Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Meskipun harga nikel pada saat ini masih berfluktasi, akan tetapi
komoditi ini masih dicari. Walaupun terjadi penurunan harga nikel pada
saat ini, menunjukkan trend kenaikan, hal ini karena adanya peningkatan
permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri. Pemerintah berupaya
mengembangkan sumberdaya mineral khususnya bijih nikel untuk dapat
dilakukan eksplorasi dan eksploitasi yang nantinya dapat memenuhi
pasar dengan kualitas yang baik. Salah satu alternatif nya adalah dengan
mengembangkan sumberdaya bijih nikel yang cukup berlimpah dan
tersebar diseluruh Indonesia khususnya bagian timur. Perusahaan swasta
nasional maupun asing saat ini masih berminat melakukan eksploitasi
bijih nikel.
Kegiatan penambangan bijih nikel telah memberikan manfaat baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi perkembangan
perekonimian nasional. Manfaat yang dapat diperoleh berupa
peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta
perkembangan perekonomian lainnya yang berhubungan dengan sektor
pertambangan bijih nikel.
Industri yang banyak menggunakan bijih nikel antara lain industri
smellting nikel seperti PT. Aneka Tambang, PT. Inco Soroako, dan
perusahaan lainnya, serta dapat diekspor ke beberapa negara yang
mempunyai fasilitas pabrik pengolahan bijih seperti China, Australia,
Jepang dan lainnya.
1.2 Konsep eksplroasi / Teori Dasar Pembentukan SDA

1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penambangan nikel adalah untuk dapat memeberikan
gambaran tentang keadaan tambang bijih nikel yang layak ditambang dan
dapat diketahui dengan pasti penyebaran bijih nikel dan memberikan
gambaran penggunaan kawasan hutan didaerah rencana kegiatan
penambangan nikel.
Tujuan dari kegiatan penambangan nikel adalah untuk Memenuhi
permintaan pasokan bijih nikel bagi industri pengolahan nikel.
















BAB II
RUANG LINGKUP





















BAB III
ACUAN


















BAB IV
ISTILAH DAN DEFINISI

Daerah penelitian secara umum terbentuk dari batuan beku
peridotit, dunit, dan beberapa tempat terdapat serpentinit. Batuan ini
merupakan batuan dasar pembentuk daerah penelitian. Dari pelapukan
peridotit serta serpentinit pada daerah penelitian akan menghasilkan tanah
laterit yang merupakan sumber dari pembentukan endapan bijih nickel.
Proses pembentukan endapan nickel ini adalah melalui proses mekanis
yaitu adanya sumber batuan yang kaya akan mineral nickel (Ni) seperti
peridotite , dunit. Batuan ini mengalami pelapukan secara mekanis.
Endapan nickel laterit terbentuk akibat pelapukan batuan
ultramafik seperti peridotit , dunit, dan lain-lain yang disebabkan oleh
pengaruh perubahan cuaca (iklim). Factor cuaca menyebabkan perubahan
komposisi batuan dan melarutkan unsure-unsur yang mudah larut seperti
Ni, Co, dan Fe.
Air hujan yang mengandung CO2 dari udara meresap kebawah
sampai ke permukaan air tanah sambil melindih mineral primer yang tidak
stabil seperti olivine/serpentinit dan piroksin. Air tanah meresap secara
perlahan dari atas kebawah sampai ke batas antara zona limonit dan zona
saprolit, kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih banyak
didominasi oleh transportasi larutan secara horizontal (valeton, 1967).
Magnesium dan silikon termasuk nikel terlindi dan terbawa bersama
larutan , demikian hingga memungkinkan terbentuknya mineral baru
melalui pengendapan kembali dari unsure-unsur yang larut. Batuan asal
ultramafik pada zona saprolit di impregnasi oleh nikel melalui larutan
yang mengandung nikel, sehingga kadar nikel dapat naik hingga 7%.
Dalam hal ini nikel dapat mensubtitusi magnesium dalam serpentin
atau juga mengendap pada rekahan bersama dengan larutan yang
mengandung magnesium silikon sebagai garnerit. Akibat disintegrasi pada
batuan, air tanah akan masuk pada rekahan yang terbentuk dan
memungkinkan intensitas pelindian , karena pengaruh morfologi yang
semakin besar.
Disamping hidrolisamagnesium dan silikon , maka air tanah kontak
yang dengan batuan pada zona saprolit tersebut juga akan dijenuhkan oleh
unsur nikel.





Model Teoritis Pembentukan Nikel Pada Iklim Yang Berbeda









Skema Pembentukan Nikel Laterit
Secara umum penumpang endapan nikel laterit dari bawah keatas berturut-
turut adalah :
Batuan dasar, umumnya didominasi oleh batuan ultramafik seperti dunit,
peridotit, piroksenit, serpentinit yang masih segar belum mengalami
pelapukan, tekstur asli batuan masih Nampak jelas
Zona saprolit, batuan asal ultramafik pada zona ini akan berubah menjadi
saprolit akibat pengaruh air tanah. Mineral-mineral utamanya adalah
serpentin, kuarsa sekunder, Ni-kalsedon, garnierite, dan beberapa tempat
sudah terbentuk limonit (Fe hidroksida)
Garnierit yang merupakan bijih nikel silikat merupakan suatu nama
kelompok mineral untuk green hydrous magnesium nickel silicates
(serpentin yang mengandung nikel Ni talk, dan Ni klorit). Melalui
penggantian magnesium oleh nikel, kadar nikel dalam serpentin akan
bertambah. Garnierit sendiri tidak dijumpai sebagai mineral murni, tetapi
tercampur juga dengan Ni serpentin kadar rendah lainnya, sehingga kadar
nikel dalam bijih menjadi menurun.
Zona pelindian, horizon ini merupakan zona transisi dari zona saprolit ke
zona limonit diatasnya. Disini terjadi perubahan geokimia unsure yang
terbesar dalam penampang. Kadar Fe2O3 dan Al2O3 naik, sedangkan
kadar SiO2 dan MgO turun
Zona limonit, pada zona limonit hamper seluruh unsure yang mudah larut
hilang terlindi, kadar MgO dan silica akan semakin berkurang, sebaliknya
kadar Fe2O3 dan Al2O3 akan bertambah. Zona ini didominasi oleh
mineral geotit, disamping juga terdapat magnetit, hematite, talk, serta
kuarsa sekunder
Zona tanah penutup, umunya pada zona ini didominasi oleh humus dan
bersifat gembur kadang terdapat lempeng silica. Kadar Fe pada lapisan ini
tinggi dan sering dijumpai konkresi-konkresi besi, kadar nikel relative
rendah.

Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini
adalah:
a. Batuan asal.
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya
endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra
basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat
elemen Ni yang paling banyak di antara batuan lainnya - mempunyai
mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti
olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah
larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk
nikel.
b. Iklim.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana
terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat
menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-
unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu
terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan
dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia
pada batuan.
c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan.
Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting di
dalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan
dekomposisi batuan dan dapat mengubah pH larutan.


Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah.
Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:
penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan
mengikuti jalur akar pohon-pohonan
akumulasi air hujan akan lebih banyak
humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk,
dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat
endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi.
Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan
terhadap erosi mekanis.
d. Struktur.
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polama ini
adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur
patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas
dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat
sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih
intensif.
e. Topografi.
Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi sirkulasi air
beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan
bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan
untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan
atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada
daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.


f. Waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :
1. Iron Capping Merupakan bagian yang paling atas dari suatu
penampang laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus,
oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua
kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah
sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah
penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan
kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar
besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat
mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku
ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit,
dan magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit
dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase
yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku
ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada,
umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah
menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine
grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal,
dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir
di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat
mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
3. Silika Boxwork putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang
fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine
fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari
batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi
dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel
ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.
4. Saprolite Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni.
Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa
magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan
ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan
pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin,
krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada
umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe
yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite,
saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz,
mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan
dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat
mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang
terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi
sebagai koloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin.
Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
5. Bedrock bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah
yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan
secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam
sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar
merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan
batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya
telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%.
Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas
serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi
oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi
penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi
posisinya tersembunyi.

Geomorfologi
Morfologi daerah penelitian merupakan daerah perbukitan dengan
variasi kelerengan berkisar 5
o
50
o
dan elevasi tertinggi 525 meter diatas
permukaan air laut. Secara deskripsi kuantitatif/morfometri maka morfologi
masing-masing daerah penelitian dengan wilayah sekitarnya dapat
dikelompokkan berdasarkan arah umum kelerengan menjadi dua satuan
morfologi yaitu datar landai (<20
o
), perbukitan sedang (20
o
-40
o
) dan curam (>
40
o
). Daerah ini mempunyai ketinggian antara 85 m 576 m diatas permukaan
laut, memilki sudut lereng 5
o
-45
o
dan membentuk morfologi pegunungan dan
perbukitan.
Secara umum satuan morfologi dibagi atas:
a. Morfologi perbukitan landai. Daerah ini mempunyai ketinggian
kurang lebih 75 meter. Kemiring lereng daerah ini kurang dari 20
o

(<20
o
). Tingkat erosi rendah.
b. Morfologi perbukitan sedang. Secara umum morfologi perbukitan
ini meliputi sebagian besar Morfologi ini merupakan perbukitan
sedang dengan kemiringan lereng yang terjal >40
o
. Sayap lereng
dari perbukitan ini mengarah ke Barat. Tingkat erosi didaerah ini
berlangsung sedang sampai intensif.
c. Vegetasi yang berkembang didaerah penelitian relatif lebih
didominasi oleh tumbuhan berakar tunggang dengan ukuran
diameter yaitu 25 cm dengan jarak antara tumbuhan rata-rata 3
m.
Dari ukurannya, Pulau Gebe dapat dikategorikan sebagai pulau kecil
dengan panjang 44,6 Km dengan luas wilayah 153 km
2
. Hal ini sesuai dengan
batasan yang telah ditetapkan UNESCO (1990) yakni pulau-pulau kecil memiliki
ukuran 10.000 km
2
dengan jumlah penduduk 500.000 orang.
Letak Pulau Gebe memanjang dengan arah Barat Laut Tenggara. Di
beberapa belahan Pulau ini terdapat sejumlah tanjung yakni sebelah barat laut
terdapat tanjung Safa, sedangkan sebelah selatan terdapat Tanjung Elingejo,
Tanjung Magnonapo dan tanjung Ngetalngejo. Pantai Pulau Gebe kearaha Utara
Timur lebih landai dibandingkan dengan kondisi pantai arah Selatan Barat.

Geologi Regional
Secara regional, daerah studi tidak terlepas dari peristiwa tektonik yang
mempengaruhinya, yang tersusun oleh batuan ultrabasa. Didasarkan atas
Hamilton (1979) dan katili (1980) batuan ultrabasa ini merupakan hasil tumbukan
tiga lempeng benua yaitu Lempeng Hindia Australia, Lempeng pasifik,
Lempeng Eurasia. Didalam Sukamto (1975), batuan ultrabasa ini merupakan lajur
ofiolit Sulawesi Timur dan berada pada Mendala Banggai Sula dan mandala
Sulawesi Timur, tersusun oleh batuan sedimen, batuan beku ultrabasa, ofiolit dan
malihan, berumur Mesozoikum sampai Tersier Bawah.






Jalur Batuan Ultrabasa/Ofiolit Pada Lengan Timur Halmahera
Secara lebih luas batuan ultrabasa tersebut merupakan jalur orogenesa
Pegunungan Sirkum Pasifik (circum pasific orogenic belt) membelok secara
tajam di wilayah Indonesia Timur. Oleh Satsuma jalur Ofiolit ini disebut sebagai
Indonesia Nickel belt (daerah A) dan merupakan pasangan dari caribean nickel
belt (daerah b) yang melalui Cuba, Puerto Rico, Antiles dan Venezuela. Kondisi
iklim tropis yang terdapat di Indonesia sangat mendukung terhadap pembentukan
endapan bijih Nickel dan lateritik nickel yang bernilai ekonomi tinggi oleh proses
pelapukan mekanis dan kimiawi secara intensif.
Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan informasi dari Peta Geologi, didaerah penelitian dijumpai dua
satuan batuan yaitu satuan batuan Ultramafik dan satuan Aluvial. Penyebaran
batuan ultrabasa hampir mendominasi diseluruh daerah studi, sedangkan batuan
endapan aluvial hanya menempati 10% .
Satuan batuan ultramafik ini tersusun oleh peridotite, dunit,
serpentinit, dan di beberapa lokasi ditemukan sisipan gabro dan chert. Batuan
dasar penyusun area operasi produksi adalah batuan peridotit. Dibeberapa
tempat tersingkap peridotite dalam kondisi fresh. Karakteristik fisik penampakan
satuan batuan ultramafik dipermukaan adalah ditemukannya batuan ultramafik
dan lapukan dari batuan ultramafik yang berupa tanah laterite.











BAB V
TATA CARA EKSPLORASI

Anda mungkin juga menyukai