Anda di halaman 1dari 27

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebersihan Gigi
Kebersihan gigi adalah suatu keadaan dimana gigi geligi yang berada
dalam rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain
yang berada dalam mulut dan keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain
yang berada diatas permukaan gigi seperti debris, karang gigi dan sisa
makanan.
1. Faktor faktor yang mempengaruhi praktik kebersihan
Sikap seseorang melakukan higiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah
faktor. Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan
dengan cara yang sama, dan perawat dapat memberikan perawatan secara
individual setelah mengetahui praktik higiene klien yang unik. (Potter,
2005)
a. Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya higiene
pada orang tersebu. Citra tubuh merupakan konsep subyektif
seseorang tentang penapilan fisiknya. Citra tubuh ini serinng kali
berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan higiene.
Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbangkan
rincian kerapian ketika merencanakan perawatan dan berkonsultasi
pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana
memberikan perawatan higienis. Klien yang tidak rapi atau tidak
tertarik pada higienis membutuhkan pendidikan tentang pentingnya
higiene, perawat harus sensitif dalam mempertimbangkan status
ekonomi klien dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mempertahankan higiene secara teratur.


11

b. Praktik sosial
Kelompok kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak kanak,
anak anak mendapatkan praktik higiene dari orang tua mereka.
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah , dan ketersediaan air
panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang
memepengaruhi perawatan kebersihan. Remaja dapat menjadi lebih
perhatian pada higiene seperti peningkatan ketertarikan mereka pada
teman kencannya. Selanjutnya dalam kehidupan, temen teman dan
kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai penampilan
pribadi mereka dan perawatan yang dilakukan dalam mempertahankan
higiene yang adekuat.
c. Status sosioekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang di gunakan. Perawat harus menentukan
apakah klien dapat menyediakan bahan bahan yang penting seperti
deodoran, shampo, pasta gigi dan kosmetik. Perawat juga harus
menentukan jika penggunaan produk produk ini merupakan bagian
dari kebiasaan sosial yang di praktikkan oleh kelompok sosial klien.
Dalam lingkungan rumah ada kebutuhan untuk menambah alat alat
yang membantu klien dalam memelihara higiene dalam keadaan yang
aman.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi
untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang
penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan higiene.
Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan
dalam mengurangi resiko kesehatan dapat memotivasi seseorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu
12

e. Variabel kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan higienis. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di Amerika utara
misalnya banyak orang menggunakan shower sehari hari atau
bakmandi. Di Asia kebersihan di pandang penting bagi kesehatan. Di
negara negara Eropa, bagaimanapun hal ini biasa mandi secara
penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Pilihan pribadi
Setiap klien memeliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan
untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien
memilih produk yang berbeda dalam hal sabun, shampo, deodoran dan
pasta gigi. Pilihan klien membantu perawat mengembangkan rencana
perawatan yang lebih untuk individu.
Menurut HL Blum tahun 1974 mengatakan status kesehatan seseorang
atau masyarakat di pengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan,
lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan
kesehatan.
a. Faktor keturunan
Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat bawaan
dari orang tua. Penyakit atau kelainan-kelainan tertentu seperti diabetes
militus, buta warna, albino, atau yang lainnya, bisa diturunkan dari
orang tua ke anak-anaknya atau dari generasi ke generasi.
b. Fator pelayanan kesehatan
Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa.
Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan
kesehatan menjadi penentu suksesnya faktor ini. Kader desa,
puskesmas dan posyandu menjadi ujung tombak dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat.

13

c. Faktor lingkungan
Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status
kesehatan masyarakat. Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi
sawah maupun tumbuhan memainkan peranan disini. Tetapi
bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat
diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan
solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia.
d. Faktor Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku
adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati
secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2010).
Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan penting
dalam mempengaruhi status kesehatan. Di samping mempengaruhi
status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga
mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Higiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi,
gusi dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel partikel
makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi
ketidaknyamanan
2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi
Faktor faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi menurut Machfoedz
(2005) diantaranya adalah
a. Jenis makanan
Jenis makanan, makanan yang mudah lengket dan menempel digigit
seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anakanak.
Hal ini yang mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah
tertinggal dan melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lama akan
14

berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan
bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi
b. Cara melakukan gosok gigi
Menyikat gigi adalah suatu cara yang umum diajurkan untuk
membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Menyikat
gigi adalah salah satu peosedur terhadap terjadinya penyakit gigi,
karena dengan menyikat akan bisa menghilangkan plag yang
merupakan salah satu faktor penyakit gigi. Tindakan menyikat gigi
atau kontrol plak merupakan kunci keberhasilan untuk mempunyai
rongga mulut yang sehat dalam upaya pencegahan dan emeliharaan
mulut yang optimal. Cara menggosok gigi yang dianjurkan dengan
cara gerakan gerakan yang pendek, yakni menggosok gigi berulang-
ulang pada satu tempat dahulu, sebelum pindah ke tempat lain.
c. Frekuensi gosok gigi
Frekuensi gosok gigi sebagai bentuk perilaku yang akan
mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut, dimana akan
mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi.
Frekuensi melakukan gosok gigi setiap orang berbeda, menurut
beberapa ahli menyebutkan frekuensi menggosok gigi yang baik
adalah empat kali sehari yaitu setiap sesudah makan dan waktu
hendak mau tidur karena setengah jam setelah selesai makan, maka
sisa makanan akan segera diubah oleh kuman menajdi asam yang
dapat melunakkan email gigi. Sedangkan jika menjelang tidur pada
sela waktu antara makan malam dan mau tidur mungkin saja masih
makan makanan kecil.
d. Keteraturan pergi ke dokter gigi
Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya dilakukan secara rutin 6 bulan
sekali. Pada saat berkunjung, dokter bisa menemukan keadaan yang
perlu diberikan tindakan. Berkunjung ke dokter gigi seharusnya
sebelum terjadi kerusakan dalam rongga mulut. Atau sebelum keadaan
menjadi parah sehingga memerlukan perawatan yang bersifat invasive
15

(lebih dalam), yang biasanya menimbulkan keengganan untuk
melanjutkan.
3. Mengukur Kebersihan Gigi
Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk
menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada
umumnya mengukur kebersihan gigi dan mulut menggunakan suatu
indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukkan kadaan klinis yang
didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas
dari permukaan gigi yang ditutupi pleh plak maupun kalkulus. Dengan
demikian apabila kita dapat memberikan pendidikan atau penyuluhan,
motivasi, evaluasi yaitu dengan melihat kemajuan atau kemunduran
kebersihan gigi dan mulut seseorang atau sekelompok orang. (Astoeti,
2006)
Cara mengukur kebersihan gigi dan mulut
Menurut Green dan Vermillion, untuk cara mengukur kebersihan gigi dan
mulut menggunakan indeks yang dikenal dengan Simplified Oral Hygiene
Index (OHIS). Untuk nmengukur kebersihan gigi dan mulut, Green dan
Vermillion memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup
dapat mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan
gigi yang ada dalam rongga mulut. (Astoeti, 2006).
Pemeriksaan debris dan calculus index
a. Untuk rahang atas dilakukan pemeriksaan pada bukal gigi molar
pertama kiri dan kanan serta permukaan labial gigi incivius pertama
kanan
b. Untuk rahang bawah dilakukan pemeriksaan pada permukaaan lingual
gigi molar pertama kanan dan kiri serta permukaan labial gigi incivius
pertama kiri
c. Pemeriksaan menggunakan sonde, dengan gerakan sonde secara
mendatar pada permukaan gigi. Pemeriksaan pada gigi indeks dimulai
dari dari bagian incisal atau oklusal, apabila bagian ini tidak ada
16

debris lanjutkan pada bagian bagian gigi, apabila disinipun tidak
ada maka teruskan sampai bagian cervikal gigi
d. Pemeriksaan Debris
Kebanyakan food debris akan segera mengalami liquifikasi oleh
enzym bakteri dan dibersihkan lima menit atau tiga puluh menit
setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal
pada permukaan gigi dan mukosa membran. Walaupun food debris
mengandunng bakteri, tetapi berbeda dengan plak dan materia alba,
food debris ini lebih mudah dibersihkan, food debris harus dibedakan
dengan makanan yang tertekan keruang interproksimal.
Kriteria penilaian debris
1) Nilai 0 : tidak ada debris
2) Nilai 1 : ada debris pada bagian atau kurang dari bagian,
dihitung dari bagian cervikal gigi
3) Nilai 2 : bila ada debris lebih dari bagian tetapi kurang bagian
gigi, dihitung dari cervikal gigi
4) Nilai 3 : bila terdapat debris melebihi bagian gigi atau
menutupi seluruh permukaan gigi
Debris index = Jumlah penilaian debris
Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria penilaian debris score
Bersih : Bila tidak terdapat debris
Tidak bersih : Bila terdapat debris
e. Dalam keadaan meragukan maka penilaian debris atau calculus adalah
sebagai berikut
1) Jika debris melebihi sedikit dari batas permukaan gigi, maka
diberi nilai 1
17

2) Jika debris melebihi sedikit dari batas permukaan gigi, maka
diberi nilai 2
3) Jika debris terdapat sedikit, tetapi mencapai permukaan incisial
atau oklusa maka diberi nilai 1
f. Pada penilaian Oral Hygiene Index Simpliflied maka perlu
diperhatikan
Pemeriksaan dilakukan pada permukaan tertentu dari 6 gigi tetap yaitu
: M1 atas kanan dan kiri, gigi insisif pertama atas kanan serta gigi
insisif pertama bawah kanan
g. Bila kasus dimana satu gigi indeks tidak ada, maka penilaian
dilakukan sebagai berikut
1) Kalau M1 tidak ada, maka penilaian dilakukan pada M2
2) Kalau M1 dan M2 tidak ada, maka penilaian dilakukan pada M3
3) Kalau M1, M2, M3 tidak ada, maka tidak ada penilaian ( - )
4) Kalau I1 kanan atas tidak ada, maka penilaian dilakukan pada I1
kiri atas
5) Kalau I1 kanan dan kiri tidak ada, maka tidak ada penilaian ( - )
Kalau I1 kiri bawah tidak ada, maka penilaian dilakukan pada I1
kanan bawah
6) Kalau I1 kanan dan kiri bawah tidak ada, maka tidak ada penilaian
( - )
h. Bila ada diantara gigi ke 6 gigi yang seharusnya diperiksa dinilai
tidak ada, penilaian untuk debris index dan calculus index dan OHIS
masih dapat dilakukan, tetapi paling sedikit ada 2 gigi yang dapat
dinilai.

B. Konsep Gigi
1. Pengertian Gigi
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi
gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah serta saluran saluran
penghasil air ludah (Tarigan, 1989).
18

Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
(Hidayat, 2006)
Gigi adalah untuk mengunyah atau mastikasi (Potter, 2005).
2. Bentuk gigi dan bagian bagiannya secara umum
Menurut Ircham (1993) bentuk gigi dan bagian bagiannya secara umum
sebagai berikut
a. Bentuk gigi
Bentuk gigi satu sama lainnya tidak sama. Sebab gigi depan dan
belakang berbeda bentuk dan gunanya. Misalnya gigi taring untuk
menyayat, sedangkan gigi geraham untuk mengunyah, melembutkan
makanan dan sebagainya
Secara umum gigi di bagi menajadi tiga bagian, yaitu
1) Mahkota gigi
2) Leher gigi
3) Akar gigi
Gigi sendiri tumbuh selama hidup kita, dua kali. Pertama di sebut gigi
susu atau gigi sulung. Gigi ini kemudian akan tanggal pada saatnya,
diganti dengan gigi dewasa atau gigi tetap. Dikatakan tetap karena ia
akan tetap sampai tua kalau tidak sakit dan harus di cabut. Kelak
akhirnya akan tanggal dan tidak bisa di ganti lagi.
b. Bagian bagian dari gigi
Bila gigi di belah, maka gigi pun terdiri dari lapisan lapisan atau
bagian bagian yang tidak sama. Lapisan terluar, pada mahkota di
sebut email. Di bawah email adalah dentin. Sedangkan didalamnya
lagi, lubang yang berisi sumsum. Sumsum ini dinamakan benak gigi
atau pulpa.
Di bagian akar gigi, tidak terdapat email. Akar gigi paling luar
diselimuti semen atau sementum. Ini juga bagian yang keras.setelah
19

semen ini disebelah dalam adalah dentin, ini merupakan lanjutan dari
dentin di bawah email tersebut diatas.
Disebelah dalam lagi adalah lubang saluran akar, merupakan lanjutan
dari lubang dalam mahkota tadi. Isi saluran, seperti disebutkan diatas
adalah sumsum gigi atau benak gigi. Benak gigi ini terdiri dari
pembuluh darah, serat serat saraf, pembuluh limfe dan bagian
bagian yang berguna untuk mengikat bagian bagian tersebut di
dalam lubang itu.
Baik pembuluh darah, saraf maupun limfe mempunyai tugas sendiri
sendiri dan semuanya berlanjut melalui saluran akar, kemudian keluar
melalui lubang di pucuk akar gigi. Selanjutnya menuju pusatnya
masing masing. Saraf pusat ada pada otak. Pembuluh darah dari
jantung dan ke jantung. Limfe pada kelenjar kelenjar limfe.
c. Bahan yang menyusun gigi
1) Email
Email adalah bagian terluar dari gigi, meliputi seluruh corona,
dalam bahasa inggris disebut Crown artinya mahkota. Email ini
merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan
lebih keras dari tulang. Email tersusun dari : air 2,3%, bahan
organik 1,7% dan bahan anorganik 96%. Bahan bahan anorganis
yang menyusun email tersebut adalah bahan bahan mineral yang
diambil dari makanan yang kita makan. Tentu saja bagi anak
anak bermula dari makanan ibu ketika hamil, bersama dengan
penyusunan bagian bagian lain dari tubuh ikut terbangun pula
susunan email ini.
Email yang terdiri dari bahan bahan tersebut diatas tersusun
dalam bentuk prismata prismata. Dasar prismata di bagian luar
yakni di bagian permukaan makin kecil ke arah lapisan dentin.
Prismata ini bidang bidangnya banyak sehingga hampir
melingkar seperti silinder dan mirip kerucut.
20

Antara prismata satu dengan yang lainnya dilekatkan satu sama
lain dengan substansia interprismatik. Sedangkan tiap tiap
prismata itu sendiri diselubungi oleh satu selubung.
Permukaan luar dari prismata itu berbentuk cembung, sedangkan
permukaan dalam yakni yang menempel pada lapisan luar dentin,
cekung. Tentu inilah sebabnya maka permukaan email menjadi
cembung, yakni karena bagian luar dari permukaan prismata itu
cembung
2) Dentin
Dentin terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar dari
seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Ia melindungi pulpa
atau benak gigi di dalam kamar pulpa atau kamar benak gigi dan
sepanjang kanalis apikalis. Seperti halnya email, dentin juga
mengandung : air 13,2%, bahan organik 17% dan bahan anorganik
69%. Dentin tidak sekeras email. Pada dentin, mulai dari pulpa
sampai perbatasan dentin email terdapat saluran yang disebut
tubuli dentinalis. Jalannya melingkar berbentuk huruf S. Di dalam
tubuli tersebut terdapat serat serat dinamakan serat dari ebner.
Tugas serat serat ini adalah memberi sensasi terhadap syaraf.
Warna dentin menunjukkan adanya ranting ranting kapiler darah
yang amat kecil.
3) Jaringan pulpa atau jaringan benak gigi atau sumsum gigi
Jaringan pulpa adalah jaringan lunak yang terdapat di dalam
kamar pulpa dan seluruh saluran akar. Jaringan ini terdiri dari
pembuluh limfe, pembuluh darah, dan urat syaraf. Ininpentingnya,
guna kelangsungan hidup pulpa dan jaringan sekitarnya yang
memang dipelihara oleh benak gigi ini. Tentu saja disamping
ketiga alat tubuh tersebut masih terdapat juga jaringan ikat
(kolagen dan fibrous) guna mengikat jaringan jaringan dan
organ organ tersebut dan sel sel yang bakal bisa membentuk
dentin baru (sel odontoblast)
21

Dengan demikian maka tugas benak gigi adalah:
a) Pengatur makanan
b) Penerima rangsang
c) Pembentuk dentin baru bila ada rangsang panas, kimia,
tekanan dan bakteri
3. Jaringan pendukung gigi
Jaringan pendukung gigi atau jaringan penyangga gigi biasanya disebut
jaringan periodonsium atau jaringan periodontal. Ini terdiri dari: gingiva
atau gusi, sementum, periodontal membran atau lembaran periodontal,
tulang alveoal (alveolar bone) (drg.Ircham, 1993)
a. Gingiva
Gingiva atau gusi adalah bagian dari oral mukosa (selaput lendir
mulut) yang menyelimuti prosesus alveolaris (supporting bone) dan
mengelilingi leher gigi. Bagian dari gusi ini sendiri ialah:
1) Free marginal gingiva (tepi gusi bebas)
Free marginal gingiva ialah gusi ujung atau tepi yang mengelilingi
gigi dan tidak melekat pada gigi
2) Free gingiva groove (lekukan gusi bebas)
Free gingiva groove ialah lekukan pada bagian bukal dan labial
yang di batasi oleh dinding dalam free marginal gingiva, dasar
sulkus dan ini tidak sama pada setiap orang.
3) Attached gingiva (gusi melekat)
Attached gingiva ialah bagian ini meluas dari dasar lekuk gusi
bebas (free marginal gingiva sampai pada muco gingival junction
(batas muco gingiva).
4) Interdental papila adalah bagian dari gingiva yang mengisi ruang
interproksimal yakni antara dua gigi yang berdekatan
b. Sementum
Sementum adalah bagian yang menyelimuti seluruh lapisan luar akar
gigi, kecuali pada bagian lubang pucuk atau ujung akar gigi yang
disebut foramen apikalis. Seperti halnya email dan dentin maka
22

sementum juga terdiri atas bahan bahan air 32%, bahan organik 12%
dan bahan anorganik 56%.
Fungsi sementum
1) Melekatkan jaringan penyangga gigi pada gigi
2) Memungkinkan erupsi (timbulnya) gigi ke atas dan gerakan ke
depan atau tengah dengan jalan penambahan yang terus menerus
3) Memperbaiki akar bila terjadi keretakan mendatar
4) Mengatur bersama tulang alveolus, lebarnya jaringan pendukung
gigi
5) Melindungi dentin
6) Mempengaruhi beberapa keadaan pada pembentukan tulang
alveolus
c. Periodontal membrane
Periodontal membran atau selaput periodonsium atau selaput
periodontal adalah jaringan ikat (jaringan yang bertugas mengikat)
yang mengelilingi akar gigi dengan alveol. Jaringan ini dipenuhi pula
dengan pembuluh darah, pembuluh limfe dan urat syaraf di samping
berbagai sel sel lain. Dengan demikian selaput ini merupakan
selaput yang hidup.
Bila disimpulkan maka tugas periodontal membran ini adalah
1) Fungsi supportif
a) Melanjutkan kekuatan pengunyahan pada tulang
b) Pengikatan gigi pada tulang
c) Memelihara hubungan baik jaringan gusi dengan gigi
d) Sebagai selimut jaringan lunak yang menyelimuti pembuluh
pembuluh dan syaraf untuk mencegah gangguan penyakit,
karena kekuatan mekanis
e) Shock absorpsi atau mengecilkan atau mengurangi pengaruh
kekuatan dari luar (bantalan gigi).

23

2) Nutrisional
Pemberian zat makanan pada selaput periodontal dan
membersihkan produk kotoran atau zat zat yang tak terpakai
pada jaringan periodontium dilakukan melalui pembuluh
pembuluh darah dan limfe.
3) Formatif
Di dalam selaput ini terdapat sel sel yang dapat membangaun
tulang, semen, dan jaringan jaringan lain dari selaput itu sendiri.
Fungsi ini berlangsung terus menerus
4) Sensori
Tekanan atau stimuli pada gigi dilanjutkan ke syaraf sehingga kita
bisa mengetahui adanya benda benda yang kita kunyah atau
terselip diantara gua gigi.
d. Tulang alveolus
Tulang alveolus terdiri dari 3 bagian
1) Laminadura yaitu bagian luar dari ceruk alveolus dimana akar gigi
tertanam. Bagian ini yang paling keras karena terbanyak
mengandung kapur
2) Cortical plate yaitu bagian luar dari bagian bukal maupun palatinal
atau lingual
3) Tulang penyokong berbentuk spongiosa, atau seperti bunga karang
berlubang lubang, ini merupakan bagian tengah atau bagian
dalam dari seluruh tulang rahang baik atas maupun bawah.
4. Bentuk dan guna masing masing gigi
Sesuai dengan tugas gigi, maka di kenal empat bentuk
a. Gigi seri
Gigi ini ada empat buah dia atas dan empat di bawah. Seluruhnya
delapan. Terletak di depan. Tugasnya untuk memotong dan
menggunting makanan. Akarnya satu.


24

b. Gigi taring
Gigi ini ada empat. Di atas dua dan di bawah dua. Terletak di sudut
mulut. Bentuk mahkotanya runcing, guna mencabik makanan. Akar
gigi ini hanya satu.
c. Geraham kecil
Gigi ini merupakan pengganti gigi geraham sulung. Seperti kita
ketahui pada gigi sulung tidak memiliki geraham kecil. Jadi hanya
geraham saja. Letak gigi geraham kecil, di belakang gigi taring. Ada
delapan, atas empat dan bawah empat yaitu dua kanan dan dua kiri.
Tugasnya membantu atau bersama sama geraham besar
menghaluskan makanan. Akar gigi geraham kecilini semua satu,
kecuali yang tas depan memiliki dua akar.
d. Geraham besar
Terletak di belakang gigi geraham kecil jumlahnya dua belas. Atas
enam, bawah enam. Masing masing sisi tiga buah. Permukaannya
lebar dan bertonjol tonjol. Gunanya untuk menggiling makanan.
Gigi ini yang bawah akarnya dua, yang atas tiga.
5. Masalah atau gangguan pada gigi
Masalah yang sering terjadi pada gigi karena kebersihan gigi yang kurang,
antara lain
a. Karies gigi
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin dan
sementum) yang bersifat kronik progresif dan disebabkan aktivitas
jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan
demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan organiknya
(Mansjoer, 1999).
Etiologi karies adalah karena bakteri (laktobasilus,
streptokokus,aktinomises) dan karbohidrat makanan (Mansjoer,
1999). Faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya karies
gigi secara umum (Tarigan, 1989).

25

1) Umur
Karies gigi sudah dapat terjadi pada anak anak 3 4 tahun.
Prosentase karies paling tinggi pada masa gigi campuran (mixed
dentition).
2) Keturunan
Ibu dan ayah dapat menurunkan keadaan giginya kepada anak
anak mereka. Bila orang tua mempunyai gigi yang kuat serta tidak
pernah berlubang, maka keadaan ini dapat juga dialami oleh anak
anaknya. Kalau gigi orang tuanya rapuh, maka gigi anak pun
cenderung rapuh. Namun keadaan ini tidak selalu terjadi, tetapi
hanya merupakan kecenderungan saja.
3) Makanan
Makanan yang mudah melekat pada permukaan gigi seperti
coklat, bon bon, roti dan lain sebagainya mempercepat
terjadinya karies gigi.
Susu yang diminum sebelum tidur tanpa diikuti dengan
membersihkan gigi dapat menyebabkan kerusakan gigi yang di
sebut rampant karies.
4) Hormonal
Pada masa pubertas dapat terjadi pembengkakan gusi karena
perubahan hormonal. Pembengkakan gusi ini mengakibatkan sisa
makanan sukar dibersihkan sehingga prosentase karies dapat
meninggi pada periode ini.
5) Geografis
Di daerah tertentu sukar mendapatkan air tawar yang cukup
mengandung unsur flour, sehingga anak yang lahir di daerah ini
mempunyai gigi yang rapuh.
Flour merupakan suatu unsur untuk memperkuat email. Pada
beberapa negara maju , pemerintah menambahkan unsur flour ke
dalam air ledeng, sehingga semua penduduk mendapatkan flour
yang merata.
26

b. Gingivitis
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada jaringan gusi, merupakan
jaringan penyangga gigi yang paling ringan. Dapat terjadi akut atau
kronik, tetapi bentuk akut lebih serinng ditemukan. Faktor penyebab
terjadinya gingivitis adalah faktor lokal dan sistemik. Faktor pnyebab
lokal adalah plak, kalkulus, impaksi makanan, karies dan tambalan
yang berlebih atau mengemper. Plak yang merupakan deposit berisi
mikroorganisme mulut beserta eksudatnya memegang peranan penting
terhadap terjadinya inflamasi tersebut, sedangkan faktor faktor yang
lain merupakan faktor yang memperberat. Tingkat keparahan dan
kerusakan jaringan yang terjadi tergantung pada daya tahan tubuh dan
kualitas reparasi jaringan. Adanya penyakit atau kondisi sistemik yang
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh penderita, dapat
menambah keparahan penyakit. Tetapi tanpa adanya iritasi lokal
diragukan bahwa penyakit sistemik dapat menyebabkan penyakit
periodontal (Mansjoer, 1999).
c. Gusi berdarah
Penyebab gusi berdarah adalah karena kebersihan gigi yang kurang
baik, sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gusi. Kuman
kuman pada plak menghasilkan racun yang merangsang gusi, dan gusi
menjadi mudah berdarah.

C. Konsep Menggosok Gigi
Sikat gigi adalah alat berbentuk sikat yang digunakan untuk
membersihkan secara mandiri di rumah. Ciri ciri sikat gigi yang baik adalah
memiliki bulu sikat yang halus dan berbentuk kepala sikat yang ramping dan
bulu yang halus. Pembersihan gigi tidak akan merusak email dan mengiritasi
gusi. Kepala sikat yang ramping akan mempermudah pencapaian sikat di
daerah mulut bagian belakang yang biasanya sulit dijangkau. Bulu sikat yang
lembut lebih dianjurkan pemakaiannya karena fleksibel dan efektif
membersihkan lekukan dan daerah yang sulit terjangkau. Bulu sikat yang
27

keras tidak dapat menghilanngkan karang, noda atau memutihkan gigi.
Kemudian pilih sikat gigi bersudut karena memberikan keuntungan dengan
adanya kemudahan mencapai daerah gigi paling belakang. Kualitas sikaat
gigi yang tidak baik akan menyebabkan sakit atau goresan pada gusi dan gigi.
Sayangnya keluhan ini tidak langsung terlihat, dan bahkan dirasakan setelah
beberapa bulan berlalu ketika kita menemukan darah pada sikat gigi (Pratiwi,
2007). Cara melakukan gosok gigi adalah suatu cara yang umum dianjurkan
untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi
(Sriyono,2005). Menyikat gigi aadalah salah satu prosedur terhadap
terjadinya penyakit gigi, karenaa dengan menyikat akan bisa menghilangkan
plak yang merupakan salah satu faktor penyakit gigi (Palupi, 2004)
Tujuan melakukan gosok gigi adalah sebagai berikut
1. Menghilangkan mengganggu pembentukan plak
2. Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan
3. Menstimulasi jaringan gingiva
4. Meniadakan bau bauan yanng tidak enak yang berasal dari mulut
5. Mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang
ditujukan terhadap karies, penyakit periodontal atau sensitivitas (Sriyono,
2005).
Efektivitas menyikat gigi selain bergantung kepada bentuk dan cara menyikat
gigi juga tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi (Sriyono,
2005).
1. Cara atau metode menyikat gigi
Berbagai metode menyikat yang dikenal kedokteran gigi dibedakan
berdasarkan gerakan yang dibuat oleh sikat. Pada prinsipnyaa terdapat
enam pola dasar yaitu
a. Metode Vertikal
Permukaan bukal pada waktu yang sama disikat dengan gerakan naik
turun dari lipatan mukobukal dengan elemen elemen depan dalam
posisi end to end. Sikat diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada
28

permukaan bukal. Untuk permukaan lingual dan palatinal sikat gigi
dipegang severtikal mungkin. Permukaan permukaan ini juga
digosok dengan gerakan vertikal, tetapi tentu saja tersendiri.
Metode ini ditulis oleh Hirschfeld (1945) dan Shick dan Ash (1961).
Pada umumnya metode ini tidak dianjurkan karena hasilnya kurang
baik.
b. Metode Horizontal
Pada metode ini permukaan oklusal, bukal, dan lingual digosok
dengan sikat yang digerakkan maju mundur atau ke depan ke
belakang, dengan bulu bulunya yang tegak lurus pada permukaan
yang dibersihkan. Metode ini dosebut juga metode menggosok. Istilah
terakhir ini guna jelasnya lebih baik tidak di pakai karena dapat
menjadi asosiasi yang salah. Metode horizontal dianjurkan untuk anak
anak sampai usia dua belas tahun. Disini jangan digunakan sikat gigi
yang berkas bulu bulunya sedikit ( space tufted) atau terlalu banyak
(multi tufted) yang terlalu lunak. Untuk orang dewasa cara ini tidak
dianjurkan karena adanya risiko besar keausan yang berlebihan pada
permukaan bukal pada gigi.
c. Metode berputar
Teknik ini disebut ADA roll teknik dan merupakan cara yang
sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan
diseluruh bagian mulut. Bulu bulu sikat ditempatkan pada gusi
sejauh mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung ujung bulu
sikat mengarah ke apex dan sisi bulu sikat melalui mahkota klinis,
kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini di
ulang 8 12 kali setiap daerah dengan sistematis, sehingga tidak ada
yang terlewat. Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi
dan juga membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.
d. Metode vibrasi atau bergetar
Termasuk disini adalah metode menurut charters (1928), metode
stillman (1932), dan metode bass (1954)
29

1) Metode charters
Pada permukaan bukal dan labial, sikat di pegang dengan tangkai
dalam kedudukan horizontal. Ujung ujung bulu diletakkan pada
permukaan gigi membentuk sudut 45
0
terhadap sumbu panjang
gigi mengarah oklusal, hati hati jangan sampai menusuk gusi.
Dalam posisi ini sisi dari sisi dari bulu sikat berkontak dengan
gusi. Kemudian sikat ditekan dengan sedemikian rupa sehingga
ujung ujungbulu sikat berada bpada permukaan gigi. Kemudian
sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung ujung bulu sikat
masuk ke interproksimal dan sisi bulu sikat menekan di tepi
gusi.sikat digetarkan dalam lingkungan lingkungan kecil
sehingga kepala sikat bergerak secara sirkulasi, tetapi ujung
ujung bulu sikat harus tetap berada ditempat semula, setiap kali
dapat dibersihkan dua atau tiga gigi. Setelah tiga atau empat
lingkaran kecil, sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada posisi
yang sama, setiap daerah dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada
teknik itu tidak dilakukan gerakan oklusal maupun keapikal.
Dengan demikian ujung ujung bulu sikat akan melepas debris
dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat memijat tepi gusi dan gusi
interdental.
Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama, hanya
ujung ujung bulu sikat ditekan ke dalam pits dan fissures.
Permukaan lingual dan palatinal akan sukar dibersihkan karena
bentuk lengkungan dari barisan gigi. Biasanya kepala sikat tidak
dipegang secara horizontal, jadi hanya bulu bulu sikat pada
bagian ujung dari kepala sikat yang dapat digunakan. Metode
charters merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan
tetapi ketrampilan yang dibutuhkan harus cukup tinggi, sehingga
jarang pasien dapat melakukannya dengan sempurna.


30

2) Metode stillman
Posisi dari bulu sikat berlawanan dengan charter, sikat gigi
ditempatkan dengan sebagian pada gigi mengarah ke apikal.
Kemudian sikat gigi ditekan sehingga gusi memucat dan
dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung
bulu sikat. Penekanan dilakukan dengan cara sedikit menekuk
bulu bulu sikat ditekuk ketiga jurusan, tepi ujung ujung bulu
sikat harus pada tempatnya.
Metode stillman ini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli yaitu
ditambah dengan gerakan ke oklusal dari ujung ujung bulu sikat
tetap mengarah ke spiral. Dengan demikian setiap gerakan
berakhir dibawah ujung incisal dari mahkota, sedangkan pada
metoda yang asli, penyikatan hanya terbatas pada daerah cervikal
gigi dan gusi.
3) Metode bass
Sikat ditempatkan dengan sudut 45
0
terhadap sumbu panjang gigi
mengarah ke apikal dengan ujung ujung bulu sikat pada tepi
gusi. Dengan demikian saku gigi dapat dibersihkan dan tepi gusi
dapat di pijat. Sikat digerakkan dengan getaran getaran kecil
kedepan dan kebelakang selama kurang lebih 10 15 detik setiap
daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Menyikat permukaan
bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan horizontal
dan sejajar dengan lengkungan gigi. Untuk permukaan lingual dan
pelatinal gigi belakang agak menyudut (agak horizontal) dan pada
gigi depan, sikat dipegang vertikal.
e. Metode sirkuler
Disini dengan gerakan memutar permukaaan elemen elemen
dibersihkan. Pada metode Fones (1934) lengkung gigi geligi dalam
oklusi dan permukaan bukal dibersihkan dengan meletakkan sikat
tegak lurus pada poros elemen elemen dan membuat gerakan
memutur. Gerakannya juga meluas sampai gusi. Permukaan lingual
31

dibersihkan dengan gerakan sirkular kecil dan permukaan oklusal
dengan menggosok. Metode ini hampir tidak diterapkan lagi dan tidak
dikenal penelitian tentang evaluasinya.
f. Metode fisiologis
Untuk metode ini digunakan sikat gigi dengan bulu bulu lunak.
Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal dengan bulu bulu sikat
tegak lurus dengan permukaan gigi. Metoda ini didasarkan atas
anggapan bahwa penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan
yaitu dari mahkota kearah gusi. Setiap kali dilakukan beberapa
gerakan sebelum berpindah ke daerah selanjutnya. Metode ini sukar
dilakukan pada permukaan lingual dari premolar dan molar rahang
bawah, sehingga dapat diganti dengan gerakan getaran dalam
lingkaran kecil. (Houwink, 1993)
2. Frekuensi menggosok gigi
Frekuensi gosok gigi sebagai bentuk perilaku yang akan mempengaruhi
kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies
dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi melakukan gosok gigi setiap
orang berbeda, menurut beberapa ahli menyebutkan frekuensi menggosok
gigi yang baik adalah empat kali sehari yaitu setiap sesudah makan dan
waktu hendak mau tidur karena setengah jam setelah selesai makan, maka
sisa makanan akan segera diubah oleh kuman menajdi asam yang dapat
melunakkan email gigi. Sedangkan jika menjelang tidur pada sela waktu
antara makan malam dan mau tidur mungkin saja masih makan makanan
kecil (Machfoedz, 2005)
3. Lamanya melakukan gosok gigi
Lamanya melakukan gosok gigi bervariasi, tetapu kebanyakan peneliti
mendapatkan bahwa lamanya melakukan gosok gigi antara 2 3 menit
sudah efektif untuk membersihkan plak. Waktu 2 menit untuk melakukan
gosok gigi adalah lama melakukan gosok gigi yang efektif untuk
membersihlan plak, karena kalau lebih dari 2 menit maka menyikat gigi
akan tidak efektif lagi. Tetapi menurut pendapat lain bahwa lamannya
32

melakukan gosok gigi tergantung kebutuhan daan kecakapan seseorang, 3
atau 4 menit adalah waktu yang cukup untuk membersihkan semua
permukaan gigi (Sriyono, 2005).
4. Prinsip prinsip yang harus diikuti dalam menggosok gigi
a. Pegangan sikat harus dipegang dengan kuat tetapi jangan terlalu kuat
karena akan melelahkan tangan dan pergelangan tangan. Guna
membantu individu dalam menjalankan prinsip prinsip berikut ini,
dianjurkan untuk menggunakan sikat gigi yang pegangannyaa berubah
warna. Ini adalah pengenalan baru dalam prinsip ini
b. Hindari pandangan kebawah bidang
c. Metode menyikat gigi yang benar harus dianjurkan tergantung
pertumbuhan gigi dan keadaan gusi
d. Dinjurkan untuk menggunakan jenis sikat gigi yang lembut,
pertengahan atau keras (sikat gigi yang lembut bulunya berdiameter
0.2 mm, pertengahan 0.3 mm, dan keras 0.4 mm), tergantung keadaan
gusi.
e. Keefektifan dalam menyikat gigi juga tergantung pada kesemrawutan
bulu sikat. Ketika bulu tidak effektif untuk membersihkan, sikat harus
diganti. Warna penunjuk bulu sikat gigi dianjurkan seperti lengkah
pertama pada prinsip ini (Srigupta, 2004).
5. Cara dan saat menggosok gigi
Biasakan menggosok gigi di depan cermin dan jangan lupa memakai zat
pewarna flag. Untuk menggosok gigi, lazimnya digunakan sebuah sikat
gigi. Tetapi ini tergantung pada setiap keluarga. Bila akan sikat gigi maka
pilihlah
a. Sikat gigi dengan tangkai yang lurus dan mudah dipegang
b. Kepala sikat harus yang kecil
Sebagai patokan, panjang kepala sikat gigi harus dengan jumlah
empat gigi keempat gigi depan rahang bawah (lebar keempat gigi seri
bawah). Kalau kepala sikat gigi terlalu panjang maka bulu sikat gigi
bagian tangkai boleh dipotong atau dicabut.
33

c. Bulu sikat gigi harus sama panjangnya, sehingga membentuk
permukaan yang datar. Yang baik adalah sikat gigi dengan bulu sikat
yang berderat dua, dan bulu sikat terbuat dari nilon yang tidak begitu
kaku
Cara menggosok gigi
Cara menggosok gigi yang dianjurkan dengan cara gerakan gerakan
yang pendek, yakni menggosok gigi berulang-ulang pada satu tempat
dahulu, sebelum pindah ke tempat lain. Untuk jelasnya, perhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Cara meletakkan sikat gigi. Tangkai sikat gigi dilektakkan pada
dataran pengunyah. Perhatikan, ujung-ujung sikat terletak pada
perbatasan gigi dengan gusi.
b. Sikat gigi kemudian dimiringkan sedikit.
c. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke pipi/bibir
1) Sikat gigi digerakkan dengna gerakan memutar. Artinya sikat gigi
digerakkan di tempat
2) Sesudah itu sikat gigi digerakkan ke tempat berikutnya
3) Menggosok gigi depan
Gosoklah semua gigi yang menghadap ke pipi/bibir. Pindah sikat
gigi secara teatur, dan gosoklah gigi dengan teliti. Sikat gigi
jangan ditekan sewaktu menggosok gigi.
d. Menggosok datar pengunyah dari gigi di rahang atas maupun di
rahang bawah digosok dengan gerakan maju mundur.
Perhatikan:
Cara menggosok gigi di rahang atas adalah sama dengan cara yang
sudah diajurkan untuk menggosok gigi di rahang bawah
6. Akibat menyikat gigi yang berlebihan menurut Srigupta (2004) adalah
sebagai berikut
a. Resesi gusi
34

b. Abrasi berbentuk irisan pada daerah tengkuk gigi
c. Luka dan pemborokan pada gusi

D. Peran Perawat Dalam Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (Palupi, 2004)
Untuk mencapai tujua dalam usaha kesehatan gigi maka peran perawat adalah
meningkatkan, mencegah dan membina usaha kesehatan gigi anak. Peran
perawat di Peran perawat disini seperti halnya peran tenaga kesehatan lainnya
yang diadakan oleh program
puskesmas. Peran-peran lainnya adalah :
1. Pembinaan atau pengembangan
a. penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
b. pemeriksaan sepintas
c. pengobatan sederhana
d. rujukan
2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan
Dalam hal ini ditujukan pada anak sekolah. Pada Pelita IV baru mencapai
anak pendidikan dasar
3. Pelayanan medik dasar
Pelayanan ini meliputi : pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, dan
berbagai kegiatan dasar
a. Memberikan medik dasar pada penderita yang berobat maupun yang
rujuk
b. Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi ke sarana
pelayanan yang lebih mampu
c. Memberikan penyuluhan
d. Hygienik klinik
e. Memelihara merawat peralatan/obat-obatan




35

E. Kerangka Teori



















Skema 1 (Kerangka Teori)
Modifikasi (Machfoedz, 2005) dan (Sriyono, 2005)








Faktor yang mempengaruhi
kebersihan gigi
1. Jenis makanan
2. Cara melakukan gosok
gigi
3. Frekuensi melakukan
gosok gigi
4. Keteraturan pergi
kedokter gigi
Faktor yang mempengaruhi
gosok gigi
1. Pembelajaran cara
menggosok gigi yang
benar
2. Cara menggosok gigi
3. Frekuensi menggosok gigi
4. Lamanya menggosok gigi
Kebersihan gigi
36

F. Kerangka Konsep








G. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel bebas pada penelitian
ini adalah cara melakukan gosok gigi. Sedangkan variabel terikatnya adalah
kebersihan gigi

H. Hipotesa
Ho : tidak ada pengaruh antara cara melakukan gosok gigi terhadap
tingkat kebersihan gigi

Ha : ada pengaruh antara cara melakukan gosok gigi terhadap tingkat
kebersihan gigi






Variabel independent
Cara melakukan gosok gigi
Variabel dependent
Kebersihan gigi
Pembelajaran cara menggosok
gigi

Anda mungkin juga menyukai