Fraktur Pelvis Ramus Superior Dextra et Ramus Superior
Inferior Sinistra dengan Ruptur Urethra dan Post Cystostomy
Oleh: Ferisa Aprintha I1A009035
Pembimbing: dr. Heru Prasetya, Sp.B, Sp.U LAPORAN KASUS BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT BEDAH FK UNLAM/RSUD ULIN BANJARMASIN
Mei, 2014 PENDAHULUAN Ruptur uretra adalah suatu kegawatdaruratan bedah urologi yang sering terjadi oleh karena fraktur pelvis akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh dari ketinggian. Secara keseluruhan pada fraktur pelvis akan terjadi pula cedera uretra bagian posterior (3,5%-19%) pada pria, dan (0%- 6%) pada uretra perempuan.
Proses Mikturisi 1. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang). Sistem saraf simpatis : impuls menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis : impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi mikturisi.
Proses mikturisi sangat dipengaruhi oleh organ-organ urogenitalia (sistem perkemihan). Adanya gangguan pada organ-organ tersebut dapat menyebabkan proses mikturisi terhambat, salah satu contohnya yaitu karena ruptur uretra.
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dari ruang rawat inap wijaya kusuma RSUD ULIN, atas nama Tuan S usia 24 tahun dengan diagnosis Fraktur Pelvis Ramus Superior Dextra et Ramus Superior Inferior Sinistra dengan Ruptur Uretra dan Post Cystostomy LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Umur : 24 tahun No. RMK : 1.10.64.73 Bangsa : Indonesia Suku : Dayak Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Palingkau Baru Kapuas Kalimantan Tengah MRS :12 Mei 2014
Keluhan Utama : Tidak bisa buang air kecil Riwayat Penyakit Sekarang : Dua hari sebelum MRS pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, terlempar dan panggul pasien membentur trotoar. Kemudian sejak kecelakaan itu, pasien tidak dapat buang air kecil, kandung kemihnya terasa sangat penuh, terasa nyeri pada perut bagian bawah dan pasien juga mengeluh adanya darah yang keluar dari ujung kemaluan. Karena keluhannya ini, pasien berobat ke rumah sakit di daerah Kapuas. Di rumah sakit tersebut, pasien ditangani dengan dilakukan pemasangan kateter, namun tidak jadi dilakukan karena ada darah yang keluar dari ujung kemaluannya. Berhubung dokter spesialis bedah di sana sedang tidak ada di tempat, maka pasien dirujuk ke rumah sakit ulin untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Anamnesis Di IGD rumah sakit ulin, pasien langsung mendapat penanganan dengan dilakukan pemasangan selang pada daerah kandung kencingnya. Sehingga pasien tidak merasakan kandung kencingnya penuh lagi, dan keluhan yang dirasakan sekarang hanya rasa nyeri pada perut bagian bawah dan darah yang kadang- kadang masih keluar dari ujung kemaluannya. Pasien tidak ada riwayat nyeri berkemih, tidak pernah juga mengalami hal serupa, tidak pernah berkemih keluar batu dan keluar darah. Pasien juga tidak ada keluhan nyeri pada pinggang maupun perut bawah sebelumnya. Berat badan pasien normal dan tidak ada masalah dengan BAB. Anamnesis ANAMNESIS RPD: keluhan serupa (-), ISK (-), BSK (-), HT (-), DM (-)
TV Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 88 x / menit Respirasi : 20 x/ menit Suhu : 37,3C K/L Mesosefali Eksoftalmus (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+) Pe JVP (-), pe> KGB (-) Thoraks I : simetris, retraksi (-) Pa : FV simetris Pe : sonor A : Sn. Vesikular, rh (-/-), wh (-/-) Jantung: iktus tidak terlihat, S1 S2 tunggal, bising jantung (-) Abdome n I : tampak datar dan terdapat jejas di suprapubik A : BU (+) normal Pa : H/L/M tidak teraba, Nyeri tekan suprapubik, defans muskular (-) Pe : timpani Ekstremi tas Atas : Akral hangat, edem (-/-), parese (-/-) Bawah : Akral hangat, edem (-/-), parese (-/-) STATUS UROLOGI
CVA I : datar, tidak tampak massa Pa : ren/massa tidak teraba, nyeri tekan (-/-) Pe : nyeri ketok ginjal (-/-) Flank Area I : datar, tidak tampak massa, jejas (-) Pa : massa tidak teraba, nyeri tekan (-/-) Suprapubik I : jejas (+), benjolan (-) Pa: nyeri tekan (+), massa Genitalia OUE : bloody discharge (+), edem (-), hiperemi (-) Perineum : hematom (+)
RT Inspeksi : massa (-), hemorhoid (-), perineum hematom (+)
Palpasi : sphingter ani menjepit kuat, mucosa rectum licin, ampula tidak kolaps, tidak teraba massa, nyeri tekan (+) ke anterior. Prostat : floating prostat (+) Sarung tangan : feses (+), darah (-) Pemeriksaan penunjang
Foto pelvis BVU BVU BVU (19 Mei 2014) Polos foto : fraktur ramus pubis kanan kiri. Bipolar voiding : Cystografi : kontras mengisi vesika urinaria 1 mukosa rata. Pasien disuruh mengejan. Kontras tidak keluar OUE Urethrograf : kontras mengisi pars pendulosa, bulbosa, membranacea, ekstravasasi pars prostatika. Kesimpulan : susp. Ruptur urethra pars prostatika.
Chest X-Ray Diagnosis Post cystostomy ec. retensio urin Diagnosis kerja Rupture urethra pars prostatica Diagnosis etiologi Anemia Diagnosis komplikasi - Diagnosis penyerta PENATALAKSANAAN IVFD RL 20 tpm Inj. Ceftriaxon 2x1 gr Inj.Ketorolac 2x1 Inj. Ranitidin 2x1 amp Rencana: Operasi PER
PEMBAHASAN Anamnesa Tidak dapat buang air kecil Keluar darah dari lubang kemaluan Teori Gupta M : kesulitan miksi dan darah di meatus .Lim and Chng (1989) : adanya darah yang keluar dari meatus ditemukan pada 37%- 93% pasien yang mengalami trauma uretra PEMBAHASAN Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis rupture uretra pars membranasea
Trauma tumpul pada selangkangan/straddle injury rupture uretra pars bulbosa. foto polos pada tulang pelvis didapatkan adanya gambaran fraktur tulang pelvis rupture uretra posterior. Uretrografi retrograde merupakan prosedur diagnostik untuk menilai pasien dengan suspek trauma uretra.
Cedera atau trauma uretra pada pemeriksaan uretrografi memberikan gambaran adanya ekstravasasi bahan kontras di tempat terjadinya trauma. Colapinto dan McCollum 1. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching (peregangan). Foto uretrogram tidak menunjukkan adanya ekstravasasi, dan uretra hanya tampak memanjang.
2. Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate- membranasea, sedangkan diafragma urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi kontras yang masih terbatas di atas diafragma urogenitalis.
3. Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi kontras meluas hingga di bawah diafragma urogenitalia sampai ke perineum. Pada pasien dilakukan bipolar voiding. Dari pemeriksaan cystografi didapatkan kontras mengisi VU 1 mukosa rata, pasien disuruh mengejan, kontras tidak keluar OUE.
Dari pemeriksaan Urethrograf didapatkan kontras mengisi pars pendulosa, bulbosa, membranacea, ekstravasasi pars prostatika.
Kesimpulan suspect rupture urethra pars prostatika. Ruptur uretra posterior biasanya diikuti trauma mayor pada organ lain (abdomen dan fraktur pelvis) dengan disertai ancaman jiwa berupa perdarahan.
Tindakan yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya perdarahan yang lebih banyak pada kavum pelvis dan prostat serta menambah kerusakan pada uretra dan struktur neurovaskuler di sekitarnya.
Kerusakan neurovaskuler menambah kemungkinan terjadinya disfungsi ereksi dan inkontinensia. Penatalaksanaan Pada keadaan akut tindakan yang dilakukan adalah melakukan sistostomi untuk diversi urine.
Setelah keadaan stabil sebagian ahli urologi melakukan primary endoscopic realignment yaitu melakukan pemasangan kateter uretra sebagai splint melalui tuntunan uretroskopi.
Tindakan ini dilakukan sebelum 1 minggu pasca rupture dan kateter uretra dipertahankan selama 14 hari. Sebagian ahli lain mengerjakan reparasi uretra (uretroplasti) setelah 3 bulan pasca trauma.
PENUTUP Telah dilaporkan sebuah kasus atas nama Tn. S usia 24 tahun dengan keluhan utama tidak bisa kencing. Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan fisik, berbagai pemeriksaan penunjang dan cystostomi sehingga didapatkan diagnosis close fraktur pelvis ramus superior dextra et ramus superior inferior sinistra dengan rupture uretra dan post cystostomi. Pada pasien direncanakan operasi, namun dilakukan perbaikan KU sebelumnya.