Oleh Kelompok 4: Moh lutfi alfarisi s, kep 091420104094
PROGRAM PROFESI NERS STIKES NGUDIA HUSADA MADURA 2014 BAB 1 PENDAHULUAN
Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak, baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan yang salah.Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia. Insidennya : 1. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun 1992. 2. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalami penganiayaan 3. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan dan Pengabaian. 4. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-anak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukan keluarga. Di Indonesia ditemukan 160 kasus penganiyaan fisik,72 kasusus penganiyaan mental,dan 27 kasus penganiyaan seksual ( diteliti oleh Heddy Shri Ahimsa Putra,Tahun 1999 ). Sedangkan menurut YKAI didapatkan data pada tahun 1994 tercatat 172 kasus, tahun 1995 meningkat menjadi 421 dan tahun 1996 menjadi 476 kasus. Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang menjelaskan tanggung jawab legal untuk melaporkan jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan perlindungan anak setempat. Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat, dokter, dokter gigi, dokter anak, psikologi dan ahli terapi wicara, peneliti sebab kematian, dokter, karyawan lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk melaporkan orang tersebut didenda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan status masing-masing. Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan anak tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pasalnya berkaitan dengan jenis dan akibat pencederaan anak. BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga Tidak optimal lagi (David Gill, 1973) Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983) Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak.
2.2 Klasifikasi Terdapat 2 golongan besar, yaitu : 1) Dalam keluarga Penganiayaan fisik, Non Accidental injury mulai dari ringan bruiser laserasi sampai pada trauma neurologic yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun Penelantaran anak/kelalaian, yaitu : kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa : a. Pemeliharaan yang kurang memadai Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan. b. Pengawasan yang kurang memadai Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa c. Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan Kegagalan dalam merawat anak dengan baik d. Kelalaian dalam pendidikan Meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
2. Penganiayaan emosional Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain 3. Penganiayaan seksual, mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan sexual yang nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral genital, genital, anal atau sodomi) termasuk incest. (The Child Abuse & Prevention Act / Public Law 100-294). 4. Di luar rumah. Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang. 5. Aspek Hukum Pencederaan Anak di Indonesia Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun social (Pasal 9 UU No.4/1979), UU No. 12 tahun 2002 menjelaskan tentang penganiayaan fisik pada anak, Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan 2004 Digitized by USU digital library anak tertera dalam Kitab UU hukum pidana (KUHP) yang pasal-pasalnya berkaitan dengan jenis & akibat pencederaan anak. Peranan professional khususnya dari yang menangani, menolong, mengobati anak diduga akibat pencederaan anak, pelaporannya kepada yang berwajib dilindungi UU. Dalam KUHP penerapan pasal-pasalnya tergantung dari jenis & akibat pencederaannya. Pencederaan anak yang bersifat penganiayaan dan bersifat menimbulkan cidera fisik diterapkan dalam pasal 351 ayat 1 (ancaman hukuman penjara paling lama 2 tahun 8 bulan). Ayat 2 bila mengakibatkan luka-luka berat (ancaman hukuman penjara paling lama 5 tahun). Ayat 3 bila mengakibatkan mati (ancaman hukuman penjara paling lama 7 tahun) Bagi orang tua sebagai pelaku pencederaan anak (fisik) hukuman dapat ditambah dengan sepertiga (pasal 356). Bila pencederaan anak berupa penelantaran sehingga anak terlantar pasal 1 butir 7 tahun 1979, dapat kemungkinan diterapkan. Pasal 301 (ancaman hukuman pidana penjara paling lama 4 tahun). Pasal 304 (ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan). Pasal 306 ayat 1 bila mengakibatkan luka (ancaman pidana penjara paling lama 9 tahun). Bagi orang tua sebagai pelaku ancaman pidana pada pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan 1/3 (pasal 307). Pencederaan anak bersifat seksual Pasal yang diterapkan pasal 287 (ancaman pidana penjara paling lama 9 tahun). Pasal 290 butir 3 (ancaman pidana penjara paling lama 7 tahun). 2004 Digitized by USU digital library. 2.3 Faktor-faktor penyebab 1. Faktor Sosiokultural 2. Stress berasal dari anak 3. Stress keluarga Stress berasal dari orang tua Fisik berbeda, Mental berbeda, Temperamen berbeda, Tingkah laku berbeda,Anak angkat, Kemiskinan, pengangguran mobilitas, isolasi, perumahan tidak memadai, Hubungan orang tua anak stress prenatal, anak yang tidak diharapkan premature. Perceraian Rendah diri, Waktu kecil mendapat perlakuan salah, Depresi, Harapan pada anak yang tidak realistis, Kelainan karakter/gangguan jiwa, Nilai/norma yang ada di masyarakat, Hubungan antar manusia, Kemajuan zaman , Situasi Pencetus, Konflik keluarga/pertengkaran, Masalah keluarga, Sikap/perbuatan yang keliru, Penganiayaan , Keracunan, Teror mental 2004 Digitized by USU digital library. 2.4 Manifestasi Klinis dari Penganiayaan dan Pengabaian Anak Cidera Kulit Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan. Kerontokan Rambut Traumatik Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan. Jatuh Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya penganiayaan. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja. Sindroma Bayi Terguncang Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadi secara kebetulan. 2.5 Dampak Penganiayaan dan Kekerasan Pada Anak Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio- psiko-sosial anak. Hal ini dapat terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak mempunyai masa depan yang masih panjang sehingga perlu pemantauan dan program tindakan yang terus-menerus bagi anak korban penganiayaan dan kekerasan. Indikator yang perlu diperhatikan akibat 2004 Digitized by USU digital library. penganiayaan dan kekerasan pada Diharapkan tindakan/program dilakukan tanpa menunggu tanda/indikator muncul. 1. Indikator fisik dan perilaku pada penganiayaan anak (Child Abuse) 2. Indikator Fisik Indikator Perilaku, Aniaya Fisik, Kerusakan kulit, Memar dengan berbagai tingkat penyembuhan dll. 2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Penganiayaan dan Kekerasan pada Anak Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab semua pihak. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat. Secara rinci dapat
1. Pendidik Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah. 2. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3. Penegak Hukum dan Keamanan Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. 4.Media Massa Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel- artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan. 2004 Digitized by USU digital library. 2.7 ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Psikososial 1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau 2) Gagal tumbuh dengan baik 3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan psikososial 4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa b.Intergumen 1) Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok) 2) Luka bakar pad kulit, memar atau abrasi 3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan 4) Trauma yang tidak dijelaskan 2. Rencana asuhan keperawatan dan Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional a. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse Mekanisme koping keluarga menjadi efektif 1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya mechanism koping pada keluarga, usia orang tua, anak ke berapa dalam keluarga, status sosial ekonomi terhadap perkembangan keluarga, adanya support system dan kejadian lainnya 2. Konsulkan pada pekerja sosial dan pelayanan kesehatan pribadi yang tepat mengenai problem keluarga, tawarkan terapi untuk individu atau keluarga 3. Dorong anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yang mungkin menyebabkan perilaku kekerasan. 4. Ajarkan orang tua tentang perkembangan & pertumbuhan anak sesuai tingkat umur. Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan tehnik disiplin b. Perubahan pertumbuhan dan Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan 1. Diskusikan hasil test kepada orang tua dan anak Orang tua dan anak akan menyadari, sehingga perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan psikososial dapat disesuai- kan dengan tingkatan umurnya Melakukan aktivitas (seperti, membaca, bermain sepeda, dll) antara orang tua dan anak untuk meningkatkan per-kembangan dari penurunan kemampuan kognitif psikomotor dan psikososial tentukan tahap perkembang-an anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan dan 1 tahun Libatkan keterlambatan per-kembangan dan pertumbuhan yang normal mereka dapat merencanakan tujuan jangka panjang dan jangka pendek 3 Resiko perilaku keke-rasan oleh anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kela-kuan yang maladaptive. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang. 1. Identifikasi perilaku kekerasan, saat menggunakan/ mengkonsumsi alkohol atau obat atau saat menganggur. 2. Selidiki faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan seperti minum alkohol atau obat- obatan 3. lakukan konsuling kerjasama multidisiplin, termasuk organisasi komunitas dan psikolologi.
BAB III KESIMPULAN Child abuse adalah segala perlakuan buruk yang dilakuakn terhadap anak atupun remaja oleh para orang tua,wali atau orang lain yang seharusnya memelihara dan merawat orang tersebut. Child abuse ini dapat dibagi dalam 2 jenis,yaitu di dalam keluarga dan diluar keluarga Diagnosa keperawatan pada child abuse ditegakkan berdasarkan : Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Penganiyaan fisik Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan radiologi . Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan hal serius yang segera harus dilakukan oleh semua pihak, yaitu orang tua/keluarga, pendidik, penegak hukum, penanggung jawab keamanan, mass media dan pelayanan kesehatan Mengingat dampak penganiayaan dan kekerasan akan mengganggu proses kehidupan anak yang panjang hendaknya upaya pencegahan lebih diprioritaskan. Terlebih atas anak adalah masa depan suatu bangsa. Diharapkan dengan adanya Undang- undang no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ,maka angka kejadian child abuse bisa berkurang bahakan hilang dari permukaan Negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat, ., Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak, FIK UI, 1998 Ennis Sharon Axton,Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson Education,New Jersey,2003 Nelson, Ilmu Kesehatan Anak I, Jakarta, EGC 1999 Whaley?s and Wong, Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby Company,1996 Sowden Betz Cicilia, , Keperawatan Pediatric, Jakarta, EGC, 2002 Hhttp://www.ri.go.id/produk uu/isi/uu2002/uu22?02.htm http://www.tempointeraktif.com