3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari hingga September
2011 meliputi survei lapang, pengambilan data kualitas air, pengumpulan data
pendukung, pengolahan data satelit serta penyelesaian penulisan skripsi. Wilayah
penelitian berada di perairan timur laut Bangka, tepatnya kawasan perairan Pulau
Semujur, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah. Lokasi
penelitian terletak pada koordinat 2
o
95.3LS2
o
9 53.1LS dan
106
o
1718.3BT106
o
1748.2BT (Gambar 3).
Gambar 3. Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengambilan Sampel
17
juga halnya dengan sebaran nilai SPL (11 daytime). Data diperoleh melalui
Ocean Color Web (Feldman, 2011). Penerapan algoritma untuk data level 3 sudah
dilakukan secara otomatis.
Untuk ekstraksi nilai konsentrasi klorofil-a menggunakan algoritma OC
3
M
(Ocean Chlorophyll 3-band algorithm MODIS). Algoritma ini menggunakan nilai
tertinggi dari rasio kanal 443 nm dan 488 nm terhadap 551 nm. Model algoritma
OC
3
M oleh OReilly et al., 2000 ditunjukkan pada persamaan di bawah ini:
Ca = 10
0.283 2.753 * R + 1.457 * R2 + 0.659*R3 1.403*R4
. 2
dimana : Ca = konsentrasi klorofil-a (mg/m
3
)
R = rasio reflektansi
Rrs = pantulan pada spektrum panjang gelombang
Untuk estimasi nilai SPL menggunakan algoritma MPFSST (Miami Pathfinder
Sea Surface Temperature) dengan persamaan berikut ini (Brown dan Minnet
1999):
Modis SST = c
1
+ c
2
*T
31
+ c
3
*T
31
-
32
+ c
4
*(sec() 1)*T
31
-
32
. 4
dimana : T
31
-
32
= suhu kecerahan air dari kanal 31 dan 32
= sudut zenith satelit
sedangkan konstanta c
1
, c
2
, c
3
dan c
4
ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Koefisien c pada Kanal 31 dn 32 untuk Satelit Aqua MODIS
Koefisien T
30 -
T
31
<=0.7 T
30 -
T
31
> 0.7
c
1
1,11071 1,196099
c
2
0,958687 0,988837
c
3
0,174123 0,130063
c
4
1,876752 1,627125
Sumber : Brown dan Minnet (1999)
))
551
488
( )
551
443
( ( 10 log Rrs Rrs R > = ....... 3
21
dimana : O1 = amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan
K1 = amplitude komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari
M2 = amplitude komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan
S2 = amplitude komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari
3.3.5. Pemrosesan Basis Data
Basis data merupakan sekumpulan data yang digunakan dari berbagai
sumber baik berupa data spasial maupun data atribut. Data atribut berupa suhu,
salinitas, pH, oksigen terlarut, kecerahan, kecepatan arus dan kedalaman
direpresentasikan sebagai titik (point). Data tersebut diinterpolasi dari data titik
menjadi area (polygon). Data spasial berupa substrat dasar perairan,
keterlindungan lokasi dan peta rupa bumi Indonesia bagian perairan timur laut
Bangka yaitu perairan Pulau Semujur sebagai peta dasar. Hasil interpolasi
masing-masing parameter akan disusun peta tematik yaitu peta sebaran secara
spasial.
Untuk wilayah keterlindungan dilihat secara subjektif berdasarkan letak
titik stasiun sampling terhadap keberadaan pulau-pulau kecil, teluk, laguna dan
rataan karang. Data atribut lainnya yang digunakan yaitu lokasi pertambangan
............. 5
23
berupa posisi geografis. Data tersebut dibuat menggunakan metode Multiple Ring
Buffer untuk mengetahui jarak dari kawasan pertambangan terhadap lokasi
pengambilan sampel, dimana ketentuan jarak disesuaikan dengan studi pustaka
pada Tabel 3.
Metode interpolasi yang digunakan yaitu metode IDW (Inverse Distance
Weighted). Penelitian Pramono (2008) disimpulkan bahwa metode IDW
menghasilkan interpolasi yang lebih akurat dimana nilai mendekati nilai minimum
dan maksimum dari sampel data. Ashraf et al., (1997) in Prasasti et al., (2005)
juga menyebutkan bahwa metode IDW cukup baik dalam menduga nilai contoh
pada suatu lokasi. Diagram alir pemrosesan basis data dapat dilihat pada Gambar
4.
3.4. Metode Analisis Oksigen Terlarut
Penentuan nilai oksigen terlarut menggunakan metode standar Winkler
atau metode Iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan
larutan MnCl
2
dan NaOH+KI sehingga terbentuk endapan cokelat Mn(OH)
2
. .
Kemudian ditambahkan H
2
SO
4
maka endapan akan terlarut kembali menjadi
berwarna kuning dan juga akan membebaskan molekul iodine (I
2
) dari KI yang
ekuivalen dengan oksigen terlarut. Selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
Na
2
S
2
O
3
dan menggunakan indikator larutan amilum. Pengukuran banyaknya
oksigen terlarut adalah ekuivalen dengan banyaknya larutan Na
2
S
2
O
3
yang
digunakan untuk titrasi.
32
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
2
4
1. Suhu
2. Salinitas
3. Kecerahan
4. pH
5. DO
6. Kecepatan arus
Pengukuran
Peta Rupa Bumi
Indonesia
Data pendukung
1. Peta Batimetri
2. Lokasi
pertambangan
Keterlindungan
lokasi
Citra LANDSAT
7+ETM
Stripping citra
Pemulihan citra
Pemotongan citra
Substrat dasar
b
k
k
a Y
j
ln * ln
1
=
Studi pustaka kriteria
perairan potensial KJA
Peta Tematik
Peta Zona Potensial KJA
Ikan Kerapu
Basis Data Spasial
Analisis Spasial
25
3.6. Metode Cell Based Modelling Untuk Penentuan Zona Potensial KJA
Metode cell based modeling sebagai analisis spasial dalam SIG digunakan
untuk menentukan wilayah yang berpotensi sebagai budi daya KJA ikan kerapu.
Metode ini menganalisis data pada berbagai tingkat sel berupa pengkelasan tiap
parameter yang menjadi faktor pendukung budi daya. Parameter yang bersumber
dari pengukuran lapang, ekstraksi citra satelit serta data posisi geografis
pertambangan akan dikelaskan sesuai kriteria. Wilayah potensial budi daya akan
diperoleh dengan melakukan analisis spasial pada data raster yang disebut Raster
Calculator (Weighted overlay) (Gambar 5).
Overlay adalah proses menumpukkan 2 atau lebih layer dari parameter
pada lokasi yang sama. Overlay berperan untuk mempertimbangkan kelayakan
suatu wilayah untuk tujuan tertentu. Data kajian dari keseluruhan parameter yang
berformat grid (sel) mengikuti operasi zonal functions. Operasi ini melibatkan
sekelompok sel yang memiliki nilai tertentu sehingga membentuk zona
kesesuaian wilayah. Setiap zona dicirikan pada kode berdasarkan kriteria matriks
kesesuaian. Zona ini terbagi menjadi 3 kode yaitu kode 3 sebagai zona sangat
sesuai, kode 2 sebagai zona sesuai dan kode 1 sebagai zona tidak sesuai. Luasan
sel dan luasan wilayah dapat diketahui berdasarkan kode tersebut.
29
Gambar 5. Proses Overlay untuk Kesesuaian Budi Daya KJA
Bobot 15%
Bobot 10%
Bobot 5%
Peta Kesesuian Budi
daya KJA
Raster overlay
Kec. arus Kedalaman
Ket. lokasi Substrat Kecerahan DO Salinitas
Suhu pH Jarak dari kawasan
Bobot 20%