Anda di halaman 1dari 7

UNDANG-UNDANG NO.

16 TAHUN 1985
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011

Persamaan:
Dalam hal kedua pasal tersebut memiliki persamaan pada pengertian Rumah susun.
Rumah susun merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Satuan rumah susun merupakan
mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
Tujuan utama dari adanya rumah susun adalah untuk memenuhi kebutuhan
perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah, yang menjami kepastian hukum dalam pemanfaatannya Dan meningkatkan daya
guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber
daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi, dan seimbang.
Pembinaan rumah susun menurut kedua pasal tersebut adalah dilakukan oleh Negara
bertanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang pembinaannya dilaksanakan oleh
pemerintah. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
a. Menteri pada tingkat nasional;
b. gubernur pada tingkat provinsi; dan
c. bupati/walikota pada tingkat kabupaten/kota.
Pemilikan satuan rumah susun adalah hak kepemilikan atas sarusun merupakan hak
milik atas sarusun yang bersifat perseorangan yang terpisah dengan hak bersama atas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Hak atas bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan atas NPP.
Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU no 16 tahun 1985, tetap belaku dalam UU
no 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.
Menurut UU no 16/1985 dan UU no 20/2011 Hak kepemilikan atas sarusun
merupakan hak milik atas sarusun yang bersifat perseorangan yang terpisah dengan hak
bersama atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Hak milik atas satuan
rumah susun sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi juga hak atas bagian-bersama,
benda-bersama, dan tanah-bersama, yang semuanya merupakan satu-kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan. Hak atas bagian-bersama, benda-bersama, dan
hak atas tanah bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) didasarkan atas luas atau nilai
satuan rumah susun yang bersangkutan pada waktu satuan tersebut diperoleh pemiliknya
yang pertama.
















PERBEDAAN:
Hal yang paling mendasari antara UU no 16/1985 dan UU no 20/2011 yaitu mengenai
pengaturannya. Dalam UU no 16/1985 itu hanya menyebutkan inti-inti dari rumah susun,
sedangkan pada UU no 20/2011 itu mengatur tentang keseluruh dari inti-inti rumah susun
tersebut.
Dalam hal pengertian Rumah susun memang kedua UU tersebut memiliki persamaan, tapi
sebenarnya ada perbedaan yang sangat mendasar yaitu dalam UU no 16/1985 itu hanya
membicarakan Rumah susun saja, sedangkan pada UU no 20/2011 itu mengenal adanya:
Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk
mendapatkan keuntungan
Dalam UU no 20/2011 dikenal dengan adanya Sertifikat hak milik sarusun yang selanjutnya
disebut SHM sarusun adalah tanda bukti kepemilikan atas sarusun di atas tanah hak milik,
hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah negara, serta hak guna bangunan atau hak
pakai di atas tanah hak pengelolaan. Sedangkan pada UU no 16/1985 sertifikat hak milik
sarusun memang berguna sebagai tanda bukti kepemilikan atas sarusun tapi tidak disebutkan
secara jelas diatas tanah apa kepemilikan atas sarusun tersebut. Dalam UU no16/1985 masih
mengenal adanya Hipotek dan Fidusia, yang dimana hipotek dan fidusia telah dhapuskan dan
tidak ada pengaturan dalam UU20/2011.
Pembangunan rumah susun berlandaskan pada asas kesejahteraan umur keadilan dan
pemerataan, serta keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan pada UU no 16/1985
sedangkan pada UU no. 20/2011 lebih konkrit dalam mengatur landasan pembangunan
Rumah susun; kesejahteraan,keadilan dan pemerataan ,kenasionalan, keterjangkauan dan
kemudahan, keefisienan dan kemanfaatan, kemandirian dan kebersamaan, kemitraan,
keserasian dan keseimbangan, keterpaduan
Tujuan Rumah susun dalam kedua pasal berbeda dalam hal kegunaan dan
pemanfaatanya. Dalam UU 16/1985 itu hanya membicarakan tujuan rusun itu untuk orang-
orang yang berpenghasilan rendah agar orang-orang dapat memenuhi kebutuhan dalam
masyarakat dan meningkatkan daya guna tanah diperkotaan. Dalam UU no 20/2011
menjelaskan tentang menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan
permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan
ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang
lengkap serta serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; mengurangi luasan dan mencegah timbulnya
perumahan dan permukiman kumuh; mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang
serasi, seimbang, efisien, dan produktif; memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang
menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan
pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR;
memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun;
menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi
MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem
tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu; dan memberikan kepastian hukum
dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.
Pembinaan Rumah Susun itu dilakukan Pemerintah dan dapat diserahkan ke
pemerintah daerah. Dalam UU no 16/1985 hanya menyebutkan siapa yang melakukan
pengawasan dan pembinaan rusun, sedangkan dalam UU no 20/2011 disebutkan siapa yang
menjadi pengawas dan pembina dari rusun, yang lebih mendalam disebutkan secara jelas
bagaimana cara pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah. Pembinaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) meliputi:
a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. pengendalian; dan
d. pengawasan.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
melakukan koordinasi lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan, baik
vertikal maupun horizontal.

Rumah susun dapat dibangun diatas tanah Rumah susun dapat dibangun di atas tanah:
a. hak milik;
b. hak guna bangunan atau hak pakai atas tanah negara; dan
c. hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan.
Kedua UU itu sama dalam hal pengaturan ini, tapi dalam UU no 20/2011 ada pengaturan
yang lebih jelas dibandingkan dengan UU no 16/1985 yaitu:
Pasal 18
Selain dibangun di atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, rumah susun umum
dan/atau rumah susun khusus dapat dibangun dengan:
a. pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah; atau
b. pendayagunaan tanah wakaf.

Pasal 19
(1) Pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah untuk pembangunan rumah susun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a dilakukan dengan cara sewa atau kerja sama
pemanfaatan.
(2) Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah diterbitkan sertifikat hak atas
tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pelaksanaan sewa atau kerja sama pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20
(1) Pendayagunaan tanah wakaf untuk pembangunan rumah susun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18
huruf b dilakukan dengan cara sewa atau kerja sama pemanfaatan sesuai dengan ikrar wakaf.
(2) Apabila pendayagunaan tanah wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sesuai
dengan ikrar wakaf, dapat dilakukan pengubahan peruntukan setelah memperoleh persetujuan
dan/atau izin tertulis Badan Wakaf Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pengubahan peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
untuk pembangunan rumah susun umum.
(4) Pelaksanaan sewa atau kerja sama pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tanah wakaf untuk rumah susun umum
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Tanah bersama adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara
tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun yang ditetapkan batasnya dengan
persyaratan izin bangunan. Rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah yang dikuasai
dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan Hak Pakai atas Tanah Negara atau Hak Pengelolaan.
Hak atas tanah bersama ini sangat menentukan dapat tidaknya seseorang memiliki Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun menurut UU no 16/1985 tetapi menurut UU no 20/2011 Tanah
bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas
dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan
batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan.






















TUGAS HUKUM AGRARIA




NAMA: Zulfikar Ali
NPM: 2009200203



UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2012

Anda mungkin juga menyukai