Anda di halaman 1dari 25

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 1

Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta: dr. Juan Gunawan
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Bangka Tengah
Topik: Hipertensi
Tanggal (kasus): 1 Mei 2014
Tanggal Presentasi: 21 Juli 2014 Pendamping: dr. Kevin Sulay Wijaya
Tempat Presentasi: RSUD Bangka Tengah
Objektif Presentasi:
TinjauanPustaka
Diagnostik Manajemen
Dewasa

dan menatalaksana pasien
Bahan Bahasan: Kasus
Cara Membahas: Presentasi dan diskusi

Data pasien: Nama: Ny. W Nomor registrasi:
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Gambaran Klinis:
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang dirasa seperti ditusuk-tusuk. Terasa diseluruh bagian kepala. Hal ini sudah
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 2

dirasakan pasien sejak 2 hari SMRS. Selain itu pasien juga merasakan tegang di tengkuk yang muncul bersamaan dengan keluhan sakit
kepala. Pasien juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah bila rasa sakit kepala tersebut dirasakan semakin memberat.
Pasien juga merasa jantungnya semakin sering berdebar debar lebih cepat, tidak seperti biasanya.
Keluhan nyeri kepala ini dirasakan sangat menggangu aktivitas dan waktu istirahat pasien.


2. Riwayat Penyakit dahulu:
Pasien sudah sering merasakan hal ini sebelumnya. Namun pasien tidak pernah memeriksakannya ke dokter. Pasien hanya
membeli obat warung untuk menghilangkan rasa sakit kepala tersebut.

3. Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan berlemak dan goreng-gorengan. Pasien jarang sekali berolahraga. Pasien memiliki
kebiasaan merokok sejak 5 tahun terakhir. Menurut pengakuan pasien sehari pasien bisa menghabiskan 5 batang rokok.
4. Riwayat keluarga:
Ayah pasien memiliki riwayat penyakit stroke.
5. Riwayat pekerjaan: Petani
6.Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Pasien berasal dari keluarga dengan perekonomian cukup, rumah pasien dekat dengan pasar
dan sangat ramai.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di Poliklinik RSUD Bangka Tengah pada tanggal 1 Mei 2014
Kesadaran : Compos mentis
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 3

Keadaan gizi : BB : 70 kg ; TB : 165 cm BMI : 25,92 kg/m
2
( Obesitas tingkat II)
Tanda-tanda vital:
o Tekanan darah : 160/100 mmHg
o Nadi : 88 x/menit
o Respirasi : 22 x/menit
o Suhu : 37,1 C
Kepala : normochepali, simetris
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Visus ODS : 6/6, 6/6, TIO per palpasi : N/N
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+), ptosis -/-
Hidung : Lapang,sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan di sinus
paranasal dan frontal (-/-)
Bibir : Mukosa bibir lembab
Gigi geligi : Baik, karies tidak ada.
Gusi : Darah (-)
Lidah : Tidak kotor, tremor (-)
Tonsil : T
2
T
2,
tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 4

Telinga : darah (-/-), secret (-/-)
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
Thorax : jejas (-)
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas vesikuler, Ronkhi -/- , Wheezing -/-
Jantung
Inpeksi : Iktus kordis terlihat di ICS V midclavikularis sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar, venektasi (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Genitalia : Tidak diperiksa
Ekstrimitas : Akral hangat, sianosis tidak ada. cappilary reffil < 2 detik

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 5

8. Pemeriksaan Penunjang
- Rontgen Thorax : PA
- Laboratorium : Dilakukan pemeriksaan darah rutin dan profil lipid
9. Diagnosa Kerja
Hipertensi Grade II
10. Diagnosa Banding
- Tension headache
11. Therapi
- Captopril tab 2 x 25 mg
- Amlodipin tab 1 x 5 mg

12. Prognosis
ad vitam : dubia ad bonam
ad fungsionum : dubia ad bonam
ad sanationum : dubia ad malam

DaftarPustaka:
1.

Gray, Huon, H. Lecture Notes Kardiologi. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta: 2002.
2.

Sudoyo, Aru, W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi Keempat. FKUI. Jakarta: 2007.
3. Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. FK UNUD. Denpasar: 2000.
4. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. PB PAPDI. Jakarta: 2008.
5. The joint

National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC

VII)

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 6

Hasil Pembelajaran:
1. Mengetahui klasifikasi Hipertensi
2. Diagnosis Hipertensi
3. Tatalaksana Hipertensi
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
Subjektif
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang dirasa seperti ditusuk-tusuk. Terasa diseluruh bagian kepala. Hal ini sudah
dirasakan pasien sejak 2 hari SMRS. Selain itu pasien juga merasakan tegang di tengkuk yang muncul bersamaan dengan keluhan sakit
kepala. Pasien juga mengeluh mual dan merasa jantungnya semakin sering berdebar debar lebih cepat, tidak seperti biasanya.
Objektif
Pasien didiagnosa dengan Hipertensi, dasar diagnosis pasien ini adalah :
Dari anamnesis didapatkan :
- Sakit kepala yang dirasakan terus menerus
- Faktor resiko yang memperberat yaitu obesitas, kebiasaan merokok dan kebiasaan makan yang tidak sehat.
- Riwayat penyakit stroke dalam keluarga

Dari pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda vital:
o Tekanan darah : 160/100 mmHg
o Nadi : 88 x/menit
o Respirasi : 22 x/menit
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 7

Keadaan gizi : BB : 70 kg ; TB : 165 cm BMI : 25,92 kg/m
2
( Obesitas tingkat II)

Assesment
Definisi
Hipertensi adalah adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolik dan diastolik.
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur:

tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau

tekanan darah diastolik
(TDD) > 90 mmHg. The joint

National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC

VII) dan WHO/lnternational Society of Hypertension

guidelines subcommittees setuju bahwa TDS &

keduanya digunakan untuk
klasifikasi hipertensi. Hipertensi sistolodiastolik didiagnosis bila

TDS 140 mmhg dan TDD _ 90 mmHg. Hipertensi

sistolik terisolasi
(HST) adalah bila TDS 140 mmHg

dengan TDD < 90 mmHg.


I. Epidemiologi

Walaupun peningkatan tekanan darah bukan

merupakan bagian normal dari ketuaan, insiden

hipertensi pada lanjut usia adalah
tinggi. Setelah umur

69 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%.

Pada tahun 1988-1991 National Health and Nutrition

Examination Survey menemukan prevalensi hipertensi

pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut:

prevalensi keseluruhan 49,6%
untuk hipertensi derajat

1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2% untuk hipertensi

derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk

hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Prevalensi

HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan

25% pada kelompok umur 60-
69, 70-79, 80-89, dan

diatas 90 tahun. HST lebih sering ditemukan pada

perempuan dari pada laki-laki.4 Pada penelitian di

Rotterdam,
Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk

berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95

mmHg) meningkat sesuai dengan umur,
lebih tinggi

pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%).5 Di

Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan

hasil sebagai
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 8

berikut: penelitian pada usia diatas 65

tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNVC, ditemukan prevalensi hipertensi sebesar
60,4% (laki-laki

59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya

telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki

29,4% dan
perempuan 33,1%), hipertensi yang baru

terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan

perempuan 28,8%). Pada kelompok ini, adanya
riwayat

keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa

tubuh merupakan faktor risiko hipertensi.
Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada

lanjut usia. Pada studi individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan
darah sistolik terisolasi sangat

rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler.
(3)
Sampai saat ini prevalensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung
hipertensi sekitar 14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia.
Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial dan
idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat mengenai
prevalensi hipertensi sekunder dan sangat tergantung di mana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi
sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan 2 mekanisme yaitu
gangguan sekresi hormone dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi jantung (yang disebut
sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat menyebabkan stroke, gagal ginjal, atau gangguan retina mata.
(2)

II.Etiologi
Hipertensi Primer
Hipertensi Primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun
terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular,
sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun
mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 9

biasanya diketahui beberapa tahun setelah kecenderungan kea rah sana di mulai.
Pada saat tersebut, beberapa mekanisme fisiologis kompensasi sekunder telah di mulai sehingga kelainan dasar curah jantung
atau resistensi perifer tidak diketahui dengan jelas. Pada hipertensi yang baru mulai curah jantung biasanya normal atau sedikit
meningkat dan resistensi perifer normal. Pada tahap hipertensi lanjut, curah jantung cenderung menurun dan resistensi perifer
meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding arteri dan arteriol, mungkin sebagian diperantarai oleh faktor yang
dikenal sebagai pemicu hipertrofi vaskular dan vasokontriksi (insulin, katekolamin, angiotensin, hormone pertumbuhan), sehingga
menjadi alasan sekunder mengapa terjadi kenaikan tekanan darah. Adanya mekanisme kompensasi yang kompleks ini dan konsekuensi
dekunder dari hipertensi yang sudah ada telah menyebabkan penelitian etiologinya semakin sulit dan observasi ini terbuka untuk
berbagai interpretasi. Kelihatannya terdapat kerjasama bermacam-macam faktor dan yang mungkin berbeda antarindividu.

Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di Negara barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat hipertensinya, dan
lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitsnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa
peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.
2. Geografi dan Lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa
Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding
masyarakat Barat.
3. Janin
Faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah tampaknya merupakan predisposisi hipertensi di kemudian hari,
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 10

barangkali karena lebih sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan natrium pada bayi dengan berat lahir
rendah.
4. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-menopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon.
5. Natrium
Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi, barangkali karena ketidakmampuan mengeluarkan
natrium secara efisien baik diturunkan atau didapat. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natriuretik (de Wardener) yang
menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyai efek penekanan. Berdasarkan studi populasi,
seperti Studi INTERSALT (1988) diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata dengan TD, dan penurunan TD dapat diperoleh
dengan mengurangi konsumsi garam.
6. Sistem renin-angiotensin
Renin memicu produksi angiotensin (zat penekan) dan aldosteron (yang memacu natrium dan terjadunya resistensi air sebagai
akibat). Beberapa studi telah menunjukkan sebagian pasien hipertensi primer mempunyai renin yang meningkat, tetapi sebagian besar
normal atau rendah, disebabkan efek homeostatic dan mekanisme umpan balik karena kelebihan beban volume dan peningkatan TD di
aman keduanya diharapkan akan menekan produksi renin.
7. Hiperaktivitas Simpati
Dapat terlihat pada hipertensi umur muda. Katekolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan konstriksi arteriol dan vena
dan meningkatkan curah jantung.
8. Resistensi Insulin/Hiperinsulinemia
Kaitan hipertensi primer dengan resistensi insulin telah diketahui sejak beberapa tahun silam, terutama pada pasien gemuk.
Insulin merupakan zat penekan karena meningkatkan kadar katekolamin dan reabsorpsi natrium.
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 11

9. Disfungsi Sel Endotel
Penderita hipertensi mengalami penurunan respons vasodilatasi terhadap nitrat oksida, dan endotel mengandung vasodilator
seperti endotelin-l, meskipun kaitannya dengan hipertensi tidak jelas.

Hipertensi Sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan seperti di bawah ini:
1. Penyakit Parenkim Ginjal (3%)
Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan
parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal.
2. Penyakit renovaskular (1%)
Terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang
terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia
yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal, dijumpai paling sering pada individu muda, terutama perempuan. Penurunan pasokan
darah ginjal akan memacu produksi renin ipsilateral dan meningkatkan tekanan darah. Keadaan ini perlu dicurigai jika hipertensi terjadi
mendadak, secara umum sukar diterapi tetapi kembali normal dengan penghambat ACE, jika berat atau meningkat, dan jika bruit
abdominal dapat didengar.
3. Endokrin (1%)
Pertimbangkan aldosteronisme primer (Sindrom Conn) jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi. Tingginya kadar
aldosteron dan renin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air. Biasanya disebabkan adenoma jinak soliter
atau hiperlasia adrenal bilateral. Diagnosis dibantu dengan pemindaian tomografi computer (CT) atau pencitraan resonansi magnetic
(MR), dan terapinya adalah dengan reseksi tumor atau menggunakan antagonis aldosteron, spironolakton.
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 12

4. Sindrom Cushing
Disebabkan oleh hyperplasia adrenal bilateral yang disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan ACTH
(adrenocorticotrophic hormone) pada dua pertiga kasus, dan tumor adrenal primer pada sepertiga kasus. Perlu dicurigai jika terdapat
hipertensi bersama dengan obesitas, kulit tipis, kelemahan otot, dan osteoporosis. Diagnosis diketahui dengan pemeriksaan kortisol urin
24 jam dan tes supresi deksametason, dilanjutkan CT atau pemindaian MR kelenjar hipofisis dan adrenal jika kortisol abnormal.
5. Hiperplasia Adrenal Kongenital
Merupakan penyebab hipertensi pada anak (jarang).
6. Feokromositoma
Disebabkan oleh tumor sel kromafin asal neural yang mensekresikan katekolamin, 90% berasal dari kelenjar adrenal. Kurang
lebih 10% dari tumor ini ganas, dan 10% adenoma adrenal adrenal adalah bilateral. Feokromositoma dicurigai jika tekanan darah
berfluktuasi tinggi, disertai takikardia, berkeringat, atau edema paru karena gagal jantung. Diagnosis dengan pengukuran metanefrin
total (metabolit katekolamin) pada urin sewaktu atau 24 jam, meskipun kadar ini dapat dipengaruhi oleh obat-obat anti-hipertensi
tertentu, terutama labetalol. Jika metanefrin ekuivokal, ukurlah kadar norepinefrin (noradrenalin) plasma setelah diberikan satu dosis
klonidin (penghambat adrenergik). Setelah diagnosis ditegakkan, perlu usaha mencari tumor yang mengeluarkan sekresi dengan
menggunakan CT, MR, atau pemindaian radio-isotop. Terapi yang optimal adalah reseksi tumor jika dimungkinkan.
7. Koarktasio Aorta
Paling sering mempengaruhi aorta pada atau distal dari arteri subclavia kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan
menurunkan tekanan di kaki, dengan denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Vasokontriksi arteri sietemik dapat terjadi
karena stimulasi system renin-angiotensin (karena tekanan perfusi arteri renalis rendah) dan hiperaktivitas simpatis. Diagnosis dengan
pemindaian CT atau MR dan/atau aortografi kontras. Hipertensi dapat menetap bahkan sesudah reseksi bedah yang berhasil, terutama
jika hipertensi telah lama sebelum operasi.
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 13

8. Kaitan dengan Kehamilan
Hipertensi gestasional terjadi sampai 10% kehamilan pertama, lebih sering pada ibu muda, diperkirakan karena aliran
uteroplasental yang kurang baik dan umumnya terjadi pada trimester terakhir atau awal periode postpartum. Terdapat proteinuria,
peningkatan kadar urat serum, dan pada kasus yang berat menyebabkan sindrom pre-eklamsia. Kelahiran akan mengakhiri hipertensi.
Kehamilan juga dapat memperburuk hipertensi primer sebelumnya dan variasi akut pada kronis ini lebih sering terjadi pada ibu
multipara usia lanjut, dan biasanya tlah tampak sebelum hamilan berusia 20 minggu. Obat-obat antihipertensi sedapat mungkin
dihindari selama kehamilan d hipertensi diterapi dengan istirahat dan pengawasan janin, dengan persalinan bilamana perlu. Namun, jika
penggunaan obat diperlukan, digunakan metildopa dan labetalol sebagai pilihan yang terbaik.
9. Akibat Obat
Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil kontrasepsi oral (OCP), dengan 5% perempuan
mengalami hipertensi dalam 5 tahun sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih tua (>35 tahun) lebih mudah terkena, begitu pula
dengan perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama hamil. Pada 50% tekanan darah akan kembali normal dalam 3-6 bulan
sesudah penghentian pil. Tidak jelas apakah hipertensi ini disebabkan oleh pil atau apakah penggunaan itu memunculkan predisposisi
yang selama ini tersembunyi. Penggunaan estrogen pasca menopause bersifat kardioprotektif dan tidak meningkatkan tekanan darah.
Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin, eritropoietin, dan kokain.
(1)






BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 14


Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stadium 1
Hipertensi stadium 2
< 120
120-139
140-159
> 160
dan < 80
atau 80-89
atau 90-99
atau > 1 00

Kriteria hipertensi berdasarkan kriteria JNC 7, prehipertensi bukan kategori penyakit. Istilah tersebut hanya untuk mengidentifikasi
seseorang berisiko tinggi untuk menjadi hipertensi. Dengan demikian pasien dan dokter menyadari risiko ini dan mencegah atau
memperlambat perkembangan penyakit. Kelompok prehipertensi bukan calon terapi dengan obat anti hipertensi.

Modifikasi pola hidup
merupakan strategi pencegahan yang penting ( Lucky Aziza B, 2008).

Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman
gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu
gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 15

diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.



III.Patogenesis
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan factor
neurohumoral yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Rangsangan simpatik dan aktivasi system
RAA memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolic ventrikel sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan
terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan fungsi sistolik)
Iskemik miokard (asimtomatik, angina pectoris, infark jantung, dll) dapat terjadi karena terjadi karena kombinasi akselerasi
proses aterosklerosis dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan fungsi
endotel merupakan factor utama kerusakan miosit pada hipertensi.
Evaluasi pasien hipertnsi atau penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk:
- Meneliti kemungkinan hipertensi sekunder
- Menetapkan keadaan pra pengobatan
- Menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan atau faktor yang akan berubah karena pengobatan
- Menetapkan kerusakan organ target
- Menetapkan factor risiko PJK lainnya
(2)

Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80
tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi
perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 16

mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur. Seperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik dari adanya
perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan
normal terhadap system kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh
darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta
dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin
dapat menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut
usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergic dan vasokonstriksi adrenergik-a akan
menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan
darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan
penurunan renin plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai peranan utama pada
hipertensi pada lanjut usia. Perubahanperubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output),
penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan
penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
(3)

II. Gejala Klinik
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada penurunan stroke umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik,
maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten.
2. Penyakit jantung/hipertensi vascular seperti cepat capek, sesak nafas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta),
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 17

bengkak kedua kai atau perut. Gangguan vascular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina,
transient serebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipisia, poliuria, dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer,
peningkatan BB dengan emosi yang labil pada sindro Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala,
palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
(2)



IV.Diagnosis
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis dimulai dengan meilai keadaan umum: memperhatikan keadaan khusus seperti: Cushing, feokromositoma,
perkembanga tidak proporsionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan pada koarktasio aorta. Pengukuran tekanan
darah di tangan kiri dan tangan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi Keith-Wagener-Barker sangat berguna untuk
menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arterikarotis untuk menilai stenosis atau oklusi.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai HVK dan tanda-tanda gagal jantung.
`
V.Penatalaksanaan
Nilai tambah dari terapi
Sejak lama penelitian untuk menilai manfaat terapi dan karenanya sebagian besar data yang ada berkaitan dengan penggunaan
obat antihipertensi lama, terutama penyekat (-blocker) dan diuretic. Meta-analisis dari studi terapi besar menunjukkan 40%
penurunan stroke dan 16% peurunan kasus jantung.
Modifikasi gaya hidup
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 18

Semua pasien dan individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu di nasehati mengenai perubahan gaya hidup, seperti
menurunkan kegemukan, asupan garam (total <5 gr/hari), asupan lemak jenuh dan alcohol (pria <21 unit dan perempuan <14 unit per
minggu), banyak makan buah dan sayuran (setidaknya 7 porsi.hari), tidak merokok, dan berolahraga secara teratur; semua ini terbukti
dapat merendahkan tekanan darah dan dapat menurunkan penggunaan obat-obatan. Bagi penderita hipertensi ringan atau nilai batas
tanpa komplikasi, pengaruh perubahan ini dapat dievaluasi dengan [engawasan selama 4-6 bulan pertama.
Terapi obat
Jika penggunaan obat dirasakan perlu, gunakan dosis awal paling rendah secara bertahap ditingkatkan, tergantung respons
terhadap terapi, dengan membiarkan 4 minggu untuk melihat efek, kecuali jika penurunan tekanan darah itu memang amat diperlukan.
Umumnya obat diminum pada waktu pagi hari, bukan pada malam hari untuk menghindari eksaserbasi penurunan TD mendadak di pagi
hari yang mungkin merupakan factor yang berkontribusi pada tingginya insidensi kejadian kardiovaskular antar ajam 05.00-08.00 pagi.
Banyak dokter masih cenderung meresepkan diuretic atau penyekat sebagai terapi lini pertama karena berdasar riset memberikan hasil
yang mendukung. Petingnya hipertensi sitolik amat ditekankan walopun sebenarnya sama pentingnya dengan tekanan darah diastolik
sebagai predictor risiko kardiovaskular.
1. Diuretik
Semua diuretic akan menurunkan tekanan darah secara akut dengan pengeluaran garam dan air tetapi setelah 4-6 minggu
keseimbangan kembali dan tekanan darah kembali ke nilai asal. Namun, tiazid mempunyai efek vasodilatasi langsung apad arteriol yang
menyebabkan efek hipotensif berkelanjutan. Tiazid akan menurunkan kadar serum dan cenderung meningkatkan glukosa, asam urat,
insulin, kolesterol, dan kalsium darah. Hampir 25% pria menderita impotensi sebagai efek samping, Untuk terapi hipertensi gunakan
tiazid kerja panjang, seperti hidroklorofluazid (12,5-50 mg/hari) atau bendrofluazid (2,5-5,0 mg/hari), barangkali dengan tambahan obat
hemat kalium seperti amilorid, kecuali jika penghambat ACE juga digunakan. Indapamid adalah diuretic sulfonamide dengan kerja
seperti tiacarazid tetapi dengan efek ringan pada glukosa dan kolesterol. Tiazid merupakan obat pilihan pertama pada manula.
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 19


2. Penghambat Adrenergik
Obat-obat ini dapat bekerja sentral pada pusat vasomotor di batang otak, di perifer pada pelepasan katekolamin neuron, atau
menyekat reseptor atau , atau keduanya. Pada otot polos vascular, stimulasi alfa menyebabkan vasokontriksi dan stimulasi ba
menyebabkan relaksasi. Pada pusat vasomotor, arus simpatik dihambat oleh stimulasi alfa. Efek sentral peyekat kurang jelas.

3. Vasodilator Langsung perifer
Obat ini menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer. Contoh kelompok obat ini adalah obat oral
hidralzin, prazosin, dan minoksidil, dan obat intravena diazoksid dan nitroprusid. Semuanya cenderung menimbulkan takikardia
reflektif, hidralzin dapat terkait dengan sindrom lupus jika digunakan dengan dosis tinggi dan minoksidil biasanya menyebabkan
hirsutisme.

4. Antagonis Kalsium
Sekarang merupakan obat antihipertensi yang paling sering digunakan. Pilihan obat tergantung pada efek yang berbeda, pada
perlambatan denyut jantung (kronotropisme negative), mengurangi kontraktilitas miokard (inotropisme negative) dan kemampuan
menyebabkan efek samping seperti muka merah, edema perifr, dan konstipasi. Antagonis kalsium mempunyai efek samping ringan
pada lipid dan glukosa. Antagonis kalsium dihidropiridin (misalnya nifedipin) mungkin merupakan obat pilihan kedua, setelah diuretik
untuk hipertensi manula.

5. Penghambat Renin-Angiotensin
Penyekat reseptor adrenergic menghambat produksi renin ginjal dari apparatus justaglomerulus dan mungkin menyekat konversi
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 20

substrat renin menjadi angiotensin. Namun, obat yang paling banyak digunakan dari kelompok ini untuk terapi hipertensi adalah
penghambat ACE, seperti captopril, nelapril, lisinopril, dan rimiipril, dan yang paling paling akhir dikembangkan penyekat reseptor
angiotensin II seperti losartan dan valsartan. Angiotensin II adalah vasokonstriktor dan memicu produksi aldosteron, sehingga menyekat
produksinya (penghambat ACE) atau terikat pada reseptornya (penyekat reseptor A II), menurunkan resistensi vascular perifer, dengan
efek minimal atau tanpa efek terhadap denyut jantung, atau volume cairan tubuh. Penghambat ACE dapat menyebabkan hilangnya rasa
pengecapan, kulit merah, dan biasanya menyebabkan batuk kering iritatif, yang mungkin disebabkan peningkatan kadar bradikinin.
Batuk dan efek samping lainnya tidak banyak terjadi pada penyekat reseptor A II. Penghambat ACE amat berguna untuk nefropati
diabetic, di mana dilatasi arteriol eferen memperlambat penurunan progresif fungsi ginjal dan dapat memperbaiki sensitivitas insulin
dan tanpa efek lipid atau urat dalam serum.

6. Pilihan Obat
Banyak pasien hipertensi memerlukan kombinasi obat untuk mendapatkan control tekanan darah yang kuat. Golongan-golongan
obat umumnya mempunyai efek tambahan pada tekanan darh jika diresepkan bersama, sehingga dosis submaksimal dari kedua obat
akan menghasilkan respons tekanan darah yang lebih besar. Pendekatan ini dapat berkaitan dengan pengurangan efek samping
disbanding dosis maksimal obat tunggal. Kombinasi rasional dari golongan-golongan obat termasuk:
- Diuretik tiazid dan penyekat
- Diuretik tiazid dan penghambat ACE
- Penyekat dan antagonis kalsium
- Antagonis kalsium dan penghambat ACE
- Penghambat ACE dan penyekat
- Penyekat dan antagonis kalsium
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 21


Setiap pasien hipertensi perlu perlakuan berbeda dalam menemukan pilihan terapi, pilihan ditetapkan tergantung factor-faktor
seperti usia, komorbiditas (misalnya diabetes, penyakit jantung koroner, asma), dan profil farmakologis serta efek samping obat. Namun
bila tidak ada obat yang benar-benar diindikasikan atau dikontraindikasikan, diuretic tiazid harus dipilih karena kelompok ini efektif,
menurunkan komplikasi hipertensi jangka panjang, dapat ditoleransi dengan baik, dan harganya terjangkau.

Penatalaksanaan
a. Pengobatan non farmakologi
1) Diet rendah garam / kolesterol / lemak jenuh
2) Melakukan relaksasi dan olahraga teratur
3) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
4) Kembali pada alam yaitu mengkonsumsi buah seperti : mentimun, semangka, seledri, anggur, bawang putih, mengkudu,
cokelat, leci, dan kentang.
5) Elektroakupuntur. Prinsipnya pada penderita hipertensi yaitu menurunkan hiperaktivitas dari Yang lever, memperkuat Yin
ginjal dan mengurangi lembab serta memperlancar sirkulasi cairan.
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 84).


b. Pengobatan farmakologi
Obat antihipertensi digolongkan menjadi 7 golongan yaitu :
1) Golongan diuretik
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 22

Obat obat ini dapat bekerja dengan mengeluarkan natrium melalui urine. Jenis obatnya antara lain :
a) Tiazid terdiri dari bendroflumetiazid,klorazid, klortalidon, hidroklorotiazid, metiklotiazid, indapamid, metolazon dan
politiazid. Yang sering digunakan hidroklorotiazid (HCT) dengan dosis yang dianjurkan adalah 25 50 mg, 1- 2x per hari
b) Loop terdiri dari bumetanid, asam etakrinik, furosemid dan torsemid. Golongan ini lebih kuat dari golongan tiazid dan di pakai
apabila kurang efektif pada terapi tiazid atau terdapat gagal ginjal.
c) Hemat kalium terdiri dari amilorid, eplerenon, spironilakton dan triamteren

2) Penghambat simpatetik
Obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatik dan mencegah otak mengirim sinyal kepada system saraf untuk
meningkatkan denyut jantung dan menyempiitkan pembuluh darah. Contoh obatnya adalah matildopa, klonidin, dan reserpin.

3) Betabloker
Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung. Contoh obatnya : metoprolol, propanolol, dan atenolol.

4) Vasodilator
Obat obatan jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Obat yang
termasuk dalam golongan ini adalah prasosin dan hidralazin.

5) Penghambat enzim konversi angiotensin
Tipe obat ini bekerja menghambat pembentukan zat angiotensin II. Contoh obatnya adalah kaptopril.

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 23


6) Antagonis kalsium
Obat ini bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung yaitu menghambat kontraktilitas dengan mempengaruhi sel otot yang
terdapat pada dinding pembuluh darah arteri yang memiliki jalur kalium. Contoh obatnya adalah nifedipin, diltiasem, dan verapamil

7) Penghambat reseptor angiotensin II
Obat ini bekerja dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Contoh obat golongan ini adalah candesartan, eprosartan, losartan, olmesartan, telmisartan dan valsartan (diovan).
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 100).


Terapi Obat Tambahan
1. Aspirin
Aspirin digunakan secara luas dalam pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular. Penelitian Hypertension Optimal Treatment
(HOT) pada pasien hipertensi, 75 mg aspirin mengurangi kejadian kardiovaskular mayor, tetapi bukan kejadian fatal, sebesar 15%
namun dengan peningkatan perdarahan bermakna. Secara umum British Hypertension Society Menganjurkan aspirin tidak digunakan
untuk profilaksis rutin. Tetapi digunakan untuk:
- Pencegahan primer pada pasien hipertensi terkontrol < 50 tahun yang mempunyai bukti kerusakan organ target, diabetes,
atau risiko kardiovaskular 10 tahun sebesar 15%;
- Pencegahan sekunder pasien hipertensi di mana ada bukti penyakit kardiovaskular (misalnya angina, infark miokard)

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 24



2. Statin
Golongan obat penurun-lipid akan mengurangi kejadian koroner, mortalitas umum dan stroke pada pasien dengan penyakit
jantung koroner, mortalitas umum, dan stroke pada pasien dengan penyakit jantung koroner; dan meskipun pasien hipertensi tidak
diperiksa secara khusus, bukti-bukti mendukung penggunaannya pada kasus hipertensi yang risiko kardiovaskular 10 tahunnya >6%.
Namun, lebih 50% penderita hipertensi masuk dalam kategori ini dan jika semua mendapatkan statin biayanya akan sangat tinggi.
Dengan memperhatikan hal tersebut British Hypertension Society membuat rekomendasi pragmatis, yaitu statin digunakan untuk
hipertensi dengan keluhan sebagai berikut:
- Pencegahan primer pada pasien usia <70 tahun dengan kolesterol total puasa 5,0 mmol/L dan risiko kardiovaskular 10
tahun 30%.
- Pencegahan sekunder hipertensi pada pasien usia <75 tahun dengan bukti adanya penyakit kardiovaskular dan kolesterol
total puasa 5.0 mmol/L.
(1)











BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 25



Plan
Diagnostik kerja:
HIPERTENSI GRADE II

Pengobatan :
- Captopril tab 2 x 25 mg
- Amlodipin tab 1 x 5 mg

Rujukan dan konsultasi : -

Anda mungkin juga menyukai