilakukan secara antropometri menggunakan midline
dengan satuan cm. Pemeriksaan ini dilakukan sepanjang bengkak / oedem
dalam hal ini dilakukan mulai dari tuberositas tibial ditarik 5cm, 10cm ke
distal maupun ke proksimal. Kemudian, pengukuran kedua tungkai
dibandingkan untuk mengetahui selisih.
3. LGS (Lingkup Gerak Sendi)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mencari titik axis pada setiap sendi,
sendi hip titik axisnya adalah trochanter mayor femur, sendi knee adalah
epycondylus lateral femur, sendi ankle adalah maleolus lateralis atau
medialis.
47




4. Kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle Testing)

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kemampuan otot-otot penggerak
berkontraksi kemudian diberi nilai. Menurut Lovett, Daniel dan
Worthingham (Medical Research Council) nilai kekuatan otot dinilai
dengan sebagai berikut :

Nilai Keterangan
5 N (normal) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan

gravitasi dan melawan tahanan maximal
4+ G+ (good plus) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan
gravitasi dan tahanan hampir maksimal
4 G (good) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan
gravitasi dan tahanan sedang moderat
4- G- (good minus) subyek bergerak dengan LGS penuh

melawan gravitasi dan tahanan minimal
3+ F+(fair plus) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan

gravitasi tanpa melawan tahanan
3 F (fair) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan

gravitasi tanpa melawan tahanan
3- F- (Fair minus) subyek bergerak mealawan tahanan denan
LGS lebih besar dari posisi middle range
2+ P+ (Poor plus) subyek bergerak sedikit dengan melawan

gravitasi atau bergerak dengan LGS penuh dengan tahnan
tanpa melawan gravitasi
48




2 P (Poor) subyek bergerak dengan lgs penuh tanpa melwan

gravitasi
2- P- (Poor minus) subyek bergerak dengan LGS tidak penuh
tanpa melawan gravitasi
1 T (Trace) kontraksi otot bisa dipalpasi tetapi tidak ada

gerakan sendi
0 0 (Zero) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan dilakukan

palpasi



5. Kemampuan fungsional dengan index barthel

Index Barthel merupakan pemeriksaan fungsional untuk
mengetahui kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas khusus
dalam hubungan dengan kehidupan sehari-hari, penilaian ini meliputi
kemampuan makan, transfer (dari tempat tidur ke berdiri), kebersihan diri,
aktivitas toileting, mandi, berjalan di jalan yang datar dengan alat bantu,
berpakaian, mengontrol BAB dan BAK.
D. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Kasus penelitian KTI ini diambil dari RSAL dr. Ramelan, yang
dilakukan pada tanggal 9 Desember 2009.
49




PROSEDUR PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA

1) ANAMNESIS

Anamnesis yang dilakukan pada kondisi ini adalah auto anamnesis.
Pada anamnesis ini akan diperoleh data yang berupa identitas pesien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit penyerta, riwayat keluarga serta anamnesis system.
Dimana anamnesis sistem untuk mengetahui adanya gangguan pada kepala
dan leher, kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinal, urogenital,
musculoskeletal, dan nervorum.
2) PEMERIKSAAN

Pemeriksaan disini mencakup pemeriksaan umum dan pemeriksaan
spesifik. Dimana pemeriksaan umum meliputi: anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pamariksaan gerak. Sedangkan pemeriksaan spesifik meliputi:
derajat nyeri, odema, lingkup gerak sendi, kekuatan otot, dan kemampuan
ADL.
3) EVALUASI

Dalam hal ini evaluasi harus terus dilaksanakan untuk mengetahui
tingkat perkembangan dari penderita.
4) DOKUMENTASI

Dokumentasi ini berisi tentang keseluruhan data mulai dari awal
sampai akhir.
50




E. CARA ANALISIS DATA

Analisis yang digunakan dalam penelitian KTI dengan mengumpulkan data
umum kemudian dijadikan data khusus untuk mengetahui keadaan pasien. Data
tersebut diambil dari data yang ada di rumah sakit berupa catatan medis kemudian di
dokumentasikan menjadi catatan khusus sehingga dapat digunakan sebagai
analisa akhir dengan analisa deskriptif dalam tindakan terapi.
Data penelitian lain dilakukan dengan cara pengukuran langsung terhadap
pasien yang didukung dengan diagnosa dokter dan assesment dari fisioterapi. Setelah
itu penulis mengumpulkan data yang ada dari hasil evaluasi T
1
sampai T
6
.
kemudian menganalisa data tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada. Proses
untuk menganalisa data tersebut diperoleh tahapan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan sumber data sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
perkembangan dan kemunduran dalam proses terapi.
2. Dari data yang sudah diperoleh kemudian dievaluasi oleh terapis secara periodik
digunakan untuk perbandingan terhadap hasil yang akan diperoleh pada
terapi berikutnya.
3. Menganalisa data dengan cara deskriptif dan dievaluasi untuk mengetahui
perkembangan pasien.
Dengan menganalisa data terapis menentukan tindakan terapi untuk
memprogram terapi berikutnya agar untuk dapat mencapai tujuan terapi sehingga
dapat diperoleh hasil akhir dari tindakan yang mengalami kemajuan selama proses
terapi berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai