Anda di halaman 1dari 26

Market Analysis Summary

Pasar yang ditargetkan oleh perusahaan merupakan pasar yang terdiri dari wisatawan
wisatawan di DIY, para pengelola wisata di DIY, biro biro wisata di DIY, dan para pesaing
tidak langsung, seperti perusahaan advertising di DIY dan perusahaan trash bag. Pasar memiliki
peluang yang menjanjikan bagi perusahaan Anantara mengingat tren pertumbuhan target
customer yang positif serta motivasi membeli yang kuat dari para customer, seperti kebutuhan
bagi pengelola wisata dan biro wisata untuk melakukan promosi yang efektif mengingat semakin
ketat persaingan dan kebutuhan wisatawan serta pengelola wisata akan barang yang dapat
mempermudah wisatawan terkait masalah kebersihan dan informasi pariwisata di DIY. Customer
yang ditargetkan oleh perusahaan Anantara adalah wisatawan DIY khususnya yang berusia di
atas 12 tahun dan mengunjungi objek objek wisata selain museum dan makam di DIY, yakni
sejumlah 2.130.578 wisatawan (5% dari jumlah wisatawan), 27 objek wisata yang terdapat di
DIY (10% dari jumlah objek wisata di DIY) dan 22 biro wisata yang terdapat di DIY (5% dari
jumlah biro wisata yang terdapat di DIY). Selain itu, pasar memiliki peluang yang cukup
menjanjikan karena perusahaan menggunakan strategi blue ocean dimana pasaryang dimasuki
oleh perusahaan merupakan pasar yang belum disentuh oleh perusahaan lainnya secara langsung.


Market Analysis
o Market size
Pasar yang relevan dengan bisnis yang akan dijalankan ialah
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dan pendukung pariwisata di DIY, seperti pengelola
objek wisata, hotel, dan biro wisara. Jumlah wisatawan yang berkunjung
ke objek objek wisata di DIY adalah sebanyak 11.379.640 wisatawan,
baik nusantara maupun mancanegara (sumber data: statistik
kepariwisataan DIY tahun 2012). Menurut statistik kepariwisataan DIY
tahun 2012, jumlah Hotel Bintang yang terdapat di DIY pada tahun 2012
adalah 45 hotel, sementara Hotel Melati sebanyak 447 hotel, jumlah biro
wisata pada tahun 2012 adalah 427 biro wisata, dan jumlah objek wisata
yang terdapat di DIY sebanyak 265 objek wisata .
Kompetitor langsung pada bisnis ini tidak ada mengingat bisnis
serupa belum ada sebelumnya, namun terdapat kompetitor tidak langsung,
seperti perusahaan garbage bag, advertising, dan penyedia informasi
pariwisata DIY yang dapat mengancam kelanggengan bisnis. Jumlah
perusahaan di bidang advertising yang terdapat di DIY adalah sebanyak
11 (sumber : www.daftarperusahaan.com) dan jumlah perusahaan yang
memproduksi trash bag atau sejenisnya di Indonesia adalah sebanyak 42
perusahaan. Secara ringkas market size dari bisnis dapat dilihat pada tabel
berikut.









Tabel 1 Komponen pada market dan jumlahnya masing - masing



o Tren dan Pertumbuhan market
Grafik di bawah menunjukkan pertumbuhan jumlah wisatawan di DIY
pada tahun 2009 2012.

Grafik 1 Jumlah wisatawan di DIY tahun 2009 2012 (sumber : Statistik
Kepariwisataan DIY)
Pada grafik 1 terlihat bahwa jumlah wisatawan yang datang ke DIY dari tahun ke
tahun menunjukkan tren positif, kecuali pada tahun 2010. Hal ini disebabkan
terjadinya bencana alam di DIY, yakni meletusnya gunung merapi yang
menyebabkan jumlah wisatawan relatif berkurang di tahun 2010, namun pada
tahun 2011 jumlah wisatawan kembali meningkat menjadi 10.786.624 wisatawan
Komponen Jumlah
Wisatawan di DIY 11.379.640 orang
Hotel 492 hotel
Biro wisata 427 biro wisata
Objek wisata 265 objek wisata
Perusahaan advertising 11 perusahaan
Perusahaan garbage
bag
42 perusahaan

dan terus meningkat di tahun 2012 menjadi 11.379.640 wisatawan. Jumlah biro
wisata DIY di juga mengalami peningkatan signifikan di tahun 2012.



Grafik 2 Jumlah biro wisata di DIY tahun 2009 2012 (sumber : Statistik
Kepariwisataan DIY)
Pada grafik 2 terlihat bahwa jumlah biro wisata di DIY meningkat pada tiap
tahunnya. Pada tahun 2009, jumlah biro wisata di DIY sebanyak 279 biro wisata
dan terus meningkat tiap tahunnya hingga pada tahun 2012 sejumlah 427 biro
wisata. Dengan meningkatnya jumlah biro wisata di DIY tentu saja persaingan di
antara biro wisata akan menjadi semakin ketat. Begitu juga dengan persaingan
hotel di DIY yang terus meningkat seiiring meningkatnya jumlah hotel di DIY.





Grafik 3 Jumlah hotel di DIY tahun 2009 2012 (sumber : Statistik
Kepariwisataan DIY)
Perusahaan - perusahaan advertising atau pengelola objek wisata pada
umumnya dalam melakukan promosi objek wisata dengan menggunakan media
cetak, website, atau baliho / papan reklame. Isu isu terkait sapta pesona, yakni
aman; tertib; bersih; sejuk; indah; ramah-tamah; dan kenangan, masih menjadi hal
yang diperhatikan oleh wisatawan dan pengelola objek wisata. Pengelola wisata
condong melakukan aktivitas aktivitas terkait meningkatkan performansi sapta
pesona di objek wisatanya masing masing, seperti meningkatkan sekuritas,
menyelenggarakan acara acara, dan menambah tempat pembuangan sampah di
objek wisatanya.
o Costumer Analysis
o Customer Definition
Customer dari bisnis ini ialah para wisatawan yang berwisata di
objek wisata yang terletak di DIY dan para pemaku kepentingan terkait
pariwisata di DIY, seperti pengelola objek wisata baik negeri maupun
swasta, pengelola hotel, biro wisata, pusat oleh oleh di DIY, dan
sebagainya, yang ingin melakukan promosi terkait objek wisata atau
usahanya masing masing.



o Customer Dissatisfaction
Wisatawan yang datang ke DIY memiliki beberapa keluhan
mengenai pariwisata DIY. Berikut merupakan keluhan dari wisatawan
DIY yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan (Customer Needs
Identification) terhadap 55 responden yang mana merupakan wisatawan di
DIY.

Grafik 4 Keluhan wisatawan di DIY (sumber : hasil olahan sendiri)
Dari hasil kuesioner terlihat bahwa keluhan terbanyak dari
wisatawan di DIY adalah mengenai hal hal terkait dengan kebersihan.
Banyak dari responden mengeluhkan mengenai minimnya tempat
pembuangan sampah yang ada di objek wisata yang terbuka, seperti di
Malioboro, pantai, dan candi candi yang ada di DIY. Hal tersebut juga
terlihat ketika dilakukan observasi langsung di beberapa objek wisata di
DIY. Pihak pengelola objek wisata melalui wawancara yang dilakukan
dan berita yang dirintis oleh pihak berwenang juga menyatakan bahwa
salah satu masalah yang sering ditemui oleh pihak pengelola ialah sampah
yang dibuang sembarangan oleh wisatawan (Sumber : Kompas, 2012 dan
Harian Jogja , 2013)
Selain masalah kebersihan, minimnya informasi terkait pariwisata,
seperti pusat oleh oleh resmi di DIY dan objek wisata yang terdapat di
DIY (terutama bagi wisatawan yang tidak menggunakan jasa biro wisata),

dirasakan oleh para wisatawan di DIY. Hal ini menunjukkan bahwa
strategi promosi yang telah dilaksanakan objek wisata maupun pemaku
kepentingan lainnya masih belum efektif.
o Buying Motives
Motivasi customer dalam menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan dalam bisnis ialah kebutuhan dari customer akan produk atau
jasa yang ditawarkan. Wisatawan tentu menginginkan produk yang dapat
memberikan kemudahan bagi wisatawan selama berkunjung ke objek
objek wisata, misal mudah untuk membuang sampah dan mengakses
informasi mengenai pariwisata. Dari segi pengelola wisata tentu ingin agar
objek wisata yang dikelolanya memiliki predikat baik di mata wisatawan,
misalnya dari segi sapta pesona. Para pemaku kepentingan lain terkait
pariwisata, tentu membutuhkan media promosi yang efektif sehingga para
pemaku kepentingan tersebut dapat memperoleh manfaatnya masing
masing, terlebih semakin banyaknya jumlah hotel, biro wisata, dan objek
wisata lainnya menyebabkan tingginya tingkat persaingan di masing-
masing usaha tersebut.

o Competitor Analysis
o Langsung
Kompetitor langsung dari bisnis masih belum ada, mengingat bisnis yang
akan dijalankan merupakan bisnis dengan ide baru yang belum pernah ada
sebelumnya.
o Tidak Langsung
Kompetitor tidak langsung dari bisnis adalah perusahaan - perusahaan di
bidang garbage bag, advertising, dan penyedia informasi pariwisata DIY.
Perusahan perusahaan tersebut merupakan pesaing tidak langsung dari
bisnis karena kompetitor juga dapat menawarkan produk atau jasa yang
dapat mengancam kelanggengan bisnis. Berikut merupakan analisis yang
dilakukan terhadap kompetitor kompetitor dari bisnis.




Grafik 5 Performansi trash bag yang umum terdapat di pasaran


Grafik 6 Performansi buku informasi pariwisata yang umum terdapat di pasaran


Grafik 7 Performansi media brosur pariwisata yang umum terdapat di pasaran

o Market Opportunity
Peluang untuk masuk ke dalam pasar relatif besar, mengingat
belum adanya produk serupa yang ditawarkan kepada customer. Akses ke
customer relatif mudah mengingat posisi geografis customer yang terletak
di DIY, yang mana merupakan lokasi produksi dari bisnis, serta dukungan
dari pemerintah, dalam hal ini ialah dinas kepariwisataan DIY, terkait
produk yang ditawarkan ke customer. Jumlah pasar, yakni wisatawan,
hotel, biro wisata, dan pusat pembelian oleh oleh, memiliki tren
pertumbuhan positif yang mana memberikan peluang besar bagi bisnis
untuk masuk (lihat bagian pertumbuhan dan tren pasar), motivasi untuk
menggunakan produk kuat. Produk yang ditawarkan juga masih belum
memiliki pesaing yang langsung. Hal ini terlihat dari persaingan irelevan
yang dilakukan oleh perusahaan Anantara.


Grafik 8 Persaingan irrelevan antara produk Anantara dengan kompetitor waste
bag


Grafik 9 Persaingan irrelevan antara produk Anantara dengan Buku informasi
pariwisata


Grafik 10 Persaingan irrelevan antara produk Anantara dengan brosur pariwisata

Secara garis besar, persaingan menjadi irrelevan disebabkan oleh dilakukannya
strategi blue ocean pada produk yang ditawarkan kepada customer.
Customer Segmenting
Customer pada bisnis dapat dibagi menjadi 2 kategori, yakni wisatawan dan pengguna
jasa iklan. Berikut merupakan segmen - segmen dari customer, wisatawan.
o Demografi
Wisatawan dibagi berdasarkan asal wisatawan di DIY yakni wisatawan
lokal dan mancanegara. Menurut Dinas Pariwisata DIY, pada tahun 2012, jumlah
wisatawan lokal di DIY sebanyak 10.880.125 wisatawan dan wisatawan
mancanegara sebanyak 499.515 wisatawan. Wisatawan juga dibagi berdasarka
nusia wisatawan, yakni usia 0 12 tahun (anak anak) dan usia di atas 12 tahun.
Pada tahun 2012, jumlah wisatawan yang berusia 0 -12 tahun (anak anak)
berjumlah 3.793.213 wisatawan dan yang berusia di atas 12 tahun berjumlah
7.586.427 wisatawan.









Grafik 11 Segmentasi wisatawan di DIY berdasarkan asal dan umur wisatawan
(sumber : statistik kepariwisataan Yogyakarta 2012)
o Geografis
Wisatawan dibagi berdasarkan objek wisata yang dikunjungi oleh
wisatawan.

Grafik 12 Segmentasi wisatawan di DIY berdasarkan objek wisata yang
dikunjungi (sumber : statistik kepariwisataan Yogyakarta 2012)
Jumlah wisatawan yang mengunjungi objek wisata museum dan makam sebanyak
844.942 wisatawan dan objek wisata selain museum dan makam sebanyak
10.652.890 wisatawan. Sementara untuk pengguna jasa iklan, segmentasi dapat
dibagi berdasarkan jenis usaha yang dilakukan yakni objek wisata, hotel, biro
wisata, pusat oleh oleh, dan rumah makan.

Customer Targeting
Pasar yang ditargetkan oleh bisnis ialah wisatawan lokal dan mancanegara dengan
usia di atas 12 tahun ke atas yang mengunjungi objek objek wisata selain museum dan
makam di DIY. Jumlah wisatawan yang ditargetkan pada tahun pertama bisnis beroperasi
adalah sebanyak 2.130.578 wisatawan (30 persen dari 7.101.927 wisatawan lokal dan
mancanegara yang memiliki usia di atas 12 tahun dan mengunjungi objek objek wisata
selain museum dan makam di DIY). Angka 30 persen diambil berdasarkan kapasitas
produksi, keunikan produk, kemampuan awal bisnis dari distribusi produk serta
ketertarikan awal pengelola wisata dan wisatawan terhadap produk. Sementara segmen
pengguna iklan yang ditargetkan oleh bisnis ialah objek wisata dan biro wisata.





Gambar 1 Target wisatawan
Objek wisata yang ditargetkan pada tahun pertama sebanyak 10% dari total objek
wisata yang ada di DIY yakni sebanyak 27 dari 265 objek wisata yang ada di DIY dan
biro wisata yang ditargetkan adalah 5 % dari total biro wisata yang ada di DIY atau
sebanyak 22 biro wisata dari 427 biro wisata yang ada di DIY.





Wisatawan lokal
dan mancanegara
usia di atas 12
tahun
Wisatawan lokal dan
mancanegara yang
mengunjungi objek wisata
selain museum 7.586.427
wisatawan
10.652.890
wisatawan
Target 2.130.578 wisatawan lokal dan
mancanegara yang memiliki usia di atas
12 tahun dan mengunjungi objek objek
wisata selain museum dan makam di DIY






Gambar 2 Target objek wisata dan biro wisata
Customer Positioning
Bagi wisatawan dan pengelola wisata, produk yang ditawarkan merupakan produk
yang dapat memudahkan wisatawan dalam menjaga kebersihan selama berwisata di objek
wisatanya tersebut serta media informasi singkat mengenai pariwisata DIY, sehingga
ketika wisatawan ingin membuang sampah namun tidak ada tempat sampah di sekitar
objek wisatanya, produk perusahaan Anantara yang pertama kali dipikirkan oleh
wisatawan. Bagi pengelola objek wisata dan biro wisata produk yang ditawarkan
merupakan media promosi objek wisata dan biro wisatanya masing masing serta media
untuk menunjukkan bahwa objek wisata dan biro wisata peduli akan kebersihan di DIY,
sehingga ketika pengelola objek wisata dan biro wisata ingin mempromosikan usahanya
masing masing secara efektif dan dilihat oleh para wisatawan serta mendapatkan citra
di mata wisatawan akan kebersihan, maka produk perusahaan Anantara yang muncul
pertama kali di benak objek wisata dan biro wisata.






265
Objek
Wisata
di DIY
Target objek
wisata sebanyak 27
objek wisata di
DIY.
Target biro wisata
sebanyak 22 biro
wisata di DIY.
427 Biro
Wisata
di DIY








Gambar 3 Perceptual mapping (kiri) wisatawan dan (kanan) pengguna jasa iklan
Costumer Needs
Berdasarkan hasil dari market analysis yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
terhadap wisatawan wisatawan yang ada di DIY, wawancara terhadap para pengelola wisata
yang ada DIY, dan observasi langsung di beberapa objek wisata di DIY diperoleh need
statements berikut ini.
Tabel 2 Need Statements dari Wisatawan dan Pengelola Objek Wisata di Yogyakarta

Kebutuhan yang diperoleh dari customer kemudian dijadikan sebagai input dalam
menghasilkan diagram Kano. Dengan dihasilkannya diagram Kano maka dapat diketahui
prioritas dari masing masing needs tersebut. Berikut merupakan diagram kano yang dihasilkan
dari pembagian kuisioner terhadap 33 responden.

Kode Need Statement
N1 Kebersihan objek wisata dikelola dengan baik
N2 Objek wisata atau pihak yang terkait menyediakan akomodasi dan transportasi yang memadai menuju objek wisata
N3 Objek wisata menetapkan tarif yang terjangkau untuk wisatawan lokal maupun mancanegara
N4 Informasi mengenai pariwisata Yogyakarta dan transportasi umum mudah untuk diperoleh
N5 Terjaminnya keamanan bagi wisatawan di objek wisata
N6 Tersedianya tour guide yang memahami objek wisata dengan baik
N7 Objek wisata melakukan inovasi terhadap objek wisatanya masing - masing
Good Companys Image
Good Design
Bad Design
Easy to Carry Hard to Carry
Bad Companys Image
Bad media in
promoting /
sharing
information
Good media in
promoting /
sharing
information
Plastik kresek Trash bag
Produk kita
Brosur Buku
panduan
wisata
Produk kita

Tabel 3 Klasifikasi needs pada model Kano

Keterangan :
O = One-Dimensional = tingkat kepuasan wisatawan berhubungan linear dengan performansi
atribut
A = Attractive = semakin tinggi performansi atribut maka semakin tinggi juga kepuasan
wisatawan namun jika tidak ada atribut ini dalam produk tidak akan menyebabkan kekecewaan
M = Must-Be = atribut harus ada dalam produk yang ditawarkan
I = Indifferent = ada atau tidaknya atribut tidak akan mempengaruhi kepuasan wisatawan

Gambar 4 Diagram Kano
Diagram Kano yang dihasilkan menunjukkan bahwa N2, N3, dan N7 tergolong needs
yang sifatnya attractive, N1 dan N4 merupakan needs yang sifatnya one-dimensional, N6
merupakan need yang sifatnya indifferent dan N5 merupakan need yang sifatnya must-be. Hasil
Code Q A O I M RTotal Max Category
N1 0 2 18 2 11 0 33 18 O
N2 0 13 7 7 6 0 33 13 A
N3 1 10 9 5 8 0 33 10 A
N4 0 7 13 5 8 0 33 13 O
N5 0 0 10 5 18 0 33 18 M
N6 0 5 1 17 8 2 33 17 I
N7 0 16 3 11 2 1 33 16 A

dari analisis Kano akan menjadi dasar pengembangan, pemilihan konsep konsep produk
melalui pohon klasifikasi serta dasar pertimbangan dalam House of Quality.
Pohon Klasifikasi Konsep

Gambar 5 Pohon Klasifikasi Konsep
Berdasarkan pohon klasifikasi di atas dapat diperoleh beberapa konsep yang dapat menjawab
kebutuhan dari wisatawan
Tempat
Penampungan
Sampah
Portable
Memiliki informasi
mengenai pariwisata
DIY
Terdapat fitur
pemadam rokok
Tidak terdapat fitur
pemadam rokok
Tidak memiliki
informasi mengenai
pariwisata DIY
Terdapat fitur
pemadam rokok
Tidak terdapat fitur
pemadam rokok
Unportable
Memiliki informasi
mengenai pariwisata
DIY
Tidak memiliki
informasi mengenai
pariwisata DIY

a. Tempat penampungan sampah portable yang dapat memberikan informasi mengenai
pariwisata DIY dimana terdapat fitur pemadam rokok di tempat penampungan sampah
tersebut
b. Tempat penampungan sampah portable yang dapat memberikan informasi mengenai
pariwisata DIY dimana tidak terdapat fitur pemadam rokok di tempat penampungan
sampah tersebut
c. Tempat penampungan sampah portable yang tidak memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY namun terdapat fitur pemadam rokok di tempat penampungan
sampah tersebut
d. Tempat penampungan sampah portable yang tidak memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY dan tidak terdapat fitur pemadam rokok di tempat
penampungan sampah tersebut
e. Tempat penampungan sampah unportable yang memiliki media informasi mengenai
pariwisata DIY
f. Tempat penampungan sampah unportable yang tidak memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY
Screening and Scoring
Tabel berikut menunjukan proses screening yang dilakukan terhadap 6 konsep yang
dihasilkan dari pohon klasifikasi konsep.







Tabel 4 Proses screening terhadap keenam konsep yang dihasilkan

Keterangan :
A Media penampungan sampah portable yang dapat memberikan informasi
mengenai pariwisata DIY dimana terdapat fitur pemadam rokok di tempat
penampungan sampah tersebut
B Media penampungan sampah portable yang dapat memberikan informasi
mengenai pariwisata DIY dimana tidak terdapat fitur pemadam rokok di tempat
penampungan sampah tersebut
C Media penampungan sampah portable yang tidak memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY namun terdapat fitur pemadam rokok di tempat
penampungan sampah tersebut
D Media penampungan sampah portable yang tidak memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY dan tidak terdapat fitur pemadam rokok di tempat
penampungan sampah tersebut
E Media penampungan sampah unportable yang memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY
Selection Criteria A B C D E F Kompetitor
Kemampuan sebagai media penampungan sampah + + + + + + 0
Kemampuan sebagai media informasi mengenai pariwisata DIY + + - - + - 0
Kemampuan untuk memberikan keamanan ekstra kepada wisatawan + 0 + - 0 0 0
Inovasi + + + + + - 0
Biaya Produksi - 0 - 0 - - 0
Easy to carry + + + + - - 0
Sarana Pengiklanan + + - - + - 0
Ramah Lingkungan 0 0 0 0 - - 0
Jumlah (+) 6 5 4 3 4 1 0
Jumlah (0) 1 3 1 2 1 1 8
Jumlah (-) 1 0 3 3 3 6 0
Nilai Akhir 5 5 1 0 1 -5 0
Peringkat 1 1 2 3 2 4
Lanjutkan? Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak

F Media penampungan sampah unportable yang tidak memiliki media informasi
mengenai pariwisata DIY
Proses screening mengambil kompetitor trash bag yang ada di pasaran pada umumnya.

Gambar 6 Trash / Waste Bag yang digunakan sebagai kompetitor (F)
Hasil screening menunjukkan bahwa konsep A, B, C, dan E merupakan konsep yang secara garis
besar (tanpa pembobotan) yang terpilih sesuai dengan kriteria seleksi. Konsep A, B, C, dan E
kemudian diseleksi lebih lanjut dengan memberikan bobot terhadap kriteria seleksi.
Tabel 5 Proses scoring terhadap hasil screening

Hasil scoring menunjukan bahwa konsep A, yakni media penampungan sampah portable yang
dapat memberikan informasi mengenai pariwisata DIY dimana terdapat fitur pemadam rokok di
tempat penampungan sampah tersebut, merupakan konsep yang akan digunakan dalam produk
yang akan diproduksi oleh perusahaan Anantara.

Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban
Kemampuan sebagai media penampungan sampah 15% 4 0.6 4 0.6 4 0.6 5 0.75
Kemampuan sebagai media informasi mengenai pariwisata DIY 15% 5 0.75 5 0.75 0 0 5 0.75
Kemampuan untuk memberikan keamanan ekstra kepada wisatawan 22% 5 1.1 3 0.66 5 1.1 0 0
Inovasi 10% 5 0.5 4 0.4 4 0.4 3 0.3
Biaya Produksi 10% 3 0.3 4 0.4 3 0.3 2 0.2
Easy to carry 7% 5 0.35 5 0.35 5 0.35 0 0
Sarana Pengiklanan 12% 5 0.6 5 0.6 0 0 5 0.6
Ramah Lingkungan 9% 5 0.45 5 0.45 5 0.45 2 0.18
Total Nilai 4.65 4.21 3.2 2.78
Peringkat 1 2 3 4
Lanjutkan Ya Tidak Tidak Tidak
Selection Criteria Bobot (%)
A B C E

Needs vs Metrics
Tabel berikut menunjukkan hubungan antara needs dan technical response.
Tabel 6 Hubungan antara needs dan technical response

Keterangan:
: High Relationship
: Medium Relationship
: Low Relationship
Benchmarking
Berikut merupakan produk yang digunakan sebagai kompetitor dari produk yang akan
ditawarkan kepada customer.

Gambar 7 Kompetitor trash bag
v
o
l
u
m
e
m
a
t
e
r
i
a
l
f
i
t
u
r

t
a
m
b
a
h
a
n
b
i
a
y
a

p
r
o
d
u
k
s
i
Kemampuan sebagai media penampungan sampah
Kemampuan sebagai media informasi mengenai pariwisata DIY
Kemampuan untuk memberikan keamanan ekstra kepada wisatawan
Inovasi
Harga Terjangkau
Easy to carry
Sarana pengiklanan
Ramah lingkungan
Technical Response
Needs


Tabel 7 Hasil benchmarking produk yang dikembangkan dengan kompetitor

Keterangan :









Customer Needs
12345
t
a
r
g
e
t

v
a
l
u
e
i
m
p
r
o
v
e
m
e
n
t

r
a
t
e
Kemampuan sebagai media penampungan sampah 5 1.25
Kemampuan sebagai media informasi mengenai pariwisata DIY 5 1.667
Kemampuan untuk memberikan keamanan ekstra kepada wisatawan 3 1
Inovasi 4 1
Harga Terjangkau 4 1.333
Easy to carry 3 1
Sarana pengiklanan 4 1
Ramah lingkungan 3 1
our product
produk kompetitor
Kompetitor = waste bag

Value Proposition
o Value Background
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu tujuan utama para
wisatawan lokal maupun mancanegara karena terdapat berbagai macam objek
wisata seperti wisata wisata alam, dan wisata budaya. Dengan melakukan
pembangunan dan pengembangan pada bidang pariwisata diharapkan akan
memberikan manfaat bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia karena
merupakan salah satu sektor pembangunan dalam bidang ekonomi. Hal ini selain
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja
bagi pengangguran saat ini, juga akan meningkatkan rasa cinta akan lingkungan
di sekitarnya,
Untuk mengembangkan suatu objek wisata, ketersediaan sarana dan
prasarana merupakan salah satu sektor yang bisa diandalkan. Kualitas lingkungan
merupakan bagian integral dari Industri Wisata. Hal tersebut adalah hal yang
selayaknya mendapatkan perhatian yang paling tinggi karena pariwisata adalah
industri yang memiliki keterkaitan dengan tujuan wisata dengan karakter
keseimbangan diantara keindahan natural dan kualitas lingkungan yang terjamin.
Kata lingkungan muncul ke permukaan untuk menjadi penunjuang aktivitas
wisata lainnya. Keindahan dan kenyamanan objek wisata, seperti keindahan
pemandangan alam, air yang bersih dan segar, bersih dari sampah yang dibuang
sembarangan dan bertebaran disepanjang objek wisata, sehingga pemeliharaan
terhadap kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap
kompetisi pasar akan pemilihan objek wisata oleh wisatawan. Jika kualitas
lingkungan dari suatu objek wisata menurun, maka tempat tersebut akan
cenderung diabaikan bila dibandingkan dengan objek wisata dengan kualitas
lingkungan yang lebih baik.
Berangkat dari masalah tersebut, perusahaan Anantara memiliki ide untuk
membuat waste bag yang akan diproduksi secara masal yang akan digunakan oleh
wisatawan - wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Daerah
Istimewa Yogyakarta. Waste bag akan digunakan untuk menyimpan sampah
sementara ketika wisatawan belum menemukan tempat sampah pada suatu objek

wisata. Pada tas tersebut terdapat uniqueness dan inovasi yang akan menyediakan
informasi mengenai objek wisata yang juga mendukung sistem informasi dari
objek pariwisata di DIY, yang mana masih sering dikeluhkan oleh wisatawan
wisatawan di DIY Hal ini dimaksudkan agar tujuan dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta yang ingin mewujudkan Sapta Pesona yang
merupakan kunci utama dari keberhasilan suatu pariwisata.
o Value Design
Value yang terdapat pada produk yang ditawarkan ke wisatawan dan pengguna
jasa iklan adalah sebagai berikut
o Inovasi
Produk berupa waste bag yang ditawarkan merupakan sebuah inovasi baru
karena produk serupa belum ada di pasaran. Waste bag ini didesain agar dapat
dijadikan sarana advertising atau iklan dari objek wisata, travel agency, restoran,
hotel dan sebagainya. Selain itu, terdapat informasi-informasi yang berkaitan
tentang Yogyakarta, seperti peta objek wisata, rute Trans Jogja, dan sebagainya,
yang dicetak pada waste bag tersebut. Fungsi utama dari waste bag yaitu sebagai
tempat sampah sementara apabila wisatawan kesulitan mencari tempat sampah
permanen atau ukuran yang lebih besar. Selain itu, waste bag ini juga dapat
digunakan sebagai wadah benda-benda selain sampah, sesuai dengan keinginan
pengguna. Waste bag ini diproduksi dengan tujuan dapat membantu menjaga
kebersihan di tempat-tempat wisata Yogyakarta pada khususnya dan tempat-
tempat umum pada umumnya.




Gambar 8 Rancangan Produk (kiri) dan contoh informasi mengenai pariwisata
DIY di produk (kanan)

o Unique
Produk ini mempunyai nilai uniqueness karena mempunyai desain yang menarik
dan fitur-fitur tambahan yang tidak dapat dijumpai di produk sejenis. Pertama,
waste bag ini didesain dengan warna dan gambar yang menarik sehingga
memberi nilai beda terhadap produk waste bag yang lain. Kedua, terdapat
beberapa fitur tambahan yang akan memberi keuntungan pada penggunanya yaitu
pengait dan kantong rokok. Pengait berfungsi untuk memudahkan pengguna
dalam membawa waste bag tersebut. Dengan adanya pengait, waste bag dapat
dikaitkan pada ikat pinggang, celana, tas dan sebagainya sehingga pengguna tidak
perlu membawa waste bag tersebut dengan tangan. Kantong rokok digunakan
untuk mematikan rokok sebelum dibuang ke dalam waste bag. Dengan adanya
kantong rokok tersebut, pengguna akan diingatkan untuk mematikan rokok dahulu
sehingga tidak menimbulkan bahaya.
o Mass production
Waste bag ini dapat diproduksi secara masal karena merupakan produk yang
tidak membutuhkan ketelitian yang tinggi serta merupakan barang yang
mempunyai ketahanan relatif tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu cukup
lama (2 tahun jika terkena paparan sinar matahari). Dengan menggunakan metode
mass production, biaya produksi dapat ditekan dan waktu produksi lebih cepat.
Namun, sistem rantai pasok yang baik tetap diperlukan untuk mendukung sistem

produksi masal ini, seperti hubungan kerjasama yang kuat dengan pihak supplier
bijih plastik atau dengan menggunakan lebih dari satu supplier dalam memeasok
pasokan bijih plastik. Selain itu, penjadwalan maintenance, baik predictive
mauapun preventive maintenance perlu dilakukan dengan baik terutama pada
mesin mesin yang krusial seperti mesin injeksi plastik dan cooling tower yang
digunakan dalam proses produksi plastik.
o Uncertain demand
Permintaan mengenai produk ini tidak tentu dikarenakan jumlah
pelanggan yang akan memasang iklan ataupun membeli produk ini juga tidak
tentu. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahan menggunakan sistem make to
stock dalam memproduksi waste bag tanpa iklan. Kemudian, sistem make to
order digunakan untuk memasang iklan pada tas tersebut sesuai permintaan.
Perusahaan akan membuat kontrak dengan customer perihal iklan yang akan
dipasang sebagai salah satu langkah dalam mencegah ketidak pastian permintaan
pengguna jasa iklan. Untuk membantu mengatasi ketidakpastian pada permintaan
produk, peramalan pada pengunjung pariwisata di masing-masing objek wisata
akan dilakukan. Hal ini penting terkait dengan produksi yang harus dilakukan
oleh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai