Anda di halaman 1dari 16

1

STUDI KASUS








JUDUL KASUS KEDOKTERAN KELUARGA : ISPA













2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan
oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan
suatu atau semua bagian saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi
yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan,
penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.
Gambaran patofisioliginya meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongesti
vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan perubahan dan struktur fungsi siliare.

2. Etiologi
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain
adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronovirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus, dan lain-lain.
Etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
untuk diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan immunologi belum memberikan hasil
yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Penetapan
etiologi pneumonia yang dapat diandalkan adalah biakan dari aspirat paru dan darah. Tetapi
pungsi paru merupakan prosedur yang berisiko dan bertentangan dengan etika jika hanya
dimaksudkan untuk penelitian. Oleh karena itu di Indonesia masih menggunakan hasil
penelitian dari luar negeri.
Faktor umur dapat mengarahkan kemungkinan penyebab ISPA atau etiologinya :
a. Grup B Streptococcus dan gram negatif bakteri enterik merupakan penyebab yang
paling umum pada neonatal (bayi berumur 1-28 hari) dan merupakan transmisi
vertikal dari ibu sewaktu persalinan.
b. Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling sering adalah
bakteri, biasanya bakteri Streptococcus Pneumoniae.
c. Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupakan penyebab tersering dari
pneumonia, yaitu respiratory syncytial virus.
d. Pada usia 5 tahun sampai dewasa pada umumnya penyebab dari pneumonia adalah
bakteri.
Pada penelitian lain Streptococcus pneumoniae merupakan patogen paling banyak
sebagai penyebab pneumonia pada semua pihak kelompok umur.
3

Menurut WHO, penelitian di berbagai negara juga menunjukkan bahwa di negara
berkembang Streptococcus pneumoniae dan Haemofilus influenzae merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada 2/3 (dua pertiga) dari hasil isolasi yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1%
hasil isolasi dari spesimen darah. Bakteri merupakan penyebab utama dari pneumonia pada
balita. Diperkirakan besarnya presentase bakteri sebagai penyebabnya adalah sebesar 50%.
Sedangkan di negara maju, saat ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas),
anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk,
keluar sekret, stridor (suara napas), dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi suprasternal
(adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal napas
apabila tidak mendapat pertolongan dan dapat mengakibatkan kematian

4. Klasifikasi ISPA
a. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas (ISPaA), yaitu infeksi yang
menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya rhinitis akut, faringitis akut, sinusitus
akut dan sebagainya.
b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah (ISPbA). Dinamakan sesuai dengan
organ saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epiglotis sampai alveoli paru
misalnya trakhetis, bronkhitis akut, pneumoni dan sebagainya. Infeksi Saluran
Pernapasan bawah Akut (ISPbA) dikelompokkan dalam dua kelompok umur yaitu
(1) pneumonia pada anak umur 2 bulan hingga 5 tahun dan (2) pneumonia pada
bayi muda yang berumur kurang dari dua bulan.

5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi ISPA
a. Umur
Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah (pneumonia) lebih tinggi
pada umur yang lebih muda. Ini terlihat dari hasil SDKI tahun 1997 yang menunjukkan
prevalensi pneumonia paling tinggi terdapat pada kelompok umur 6-11 bulan yaitu
12%. Hasil penelitian Kartasasmita di Cikutra (1993) didapatkan bahwa insiden dan
lamanya anak menderita ISPA menurun dengan bertambahnya umur.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil SDKI tahun 1997 menunjukkan adanya perbedaan prevalensi 2
minggu pada balita dengan batuk dan napas cepat (yang merupakan ciri khas
4

pneumonia) antara anak laki-laki dengan perempuan, dimana prevalensi untuk anak
laki-laki adalah 9,4% sedangkan untuk anak perempuan 8,5% (Depkes RI,1997).
Ada kecendrungan anak laki-laki lebih sering terserang infeksi dari pada anak
perempuan, tetapi belum diketahui faktor yang mempengaruhinya (Soetjiningsih,
1995).
c. Status Imunisasi
Telah diketahui secara teoritis, bahwa imunisasi adalah cara untuk menimbulkan
kekebalan terhadap berbagai penyakit (Kresno, 2000). Dari penelitian yang dilakukan
oleh Dewi dan Sebodo (1996), didapatkan proporsi kasus balita penderita ISPA
terbanyak terdapat anak yang imunisasinya tidak lengkap (10,25%).
d. Status ASI Eksklusif
Penelitian-penelitian yang dilakukan pada sepuluh tahun terakhir ini menunjukkan
bahwa ASI kaya akan faktor antibodi cairan tubuh untuk melawan infeksi bakteri dan
virus. Penelitian di Negara-negara sedang berkembang menunjukkan menunjukkan
bahwa ASI melindungi bayi terhadap infeksi saluran pernapasan berat (Djaja, 2000).
Jika produksi ASI cukup, pertumbuhan bayi umur 4-5 bulan pertama akan
memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi menjadi 2 kali lipat dari pada berat
badan lahir, maka sampai umur 4-5 bulan tidak perlu memberi makanan tambahan pada
bayi tersebut (Pudjiadi, 2000). Lemahnya koordinasi menelan pada bayi umur dibawah
4 bulan dapat menimbulkan aspirasi kedalam saluran pernapasan menjadi pemicu untuk
terjadinya infeksi saluran pernapasan (Ngastiyah, 1997).
e. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir rendah ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari
2500 gram. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan meningkatkan resiko
kesakitan dan kematian bayi karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi
saluran pernapasan bagian bawah (Ngastiyah, 1997). Menurut Sulistyowati dalam Djaja
(2000) bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai angka kematian lebih tinggi
dari pada bayi berat badan lebih dari 2500 gram saat lahir selama satu tahun pertama
kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi
yang baru lahir dengan berat badan rendah, bila dibandingkan dengan bayi yang
beratnya diatas 2500 garam.
f. Pencemaran Udara Dalam Lingkungan
Pencemaran udara di dalam rumah selain berasal dari luar ruangan dapat pula
berasal dari sumber polutan di dalam rumah terutama aktivitas penghuninya antara lain,
5

penggunaan biomassa untuk memasak maupun pemanas ruangan, asap dari sumber
penerangan yang menggunakan bahan bakar, asap rokok, penggunaan obat anti
nyamuk, pelarut organik yang mudah menguap (formaldehid) yang banyak dipakai
pada peralatan perabot rumah tangga dan sebagainya (Mukono, 1997). Menurut
soesanto (2000) yang dikutip dari Samsuddin (2000), rumah dengan bahan bakar
minyak tanah baik untuk memasak maupun sumber penerangan memberikan resiko
terkena ISPA pada balita 3,8 kali lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar gas.
Asap rokok dalam rumah juga merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran
udara dalam ruangan. Hasil penelitian yang dilakukan Charles (1996), menyebutkan
bahwa asap rokok dari orang yang merokok dalam rumah serta pemakaian obat nyamuk
bakar juga merupakan resiko yang bermakna terhadap terjadinya penyakit ISPA.
Penggunaan obat anti nyamuk bakar sebagai alat untuk menghindari gigitan
nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan karena hasilnya asap dan
bau yang tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak
mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernapasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indra Chahaya pemakaian obat
nyamuk bakar mempunyai exp (B) 19,97 yang berarti faktor pemakaian obat nyamuk
bakar mempunyai 19 kali beresiko terhadap terjadiya ISPA.
g. Ventilasi
Ventilasi adalah suatu usaha untuk menyediakan udara segar, mencegah akumulasi
gas beracun dan mikroorganisme, memelihara temperatur dan kelembaban optimum
terhadap udara di dalam ruangan. Ventilasi yang baik akan memberikan rasa nyaman
dan menjaga kesehatan penghuninya (Mukono, 1997).
Penelitian yang dilakukan oleh Soewasti (2000) membuktikan bahwa ventilasi
berhubungan dengan kejadian ISPA. Penderita ISPA banyak di temukan pada
masyarakat yang mempunyai Ventilasi rumah dengan perhawaan paling kecil (0-0,99
m).
h. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah, dimana
semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam rumah akan
mengalami pencemaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Achmadi (1990) yang dikutip
oleh Chahaya (2005), bahwa rumah yang padat sering kali menimbulkan gangguan
pernapasan terutama pada anak-anak dan pengaruh lain pada anak-anak adalah mereka
menekan tumbuh kembang mentalnya. Menurut hasil penelitian Hidayati (2003) yang
6

di kutip oleh Agustama (2005) menunjukkan bahwa dengan kepadatan rumah yang
tidak memenuhi syarat terhadap terjadinya ISPA pada balita sebesar 68% dimana jika
terjadi kepadatan dalam hunian kamar akan menyebabkan efek negatif terhadap
kesehatan fisik, mental maupun moril. Rumah dengan penghuni kamar yang padat akan
memudahkan terjadinya penularan penyakit saluran pernapasan.

7


A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Fahri
Umur : 6 tahun
Alamat : Kel. Teporombua, belakang kantor Camat Baruga
Pekerjaan : -
Suku : Bugis
Agama : Islam

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal serumah
No. Nama Hub. Keluarga Umur/JK Pekerjaan Ket.
1 Tn. Tamrin Ayah 46 / L Staf di STAIN sehat
2 Ny. Harsiah Ibu 38 / P Guru SD GIVPIIIA0
3 An. Rafi Anak 8 / L siswa sehat
4 An. Fahri Anak 6 / L Siswa Sakit
5 An. Zahra Anak 3 / P - sakit
6 Nn. Imel sepupu 17 / P mahasiswa sehat



B. Anamnesis :

Seorang anak, 6 tahun datang ke Puskesmas diantar Ibunya untuk dengan keluhan
batuk kering yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Batuk terus menerus,
demam (-), nyeri kepala (-), pusing (-), pilek (+) sejak 1 minggu yang lalu, sakit
tenggorokan (-), sesak napas (-), NUH (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK
kesan normal. Sebelum ke puskesmas, pasien pernah meminum obat yang dibeli
Ibunya di apotek, namun keluhan belum berkurang. Riwayat keluhan yang sama
sebelumnya (+), riwayat kontak dengan orang yg bergejala sama (-). Riwayat
keluhan yang sama dalam keluarga (+) yaitu adik pasien. Riwayat kebiasaan :
pasien sering mengkonsumsi makanan ringan yang dibeli di warung.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit ringan
Tanda Vital
8

Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
Frekwensi nadi : 68 x/mnt
Frekwensi nafas : 16 x/mnt
Suhu : 36,5
o
C
Kepala : dbn
Kulit : dbn
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Telinga : serumen (-)
Hidung : sekret (+)
Tenggorok : T1T1 , hiperemis (-)
Leher : pembesara KGB (-)
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : simetris ki = ka
Palpasi : vokal fremitus ki = ka
Perkusi : sonor (+)
Auskultasi : vesikuler (+/+) , BT : (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak (+)
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, ikut gerak napas (-)
Palpasi : massa tumor (-), pembesaran hepar dan lien (-),
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus (+), 6 x/ menit
Genito Urinaria : tidak diperiksa
Ekstremitas :
9

Edema : (-)
Akral dingin : (-)
Cap refill : 2 detik
Pemeriksaan Kelenjar limfe
Leher; Kanan :

Normal
Kiri :

Normal
Axilla Kanan :

Normal
Kiri :

Normal
Inguinal Kanan :

Tidak diperiksa
Kiri :

Tidak diperiksa


D Pemeriksaan penunjang yang diperlukan, ditulis dengan lengkap .
- Pemeriksaan biakan kuman (swab)
- Hb, Leukosit, LED

E Alasan mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang tersebut, ditulis dengan
lengkap .
- Pemeriksaan biakan dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab dari ISPA
- Pemeriksaan Hb, Leukosit, dan LED untuk memastikan terjadinya infeksi
F Hasil laboratorium , atau prakiraan hasil laboratorium, ditulis dengan lengkap
- Tidak dilakukan
G Diagnosis kerja
- ISPA rhinitis

H
Diagnosis Banding
- ISPA pharingitis
I Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
- Penyelesaian masalah pasien ini adalah dengan meminum obat yang didapat
dari Puskesmas
- Tidak mengkonsumsi makanan ringan / snack
- Membiasakan cuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas
- Menggunakan masker

J Kapan menurut anda pasien ini perlu dirujuk
- Pasien ini dirujuk apabila penyebab ISPA adalah pneumonia
K Penjelasan yang anda sampaikan pada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang di derita.
10

- Penjelasan bahwa ISPA merupakan penyakit infeksi akut pada saluran napas,
mulai dari hidung sampai alveoli paru - paru.
- ISPA merupakan masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan, dan
merupakan penyakit menular melalui droplet atau percikan dahak, sehingga
perlu keaktifan dari keluarga untuk mencegah terjadinya ISPA
- Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan mebiasakan diri hidup sehat
seperti mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas, mandi 2 kali sehari,
mengkonsumsi makanan yang sehat dan bersih, dan menggunakan masker
bila ada orang yang batuk.
L Penjelasan yang anda sampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya
dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita
- Kesembuhan pasien sangat bergantung dari peranan keluarga dalam
memotivasi dan memberikan semangat serta mengingatkan pasien untuk
menjalani pola hidup sehat

M Penyuluhan yang anda lakukan pada pasien dan keluarganya.
- Edukasi pasien dan Ibunya tentang ISPA
- Membatasi konsumsi snack snack dan makanan berpengawet lainnya
- Menghindari asap rokok
- Istirahat yang cukup
- Mengurangi aktivitas di luar rumah
- Menggunakan masker

N Upaya pencegahan yang anda sampaikan pada keluarganya

Primer:
- Edukasi kepada keluarga bahwa mencegah terjadinya penyakit lebih baik
daripada mengobati.
- Edukasi kepada keluarga pasien pentingnya mencuci tangan sebelum dan
setelah beraktivitas
- Edukasi kepada pasien dan keluarga agar rajin mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang dan menghindari makanan yang berpengawet
Sekunder:
- Mencegah timbulnya komplikasi dengan memotivasi pasien untuk rajin
berobat dan kontrol ke pelayanan kesehatan
- Penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang gejala, penatalaksanaan dan
11

pencegahan komplikasi.
Tersier:
- Jika ada keluhan segera melakukan konstultasi ke pelayanan kesehatan


KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT KUNJUNGAN RUMAH
Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis
holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik

A
Perjalanan penyakit saat ini :
(uraikan perjalanan penyakit sejak gejala mulai dirasakan, obat-obatan yang telah
diminum, kondisi yang dirasakan saat ini setelah berobat dikelinik, sikap dan perilaku
pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan yang dialami)

Seorang anak, 6 tahun datang ke Puskesmas diantar Ibunya untuk dengan keluhan batuk
kering yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Batuk terus menerus, demam (-), nyeri
kepala (-), pusing (-), pilek (+) sejak 1 minggu yang lalu, sakit tenggorokan (-), sesak
napas (-), NUH (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK kesan normal. Sebelum ke
puskesmas, pasien pernah meminum obat yang dibeli Ibunya di apotek, namun keluhan
belum berkurang. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+), riwayat kontak dengan
orang yg bergejala sama (-).
B Riwayat penyakit keluarga :
(uraian penyakit yang ada pada keluarga baik yang sama, berbeda, maupun yang tidak
berhubungan dengan masalah yang ada saat ini, termasuk bagaimana cara anggota
keluarga tersebut menghadapinya)

Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama sejak 4 hari yang lalu

C Riwayat penyakit dahulu.
(baik yang sama maupun yang berbeda dengan sekarang, riwayat pengobatan dan
pelayanan kesehatan yang pernah diperoleh termasuk pencegahan spesifik yang pernah
diterima)

- Pasien sering mengalami keluhan yang sama dan sembuh dengan pengobatan
dari Puskesmas


Diagnosis holistik
D Aspek personal
(alasan berobat, harapan dan kekhawatiran)
12

- Pasien berobat karena merasa tidak nyaman setelah 1 minggu batuk, dan
juga ada kekhawatiran dari keluarga batuk yang dialami anak bisa
bertambah parah bila tidak diobati
E Aspek risiko internal
(merupakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)

- Faktor usia, usia pasien yang masih anak anak memiliki risiko lebih
tinggi terkena ISPA

F Aspek psikososial keluarga
(merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan
pasien)
- Kebiasaan pasien yang sering mengkonsumsi makanan berpengawet
- Kebiasaan pasien yang sering bermain di luar rumah
- Kebiasaan pasien yang jarang mencuci tangan

Diagnosis sosial, ekonomi,pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

G. SOSIAL
Adalah sikap dan perilaku
keluarga selama ini dalam
mempersiapkan anggota
keluarga untuk terjun ke
tengah masyarakat termasuk
di dalamnya pendidikan
formal dan informal untuk
dapat mandiri.


Komponen penilaian yang
digunakan adalah jenjang
pendidikan formal,
pendidikan informal yang
pernah diikuti, hubungan
dengan masyarakat sekitar,
keaktifan dalam
berorganisasi, riwayat
pekerjaan dsb.
Pasien masih bersekolah di
taman kanak kanak, dan
masih sering bermain di luar
rumah. Pasien termasuk anak
yang aktif.
Kedua orang tua pasien
adalah PNS, pendidikan
terkhir D3, dan keluarga ini
berhubungan baik dengan
tetangga



H. Ekonomi
Adalah sikap dan perilaku
keluarga selama ini dalam
usaha pemenuhan kebutuhan
primer, sekunder dan tertier.

Komponen penilaian yang
digunakan bukan hanya
pemenuhan kebutuhan fisik
dan uang, namun pemenuhan
kebutuhan lainnya,
komponen untuk penilaian
ekonomi bukan hanya
pemilikan barang-barang
elektronik, namun termasuk
gaya hidup dan prioritas
penggunaan uang.

Penghasilan dalam keluarga
ini 4 juta per bulan dan
dirasa cukup dalam
memenuhi kebutuhan sehari
hari, baik kebutuhan primer
maupun sekunder.
13

I. Penggunaan pelayanan
kesehatan
Perilaku keluarga apakah
datang ke posyandu,
puskesmas dsb untuk
preventif atau hanya kuratif,
atau kuratif ke pengobatan
komplementer dan alternatif,
sebutkan jenisnya dan
keseringannya.

keluarga sering berobat ke
Puskesmas bila ada yang
sakit. Namun keluarga lebih
aktif dalam upaya kuratif
daripada preventif
J. Perilaku yang tidak
menunjang kesehatan.
Merokok, alkohol, begadang,
narkoba, dll










Dalam keluarga tidak ada
yang merokok atau
megkonsumsi alkohol,
narkoba, dsb


K. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungankehidupan keluarga
Tabel : Faktor pelayanan kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor
pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan
yang digunakan oleh
keluarga
Keluarga sering ke
Puskesmas bila ada yang
sakit, namun biasanya
keluarga membeli obat di
aoptek atau di warung
terlebih dahulu sebelum ke
Puskesmas
Cara mencapai sarana
pelayanan kesehatan tsb



Cara mencapai Puskesmas
adalah dengan menggunakan
kendaraan pribadi (
kendaraan roda dua)
Tarif pelayanan kesehatan
yang dirasakan
(sangat mahal,mahal,
terjangkau, murah, gratis)


Gratis karena menggunakan
BPJS
Kualitas pelayanan kesehatan
yang dirasakan
(sangat baik, baik, biasa,
kurang baik, buruk)



Kualitas pelayanan kesehatan
yang dirasakan pasien adalah
baik

14

L. Lingkungan tempat tinggal.
Kepemilikan rumah :
(milik sendiri, kontrak, menumpang.)

Daerah perumahan :
(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)
Milik sendiri



Daerah padat dan bersih
Karakteristik rumah dan lingkungan
Luas rumah 16x 6 m
2
Bertingkat / tidak tidak
Jumlah penghuni rumah 7 orang
Luas halaman rumah 6 x 1 m
Kondisi halaman : kumuh, sedang, bersih. bersih
Lantai rumah dari tegel
Dinding rumah dari tembok
Kondisi dalam rumah bersih

P. INTERVENSI PADA KELUARGA
Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK
LANJUT.



Kunjungan
pertama,

9 Juni 2014
.......................













a. Edukasi pasien tentang hipertensi
Pengenalan tentang ISPA, etiologi, epidemiologi, gejala klinis,
patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan dan pencegahan.
Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan diskusi
dengan pasien.
b. Membatasi konsumsi snack snack dan makanan berpengawet
lainnya
c. Menghindari asap rokok
d. Istirahat yang cukup
e. Mengurangi aktivitas di luar rumah
f. Menggunakan masker atau menutup mulut ketika batuk
Tindak lanjut

10 Juni 2014

Follow up sejauh mana pasien mengerti dan melaksanakan intervensi yang
telah diberikan.


15


I. Kepustakaan:

1. Andrews JL, Badger TL. 1979. LungSoundsthroughAges. JAMA.

2. Cumming G, Semple SJ. 1973. Disorders of theRespiratorySystem.
BlackwellScientificPublication.
3. Forgacs P. 1978. TheFunctionalBasis of PulmonarySounds. Journal of
Circulation, Respiration, and RelatedSystem
4. Goodman D. Bronchitis. Dalam :Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB,
penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB
Saunders, 2003 : 1414-5.
5. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam :Kendig EL, Chernick V, penyunting.
KendigsDisorders of theRespiratoryTract in Children. Edisi ke-5.
Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59.
6. Pasterkamp H, Kraman SS, Wodicka GR. 1997. RespiratorySounds. American
Journal of Respiratory and Critical Medicine





Pembimbing :



dr. Indriani Hafizah




16

Lampiran. Dokumentasi Kunjungan Rumah

Anda mungkin juga menyukai