Anda di halaman 1dari 5

Penanganan kegawatan dari glaukoma ini tujuan utamanya adalah untuk merendahkan

tekanan bola mata secapatnya kemudian bila tekanan bola mata normal dan mata tenang
dilakukan pembedahan (Ilyas, 2010). Pengobatan pada glaukoma akut harus segera dalam
bentuk tindakan topikal dan sistemik.
Pada rencanan terapi digunakan pilokarpin. Pilokarpin merupakan miotik kuat.
Disebutkan dalam buku Hartono, Suhardjo 2007, Pilokarpin merupakan obat topikal
golongan kolinergik yang digunakan untuk meningkatkan aliran keluar aqeuous humor. obat
ini menurunkan TIO dengan menaikkan kemampuan aliran keluar cairan aqueous humor
melalui anyaman trabekulum, selain itu obat ini juga menyebabkan kontraksi m. sfingter
pupil, pupil mengencang, sehingga terjadi miosis. Efek miosis ini akan menyebabkan
terbukanya sudut iridokornea pada glaukoma sudut tertutup dan iris perifer tertarik menjauhi
jaring-jaring trabekula. Perubahan ini memungkinkan Humor Aqueus mencapai saluran
keluar dan akibatnya terjadi penurunan TIO. Dosis Pilokarpin adalah 2% atau 4% pemberian
setiap 15 menit sebanyak 4 kali sebagai terapi inisial.
Inhibitor Anhidrase Karbonat, asetazolamid diberikan secara sistemik untuk
menurunkan TIO dengan menurunkan pembuatan Humor Aqueus. Dapat diberikan secara
oral atau intravena. Di berikan IV dengan dosis 500 mg bolus untuk pasien yang disertai mual
dan muntah. Dosis untuk oral tersedia 125 mg, 250 mg dalam bentuk tablet dan 500 mg
dalam bentuk kapsul diberikan bila pasien sudah tidak ada gejala mual muntah, dosisnya 250
mg setiap 4 jam.
Obat sistemik lainnya bisa ditambahkan agen osmotik seperti gliserol atau manitol.
Manitol merupakan diuretik kuat yang aman digunakan untuk pasien diabetes karena tidak
dimetabolisme. Mannitol dengan berat molekul tinggi akan lebih lambat berpenetrasi pad
amata sehingga dapat menurunkan TIO. Dosis yang digunakan adalah 2 gr/kgbb dalam 20%
cairan diberikan secara IV. Untuk pemakaian Gliserol sebaiknya hati-hati terhadap pasien
diabetes dan lansia dengan gangguan ginjal atau kardiovaskuler. Penggunaan gliserol dapat
menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Dosis efektif gliserol adalah 1-1,5 gr/kgbb dalam
50% cairan.
Setelah pemberian obat-obatan, dilakukan observasi. Obeservasi pasien glaukoma
merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan visus
penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah
mendapat terapi medikamentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasi meliputi:
1. Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil
2. Ukur tekanan intraocular setiap 25 menit (yang terbaik dengan tonometer
aplanasi).
3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokularnya sudah
turun dan kornea sudah mulai jernih.
Pada masa observasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa baik,
jelek, ataupun sedang. Bila respon terapi baik, maka akan terjadi perbaikan visus, kornea
menjadi jernih, pupil kontriksi tekanan intraocular menurun, dan sudutnya terbuka kembali.
Pada keadaan ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan pembedahan seperti salah
satu contohnya laser iredektomi. Jika respon terapinya jelek, akan didapatkan visus yang
tetap jelek, kornea edema, pupil dilatasi dan terfiksir, tekanan intraocular tinggi dan sudutnya
tetap tertutup, pada kondisi ini dapat dilakukan selanjutnya dengan laser iridoplasti. Jika
respon terapinya sedang, dimana didapatkan visus sedikit membaik, kornea agak jernih,
pupilnya tetap dilatasi, tekanan intraocular tetap tinggi (sekitar 30mmHg), sudut sedikit
terbuka, pada keadaan ini penangannya menjadi sulit. Disebutkan oleh Vaughan, 2010 bahwa
blokade pupil pada glaukoma sudut tertutup setelah dengan terapi obat-obatan tidak
bermakna paling baik diatasi dengan membentuk saluran langsung antara bilik mata depan
dengan bilik mata belakang sehingga tidak ada perbedaan antara keduannya.
Pembedahan bisa dilakukan dengan teknik laser ataupun menggunakan teknik
konvensional. Pembedahan laser untuk memperbaiki aliram Humor Aqueus dan menurunkan
TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer glaukoma atau bisa juga dipergunakan
jika terapi obat tidak bisa ditoleransi. Laser dapat digunakan pada berbagai prosedur yang
berhubungan dengan penanganan glaukoma. Tindakan pembedahan dilakukan pada saat
tekanan bola mata sudah terkontrol, mata tenang dan persiapan pembedahan sudah cukup.
Beberapa teknik tindakan pembedahannya, yakni:
Laser Trabeculoplasty
Tindakan ini dilakukan dengan local anestesi unutk membuat lubang di jaringan
trabekular untuk membuka sudut unutk mempermudah aliran keluar Humor
Aqueus.
Laser Iridotomy/ Iridektomy Perifer
Mengurangi tekanan dengan mngeluarkan bagian iris untuk membangun kembali
outflow Humor Aqueus. Untuk memperdalam sudut iridokornea pada pasien
penderita glaukoma sudut tertutup dilakukan stroma iris sehingga terjadi
konstriksi yang akan menarik iris perifer menjadi lebih datar dan sudut
iridokornea terbuka, pembedahan ini dengan laser Argon sedangkan dari Hartono,
Suhardjo, 2007 disebutkan iridotomi perifer melubangi iris dengan menggunakan
laser ND-Yag. Dilakukan pada pasien yang memiliki sudut iridokornea sempit
dan terancam tertutup, glaukoma sudut tertutup akut, iris bombe, dan keadaan
lainnya.
Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil atau peralatan laser
tidak tersedia. Macam-macam bedah konvensional, antara lain :
Iridektomy Perifer atau Sektoral
Iridektomi atau iridotomi perifer adalah tindakan bedah dengan membuat lubang
pada iris untuk mengalirkan aquos langsung dari bilik belakang ke bilik depan
mata untuk mencegah tertutupnya trabekulum pada blok pupil dan juga dapat
mencegah timbulnya blok relatif pupil pada pasien yang memiliki bilik depan
mata yang dangkal. Iridektomi perifer dilakukan caranya dengan menggunting
iris bagian perifer. Untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran
Humor Aqueus dari kamera posterior ke kamera anterior. Diindikasikan pada
penanganan glaukoma dengan penyumbatan pupil.
Trabekulektomy ( Prosedur Filtrasi )
Untuk menciptakan saluarn pengairan baru melalui sklera. Trabekulektomy
meningkatkan aliran keluar Humor Aqueus dengan memnita struktur pengairan
pengaliran yang alamiah. Komplikasi meliputi Hipotoni ( TIO rendah yang tidak
norma ), Hifema ( darah di kamera anterior mata ), infeksi, kegagalan filtrasi.

Glaukoma akut bisa terjadi secara primer yang tanpa disertai penyakit lain dan bisa
terjadi secara sekunder yakni karena penyakit tertentu, atau kelainan mata tertentu yang
kemudian mengakibatkan terjadinya glaukoma. Pada kasus seperti ini, yang penting
dilakukan lebih dahuliu adalah mengatasi serangan glaukoma akutnya terlebih dahulu baru
melakukan penatalaksanaan terhadap penyebabnya setelah dipastikan dengan pemeriksaan
yang mendukung.
Beberapa glaukoma terjadi akibat kelainan lensa karena katarak yang dialami pasien.
Bila hal ini terjadi maka yang bisa dilakukan setelah TIO telah menurun dan stabil kemudian
baru dilakukan terapi definitifnya yakni ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa merupakan tindakan
bedah terhadap pasien katarak, ada 3 teknik akstraksi katarak yakni:
Ekstraksi katarak intrakapsular, dimana terdiri dari pemindahan katarak dalam
satu keping
Ekstraksi katarak ekstrakapsular, terdiri dari pemindahan nukleus sentral yang
luas dalam satu keping, kemudian pemindahan korteks yang lunak dalam
kepingan kecil ganda
Fakoemulsifikasi, dimana menghancurkan nukleus sentral yang keras pada mata
dengan ultrasound, kemudan memecahkan soft cortex menjadi pecahan kecil
yang multiple, insisi menggunakan teknik ini proses penyembuhannya cepat.
Selian itu dengan teknik ini insisinya ukurannya kecil, astigmatisma jarang terjadi
dan pendarahan lebih sedikit.
Pada pasien glaukoma akut karena hipertensi dan diabetes, maka setelah dilakukan
pengobatan terhadap serangan glaukoma kemudian dapat diberikan obat-obatan untuk
menurunkan tekanan darah dan mengobati penyakit diabetesnya, bila sebelum serangan
glaukoma akut sudah mengkonsumsi obat tersebut, dapat tetap dilanjutkan.



















Diagnosis banding


Dari riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosis banding glaukoma
sudut tertutup akut, iritis akut dan konjungtivitis akut. Diagnosis banding ini berdasarkan
keluhan yang sama yakni mata merah, tapi pada iritis akut dan konjungtivitis tdak didaptakan
penurunan ketajaman penglihatan dan peningkatan tekanan okuler. Iritis akut, menimbulkan
fotofobia lebih besar daripada glaucoma, TIO biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi, dan
kornea biasanya tidak edematous, di kamera anterior tampak jelas sel sel, dan terdapat
injeksi siliaris dalam. Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat
gangguan penglihatan, terdapat kotoran mata dan konjungtiva yang meradang hebat tetapi
tidak terdapat injeksi siliaris, respon pupil dan tekanan intraokular normal, dan kornea jernih.
Glaukoma sudut tertutup akut dapat terjadi secara primer maupun sekunder.

Anda mungkin juga menyukai