Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai adanya pembesaran
pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari proses peradangan akut, yang
belum tertangani secara adekuat. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien
berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik
dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.
Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai
adanya massa periapendikular. Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri
di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-2
jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk. !erdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.
"iasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. #amun
dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan ba$ah akan semakin progresif.
Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. #amun
lebih sering menyerang laki-laki berusia %-&% tahun. Penelitian epidemiologi
menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. !inja yang keras dapat menyebabkan
terjadinya konstipasi. 'emudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. (emua ini akan mempermudah timbulnya
apendisitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Apendiks Vermi!rmis
.. Definisi
Apendiks adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang terletak pada
pro)imal colon, yang sampai sekarang fungsinya belum diketahui.
.2. Anatomi
Anat!mi
Appendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch *analog dengan "ursa
+abricus, membentuk produk immunoglobulin, berbentuk tabung, panjangnya kira-kira %
cm *kisaran &-- cm, dengan diameter %,-- cm, dan berpangkal di sekum. .umennya sempit
di bagian proksimal dan melebar dibagian distal.
/
"asis appendiks terletak pada bagian
postero medial caecum, di ba$ah katup ileocaecal. 'etiga taenia caecum bertemu pada basis
appendiks.
0,1
Apendiks 2ermiformis disangga oleh mesoapendiks *mesenteriolum, yang bergabung dengan
mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale. Mesenteriolum berisi a. Apendikularis
*cabang a.ileocolica,. 3rificiumnya terletak 2,- cm dari katup ileocecal. Mesoapendiknya
2
merupakan jaringan lemak yang mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga
memiliki limfonodi kecil.
&,%
(truktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna5propria *otot longitudinal dan sirkuler, dan serosa. Apendiks mungkin
tidak terlihat karena adanya membran 6ackson yang merupakan lapisan peritoneum yang
menyebar dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup caecum dan appendiks.
.apisan submukosa terdiri dari jaringan ikat kendor dan jaringan elastic membentuk jaringan
saraf, pembuluh darah dan lymphe. Antara Mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes.
Mukosa terdiri dari satu lapis collumnar epithelium dan terdiri dari kantong yang disebut
crypta lieberkuhn. Dinding dalam sama dan berhubungan dengan sekum *inner circular
layer,. Dinding luar *outer longitudinal muscle, dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia colli
pada pertemuan caecum dan apendiks. !aenia anterior digunakan sebagai pegangan untuk
mencari apendiks.
&
Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke-0 yaitu bagian
ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum
yang berlebih akan menjadi apendiks, yang akan berpindah dari medial menuju katup
ileosekal.
2
Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. 'eadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Pada 7- 8 kasus, apendiks terletak intraperitoneal. 'edudukan itu memungkinkan apendiks
bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Pada
kasus selebihnya, apediks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon
asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak
apendiks.
/
&
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.2agus yang mengikuti a.mesenterika superior
dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis 9. 3leh karena
itu, nyeri 2isceral pada apendisitis bermula disekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal
dari a. apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. 6ika arteri ini tersumbat,
misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.
/
.&. +isiologi
Apendiks menghasilkan lendir -2 ml per hari. .endir di muara apendiks
tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
/
:munoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GA.! *Gut associated
.ymphoid tissue, yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah
:gA. :munoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. #amun
demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena
4
jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran
cerna dan diseluruh tubuh.
/
6aringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu
setelah lahir. 6umlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat de$asa dan
kemudian berkurang mengikuti umur. (etelah usia 7% tahun, tidak ada jaringan
lymphoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks komplit.
2
6umlah cairan total yang harus diabsorbsi setiap hari sebanding dengan cairan
yang dicerna *kira-kira ,- liter, ditambah dengan cairan yang disekresikan oleh
bermacam-macam sekresi gastrointestinal *kira-kira / liter,.6adi jumlah totalnya kira-
kira 0 sampai 1 liter. (emua kecuali kira-kira ,- liter dari cairan ini diabsorbsi di usus
halus,dan menyisakan hanya ,- liter untuk melalui katup ileosekal ke dalam kolom
setiap harinya.
". apendi#$lar Iniltrat
".1. Deinisi
Periapendiks :nfiltrat adalah merupakan suatu keadaan menutupnya apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler *;.(jamsuhidajat, dkk, 11/,.
Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai adanya
pembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari proses
peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat. *!abrani, 110 hal. /00,.
Apendisitis infiltrate adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga
-
membentuk massa *appendiceal mass,. <mumnya massa apendiks terbentuk pada hari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks
lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan
tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal
untuk membungkus proses radang.
&
".". Eti!l!gi
3bstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. +ekalit merupakan
penyebab tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi
jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing
usus termasuk ascaris. !rauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat
mencetuskan inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi
penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal.
2,0
+rekuensi obstruksi meningkat
dengan memberatnya proses inflamasi. +ekalit ditemukan pada 4%8 dari kasus
apendisitis akut, sekitar 7-8 merupakan apendisitis gangrenous tanpa rupture dan
sekitar 1%8 kasus apendisitis gangrenous dengan rupture.
2
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi
terhadap timbulnya apendisitis. 'onstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal,
yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. (emuanya akan mempermudah terjadinya
apendisits akut.
/
".%. Pat!genesis
7
Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks menjadi dilindungi
oleh omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula-mula, massa yang terbentuk
tersusun atas campuran membingungkan bangunan-bangunan ini dan jaringan
granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan secara klinis. 6ika peradangan pada
apendiks tidak dapat mengatasi rintangan-rintangan sehingga penderita terus
mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi nanah, semula dalam jumlah
sedikit, tetapi segera menjadi abses yang jelas batasnya.
Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai
dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam $aktu 24-40 jam
pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang
dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga
terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa
abses yang dapat mengalami perforasi. 6ika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan
mengurai diri secara lambat.
/
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. 'eadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. (edangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

Massa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi


ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa
periapendikular yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus
keseluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata.
/
'ecepatan rentetan peristi$a tersebut tergantung pada 2irulensi
mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus
yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti 2esika urinaria, uterus
tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. "ila proses
melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis.
=alaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan
tahanan atau tegangan dalam ca2um abdominalis, oleh karena itu pendeita harus
benar-benar istirahat *bedrest,.
&

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan
ba$ah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut.
/
".&. Diagn!sis
Gambaran klinis
Adanya keluhan appendiksitis akut meliputi > 'urang enak ulu
hati5daerah pusat, mungkin kolik, nyeri tekan kanan ba$ah *rangsaganan
automik, nyeri sentral pindah ke kanan ba$ah, mual dan muntah, rangsangan
peritoneum lokal *somatik,, nyeri pada gerak aktif dan pasif, defans muskuler ,
takikardia, mulai toksik, leukositosis, demam tinggi, dehidrasi, syok, toksik,
massa perut kanan ba$ah, jika berhasil membentuk perdindingan keadaan
0
umum berangsur membaik, demam remiten, massa mulai mengecil bahkan
menghilang.
Pemeriksaan fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar &/,--&0,-?. "ila suhu
lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. "isa terdapat perbedaan
suhu aksilar dan rektal sampai ?. Pada inspeksi perut tidak ditemukan
gambaran spesifik. 'embung sering terlihat pada penderita dengan
komplikasi perforasi. Appendisitis infiltrat atau adanya abses
apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di perut kanan ba$ah.
/
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa
disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale. #yeri tekan perut kanan ba$ah ini merupakan
kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri ba$ah akan dira$akan nyeri
di perut kanan ba$ah yang disebut tanda ;o2sing. Pada apendisitis
retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan
adanya rasa nyeri.
/
6ika sudah terbentuk abses yaitu bila ada omentum atau usus lain yang
dengan cepat membendung daerah apendiks maka selain ada nyeri pada
fossa iliaka kanan selama &-4 hari *$aktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan abses, juga pada palpasi akan teraba massa yang fi)ed
dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. 6ika apendiks
intrapel2inal maka massa dapat diraba pada ;!*;ectal !ouche, sebagai
massa yang hangat.
&
1
Peristalsis usus sering normal, peristalsis dapat hilang karena ileus
paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata.
Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa
dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pel2ika.
/
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan .aboratorium, pada darah lengkap didapatkan leukosit
ringan umumnya pada apendisitis sederhana. .ebih dari &.%%%5mm&
umumnya pada apendisitis perforasi. !idak adanya leukositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. @itung jenis leukosit terdapat pergeseran
kekiri. Pada pemeriksaan urin, sedimen dapat normal atau terdapat
leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang
menempel pada ureter atau 2esika.
&
Pemeriksaan ;adiologi,
foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesa atau
pemeriksaan fisik meragukan. !anda-tanda peritonitis kuadran kanan
ba$ah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat Aileal atau caecal
ileusA *gambaran garis permukaan air-udara disekum atau ileum,.
Patognomonik bila terlihat gambar fekalit.
&
Pada ?! (can khususnya apendiceal ?!, lebih akurat dibanding <(G.
(elain dapat mengidentifikasi apendiks yang mengalami inflamasi
*diameter lebih dari 7 mm, juga dapat melihat adanya perubahan akibat
inflamasi pada periapendik.
%
Pemeriksaan "arium enema dan ?olonoscopy merupakan pemeriksaan
a$al untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma colon.
-

!etapi untuk apendisitis akut pemeriksaan barium enema merupakan
kontraindikasi karena dapat menyebabkan rupture apendiks.
&
(kor al2arado
'e(ala dan tanda Sk!r
N)eri *erpinda+
An!reksi
,$al dan m$nta+
N)eri !ssa ilia#a de-tra
N)eri lepas
Peningkatan s$+$ . %/0%12
J$mla+ le$k!sit .13.333
J$mla+ ne$tr!il . /45

'eterangan >
B / > kronis
4-/ > obser2asi
C/ > Akut
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan>
".&.1.1. keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggiD

".&.1.". pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan ba$ah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitisD
".&.1.%. laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri.
Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai
dengan >
".&.1.&. keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagiD
".&.1.4. pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis
dan hanya teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan
".&.1.6. laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
".4. Penatalaksanaan
K!nser7ati
o Pasien de$asa dengan massa periapendikular yang terpancang dengan
pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dira$at dahulu dan diberi
antibiotik sambil dia$asi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya
peritonitis.
o Pada periapendikuler infiltrat dilarang keras membuka perut, tindakan
bedah apabila dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak,
terlebih jika masa apendik telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak
serangan a$al.
2
o !erapi konser2atif meliputi >
!otal bed rest posisi fa$ler agar pus terkumpul di ca2um douglassi.
Diet lunak bubur saring
Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang
aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. "aru setelah keadaan tenang,
yaitu sekitar 7-0 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. 'alau sudah
terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan
setelah 7-0 minggu kemudian. 6ika ternyata tidak ada keluhan atau gejala
apapun, dan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan
tanda radang atau abses, dapat dipertimbangkan membatalakan tindakan
bedah.
&,/
Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. 3bser2asi suhu dan nadi.
"iasanya 40 jam gejala akan mereda. "ila gejala menghebat, tandanya
terjadi perforasi maka harus dipertimbangkan appendiktomy. "atas dari
massa hendaknya diberi tanda *demografi, setiap hari. "iasanya pada
hari ke--/ massa mulai mengecil dan terlokalisir. "ila massa tidak juga
mengecil, tandanya telah terbentuk abses dan massa harus segera dibuka
dan didrainase.
&
8perati
o Massa periapendikular yang masih bebas
o "ila sudah tidak demam, masa periapendikuler hilang dan leukosit
normal
&
o Masa apendik dengan proses radang yang masih aktif
o Pembedahan dilakukan segera jika dalam pera$atan terjadi abses baik
dengan ataupun tanpa peritonitis umum.
Penderita periapendikular infiltrat diobser2asi selama 7 minggu tentang >
".4.1.1. .ED
".4.1.". 6umlah leukosit
".4.1.%. Massa
Periapendikular infiltrat dianggap tenang apabila >
".4.1.&. Anamesa > penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen
".4.1.4. Pemeriksaan fisik >
".4.1.4.1. 'eadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu
tubuh *diukur rectal dan aksiler,
".4.1.4.". !anda-tanda apendisitis sudah tidak terdapat
".4.1.4.%. Massa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada
tetapi lebih kecil dibanding semula.
".4.1.4.&. .aboratorium > .ED kurang dari 2%, .eukosit normal
'ebijakan untuk operasi periapendikular infiltrat >
".4.1.6. "ila .ED telah menurun kurang dari 4%
".4.1./. !idak didapatkan leukositosis
4
".4.1.9. !idak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah
tidak mengecil lagi.
"ila .ED tetap tinggi ,maka perlu diperiksa
".4.1.:. Apakah penderita sudah bed rest total
".4.1.13. Pemberian makanan penderita
".4.1.11. Pemakaian antibiotik penderita
'emungkinan adanya sebab lain.
".4.1.1". "ila dalam 0-2 minggu masih terdapat tanda-tanda infiltrat atau tidak
ada perbaikan, operasi tetap dilakukan.
".4.1.1%. "ila ada massa periapendikular yang fi)ed, ini berarti sudah terjadi abses
dan terapi adalah drainase.
".6. Pen#ega+an
Pencegahan pada apendisitis infiltrat yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi
atau peradangan pada lumen apendik atau dengan penanganan secara tuntas pada
penderita apendisitis akut. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh
fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat. Pera$atan dan
pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat
terhadap gejala dan tanda apendisitis dan apendisitis infiltrat meminimalkan resiko
terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.
"./. K!mplikasi
-
'omplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan
berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.
Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis
generalisata. !anda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah >
"./.1.1. #yeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
"./.1.". (uhu tubuh naik tinggi sekali.
"./.1.%. #adi semakin cepat.
"./.1.&. Defance Muskular yang menyeluruh
"./.1.4. "ising usus berkurang
"./.1.6. Perut distended
Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya >
"./.1./. Pel2ic Abscess
"./.1.9. (ubphrenic absess
"./.1.:. :ntra peritoneal abses lokal.
Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk kerongga
abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
7
BAB III
KESI,PULAN
1. Apendisitis infiltrat merupakan komplikasi dari apendisitis akut. Apendisitis infiltrat
adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan
usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa *appendiceal
mass,. <mumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai
apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada
pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang
dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses
radang.
". Appendisitis infiltrat dapat didiagnosis dengan didasari anamnesis adanya ri$ayat
apendisitis akut dengan tanda khasnya, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
mendukung. Diagnosis apendisitis infiltrat dapat dibingungkan dengan penyakit lain
pada kuadran kanan abdomen dengan massa diantaranya tumor cekum, lymfoma
maligna intra abdomen, apendisitis tuberkulosa, amuboma, penyakit crohn, dan juga
kelainan ginekolog seperti 'E!, adneksitis ataupun kista o2arium terpuntir.
/
%. !erapi appendisitis infiltrat adalah operasi elektif appendiktomy jika massa dianggap
tenang dengan sebelumnya diberikan terapi konser2atif dengan kombinasi antibiotik
dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob selama 7-0 minggu. Apabila massa
mengecil pembedahan dapat dibatalkan tetapi apabila massa tetap dan nyeri perut
pasien bertambah berarti sudah terjadi abses dan massa harus segera dibuka dan
dilakukan drainase.
&. 'omplikasi yang dapat terjadi yaitu perforasi apendisitis yang dapat mengakibatkan
peritonitis yang pada akhirnya akan terjadi kegagalan organ dan kematian.
'omplikasi terjadi biasanya akibat keterlambatan diagnosa apendisitis akut.
0
DA;TA< PUSTAKA
Anonim, 2%%7. Appendix Mass.GP #ote "ook
http>55$$$.gpnotebook.co.uh5cache5/&04-0&.htm
Anonim, . Ilmu Bedah dan Teknik Operasi. "ratajaya +akultas 'edokteran <#A:;.
(urabaya.
Anonim, 2%%-. Appendix. Pathology3utlines. http>55$$$.patholoyoutlines.com
Anonim, 2%%4. Appendicitis. <.(. Department 3f @ealth and @uman (er2ices. #ational
:nstitute of @ealth. #:@ Publication #o. %4F4-4/.6une 2%%4
$$$.digesti2e.niddk.nih.go2
De 6ong,.=., (jamsuhidajat, ;., 2%%4. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EG?. 6akarta.
Gray, @.*027-07,. 10. Anatomy of The Human Body. $$$."artleby.com
6ehan, E., 2%%&. eran ! "eaktif rotein #alam Menentukan #ia$nosa Appendisitis Akut.
"agian :lmu bedah +akultas 'edokteran <ni2ersitas (umatra <tara.
http>55library.usu.ac.id5do$nload5fk5bedah-emir82%jehan.pdf .
@ardin, M., 111. Acute Appendisitis %"e&ie' and (pdate. !he American Academy of
+amily Physicians. !e)as AGM <ni2ersity @ealth (cience ?enter, !emple, !e)as
http>55$$$.aafg.org
@ugh, A.+.Dudley. 112. Ilmu Bedah )a'at #arurat edisi kese*elas. Gadjah Mada
<ni2ersity Press. Hogyakarta.
:tsko$iI, M.(., 6ones, (.M., 2%%4. Appendicitis. Emerg Med &7 *%,> %--.
$$$.emedmag.com
.ugo,.J.@., 2%%4. eriappendiceal Mass. Pediatric (urgery <pdate. Jol.2& #o.%& (eptember
2%%4.http>55home.coKui.net5titolugo5P(<2&&%4.PD+LsearchMperiappendiceal 82%
mass
1
Mansjoer,A., dkk. 2%%%. +apita ,elekta +edokteran Edisi +eti$a -ilid +edua. Penerbit Media
Aesculapius +akultas 'edokteran <ni2ersitas :ndonesia. 6akarta.
;eksoprodjo, (., dkk.11-. +umpulan +uliah Ilmu Bedah. "agian "edah (taf Pengajar
+akultas 'edokteran <ni2ersitas :ndonesia. "ina ;upa Aksara. 6akarta.
(ch$artI, (pencer, (., +isher, D.G., 111. rinciples of ,ur$ery se&ent edition. Mc-Gra$ @ill
a Di2ision of !he McGra$-@ill ?ompanies. Enigma an Enigma Electronic
Publication.
2%

Anda mungkin juga menyukai