Menurut Radbuch, Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang mempelajari
hukum yang benar. Tujuan hukum yang dikemukakannya tersebut adalah kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Faktanya apakah ketiga unsur tujuan hukum tersebut tidak menimbulkan masalah. Karena tidak jarang antara kepastian hukum terjadi benturan dengan keadilan, benturan antara kepastian hukum dengan kemanfaatan, dan antara keadilan dengan kepastian hukum. Dapat diambil contoh dalam sebuah perkara hukum, kalau hakim diharuskan mengambil keputusan yang adil maka rasa adil dari pihak lain tentu akan dikorbankan. Jika ingin menegakkan keadilan maka tentu kemanfaatan dan kepastian hukum harus dikorbankan. Meskipun memang antara penggugat dan tergugat memiliki nilai atau rasa adil yang berbeda-beda. Keadilan bisa saja lebih diutamakan dan mengorbankan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Maka atas teorinya Gustav Radbruch mengajarkan adanya skala prioritas yang harus dijalankan, dimana perioritas pertama selalu keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir barulah kepastian hukum. Hukum menjalankan fungsinya sebagai sarana konservasi kepentingan manusia dalam masyarakat. Tujuan hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai yang membagi hak dan kewajiban antara setiap individu didalam masyarakat. Hukum juga memberikan wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. Dapat dikatakan sebagai filsafat karena Radbruch disini melihat filsafat dari sesuatu yang benar dan yang terjadi. Jadi suatu pemikiran tentang filsafat berasal dari sesuatu yang benar-benar terjadi.
2. Menurut Hans Kelsen, filsafat hukum merupakan ilmu yang mencari pengetahuan tentang hukum yang benar serta hukum yang adil. Teori Hukum Murni dikemukakan Hans Kelsen, yang inti ajaran Hukum Murni, dari Hans Kelsen adalah bahwa hukum itu harus dibersihkan dari anasir-anasir yang tidak yuridis seperti etis, sosiologis, politis dan sebagainya. Konsepsi Hukum Murni Hans Kelsen tidak memberi tempat berlakunya hukum alam, menghindari dari soal penilaian dan juga tidak memberi tempat bagi hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, hanya memandang hukum sebagai Sollen Yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial. Orang mentaati hukum karena ia merasa wajib untuk mentaatinya sebagai suatu kehendak negara. Hukum itu tidak lain merupakan suatu kaedah ketertiban yang menghendaki orang mentaatinya sebagaimana seharusnya. Menurut saya, ini merupakan filsafat hukum karena dilihat dari sisi filhum ini lebih dipahami dari bagian filsafat daripada bagian dari ilmu hukum yang hanya berbicara soal normatif saja.
3. Menurut Apeldoorn, menyebutkan 3 (tiga) pertanyaan penting yang dibahas oleh filsafat hukum, yaitu: o Apakah pengertian hukum yang berlaku umum, o Apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum, dan o Apakah yang dimaksud dengan hukum kodrat. Filsafat Hukum adalah ilmu yang menjawab pertanyaan apakah hukum itu sendiri. Ilmu hukum tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan, karena jawabannya sebatas ada fenomenanya dan gejalanya melahirkan hukum yang bersifat formalistik belaka. Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.
4. Menurut Langmeyer, Filsafat Hukum adalah pembahasan secara filosofis tentang hukum. Pembahasan filosofis tentang hukum adalah sesuatu yang umum, karena pembahasan ini belum khusus dan masih secara umum serta luas, tetapi pembahasan filosofis sendiri adalah salah satu ciri filosofis, ini merupakan landasan berfikir dari suatu filsafat untuk memperoleh kebijaksanaan.
5. Menurut Meuwissen, Filsafat Hukum adalah refleksi atas dasar-dasar dari kenyataan, yang merupakan perwujudan dari cara berfikir sistematis dalam rangka mencari hubungan teoritikal, di dalam mana gejala hukum dapat dipikirkan dan akhirnya dimengerti. Kenyataan kenyataan yang ada, membuat cara berfikir menjadi sistematis dan rasional. Maka dari itu, terciptalah pemikirian tentang filsafat. Dari mana asal muasal sesuatu itu. Dalam hal ini, sesuatu itu adalah Hukum sebagai objek studi dari Filsafat Hukum.