Anda di halaman 1dari 3

BAGAIMANA MEMBUAT PRODUK PROPERTI ANDA SELALU DIMINATI KONSUMEN

SENSASI GIGI GINGSUL




Jin Properti - Di jaman saya masih memakai celana panjang nomer 32 dan berat badan saya masih 72 kg
duluuuuuuu, saya memiliki 2 artis wanita yang jadi idola saya, yaitu Diah Permatasari dan Desy Ratnasari.

Saya suka Diah Permatasari karena perannya menjadi hantu sexy di film Si Manis Jembatan Ancol. Baju
hantunya benar-benar cleguk (bikin air liur meleleh) karena memakai rok ketat dan pendek sekali,
membikin hati saya deg-degan menatapnya. Giginya yang gingsul juga makin membuat wajahnya yang
manis semakin manis dan enak dilihat. Entah kenapa saya suka dengan gigi gingsulnya. Saya sering
berfantasi; kalau ciuman nyangkut gak ya?

Saya juga suka dengan Desy Ratnasari, saat dia bermain di film Si Kabayan Saba Kota bersama Didi Petet.
Perannya sebagai Ni Iteung gadis desa yang polos tapi wajahnya segar dan ranum, membuat saya ngefans
dan mengidolakan Desy Ratnasari. Apalagi gaya rambutnya yang panjang terurai itu pas banget dengan
selera saya. Type wanita berambut hitam pekat panjang terurai menutupi punggungnya yang bolong
seperti Desy memang selera saya.

Itu duluuuuu ... Kemana mereka sekarang?? Diah sudah jarang beredar di sinetron-sinetron. Desy
terkadang masih tampil, tapi perannya sudah bukan cinta-cintaan lagi. Sudah jadi ibu-ibu, malah terkadang
jadi nenek dengan kepala dibalut pakai handuk. Pokoknya sudah gak ngefans lagi deh.

Saat ini sudah hadir artis-artis muda pendatang baru yang wajahnya masih seger, yang kulitnya belum
kisut, yang bodynya belum melar. Usinya juga masih belasan, tak seperti Diah dan Desy yang sudah
beranjak tuwir. Yang dulu cantik menarik, sekarang terlihat uzur. Banyak pesaing artis muda yang datang
dengan pesona baru, daya tarik baru, image baru dll. Takdir memang kejam. Hukum alam tak bisa ditolak.
Selalu akan hadir yang baru menggantikan yang lama.

Sobat properti, dunia ini terus berputar, dan semua akan dimakan aus. Dalam dunia marketing kita
mengenal LIFE CYCLE PRODUCT (siklus hidup produk, dimana produk akan mengalami phase I
(introduction), phase II (growth), phase III (maturity), dan yang terakhir phase IV (decline).

Anda jangan berpikir bahwa sebuah produk properti yang pernah sukses saat anda pasarkan, punya
jaminan sukses lagi saat dilakukan pemasaran ulang produk yang sama tapi di waktu yang berbeda. Misal;
anda pernah sukses memasarkan type 45/90 bentuk minimalis di tahun 2012 saat proyek anda baru saja
launching dan memasarkan tahap I.

Saat ini anda sudah masuk tahap III, ketika mungkin 60% lahan anda sudah terjual, dan ketika infrastruktur
di proyek anda sudah sebagian besar dikerjakan. Satu catatan penting; harga jual produk rumah yang anda
pasarkan sudah tak murah lagi. Karena secara periodik pasti sudah anda lakukan penyesuaian alias
kenaikan harga bertahap.

Saran saya, lakukanlah STRATEGI PRODUK INOVATIF. Munculkan produk baru dengan kesan baru dimata
konsumen. Meski sama-sama type 45/90, konsumen yang belum membeli produk anda merasa lebih
senang jika model rumah yang mereka beli tidak sama dengan rumah yang sudah ada di proyek itu
sebelumnya. Membeli rumah bermodel yang sama dengan rumah yang sudah ada disitu sebelumnya, sama
rasanya dengan anda membeli Kijang LGX edisi tahun 2013 (mesin 2013, interior baru) padahal saat ini
sudah musimnya Innova. Aroma jadul gitu lho ....

Namanya produk inovatif tak harus mengubah secara ekstrem koq. Bisa yang ringan-ringan saja, misal
mengubah desain vacade (tampak muka) dan warna catnya, meski style tetap minimalis. Bisa juga
mengubah pilihan materialnya. Yang penting konsumen harus merasa tidak sedang membeli produk model
lama meski buatan tahun sekarang.

Kalau mau agak ekstrem, denahnya diubah lay-outnya (tata letak). Style bangunan juga diubah, bukan lagi
minimalis, tapi pakai style baru yang disebut eco-architecture. Ini adalah arsitektur yang ramah lingkungan.
Yang menghindari pemakaian energi berlebihan, tetapi tetap nyaman sebagai hunian, dengan banyak
bidang bukaan serta memuja unsur green and nature di lansekap.

Itu hanyalah salah satu contoh soal aplikasi PRODUK INOVATIF. Untuk aplikasi lainnya saya yakin anda lebih
kreatif. Yang pasti produk usang bakal tidak dilirik dan pasti ditinggalkan oleh konsumennya. Semua harus
sesuai dengan kondisi update dan sesuai perkembangan jaman.

Jaman saya kecil dulu, wingko babat hanya ada 1 rasa. Tetapi sekarang sudah ada rasa coklat, rasa nangka,
rasa durian, dll. Itu adalah penerapan strategi produk inovatif supaya tidak ditinggalkan oleh
konsumennya.

KESIMPULAN ;

1. Untuk pemasaran proyek properti yang memiliki luasan besar dan harus dipasarkan dalam waktu
panjang, maka harus sering dimunculkan produk inovatif supaya konsumen tidak bosan dan selalu merasa
membeli produk yang baru.

2. Produk inovatif tak harus menyajikan perubahan secara ekstrem. Sedikit perubahan sudah menimbulkan
kesan baru dimata konsumen.

Sebagai penutup, meski sekarang sudah gak jaman gigi gingsul karena bisa dipasang kawat behel, buat saya
sensasi gigi gingsul tetaplah lebih natural ...

- See more at: http://ariwibowojinproperti.blogspot.com/2013/10/bagaimana-membuat-produk-properti-
anda.html#sthash.rEGsJWEB.dpuf

Anda mungkin juga menyukai