Anda di halaman 1dari 2

Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik


dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang
menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat
padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai
hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara
bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. (Jatmika, 1998)
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di
dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi
lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya,
bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan
minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan
walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya
misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun
hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang
menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan mediumsekaligus
membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalammedium
(Martinet al., 1993). Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul
membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi
sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi
kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran
tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membranmengandung komponen penyusun yang
sama (Attwood & Florence, 1985;Sudjaswadi,1991).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk
meningkatkankalarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi.
Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju
kelarutan obat(Martinet al., 1993). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan
berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Shargelet al.,1999)
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam
lemak rantai panjang.
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam
alkil dimethil benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya
ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena
alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan
alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Pada titik Critical Micelle Concentration (CMC) ini surfaktan menjadi jenuh dan
surfaktan yang berlebih akan membentuk misel. Misel sendiri adalah suatu agregat yang
mengandung monomer-monomer surfaktan. Pada konsentrasi setelah CMC, surfaktan akan
meningkatkan kelarutan zat yang tidak larut air karena zat tersebut dapat tersembunyi di
dalam misel. Misel ini berperan dalam proses solubilisasi miselar. Solubilisasi miselar adalah
suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam air melalui
interaksi yang reversibel dengan misel dari surfaktan larutan sehingga terbentuk suatu larutan
yang stabil secara termodinamika.

Anda mungkin juga menyukai