Anda di halaman 1dari 13

JUVENILE NASOFARINGEAL

ANGIOFIBROMA

DISUSUN OLEH:
AIN SYAFIKAH MASROM
090100426



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN SMF ILMU KESEHATAHAN
TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA DAN LEHER
ANATOMI NASOFARING

Nasofaring
merupakan suatu rongga yang berbentuk mirip k
ubus, terletak di belakang rongga hidung, diatas
tepi palatum molle dengan diameter anterior-
posterior 2-4 cm, lebar 4cm yang berhubungan
dengan rongga hidung serta telinga tengah
melalui koana dan tubaeustachius. Atap
nasofaring dibentuk oleh dasar tengkorak,
tempat keluar dan masuknyasaraf otak dan
pembuluh darah.
ANGIOFIBROMA NASOFARING
JUVENIL
Definisi
Angiofibroma nasofaring merupakan salah satu
tumor jinak pembuluh darah dinasofaring yang
secara histologis jinak namun secara klinis
bersifat ganas karena dapatmendestruksi tulang
dan meluas ke jaringan sekitarnya. Adapun
jaringan disekitarnya yangdapat didesktruksi
seperti sinus paranasalis, pipi, mata dan
tengkorak. Tumor ini sangat mudah berdarah dan
pendarahannya sulit untuk dihentikan.
Epidemiologi
Angiofibroma merupakan tumor jinak yang
paling sering terdapat pada nasofaring,
tetapi jumlahnya kurang dari 0.05% dari tumor
kepala dan leher. Tumor ini biasanya paling ba
nyak terjadi pada laki-laki decade ke-2 antara
umur 7-19 tahun. Tumor ini jarang pada usia
lebih dari 25 tahun.
Patogenesis
Tumor awalnya tumbuh di bawah mukosa ditepi sebelah
posterior dan lateral koanadiatap nasofaring. Tumor yang kaya
akan aliran darah ini memperoleh aliran darah dari
arterifaringeal asenden atau arteri maksilaris interna. Tumor
akan tumbuh besar dan meluas kearahanterior akan mengisi
rongga hidung, mendorong septum yang ke sisi kontralateral
dan dapatmemipihkan konka. Perluasan kearah lateral, tumor
melebar kearah foramen sfenopalatina,masuk ke fisura
pterigomaksila dan akan mendesak dinding posterior sinus
maksila. Bila tumor meluas terus, tumor akan masuk ke fossa
intra temporal dan masuk ke intra kranial melalui fossainfra
temporalis dan pterigomaksila. Apabila tumor telah
mendorong salah satu atau kedua bola mata maka tampak
gejala yang khas pada wajah yaitu muka kodok. Selanjutnya
tumor kemudian akan meluas dan masuk ke fossa serebri
media.
Stadium JNA menurut Chandler:
Stadium I : Tumor di nasofaring.
Stadium II : Tumor meluas ke rongga
hidung dan atau sinus sfenoid.
Stadium III : Tumor meluas kedalam
antrum, sinus ethmoid, fossa
pterygomaksillaris, fossa infratemporalis.
Orbita dan atau pipi.
Stadium IV : Tumor meluas ke rongga
intrakranial.

DIAGNOSIS
Anamnese
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Gejala Klinis
Obstruksi nasal (80-90%) dan ingus (rhinorrhea). Ini merupakan
gejala yang paling sering, terutama pada permulaan penyakit. Sering
mimisen (epistaxis) atau keluar cairan dari hidung yang berwarna
darah (blood-tinged nasal discharge). Mimisen, yang berkisar 45-60%
ini, biasanya satu sisi (unilateral) dan berulang (recurrent). Sakit
kepala (25%), khususnya jika sinus paranasal terhalang.
Pembengkakan di wajah (facial swelling), kejadiannya sekitar 10-18%.
Tuli konduktif (conductive hearing loss) dari obstruksi tuba
eustachius. Melihat dobel (diplopia), yang terjadi sekunder terhadap
erosi menuju ke rongga kranial dan tekanan pada kiasma optik.
Gejala lainnya yang bisa juga terjadi misalnya: keluar ingus satu sisi
(unilateral rhinorrhea), tidak dapat membau (anosmia),
berkurangnya sensitivitas terhadap bau (hyposmia), recurrent otitis
media, nyeri mata (eye pain), tuli (deafness), nyeri telinga (otalgia),
pembengkakan langit-langit mulut (swelling of the palate), kelainan
bentuk pipi (deformity of the cheek), dan rhinolalia.
7

PEMERIKSAAN FISIK
Tampak massa merah keabu-abuan yang terlihat jelas di
faring nasal posterior; nonencapsulated dan seringkali
berlobus (lobulated); dapat tidak bertangkai (sessile) atau
bertangkai (pedunculated). Angka kejadian massa di hidung
(nasal mass) ini mencapai 80%.
6

Mata menonjol (proptosis), langit-langit mulut yang
membengkak (a bulging palate), terdapat massa mukosa
pipi intraoral (an intraoral buccal mucosa mass), massa di
pipi (cheek mass), atau pembengkakan zygoma (umumnya
disertai dengan perluasan setempat). Angka kejadian massa
di rongga mata (orbital mass) ini sekitar 15%, sedangkan
angka kejadian untuk mata menonjol (proptosis) sekitar 10-
15%.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda lainnya termasuk: otitis serosa karena
terhalangnya tuba eustachius, pembengkakan
zygomaticus, dan trismus (kejang otot rahang)
yang merupakan tanda bahwa tumor telah
menyebar ke fossa infratemporal. Juga
terdapat penurunan penglihatan yang
dikarenakan optic nerve tenting, namun hal ini
jarang terjadi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
SINAR X
CT-SCAN
MRI
HISTOPATOLOGI
PENATALAKSANAAN
TERAPI HORMONAL
RADIOTERAPI
TERAPI PEMBEDAHAN
Prognosis
Pembedahan untuk tumor yang masih berada
diekstra kranial memberikan hasil yanglebih
optimal dibandingkan untuk tumor yang telah
berada diintra kranial. Angkakesembuhannya
turun 30%. Resiko rekurensi untuk
angiofibroma untuk semua kasus 20.

Anda mungkin juga menyukai