Anda di halaman 1dari 32

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangun dentin primer selama
perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative sebagai
respon terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Berbagai bakteria, injuri
baik fisis maupun kimia dapat menyebabkan terjadinya penyakit pulpa.
Salah satu penyakit pulpa adalah pulpitis reversible, suatu kondisi
inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh karies, tetapi pulpa
masih mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk pulpitis reversible selain menghilangkan
penyebab adalah dengan pulp capping.
Pulp capping dibagi menjadi dua, indirect pulp capping dan direct pulp
capping. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang indikasi, kontraindikasi, alat
dan bahan, prosedur perawatan, factor kegagalan dan keberhasilan dari direct pulp
capping.

1.2 Skenario
Seorang anak laki-laki umur 6 tahun datang ke klinik Pedodonsia RSGM
Unej dengan keluhan utama gigi bawah kiri patah karena menggigit tulang ayam
tadi malam. Tidak ada keluhan sakit. Gigi sudah lubang tetapi tidak pernah sakit.
Hasil pemeriksaan klinis diperoleh gigi 75 fraktur karena karies, pulpa terbuka
<1mm, gigi masih vital. Hasil radiografi diperoleh gigi 75 pulpa sedikit terbuka,
jaringan periapikal sehat, tidak ada kelainan jaringan periodontal.

1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari perawatan pulp capping direct?
2. Apa tujuan dari perawatan pulp capping direct?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pulp capping direct?
4. Bagaimana tahap perawatan pulp capping direct?
5. Bagaimana mekanisme terbentuknya dentin sekunder?
2




1.4 Maping
























1.5 Tujuan Pembelajaran
1. Mampu memahami definisi dari perawatan pulp capping direct
2. Mampu memahami tujuan dari perawatan pulp capping direct
3. Mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pulp capping
direct
Pemeriksaan:
- obj:
(1) gigi 75 karies dan fraktur saat menggigit
tulang ayam.
(2) tidak sakit
(3) pulpa terbuka <1mm
(4) gigi vital

-Ro:
(1) Jaringan periapikal & periodontal sehat
(2) Pulpa sedikit terbuka
Diagnosa Pulpitis reversible
Perawatan:
-Pulpa: Direct Pulp Capping
-Mahkota: Restorasi
3



4. Mampu memahami tahap perawatan pulp capping direct
5. Mampu memahami mekanisme terbentuknya dentin sekunder


4



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Seperti pada cabang ilmu kedokteran gigi, praktek ilmu kedokteran gigi
anak harus dikelola dengan suatu filosofi yang sederhana tetapi mendasari rawat
pasiennya bukan giginya. Yang terkandung dalam filosofi ini adalah suatu tekad
untuk mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa percaya dan
kerjasama anak untuk melakukan perawatan dengan cara simpatik dan baik serta
tidak hanya memberikan perawatan yang diberikan tetapi juga mengusahakan
masa depan kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dn tingkah laku yang
positif terhadap perawatan gigi. (Andlaw R.J, 1992)
Perawatan pendahuluan yang diberikan kepada anak adalah menjelaskan
prosedur dari perawatan yang akan dilakukan. Tujuan penjelasan ini adalah untuk
memperkenalkan pada anak bagaimana rasanya perawatan gigi dan untuk
memperlihatkan bahwa ini adalah pengalaman yang menyenangkan, terkhusus
untuk anak yang baru pertama kali datang. Idealnya, perawatan operatif yang
meliputi injeksi atau preparasi kavitas tidak dilakukan pada kunjungan pertama,
tetapi pada tahap ini anak berada pada situasi baru. (Andlaw R.J)
Metode perawatan operatif yang dilakukan pada anak meliputi berbagai
macam perawatan, antara lain pulp capping dan pulpotomi yang dilakukan pada
perawatan pulpa gigi sulung. pulpotomi terdiri atas pulpotomi vital, devitalisasi
pulpotomi dan mortal pulpotomi. Selain itu juga adanya restorasi gigi pada gigi
sulung dengan menggunakan berbagai bahan untuk resatorasiny. (Andlaw R.J)
Pulpagigiberadadalamjaringankeras yang meliputi dentin, enamel,
sementum, dan memberikan dukungan mekanis yang kuat serta perlindungan dari
lingkungan mulut yang kaya akan mikroba. Meskipun demikian, jika pelindung
yang keras ini kehilangan keutuhan strukturalnya, maka pulpa akan berada dalam
ancaman stimulus yang berbahaya dari mulut. Karies, retak, patah dan margin
restorasi yang terbuka memberikan jalur untuk mikroorganisme dan toksinnya
masuk kepulpa. Terbukanya pulpa disebabkan oleh karies terjadi lebih
seringterjadi pada gigi sulung karena gigi sulung mempunyai rongga pulpa yang
relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol dan email serta dentin lebih tipis.
5



Untuk menghindari terjadinya infeksi atau untuk mempertahankan vitalitas dari
pulpa tersebut dapat dilakukan perawatan pulp capping gigi sulung. (Andlaw R.J)
Pulp capping adalah salah satu perawatan pada gigi dengan tujuan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa dengan menempatkan bahan yang ssuai, baik
secara langsung pada pulpa yang terbuka atau diatas lapisan dentin yang tipis dan
lunak. Pulp capping terdiri dari 2 macam, yaitu pulp cappingdirect dan pulp
cappingindirect. Pulp cappng tidak dianjurkan jika diameter daerah yang terbuak
lebih besar dari ujung jarum.
Pulp capping direct, adalah prosedur yang dilakukan yakni jika pulpa
terbuka secara mekanis (tidak sengaja) dan pupa terbuka karena karies. Pulpa
tebuka secara mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau mahkota yang
belebihan.(Richard E Walton, 2008)

Untuk indikasi dan kontraindikasi pada perawatan Pulp capping direct yaitu :
1. Indikasi
Perawatan pulpa vital diindikasikan untuk gigi yang belum tumbuh sempurna
yang pembentukan akarnya belum lengkap dan degan kerusakan pada pulpa
mahkotanya, tetapi pulpa pada bagian akarnya dianggap sehat. Selain itu,
mahkotanya cukup utuh dan masih dapat direstorasi.( Richard E Walton)
Pulpa vital terbuka kecil seujung jarum karena kesalahan mekanis
(kesalahan saat preparasi kavitas atau ekskavasi jaringan dentin lunak)
Terbukanya pulpa kecil dengan diameter kurang dari 1mm
Pulpa masih vital.
Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
2. Kontraindikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
6



Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.

Untuk melakukan perawatan pulp capping direct dilakukan beberapa tahapan
pengerjaan yaitu
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Isolasi gigi
3. Ekskavasi karies yang dalam
4. Preparasi kavitas
5. Irigasi dengan aquades
6. Mengeringkan kavitas
7. Memberi bahan Kalsium Hidroksida (sub base)
8. Memberi Basis
9. Tumpatan sementara
Pada pulp capping direct dilakukan dua pelapisan sebelum penumpatan yaitu
diberikannya sub base dan basis. Sub base ( pelapik ) adalah bahan-bahan yang
diletakkan berupa lapisan tipis dan fungsi utamanya adalah untuk memberikan
suatu perlindungan terhadap iritasi kimia. Bahan ini berfungsi sebagai penyekat
panas. Bahan ini tidak digunakan untuk menghasilkan suatu bentuk struktural
preparasi. Sedangkan basis adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai pelindung
terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan
tekanan yangdiberikan selama pemampatan bahan restoratif. ( Baum dkk, 1997)

7



BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Definisi dari Perawatan Pulp Capping Direct
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau
bahan untuk perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium
yang akan merangsang pembentukan dentin reparative. (Harty dan Oston, 1993).
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur dilakukannya pulp capping
direct yaitu jika pulpa terbuka secara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka
karena karies. Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada preparasi
kavitas atau preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat bantu
retensi. Kedua tipe terbukanya pulpa ini berbeda, jaringan pulpanya masih normal
pada kasus pemajanan mekanis yang tidak sengaja, sementara pada pulpa yang
terbuka karena karies yang dalam kemungkinan besar pulpanya telah terinflamasi.
(Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)

3.2 Tujuan dari Perawatan Pulp Capping Direct
Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa
dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan
vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.

3.3 Indikasi dan Kontraindikasi dari Perawatan Pulp Capping Direct
Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena
karies atau trauma tetapi kecil dan diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat
terbuka itu tidak dalam keadaan patologis. Dengan demikian pulpa dapat tetap
sehat dan bahkan mampu melakukan upaya perbaikan sebagai respons terhadap
medikamen yang dipakai dalam perawatan pulp capping.
Indikasi :
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak
lebih dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada
gejala
8



Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena
karies dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala
Pulpa masih vital
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong
oleh bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri
maupun kontaminasi saliva
Kontraindikasi :
Nyeri spontan nyeri pada malam hari
Pembengkakan
Fistula
Peka terhadap perkusi
Gigi goyang secara patologik
Resorpsi akar eksterna
Resorpsi akar interna
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar
Kalsifikasi jaringan pulpa
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa

3.4 Tahap Perawatan Pulp Capping Direct
Prosedur perawatan Pulp Capping secara umum :
3.4.1 Kunjungan I
1. Asepsis
Berbagai bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuang dan
mengahancurkan kontaminan bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan
karet sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara lain alkohol, senyawa
ammonium kuaterner, natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri,
dan hydrogen peroksida. Teknik yang efektif adalah sebagai berikut:
Plak dibuang dengan karet dan pumis
Pemasangan isolator karet
9



Pemasangan isolator karet merupakan hal yang harus dilakukan. Pemasangan
isolator karet pada gigi normal, dengan beberapa latihan, hanya memerlukan
waktu kira-kira setengah menit. Walaupun demikian dipraktek pribadi masih
jarang dilakukan pemasangan isolator karet ini.
Keuntungan pemakaian isolator karet adalah:
Mencegah tertelannya instrument endodontik yang digunakan.
Daerah kerja kering dan jelas serta mudah didesenfeksi.
Melindungi gusi, lidah dan pipi dari trauma iatrogenic.
Mempersingkat waktu perawatan yang dilakukan dokter gigi.
Kerugian pemakaian isolator karet adalah:
Mempersulit foto rontgen
Dapat terjadi trauma pada papilla gingival.
Isolator karet terdiri dari:
Lembaran Karet
Ada yang berwarna terang dan gelap. Warna gelap membuat daerah kerja
menjadi lebih jelas tetapi kurang baik untuk pengambilan foto rontgen.
Ketebalan dari lembar karet ada bermacam-macam.
Bingkai
Bingkai isolator karet terbuat dari logam dan plastik. Gunanya untuk menahan
atau meregang lembaran karet yang digunakan. Saat ini yang sering dipakai
adalah Starlite visiframe.
Cengkram
Untuk setiap elemen gigi mempunyai cengkeram tersendiri.
a. Permukaan gigi, cengkeram, dan karet di sekelilingnya diulas dengan
hydrogen peroksida 30 %
b. Permukan dioles dengan desinfektan iodium tinktur 5%, natrium hipoklorit
juga bisa digunakan untuk menggantikannya.
Sterilisasi instrument :
Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi
bakteri berarti menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit.
10



Instrument yang digunakan dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi,
tetapi hal ini tidak begitu memuaskan karena tiga alasan yaitu :
a. Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi
organisme yang dapat menyebabkan penyakit
b. Organisme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit
jika memperoleh tambahan jaringan yang nekrosis atau rusak yang terdapat dalam
ruang pulpa atau region periapeks
c. Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan hepatitis B
dari satu pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi. Oleh kerena
itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua instrument
yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih dahulu.

Selain itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di sterilisasi harus
digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air karena jika
terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat
jalannya sterilisasi. Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-
bahan endodontik ini, seperti :
a. Autoklaf
b. Oven udara panas
c. Pemanas kering
d. Sterilisasi garam panas

2. Pembersihan jaringan karies
Kedalaman penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang
bermakna pada ragangan akhir preparasi. Bila ragangan preparasi hamper selesai
dibuat maka dilakukan evaluasi pengukuran penetrasi lateral dari karies dengan
menggunakan sonde. Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak
menghilangkan karies yang terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan
dengan menggunakan bur bulat atau eksavator genggam. Bila digunakan dengan
bur, sebaiknya bur kecepatan rendah untuk mencegah pembuangan yang
berlebihan. Ukuran mata burnya harus besar dan disesuaikan dengan besar gigi
11



dan besar karies dentin yang tertinggal. Sewaktu karies dentin ini disingkirkan,
warna dan tekstur dentin yang tinggal dapat digunakan sebagai penuntun untuk
mengetahui preparasi yang tepat. Penyinkiran karies dentin dengan ekskavator.
Penyingkiran karies dentin dengan menggunakan bur bulat

3. Membersihkan permukaan preparasi
Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi
oleh sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak
begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat
optimal semen gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh
kebersihan permukaan preparasi pada waktu penambalan.
Natrium hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai konsentrasi adalah irigan
yang paling popular dan paling dianjurkan. Larutan ini tidak mahal, mudah
diperoleh, mudah dipakai dan memperoleh rating yang tinggi dalam penelitian.
Penelitian in vitro mengindikasikan bahwa NaOCl melarutkan jaringan dengan
mudah, eksperimen pada gigi cabutan dan penggunaan kliniknya tidak begitu
mengesankan. Didalam saluran akar, irigan tidak akan berkontak secara luas dan
intim dengan semua daerah jaringan. Selain itu, irigan tidak mempunyai akses
yang cukup kedaerah yang terpencilmdan derah-daerah yang mengalami
penyimpangan anatomi dan oleh karenanya aka nada daerah-daerah yang
debridementnya tidak bisa dilakukan dengan baik. Sedangkan Pemakaian
peroksida hydrogen (H2O2)sendiri tidak bermanfaat. Cara ini dahulu pernah
popular dan bermanfaat tapi karena ada efek berbusanya larutan akibatnya
terbentuk O-nasen yang memudahkan pembersihan debris ternyata, peningkatan
debridement dengan cara ini tidak terjadi.
Tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat.
Yang penting adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau
28. Jarum ukuran ini berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam sehingga
pengeluaran lautan dapat lebih baik demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum
12



yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat; kecenderungan ini dapat
diminimalkan dengan aspirasi setiap setelah irigasi.
Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah penetrasi jarum dan volume irigasi.
jarum yang kecil, bersama-sama dengan irigasi yang banyak akan menghasilkan
pembilasan yang lebih baik.

4. Menempatkan Subbase
Bahan Subbase :
Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp
capping yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai
banyak kekurangan di antaranya pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis
likuidasi terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium
hidroksida yang kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam,
justru menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital,
menyebabkan iritasi ringan pada pulpa.

Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada pembentukan
jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya bakteri dan memperlambat
proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat
kesembuhan dengan memicu proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan
diperlukan molekul pensinyal untuk memulai kaskade siklus sel agar terjadi
mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin reparatif.

Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta.
Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium
di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai insulator di atas bagian kavitas
yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan ini dapat
dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai
dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum
penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik
13



bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda
yang berserakan di semua tempat. (Baum, 1997)
Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang
diperlukan. Ukuran dan lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat.
Bagian belakang eskavator yang kecil dapat digunakan dalam penempatan semen.
Instrumen yang efektif adalah aplikator yang berbentuk seperti sebuah sonde
dengan bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat dicelupkan setengah ke
dalam campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas (atau
permukaan atas). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut
tidak akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai
instrumen.
Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada
dentin. Ada kecenderungan yang kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya
Dycal, kunci mekanis untuk retensi. Bila hal ini terjadi, alat-alat eksplorer atau
pemotong digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi setelah bahan itu
mengeras.
Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus
ditempatkan langsung setelah pencampuran.
Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan ini. Kelembaban yang
meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini disebabkan
karena tidak memakai isolator karet. (Baum, 1997)

Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang
dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi
yang baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel,
mudah memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi
darah, tidak larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan
sementum). Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih
radiopak dari dentin schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi.
Karena sifat-sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang
14



endodontik yaitu: sebagai perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi,
apeksifikasi akar dan direct pulp capping.

5. Melapisi subbase dengan base
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal
untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari
iritasi kimia dan fisik. (Eccles & Greene, 1994 : 78).
Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia,
menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan
semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung sebelum
merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan material restorasi
yang akan digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner dan base tidak
dibedakan secara jelas. (Baum dkk, 1997 ; 154)
Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier
untuk melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari
restorasi/cairan rongga mulut yang dapat menembus interface gigi-restorasi.
Liner juga sebagai penyekat elektrik material metalik, memberikan
perlindungan thermal dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan
restorasi metal yang luas ke pulpa yang tidak berikatan dengan struktur gigi
seperti amalgam, cast gold, atau restorasi indirect.
Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal
untuk pulpa dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan
mendistribusikan stress local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya.
Basis memberikan perlindungan bagi pulpa :
Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi
Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal
Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury (Gatot Sutrisno, 2006)
Macam-macam basis :
Vernis
Bila digunakan tambalan amalgam atau emas, preparasi tersebut harus
dilapisi dengan vernis kavitas. Vernis kavitas bisa resin alami atau sintetik yang
15



dilarutkan pada pelarut ester atau kloroform. Kemudian pelarut akan menguap dan
meninggalkan lapisan tipis pada preparasi kavitas yang merupakan balut terhadap
dentin yang terpotong. Vernis kavitas fungsi utamanya adalah mengurangi
kebocoran mikro yang terjadi seperti seperti pada restorasi amalagam. Vernis
kavitas ini menghambat kebocoran mikro selama beberapa minggu pertama
sampai produk korosi terbentuk. Sensitivitas yang dirangsang oleh penetrasi
cairan atau debris akan sangat berkurang. Selain itu, bila restorasi mengiritasi,
seperti seng fosfat,vernis dioleskan untuk mencegah penetrasi asam ke dentin dan
pulpa.
Selapis vernis yang diletakkan dibawah restorasi logam bukan merupakan
isolator panas yang baik walaupun vernis memiliki konduktivitas panas yang
rendah, bila ditempatkan dengan baik, ketebalan lapisan tersebut hanyalah
berkisar 4 mikrometer sehingga terlalu tipis untuk menyekat panas.
Kalsium Hidroksida
Vernis tidak digunakan bila restorasi tersebut adalah komposit atau resin
nirpasi. Begitu resin berkontak dengan vernis, polimerisasi resin dapat
menghambat sehingga menghasilkan perlunakan pada permukaa antara vernis dan
resin. Suatu bahan yang secara ektensif digunakan untuk perlindungan pulpa tidak
hanya dibawah resin tetapi dibawah seluruh bahan restorasif adalah kalsium
hidroksida. Bahan ini sangat efektif dalam pembentukan dentin sekunder. Dentin
sekunder merupakan bantuan yang penting dalam perbaikan pulpa. Dentin
tersebut nantinya akan melindungi pulpa dari iritan-iritan seperti produk toksik
dari bahan restorasi. Semen kalsium hidroksida yang dipasarkan biasanya
disediakan dalam 2 pasta. Pasta ini mengandung 6 atau 7 bahan lain yang
ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu. Bahan-bahan ini pada
umumnya memberikan respon pulpa yang khas terhadap kalsium hidroksida.
Bahn ini memiliki kekuatan dan kekerasan yang sangat baik sehingga digunakan
sebagai fondasi untuk bahan tambalan dan cocok untuk kerusakan yang
diakibatkan oleh lesi karies profunda.
Prosedur Peletakan Pelapik dan Basis :
16



Vernis : Pemilihan merk vernis didasarkan pada kerusakan pribadi dan
karakteristik manipulasi bahan tersebut. Hal yang terpenting adalah untuk
mendapatkan suatu lapisan yang merata dan tidak terputus-putus diatas seluruh
permukaan kavitas yang dipreparasi. Sedikitnya ada 2 lapisan yang harus
dioleskan. Mengeringnya lapisan pertama akan meninggalkan lubang-lubang kecil
dan lapisan kedua megisi rongga-rongga tersebut dan menghasilkan lapisan yang
lebih homogen.
Vernis harus mempunyai viskositas yang encer, bila terlalu kental maka
tidak akan membasahi gigi dengan baik sehingga memungkinkan kebocoran
mikro diantara gigi dan vernis. Oleh karena itu selama tidak dipakai vernis tidak
dipakai maka botol vernis harus ditutup rapat. Dan bahan pengencer yang
biasanya digunakan adalah eter atau kloroform.
Vernis dioleskan pada dinding preparasi dengan menggunakan kapas kecil
dan dikeringkan dengan menggunakan angin. Pengolesan vernis dengan
menggunakan kapas kan pinset, apabila kavitas terlalu kecil bisa menggunakan
sonde. Namun akan lebih efektif jika menggunakan reamer saluran akar sebagai
pembawa.

Semen :
Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya :
semen oksida seng eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat,
semen ionomer kaca.
a. Semen Oksida Seng Eugenol
Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam
bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen
ini sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH
mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan dapat
meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa.

Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh
karena itu produk OSE diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.
17



Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad
dibanding glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes
eugenol dan diaduk sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila
dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen
dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam
kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.
Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat
untuk menekan bahan tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen
yang baru diaduk cenderung lengket ke instrument logam atau plastik, karena itu
kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan berulangkali dengan cara
yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.

b. Semen Seng Fosfat (ZP)
Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa.
Terdiri atas bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan
cairannya adalah asam ortho phosporik, garam-garam logam dan air. Pemakaian
utama dan tradisional dari bahan ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi
pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi
yang besar.
Semen posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa
perlindungan varnish atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan
kerusakan pulpa yang irreversible. Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki
kekuatan yang besar dari suatu basis, dapat menahan dari trauma mekanis dan
memberi perlindungan yang baik dari rangsangan panas tetapi semen ini mudah
pecah dan tidak baik untuk tambalan sementara.

c. Semen Polikarboksilat
Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada
komponen kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki
potensi untuk adhesi klinis ke ion kalsium pada email dan dentin. Karena bahan
18



ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen hingga
menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat.
Bubuk semen ini sama dengan semen seng phospat bubuk mengandung oksida
seng dan sejumlah kecil oksida magnesium. Pada saat ini oksida magnesium
sering digantikan dengan oksida stanic dan stanius flourida untuk memodifikasi
waktu pengerasan dan meningkatkan kekuatan dan karakteristik manipulasinya.
Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. pH semen polikarboksilat, pada
awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi respon pulpanya mirip dengan
semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk tingkat iritasi yang rendah
adalah ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin
dan penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui
tubulus dentin.

d. Semen silikophospat
Semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen
silikat, sering disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90%
semen silikat dan 10 % semen seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida
dalam bagian silikat dari bubuk tersebut, semen ini memberikan pencegahan
karies sekunder. Dari titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering
merupakan bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk
perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.

e. Semen ionomer kaca (GIC)
Karena sifat biologis dari GIC yang baik dan memiliki potensi perlekatan
kekalsium yang ada didialam gigi, ionomer kaca terutama digunakan sebagai
bahan restoratif untuk perawatan daerah erosi dan sebagai bahan penyemenan.
Selain itu GIC digunakan sebagai basis walaupun bahan tersebut sangat sensitif
terhadap air dan membutuhkan daerah yang kering.
Komposisi :
GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.
Bubuk : Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :
19



Silica 41.9%
Alumina 28.6%
Aluminium Fluoride 1.6%
Calcium Fluoride 15.7%
Sodium Fluoride 9.3%
Aluminium Phosphate 3.8%
Likuid :
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan
konsentrasi antara 40-50%. Pelapik ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah
sistem bubuk-cairan konvensional serupa dengan semen tipe 2. tipe 2 adalah
ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar, bagian bubuknya berisi unsur
partikel kaca konvensional yang larut asam ditambah aselerator foto- aktivasi.
Cairannya dalah larutan cair asam poliakrilat atau kopolimer, gugusan grup
metakrilat. Kedua unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke kavitas, dan kemudian
disinari dengan sinar pengeras resin. Sinar mengaktifkan akselerator,
menghasilkan radikal bebas dan gugusan grup metakrilat akan mengeras dengan
cara saling menempel. Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah, untuk
perekat perantara antara gigi dengan tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini
sebagai bonding terhadap dentin. Contoh : pemberian base Zn PO4

6. Penumpatan sementara
Tujuan Restorasi Sementara :
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal
hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil
tanpa mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah
dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta
fungsinya. Tujuan restorasi sementara adalah :
Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau
ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi
sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang singkat.
Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
20



Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan cara
merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.
Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak mempersulit
pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka
akan timbul masalah gingiva akibat sulit menjaga kebersihan mulut.
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan
lama, yakni :
Mempertahankan struktur gigi
Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak lebih baik
lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan.
Sebaliknya, kuspa mungkin perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping).
Retensi
Restorasi korona memperoleh retensi dari inti dan sisa dentin yang masih
ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem
saluran akarnya dengan memakai pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan
mungkin menyebabkan operforasi sehingga hendaknya dipakai jika diperlukan
untuk retensi inti.
Proteksi sisa struktur gigi
Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi kuspa yang
tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi
didesain demikian rupa sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan melalui
gigi ke jaringan penyangga.
Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama,
tekanan oklusal dan keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan
gigi yang hilang.Restorasi sementara harus bertahan satu sampai beberapa
minggu. Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antara lain: Bahan pertama
yaitu cavit G ( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang mengandung calcium
sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv waktu mengeras,
karena penggunaanya mudah dan mempunyai kerapatan yang baik dengan
dinding kavitas, digunakan untuk waktu antar kunjungan yang singkat, kekuatan
21



komprehensifnya yang rendah dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara
meletakkan kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada dinding kavitas
dengan instrument plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan
permukaan tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah penumpatan
sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1 jam.
(Wilrdman (1971).
Kualitas penutupan cavit G kelihatannya berdasarkan kemampuan bahan
untuk mengembang saat mengeras. Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik
yang dapat mengeras dalam susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan
digunakan pada gigi vital karena dapat mengeringkan dentin dan dengan demikian
dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi (cit. Grossman,dkk,1995)
Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan
tumpatan sementara yang mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan
resin. Bahan ini cukup untuk baik digunakan walaupun kerapatannya kurang bila
dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya sama dengan bahan pertama.
Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi seperti karies interproksimal
subgingiva tetapi yang tidak memerlukan pemanjangan mahkota atau
gingivektomi.
Semen ini harus tetap mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur
gigi hanya tersisa sedikit, semen harus dikontur sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan impaksi makanan.
Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria laboratories Pharmatique,
Jerman) merupakan bahan tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas.
Pada saat bentuknya cair, sewaktu mengaplikasikannya harus dihindarkan dari
tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila terkena saliva. Bahan ini
mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan juga sangat rapat dalam
menutup kavitas terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi
warna yaitu warna gading untuk pemakaian normal, warna merah jambu untuk
pemakaian yang keras dan warna biru untuk kasus yang membutuhkan campuran
arsenik.

22



Kunjungan II
1. Melakukan control seminggu kemudian
Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau
tidak. Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari
guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi,
karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga
rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes
termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat
menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot
etil klorida atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil
akan diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di
atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita (Bila gigi lawan tidak cukup
ditekan dengan pangkal kaca mulut).
Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan
tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.

Alat dan Bahan yang Digunakan pada Direct Pulp Capping
1. Alat :
23



a. Bur bulat
Fungsinya :
Untuk membur email
Untuk menyingkirkan karies di dentin
Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum
b. Ekscavator
Fungsinya :
Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies
c. Hachet email atau pahat
d. Pinset berkerat
Fungsinya :
Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
e. Plastis filling instrument
Fungsinya :
Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan
plastis
Aplikasi semen
Untuk mengurangi kelebihan bahan
f. Alat pengaduk semen
Fungsinya :
Untuk memanipulasi bahan tumpatan
g. Stopper cement
Fungsinya :
Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen

2. Bahan - bahan
a. Semen zinc oxide eugenol
Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan
eugenol, kemudian diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan
konsistensi pasta
24




b. Kalsium Hidroksida
Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder yang lunak dan
tidak berbau, namun kalsium hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu
bila dicampur dengan champorated para chlorophenol, metakresil asetat, metal
selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni.

Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Direct Pulp Capping
a. Keberhasilan perawatan
Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode
perawatan yang valid di bidang endodontic, karena bila perawatan ini berhasil
maka vitalitas dari gigi dengan pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini
sangat tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri
yang mencapai pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka.
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya
rasa sakit, serta reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang
dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital,
terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa,
berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai kriteria jembatan dentin sebagai
indikator keberhasilan perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu
barrier untuk melindungi jaringan pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak
mengalami inflamasi, tetap vital, membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan
penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan
dentin terbentuk karena adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang
terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari
pertama hingga minggu kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan
setelah perawatan untuk melakukan control. Kemudian secara periodic setiap 6
bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas pulpa.
25




b. Kegagalan perawatan
Perdarahan yang terjadi dapat berperan sebagai penghalang sehingga tidak
terjadi kontak antara bahan kalsium hidroksida dengan jaringan pulpa. Hal ini
menyebabkan proses penyembuhan pulpa terhambat.
Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu
timbulnya keluhan, misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin
atau gejala lain yang tidak diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan objektif
dengan radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen yang menunjukkan
gumpalan darah atau terjadinya resorpsi internal.

Prognosis
Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode
perawatan yang valid di bidang endodontik, karena bila perawatan ini berhasil
maka vitalitas dari gigi dengan pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini
sangat tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri
yang mencapai pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka.

3.5 Mekanisme Terbentuknya Dentin Sekunder
Odontoblas adalah sel pulpa yang paling khas, sel ini membentuk lapisan
tunggal di perifernya, dan mensintesis matriks yang kemudian termineralisasi dan
menjadi dentin. Di bagian mahkota ruang pulpa terdapat odontoblas ynag
jumlahnya banyak sekali dan bentuknya seperti kubus serta relative besar. Jumlah
di daerah itu sekitar 45000 dan 65000/mm2. Didaearah servikal dan tampilanya
lebih gepeng (squamosa). Morfologi sel umumnya secara siqnifikan mencermikan
aktifitas fungsional, dan sel yang lebih besar memiliki kapasitas fungsionalnya,
dan sel yang lebih besar memiliki kapasitas mensintesis lebih banyak matriks.
Odontoblas adalah selakhir yakni tidak mengalami pembelahan sel. Seumur
hidupnya yang bisa sama dengan umur vitalitas pulpa, odontobalas mengalami
masa fungsional, transisional, dan fase istirahat, yang masing masing berbeda
dalam ukuran dan ekspresi organelnya.
26



Odontoblas terdiri atas dua komponen structural dan fungsional utama
yakni badan sel dan prosesus sel. Badan sel terletak di sebelah matriks dentin tak
termineralisasi. Prosesus sel memanjang keluar kearah tubulus dentin dan
predentin. Sampai di mana prosesus odontoblas berjalan di tubulus masih menjadi
bahan perdebatan ahli anatomi bertahun tahun lamanya. Sejumlah penelitian
menunjukan bahwa prosesus odontoblas hanya mencapai sebagian panjang
tubulus, sementara adapula penelitian yang mengungkapkan bahwa prosesus
odontoblas ini berjalan sampai seluruh ketebalan dentin dan berakhir pada atau di
dekat PED / PSD. Jauh tidaknya prosesus di dalam tubulus rupanya bergantung
kepada cara penelitianya. Sampai kini masalah ini masih belum terpecahkan; ada
kemungkinan panjang prosesus di dalam tubulus memang bervariasi.
Badan sel adalah bagian dari sel yang berfungsi sebagai sintesis dan
mengandung nucleus yang terletak di basal serta struktur organel di dalam.
Sitoplasma yang adalah khas dari suatu sel pensekresi. Selama dentinogenesis
aktif, reticulum endoplasma dan apparatus golgi tampak menonjol di sertai
banyak mitokondria dan vesikel. Badan sel di lengkapi dengan berbagai junction
yang kompleks yang mengandung gap junction, type junction, dan desmosom
yang lokasinya bervariasi dan di tentukan oleh fungsinya. Junction mengisolasi
lokasi tempat terbentuknya dentin dan mengatur aliran zat kedalam dan keluar
area. Produk sekresi dari odontoblas di lepas kedalam membrane sel di ujung
perifer badan sel dan ujung basal dari prosesus sel. Pada mulanya produkini
mencakup komponen organic dari matriks dentin dan crystal crystal yang
termineralisasi, tetapi setelah mineralisasi hanya komponen matriks yang di
sekresi keluar.odontoblas bekerja paling efektif selama dentinogenseis primer dan
selama pembentukan dentin reparative. Aktifnya banyak berkurang selama
dentinogenesis sekunder sedang berjalan.

1. Dentin Sekunder
Pembentukan dentin berlangsung sepanjang hidup, dan dentin yang
terbentuk setelah gigi-gigi terkalsifikasi seluruhnya dan berfungsi disebut dentin
sekunder. Dentin sekunder memberi tambahan pada dentin semula dan cenderung
27



muncul dalam suatu lapisan di atas dentin pada pertautan pulpanya. Dentin
sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena
tubuli membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin
sekunder ditumpuk secara tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan
rendah dan mempunyai pola inkremental dan struktur tubular kurang teratur
dibandingkan dentin primer. Misalnya, dentin sekunder ditumpuk dalam kuantitas
lebih besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada pada dinding pulpa.
Deposisi yang tidak rata ini menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk
pulpa kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder ini melindungi pulpa.

2. Dentin Reparatif
Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier,
disusun oleh pulpa sebagai suatu respon protektif terhadap rangsangan yang
membahayakan. Rangsangan ini dapat diakibatkan karies, prosedur operatif,
bahan restoratif, abrasi, erosi, atau trauma. Dentin reparatif ditumpuk pada daerah
yang dipengaruhi dengan rata-rata kecepatan yang meningkat dengan rata-rata 1,5
m tiap hari. Kecepatan, kualitas, dan kuantitas dentin reparatif yang ditumpuk
tergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas dan biasanya
dihasilkan oleh odontoblas pengganti. Jika suatu rangsangan ringan dikenakan
pada odontoblas untuk periode waktu yang panajang, seperti abrasi, dentin
reparatif mungkin ditumpuk pada suatu kecepatan lambat. Jaringan ini ditandai
oleh tubuli yang agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau
suatu rangsangan mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif
dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi
karies yang agresif atau suatu rangsangan mendadak lain akan merangsang
produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur.
Bila odontoblas terkena injuri yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang
hancur akan meninggalkan tubuli kosong, yang disebut dead tract kecuali kalau
pulpa terlalu atrofik.
Karena dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuli, meskipun kurang
bermineral, dentin reparatif mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan
28



merintangi masuknya produk atau zat yang membahayakan ke dalam pulpa. Bila
karies berkembang dan bila lebih banyak odontoblast terkena injuri yang tidak
dapat di perbaiki, lapisan dentin reparatif akan menjadi lebih lebih atubular dan
dapat mempunyai inklusi ( inclusion) sel, yaitu odontoblast yang terjebak. Inklusi
selular tidak umum pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel mesenkim
daerah kaya sel akan berkembang menjadi odontoblast untuk mengganti yang
mengalami nekrosis. Odontoblast yang baru terbentuk ini dapat menghasilkan
dentin yang teratur atau suatu dentin amorfus, pengapurannya jelek dan permebel.
Daerah demarkasi antara dentin sekunder dan dentin reparatif disebut garis
kalsiotraumatik
Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan,
termasuk keausan normal, karies, prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini
seringkali menyebabkan timbulnya respons protektif melalui terdepositnya dentin
reparatif, tetapi pembentukan dentin ini akan terbatas pada tubulus yang berkaitan
dengan daerah iritasi. Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder adalah
sama, dan keduanya hanya berbeda pada lokasi deposisinya.

Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya
akan mati, sehingga tubulus akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan
tubulus-tubulus yang kosong, tubulus akan kelihatan gelap pada gambaran
mikroskopis dan disebut sebagai saluran yang mati. Ujung pulpa dari tubulus
biasanya tertutup oleh dentin reparatif, dan setelah waktu tertentu tubulus akan
terkalsifikasi dan pola tubular pada dentin yang terpotong akan tersumbat. Istilah
lain yang digunakan untuk menyebut tubulus yang mengalami kalsifikasi adalah
dentin sklerotik.
Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk
dentin reparatif yang terdeposit dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses
karies melebihi kecepatan dari respons pulpa, dasar dentin keras tidak akan
terbentuk. Atau jika kondisi ini parah, dentin lunak berhubungan langsung dengan
pulpa itu sendiri. Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang
29



nekrosis, akan menunjukkan daerah dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal
0,5 mm) dan lunak, tetapi tetap utuh.
Jika lapisan dentin semi-solid ini disingkirkan dan bila pulpa berhasil
menahan serangan proses karies yang hebat, biasanya akan dijumpai selapis
dentin yang keras dengan permukaan licin dan mengkilap. Meskipun demikian,
semua karies dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak harus disingkirkan.


30



BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan :
1. Pulp capping direct, adalah prosedur yang dilakukan yakni jika pulpa
terbuka secara mekanis (tidak sengaja) dan pupa terbuka karena
karies.Pulpa tebuka secara mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas
atau mahkota yang belebihan.(Richard E Walton, 2008)
2. Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa
dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan
vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan.
3. Indikasi dan kontraindikasinya adalah:
Indikasi
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar
tidak lebih dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta
tidak ada gejala
Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau
karena karies dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada
gejala
Pulpa masih vital
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa
terpotong oleh bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat
invasi bakteri maupun kontaminasi saliva
Kontraindikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari
Pembengkakan
Fistula
Peka terhadap perkusi
Gigi goyang secara patologik
Resorpsi akar eksterna
31



Resorpsi akar interna
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar
Kalsifikasi jaringan pulpa
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa

4. Prosedur perawatan pulp capping direct, yaitu:
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Isolasi dan Asepsis gigi beserta daerah kerja
c. Ekskavasi karies yang dalam
d. Preparasi kavitas
e. Irigasi dengan aquades
f. Mengeringkan kavitas
g. Memberi bahan Kalsium Hidroksida (sub base)
h. Memberi Basis
i. Tumpatan sementara
5. Dentin sekunder: Pembentukan dentin berlangsung sepanjang hidup, dan
dentin yang terbentuk setelah gigi-gigi terkalsifikasi seluruhnya dan
berfungsi disebut dentin sekunder. Dentin sekunder memberi tambahan
pada dentin semula dan cenderung muncul dalam suatu lapisan di atas
dentin pada pertautan pulpanya. Dentin sekunder disusun setelah erupsi
gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena tubuli membengkok tajam
dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder ditumpuk
secara tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan
mempunyai pola inkremental dan struktur tubular kurang teratur
dibandingkan dentin primer. Misalnya, dentin sekunder ditumpuk dalam
kuantitas lebih besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada pada
dinding pulpa. Deposisi yang tidak rata ini menerangkan pola reduksi
kamar pulpa dan tanduk pulpa kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder
ini melindungi pulpa.

32



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fauzi M. 2002. Bahan Bahan Pembentuk Dentin Sekunder Dalam
Bidang Kedokteran Gigi. USU e-Repository 2008
Baum, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi / Baum Philips Lund; alih
bahasa: Rasinta Tarigan; editor: Lilian Yuwono. - Ed. 3. Jakarta: EGC
Dengan Pulp Capping Direct, 2007. USU e-Repository 2008
E. Walton, Richard, dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia Edisi 3. Jakarta : EGC
F.J. Harty dan R Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.3
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/PENATALA
KSANAAN%20NURSING%20MOUTH%20CARIES.pdf
http://www.scribd.com/

Anda mungkin juga menyukai