Anda di halaman 1dari 1

Klausul 'Pilihan Hukum' Waris dalam UU Peradilan Agama Bakal Dihapus

[22/2/06]

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=14427&cl=Berita

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, keluarga muslim
pihak dapat memilih hukum apa yang akan diberlakukan dalam pembagian warisan bagi
mereka.

Klausul itu tercantum pada bagian penjelasan umum Undang-Undang Peradilan 1989.
Disebutkan bahwa 'Para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk
memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian warisan'. Berdasarkan
klausul ini pula, para ahli waris yang beragama Islam bisa memilih sengketa waris
mereka menggunakan hukum perdata atau hukum Islam. Akibatnya, banyak terjadi
gugatan antar ahli waris karena ketidaksepakatan tentang hukum yang mereka pakai
dalam membagi harta warisan.

Hal-hal semacam itu tampaknya akan coba diatasi. Itu pun jika klausul dalam
penjelasan UU Peradilan Agama tersebut dihapus. Perkembangan ke arah penghapusan
itu sudah mulai tampak. Dalam Rapat Paripurna dipimpin Wakil Ketua Soetardjo
Soerjogoeritno Selasa (21/2), DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (RUU-
PA) sebagai usul inisiatif.

Pengesahan menjadi usul inisiatif itu diwarnai interupsi dari S. Hutasoit, anggota DPR
dari Partai Damai Sejahtera. Tetapi interupsinya bukan mengenai RUU, melainkan
SKB dua menteri tentang pendirian rumah ibadah.

Nah, dalam draft RUU inilah niat menghapus klausul pilihan hukum waris bagi
keluarga muslim itu ditegaskan. "Kalimat yang terdapat dalam penjelasan ...
(maksudnya klausul tadi –red), dinyatakan dihapus," demikian penegasan pada bagian
Penjelasan Umum draft RUU-PA.

Selain masalah pilihan hukum waris, ada perkembangan lain dalam RUU–PA yang
perlu dicermati. Kewenangan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama akan
dipertegas dan diperluas. Peradilan agama merupakan salah satu badan peradilan
pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan penegakan hukum dan keadilan
bagi yang beragama Islam dalam bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,
zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.

Perluasan kewenangan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan


kebutuhan hukum masyarakat, khususnya yang beragama Islam. Perluasan tersebut
antara lain menyangkut ekonomi syariah.

Ada pula penegasan terhadap pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama.
Ini untuk mengakomodir pengadilan syariah Islam di Aceh, yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2001.

Anda mungkin juga menyukai