Anda di halaman 1dari 20

Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 1

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN PENDIDIKAN TERHADAP


MUTU PENDIDIKAN

Nanda Siti Adi Utami 13803244014
Pendidikan Akuntansi 2013 C

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report
2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, (2011) indeks pembangunan
pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008
adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di
dunia. EDI di katakan tinggi jika mencapai 0,95-1, kategori medium 0,80,
sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Dalam lingkup wilayah Asia,
Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang ada di peringkat ke-34.
Brunei Darussalam masuk kelompok pencapaian tertinggi bersama dengan
Jepang yang mencapai nomor satu di Asia. Tetapi Indonesia masih jauh lebih
baik dari Filiphina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109) (UNESCO,
2011).
Dengan melihat keadaan Indonesia yang demikian memprihatinkan, perlu
adanya perubahan yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia agar dapat
bangkit dari keterpurukan pendidikan. Di Indonesia sendiri terdapat banyak
instansi-instansi yang bergerak dalam bidang pendidikan. Tidak sedikit pula
jumlah sekolah serta perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Akan tetapi, pada
kenyataannya jumlah tersebut masih belum bisa menjadikan Indonesia berada
pada peringkat pertama di dunia bahkan di Asia. Jika dibandingkan dengan
negara-negara lain, SDM di Indonesia telah mencukupi untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara berpendidikan. Akan tetapi jumlah SDM yang banyak
tersebut tidak di imbangi dengan kualitas manusianya.
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 2

Saat ini, Finlandia merupakan negara dengan pendidikan terbaik di dunia.
Kesuksesan pendidikan Finlandia cukup unik karena pendidikan disana bertolak
belakang dengan cerita dari negara-negara lain yang juga dikenal sukses seperti
Korea Selatan, Cina dan Singapura. Di Finlandia tidak ada tes standarisasi, siswa-
siswa tidak stres dalam belajar, guru-guru mengajar dengan metode-metode
mutakhir dan progresif, jumlah hari bersekolah yang relatif lebih sedikit, usia
masuk sekolah yang konvensional (mulai 7 tahun), dan layanan pendidikan
berkualitas terjamin secara gratis untuk semua anak tanpa pandang bulu. Tidak
salah jika Finlandia menjadi langganan contoh sukses dalam berbagai wacana
reformasi pendidikan dimana saja saat ini (Syahril, 2013).
Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang
memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di
mata pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan. Suatu taktik yang
diterapkan dalam hampir setiap mata pelajar adalah pengerahan guru bantu yang
ditugasi untuk membantu murid yang mengalami kesulitan di mata pelajaran
tertentu. Meski demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas yang sama, tanpa
memandang kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut (Yuwanto, 2012).
Penekanan pada standarisasi tidak terjadi pada sistem pendidikan di Finlandia
karena standarisasi berlawanan dengan kreatifitas. Mereka percaya bahwa
semakin standarisasi ditekankan, semakin sempit ruang untuk berkreatifitas.
Tidak heran mata pelajaran favorit di Finlandia adalah kerajinan tangan, terutama
kerajinan kayu (woodwork). Selain itu guru-guru di Finlandia sangat menekankan
pentingnya waktu bermain bagi anak. Prinsipnya dalam 1 jam, 45 menit
dialokasikan untuk belajar, dan 15 menit untuk bermain bebas sesuai kehendak
anak. Guru-guru Finlandia berpendapat bahwa bermain membantu perkembangan
kognitif, afektif dan sosial, serta membantu performa akademik. Karena itu waktu
istirahat sangat banyak di sekolah-sekolah Finlandia bahkan hingga sekolah
menengah atas (Syahril, 2013).
Pendidikan di Finlandia murni sebagai public good, yang berarti bahwa
investasi berasal dari publik melalui pajak, dan manfaat hasil pendidikan
dinikmati oleh publik juga. Pendidikan di Finlandia gratis dari sekolah dasar
hingga program doktoral. Hanya 4% dari keseluruhan institusi pendidikan di
Finlandia yang tidak didanai oleh pemerintah melalui dana pajak. Walaupun
gratis, pemerintah Finlandia berkomitmen untuk menjamin kualitas tinggi pada
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 3

semua sekolah tanpa kecuali. Ini berlaku bagi siswa dari keluarga miskin atau
kaya, di desa maupun di kota, di daerah yang jarang penduduknya maupun yang
rapat penduduknya. Semua dijamin akses layanan pendidikan berkualitas.
Komitmen ini dijaga dengan baik walaupun sudah lebih dari 20 menteri
pendidikan berganti sejak reformasi pendidikan Finlandia diluncurkan di tahun
1970 (Syahril, 2013).
Berkebalikan dengan Finlandia, Indonesia sama sekali tidak mempraktekan
apa yang telah Finlandia lakukan dalam sistem manajemen pendidikannya. Di
Indonesia masi menekankan pada kebijakan-kebijakan kompetisi, standarisasi
pendidikan, ujian nasional, dan privatisasi pendidikan. Kebijakan inilah yang
menjadi kendala Indonesia untuk dapat meningkatkan mutu pendidikannya.
Apabila Indonesia bisa menerapkan sistem manajemen pendidikan seperti di
Finlandia maka bisa jadi mutu pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik dan
tidak menutup kemungkinan untuk bisa menyamai Finlandia atau setidaknya
berada satu peringkat di bawah Finlandia.
Untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada, saat ini pemerintah sedang
berusaha untuk memperbaiki tatanan sistem manajemen pendidikannya. Tujuan
diadakannya manajemen pendidikan sendiri adalah agar suatu kegiatan
pendidikan dapat berjalan secara terencana dan sistematis. Engkoswara &
Komariah (2010) menyatakan bahwa manajemen dilakukan agar pelaksanaan
suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat di evaluasi secara benar, akurat,
dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan
efisien. Pemerintah juga telah mencanangkan adanya wajib belajar 9 tahun.
Diharapkan dengan di wajibkannya belajar 9 tahun peserta didik dapat
memperoleh ilmu yang cukup untuk kelangsungan masa depannya.
Mengacu pada cita-cita bangsa dan negara yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, maka di bentuklah sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah mengembangkan potensi peserta
didik menjadi manusia yang beriman, takwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas: 2013). Dalam
UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, fungsi dari pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencedaskan kehidupan
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 4

bangsa. Berdasarkan apa yang telah pemerintah rencanakan dapat disimpulkan
bahwa pemerintah mengharapkan adanya peningkatan kualitas peserta didik di
Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah suatu hal yang mudah,
banyak aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan serta banyak hal
yang harus dilakukan agar tujuan pemerintah tersebut dapat terealisasikan
dengan. Untuk mempermudah tujuan pemerintah tersebut maka seluruh warga
Indonesia terutama peserta didik dan pendidik yaitu guru harus berupaya penuh
untuk mencapai hal tersebut.
Untuk mendapatkan generasi muda yang berkualitas perlu adanya tingkat
mutu pendidikan yang baik. Mutu pendidikan yang baik dapat diperoleh dari
sistem manajemen pendidikan yang baik terencana dan berkualitas. Pemerintah
mengharapkan adanya perbaikan mutu pendidikan di Indonesia agar tercipta
generasi-generasi muda penerus bangsa yang baik dan berkualitas. Mutu sebuah
pendidikan akan sangat berpengaruh untuk kehidupan masa depan baik bagi
peserta didik maupun bagi keluarga dan lingkungan. Dengan adanya mutu
pendidikan yang baik akan tercipta banyak generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Apabila mutu pendidikan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan
dan di harapkan oleh pemerintah sebelumnya maka bisa jadi akan banyak
generasi muda penerus bangsa yang tidak bisa berbuat banyak untuk
kelangsungan negaranya, keluarganya, lingkungannya, bahkan untuk
kelangsungan hidupnya.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mutu pendidikan yang baik bisa
didapatkan melalui adanya manajemen pendidikan yang baik dalam sistem
pendidikan yang ada. Sistem manajemen pendidikan di Indonesia saat ini
menggunakan kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter.
Filosofi Kurikulum 2013 : UU Sisdiknas Pasal 1 Butir 1 dan 2 : Hakikat
Pendidikan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kompetisi yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Winataputra, 2014)
Karakter merupakan sifat bawaan maupun bentukan dari lingkungan sekitar
yang dimiliki oleh seseorang. Karakter seseorang mulai terbentuk sejak ia masih
kanak-kanak, pembentukan karakter dapat dilakukan dengan berbagai macam
hal, mulai dari hal kecil sampai ke hal yang besar. Adanya penekanan pendidikan
karakter di kurikulum 2013 diharapkan mampu untuk mendorong adanya
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 5

perbaikan mutu pendidikan di Indonesia serta perbaikan kualitas generasi penerus
bangsa di Indonesia dalam hal karakter serta moral bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter yang saat ini dicanangkan oleh pemerintah merupakan
salah satu bagian dari sistem manajemen pendidikan yang diberlakukan.
Walaupun sebenarnya manajemen pendidikan yang dijalankan di setiap jalur
maupun jenjang pendidikan di Indonesia tidak sama namun diharapkan dengan
adanya pembentukan kurikulum yang terkonsep akan meningkatkan mutu
pendidikan pada sertiap jalur maupun jenjang pendidikan yang ada di Indonesia.
Manajemen pendidikan yang baik tidak hanya bertumpu pada aspek pendidik
akan tetapi juga pada seluruh bagian dari jalur dan jenjang pendidikan yang ada.
Sistem manajemen yang baik akan mewujudkan mutu pendidikan sekolah yang
baik dan meningkatkan kualitas pendidikan serta kualitas peserta didik yang baik
dan bermatabat.
Sementara itu saat ini Indonesia memiliki beberapa masalah yang dihadapi
antara lain, disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan
perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nila-nilai Pancasila, bergesernya
nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ancaman disintegrasi
bangsa serta melemahnya kemandirian bangsa. Hal-hal tersebut diatas bisa
menjadikan bangsa Indonesia semakin terpuruk dan akan selalu menjadi negara
berkembang. Untuk itu perlu adanya perbaikan dalam berbagai aspek terutama
pada aspek pendidikan. Dalam hal inilah manajemen pendidikan yang baik sangat
diperlukan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia agar masalah-
masalah tersebut dapat terselesaikan. Oleh sebab itu diharapkan pendidikan
karakter dalam kurikulum 2013 mampu memperbaiki mutu pendidikan di
Indonesia. Menurut Winataputra (2014) bangsa yang berkarakter adalah bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong
royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan berorientasi IPTEK berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila seluruh generasi penerus bangsa memiliki karakter tersebut maka negara
Indonesia tidak lagi akan menjadi negara berkembang tetapi menjadi negara
maju.
Mutu pendidikan akan maju ketika sistem manajemen pendidikan yang ada
terbentuk secara sistematis dan terstruktur. Deming (1982) mengatakan bahwa
untuk membangun sistem mutu harus selalu dilakukan perbaikan mutu secara
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 6

terus menerus (continuous quality improvment) (Engkoswara & Komariah,
2010). Setiap level dalam usaha peningkatan mutu pendidikan harus tersusun rapi
dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya maka
penulis merumuskan masalah untuk karya tulis ini yaitu, Bagaimana Pengaruh
Sistem Manejemen Pendidikan Terhadap Mutu Pendidikan?

B. Sistem Manajemen Pendidikan
1. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
1.1 Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia dalam organisasi
pendidikan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar efektif dan efisien (Arikunto, 2012). Manajemen pendidikan
merupakan bentuk kerja sama personel pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerja sama itu adalah
pembentukan murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tingkat
perkembangannya pada usia penididikan (Suryosubroto, 2010). Sedangkan
menurut Engkoswara & Komariah (2010), secara sederhana manajemen
pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait dengan
studi pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen
dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber
secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif.
1.2 Fungsi Manajemen Pendidikan
Ada empat fungsi manajemen pendidikan yang dikemukakan oleh George R
Terry yaitu, Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (Engkoswara
& Komariah, 2010). Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai fungsi
manajemen pendidikan oleh beberapa ahli:
(1) Planning (Perencanaan): membuat keputusan mengenai arah yang akan
dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 7

teknik/metode yang dipilih untuk digunakan (Engkoswara & Komariah,
2010);
(2) Organizing (Pengorganisasian): proses mengatur, mengalokasikan, dan
mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Engkoswara & Komariah,
2010);
(3) Actuating (Pengarahan): dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan
penjelasan, petunjuk, serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi
bewahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas (Suharsimi & Lia,
2012);
(4) Controlling (Pengendalian) (Murdick): penentuan standar, supervisi,
dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan memeberikan
keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai (Fattah, 2013)
1.3 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
1.3.1 Menurut Wilayah Kerja
Terdapat lima ruang lingkup manajemen pendidikan menurut wilayah
kerjanya yaitu, Manajemen Pendidikan Seluruh Negara, Manajemen
Pendidikan Satu Provinsi, Manajemen Pendidikan Satu Kabupaten/Kota,
Manajemen Pendidikan Satu Unit Kerja, serta Manajemen Kelas. Berikut
adalah pengertian dari kelima ruang lingkup manajemen pendidikan menurut
wilayah kerjanya (Arikunto & Yuliana, 2010):
(1) Manajemen Pendidikan Seluruh Negara: Yaitu manajemen
pendidikan untuk urusan nasional yang menangani bukan hanya pelaksanaan
pendidikan disekolah saja tetapi juga pendidikan diluar sekolah,
penyelenggaraan latihan, penelitian, dan pengembangan masalah-masalah
pendidikan serta meliputi kebudayaan dan kesenian;
(2) Manajemen Pendidikan Satu Provinsi: Yaitu manajemen pendidikan
yang meliputi wilayah kerja sati provinsi yang pelaksanaannya dibantu lebih
lanjut oleh petugas manajemen pendidikan di kabupaten dan kecamatan. Ex :
Dinas Pendidikan Provinsi;
(3) Manajemen Pendidikan Satu Kabupaten/Kota: Meliputi wilayah
kerja satu kabupaten/kota meliputi semua urusan pendidikan berdasarkan
jenis dan jenjang;
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 8

(4) Manajemen Pendidikan Satu Unit Kerja: Unit kerja yang langsung
menangani pendidikan (sekolah dan kursus-kursus);
(5) Manajemen Kelas: Dapur inti dari seluruh jenis manajemen pendidikan.
Ada pengelolaan kelas instruksional maupun manajerial.
1.3.2 Objek Garapan
Menurut objek garapannya ruang lingkup manajemen pendidikan dibedakan
menjadi sembilan antara lain, Manajemen Siswa/Peserta Didik, Manajemen
Tenaga Kependidikan, Manajemen Kurikulum, Manajemen Sarana/Material,
Manajemen Tatalaksana Pendidikan/Ketatausahan Sekolah, Manajemen
Pembiayaan (Anggaran), Manajemen Lembaga-Lembaga Pendidikan dan
Organisasi Pendidikan, Manajemen Hubungan Masyarakat (Komunikasi
Pendidikan) serta Manajemen Supervisi Pendidikan. Berikut adalah sedikit
penjelasan mengenai ruang lingkup manajemen pendidikan menurut objek
garapan (Arikunto & Yuliana, 2010):
(1) Manajemen Siswa/Peserta Didik: merupakan kegiatan pencatatan siswa
dari penerimaan sampai saat siswa meninggalkan sekolah disebabkan tamat
atau sebab lain. Pencatatan peserta didik dimulai dari saat penerimaan peserta
didik, pembinaan bakat dan minat, layanan khusus, mutasi peserta didik, serta
pencatatan data peserta didik.
(2) Manajemen Tenaga Kependidikan (Personel): segenap proses
penataan yang bersangkut paut dengan masalah memperoleh dan
menggunakan tenaga kerja (edukatif dan administratif) untuk di sekolah
dengan efisien demi tercapainya tujuan sekolah. Jenis dari tenaga
kependidikan antara lain, kepala sekolah, guru (kelas, agama, penjaskes,
muatan lokal), tenaga administrasi/TU, penjaga sekolah/kebersihan, serta
tenaga fungsional lain (guru BK, laboran, pustakawan, dan teknisi)
(3) Manajemen Kurikulum: Proses usaha bersama untuk memperlancar
pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar-mengajar.
(4) Manajemen Sarana Pendidikan (Material): segenap proses penataan
yang berkaitan dengan pengadaan, pendayagunaan, dan pengelolaan sarana
pendidikan agar tercapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.
Menururt Arikunto, sarana pendidikan ialah semua fasilitas yang diperlukan
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 9

dalam proses belajar mengajar yang bergerak maupun tidak. Sarana
pendidikan: alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran.
(5) Manajemen Ketatalaksanaan Pendidikan (Ketatausahaan): disebut
sebagai administrasi tata usaha, yakni segenap proses kegiatan pengelolaan
surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun, mencatat, mengelola,
mengadakan, mengirim dan menyimpan semua bahan keterangan yang
diperlukan organisasi.
(6) Manajemen Pembiayaan (Anggaran): merupakan kegiatan
pengelolaan yang meliputi penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan.
(7) Manajemen Lembaga-Lembaga Pendidikan dan Organisasi
Pendidikan: sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya
mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan tercapai sepenuhnya.
Tugasnya adalah mengorganisasikan segenap lembaga pendidikan yang
termasuk diantaranya adalah pengolahan fungsi kepemimpinan.
(8) Manajemen Hunbungan Masyarakat Sekolah dengan Masyarakat:
merupakan kegiatan penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat yang dimaksudkan untuk menunjang proses
belajar-mengajar di sekolah. Masyarakat disini adalah orang tua murid,
badan/lembaga pemerintah, masyarakat pada umumnya yang berada di
sekitas sekolah dan/atau terkait dengan sekolah.
(9) Manajemen Supervisi Pendidikan: pengawasan/supervisi diperlukan
untuk mengelola bekerjanya setiap komponen pendidikan ke arah pencapain
tujuan. Diharapkan mampu membantu tercapai tujuan pendidikan secara
efisien khususnya melalui pembinaan profesionalitas guru.
1.4 Tujuan Manajemen Pendidikan
Menurut Engkoswara & Komariah (2010) dilakukannya manajemen agar
pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat di evaluasi
secara benar, akurat, dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif,
berkualitas, efektif dan efisien. Produktif: output > input ; Kualitas: output
kebutuhan/harapan ; Efektif: Doing the right things ; Efisien: Doing things
right

Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 10

C. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Menurut Tom Peter dan Nancy Austin, dalam bukunya A Passion for
Excellence, mutu merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan
harga diri (Musbikin, 2013). Dalam pandangan Umaedi (2004), mutu dapat
diartikan sebagai derajat keunggulan suatu barang atau jasa dibandingkan
dengan yang lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara hidup yang
bermutu, sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan
sangat dihormati. Mutu dalam pendidikan dapat ditunjau dari segi relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan
yang bergaji besar serta kemampuan seseorang di dalam mengatasi berbagai
pesoalan hidup (Umaedi, dkk, 2011).
Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan
output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
untuk berjalannya suatu proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sedangkan output merupakan hasil dari
proses. Dalam konteks pendidikan mikro (tingkat sekolah) yang dimaksud
dengan proses adalah pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan,
proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring
serta evaluasi. Sedangkan output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah.
Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku
sekolah (Musbikin, 2013).
Mutu manajemen pendidikan tergambar dari setiap level proses mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
pendidikan menjadi satu kesatuan utuh dan dilakukan sebaik mungkin secara
terus menerus, dari awal sudah dimulai dengan benar, menghindari kesalahan,
cermat, dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada customer
(Engkoswara & Komariah, 2010).
2. Dasar-dasar Program Mutu Pendidikan
Menurut Nana Syaodih Sukamadinata dan kawan-kawan, untuk
melaksanakan suatu program mutu diperlukan dasar-dasar yang kuat, yakni :
Pertama, komitmen pada perubahan. Pada intinya, peningkatan mutu adalah
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih berbobot. Kedua,
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 11

pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada. Banyak kegagalan perubahan
yang terjadi karena melakukan sesuatu yang belum jelas (Musbikin, 2013).
Ketiga, mempunya visi yang jelas terhadap masa depan. Perubahan yang
dilakukan hendaknya dilakukan bedasarkan visi tentang perkembangan,
tantangan, kebutuhan, masalah dan peluang yang akan dihadapi oleh pimpinan
atau seorang inovator, kemudian dikenalkan kepada orang-orang yang akan
terlibat dalam perubahan tersebut. Visi dapat menjadi pedoman yang akan
membimbing tim dalam perjalanan pelaksanaan program peningkatan mutu.
Keempat, mempunyai rencana yang jelas, sebuah tim menyusun rencana yang
jelas dengan mengacu pada visi (Musbikin, 2013).
3. Prinsip dan Pendekatan Mutu Pendidikan
3.1 Prinsip Mutu Pendidikan
Menurut Sukmadinata (Musbikin, 2013) dalam menerapkan mutu pendidikan
perlu memegang beberapa prinsip diantaranya:
a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional dalam
bidang pendidikan.; b. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan
loncatan-loncatan; c. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan
mutu; d. Kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen
pada perubahan; e. Profesional pendidikan harus memiliki pengetahuan dan
keahlian dalam menyiapkan siswa menuju pasar kerja global; f. Peningkatan
mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan.
Selanjutnya, untuk merealisasikan sistem manajemen pendidikan yang
bermutu, Deming (1982) mengembangkan prinsip manajemen yang terkenal
dengan 14 butir Prinsip Manajemen Deming:
a. Ciptakan tujuan yang mantab demi perbaikan produk dan jasa, dengan
tujuan menjadi lebih kompetitif dan tetap dalam bisnis serta memberikan
lapangan kerja; b. Adopsi filosofi baru; c. Hentikan ketergantungan pada
inspeksi massal untuk memperoleh mutu; d. Akhiri kebiasaan bisnis hanya
berdasarkan harga, sebaliknya minimumkan biaya total; e. Perbaiki sistem
produksi dan jasa secara konstan dan terus menerus hingga dapat mengurangi
biaya: f. Lembagakan kepemimpinan yang mampu menampilkan perilaku
yang mendorong staf bekerja lebih produktif; h. Hilangkan rasa takut dalam
bekerja sehingga setiap orang dapat bekerja lebih produktif; i. Pecahkan
hambatan diantara departemen; j. Hilangkan slogan, desakan-desakan, dan
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 12

target untuk mencapai kerusakan nol dan tingkatkan produktifitas baru
yang lebih tinggi; k. Hilangkan kuota numerik; l. Hilangkan hambatan
terhadap kebanggaan ketrampilan kerja; m. Lembagakan program pendidikan
dan pengembangan diri secara serius; n. Lakukan tindakan untuk melakukan
transformasi (Engkoswara & Komariah, 2010).
3.2 Pendekatan Mutu Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa Pendekatan Mutu Pendidikan menurut Musbikin
(2013);
a. School review, model ini adalah sebuah proses dimana seluruh komponen
sekolah bekerjasama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional
untuk mengevaluasi efektifitas sekolah. School review dipergunakan untuk
menjawab pertanyaan (1) apakah yang dicapai sekolah sesuai dengan harapan
orang tua siswa dan siswa sendiri. (2) bagaimana prestasi yang telah dicapai
peserta didik. (3) faktor apa yang menghambat upaya untu meningkatkan
mutu. (4) apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah .
b. Benchmarking, pendekatan untuk menetapkan standar dan target yang
akan dicapai dalam periode tertentu. Standar dapat ditentukan berdasarkan
keadaan realita yang ada di sekolah. Pertanyaan mendasar yang dapat dijawab
oleh benchmaking antara lain: (1) seberapa besar kondisi kita. (2) harus
menjadi seberapa baik. (3) bagaimana untuk mencapai yang baik. Langkah-
langkah yang dilaksanakan adalah menentukan fokus, menentukan aspek,
variabel atau indikator, menentukan standar, menetukan kesenjangan yang
terjadi, membandingkan standar dengan kondisi kita, merencanakan target
untuk mencapai standar, serta merumuskan sasaran-sasaran program untuk
mencapai target.
c. Quality anssurance, teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan
telah berlangsung sebagai mana mestinya. Dengan pendekatan ini akan
diketahui deviasi (penyimpangan) yang terjadi pada proses. Implikasi dari
proses quality anssurance akan menghasilkan informasi sebagai berikut; (1)
merupakan umpan balik (feedback) bagi sekolah; (2) memberikan jaminan
bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik
bagi siswa. Untuk melaksanakan quality anssurance maka lembaga
pendidikan harus menekankan pada kualitas hasil belajar, hasil kerja siswa
yang dipantau secara terus menerus. Informasi dari lembaga terus
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 13

dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses yang berjalan, dan
semua pihak mulai dari kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga
orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk bersama-sama mengevaluasi
kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaikinya.
d. Quality control, merupakan sistem yang mendeteksi adanya
penyimpangangan kualitas output yang tidah sesuai dengan standar. Standar
kualitas digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui maju mundurnya
sekolah. Metode ini tidak hanya bisa digunakan pada lembaga tetapi juga
untuk sub-sub mata pelajaran dalam rangka penjaminan mutu dan kualitas
peserta didik dalam bidang kependidikan, guna mewujudkan mutu
pendidikan secara holistik atau totalitas.
4. Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan
Menurut Ace Suryadi (1996), tantangan mutu pendidikan masa depan
terletak pada infrastruktur pendidikan yang merata dan masalah SDM. Kedua
hal tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala untama peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Secara eksplisit mutu pendidikan rendah disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain, masih rendahnya kompetensi pendidikan,
terbatasnya sarana prasarana, kurangnya strategi pengembangan, kurangnya
optimalisasi implementasi program pendidikan yang dibuat sekolah, kurang
efektifnya program pengawasan dan evaluasi yang dilakukan (Musbikin,
2013).
Selain itu faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yang lain adalah
kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan
pendekatan educational production function atau input-input analisis yang
tidak konsisten. Pendekatan ini hanya mengutamakan output pendidikan
tanpa memperhatikan proses, penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
sentralistik, peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan sangat
minim terbatas pada penyelenggaraan bantuan dana saja. Hal ini akan
menyebabkan lembaga tersebut ditinggalkan oleh masyarakat, oleh sebab itu
peran serta masyarakat harus ditingatkan (Musbikin, 2013).
Hanafiah (1994) menjelaskan mengenai masalah lain yang dihadapi
dalam pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan yaitu; Pertama, sikap
mental pengelola pendidikan baik yang memimpin maupun yang dipimpin.
SDM bergerak karena perintah atasan bukan karena rasa tanggungjawab.
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 14

Sedangkan pemimpin tidak memberi kepercayaan, tidak membebaskan
berinisiatif serta mendelegasikan wewenang. Kedua, tidak ada tindak lanjut
dari evaluasi program. Ketiga, gaya kepemimpinan yang tidak mendukung.
Keempat, tidak adanya rasa memiliki pada para pelaksana pendidikan
(Musbikin, 2013).
5. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah
Strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
antara lain; Pertama, peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan guru.
Peningkatan profesionalisme dapat ditempuh dengan 3 program; (1) program
pre-service education yaitu, program pendidikan prajabatan yang ditempuh
oleh calon guru. Program ini dimaksudkan untuk membekali calon guru dan
memperbaiki mutu guru. (2) program inservice education dan (3) inservice
training. Kedua program ini dilakukan ketika guru telah berada dalam posisi
pengajar. Keduanya ditempuh melalui pendidikan tambahan dan pelatihan.
Langkah nyata dalam pengembangan profesionalisme guru antara lain; (1)
penataran, (2) kursus-kursus kependidikan, (3) memperbanyak membaca
serta (4) studi banding ke sekolah-sekolah lain. Program-program tersebut
harus dijalankan secara sistematis dan terkontrol serta direncanakan secara
matang. Peningkatan profesionalisme guru tidak bisa hanya menjalankan
program-program tersebut satu atau dua kali. Untuk menunjang
pengembangan profesionalisme guru tersebut di atas, sekolah perlu untuk
memperhatikan kebutuhan dasar guru, antara lain; (1) kebutuhan psikologis,
(2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuan sosial, (4) kebutuhan harga diri, serta
(5) kebutuhan aktualisasi diri (Musbikin, 2013).
Kedua, Peningkatan Materi. Usaha yang mungkin dilakukan antara lain;
(1) menambah jam pelajaran, (2) pengorganisasian materi, serta (3)
menyesuaikan tingkat materi pendidikan dengan kemampuan siswa serta
waktu yang tersedia. Ketiga, peningkatan pemakaian metode. Dalam
menyampaikan materi guru perlu memperhatikan metode penyampaiannya,
hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain; (1) selalu berorietasi pada tujuan,
(2) tidak terikat pada satu alternatif saja, (3) mengkombinasikan berbagai
metode dan (4) berganti-ganti metode (Musbikin, 2013).
Keempat, peningkatan sarana prasarana. Sarana prasarana adalah alat,
metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 15

komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan sarana prasarana antara lain; (1) mengerti
secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan., (2)
mengerti menggunakan media pendidikan secara tepat, (3) pembuatan alat
atau media harus mudah dan sederhana, serta (4) memilih media yang tepat
sesuai tujuan dan isi materi yang diajarkan. Kelima, membangkitkan motivasi
belajar. Motivasi yang dapat diberikan kepada siswa antara lain; pemberian
hadiah, mengadakan persaingan atau kompetisi, selalu mengadakan
appersepsi dan evaluasi, memberikan tugas sesuai dengan kemampuan,
pemberian pujian, pemberian minat belajar, pemberian hukuman, serta
adanya suasana belajar yang menyenangkan (Musbikin, 2013).

D. Pengaruh dari Sistem Manajemen Pendidikan Terhadap
Mutu Pendidikan
Berdasarkan teori-teori yang telah penulis paparkan sebelumnya dapat di
simpulkan bahwa, pada dasarnya sistem manajemen pendidikan berpengaruh
terhadap mutu pendidikan. Dengan adanya sistem manajemen pendidikan
yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik pula. Sebaliknya
apabila sistem manajemen pendidikan yang dijalankan buruk maka mutu
pendidikan yang dihasilkan akan buruk.
Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan hal utama yang harus
dibenahi adalah pada sistem manajemen pendidikannya. Sistem manajemen
pendidikan yang baik adalah sistem manajemen yang terstruktur. Sistem
manajemen akan menghasilkan mutu yang baik ketika sistem manajemen
pendidikan yang berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan dari sistem
manajemen pendidikan tersebut. Serta dapat mewujudkan visi dan misi
sekolah.
Namun, kenyataannya pada saat ini adalah mutu pendidikan yang ada
masih kurang memuaskan. Masih ada beberapa sekolah yang belum mampu
menerapkan sistem manajemen pendidikan dengan baik sehingga yang terjadi
adalah mutu pedidikan di sekolah tersebut masih kalah dengan mutu
pendidikan sekolah lain. Saat ini sekolah-sekolah yang ada hanya
memikirkan hasil yang ingin dicapai sehingga melupakan proses. Padahal
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 16

sebenanya proses merupakan suatu hal yang penting dilakukan dan
diperhatikan keberlangsungannya.
Selain faktor internal sekolah yang berupa keinginan untuk mencapai
hasil tanpa memperhatikan proses ada juga faktor eksternal yang
mempengaruhi tingkat mutu suatu sekolah, yaitu kebijakan pemerintah.
Faktor tersebut juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
mutu pendidikan yang ada. Saat ini kebijakan pemerintah yang dijalankan
terkesan menjadikan mutu pendidikan yang ada menjadi rendah. Selain itu
tidak meratanya infrastruktur serta SDM yang ada menjadikan sekolah
semakin sulit untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah mereka. Selain
itu keterbatasan sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia. Sarana prasarana yang ada sangat minim untuk
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, SDM yang kurang
berkualitas juga menjadikan mutu pendidikan yang ada menjadi semakin
rendah.
Sistem manajemen pendidikan yang ada saat ini dirasa masih kurang
untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Pandangan sekolah
mengenai pentingnya output membuat mereka menjadi menghalalkan segala
cara untuk memperlihatkan bahwa sekolah mereka adalah yang terbaik
karena mampu untuk meluluskan banyak peserta didiknya. Namun hal
tersebut bukanlah tindakan yang tepat, karena tidak seharusnya suatu
penilaian tentang hal yang baik dan yang tidak hanya dilihat dari segi output
yang dihasilkan suatu lembaga pendidikan yang ada.
Selain tidak meratanya infrastruktur serta kurangnya SDM yang
berkualitas, kebijakan sekolah mengenai peran serta masyarakat masih
kurang. Beberapa instansi sekolah yang ada saat ini hanya menjadikan
masyarakat sekitar yang ada sebagai sumber bantuan dana. Tetapi dalam hal
kegiatan yang lain peran serta masyarakat masih kurang. Telah di jelaskan
sebelumnya bahwa Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang
menggunakan pendekatan educational production function atau input-input
analisis yang tidak konsisten. Pendekatan ini hanya mengutamakan output
pendidikan tanpa memperhatikan proses, penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan sentralistik, peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan sangat minim terbatas pada penyelenggaraan bantuan dana saja.
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 17

Masyarakat sekitar yang ada hanya Dimanfaatkan oleh pihak sekolah
terkait untuk mencari sumber dana penghidupan untuk menjalankan sekolah.
Prinsip peningkatan mutu pendidikan sendiri bukanlah terletak pada
banyaknya jumlah uang yang ada, akan tetapi lebih pada komitmen
perubahan yang berkelanjutan. Nana Syaodih mengemukakan bahwa
perubahan yang ada harus menuju ke arah yang lebih baik dan lebih berbobot.
Selanjutnya adalah memahami dengan jelas mengenai kondisi yang ada, yang
banyak terjadi saat ini adalah kegagalan perubahan karena melakukan sesuatu
yang belum jelas. Dalam peningkatan mutu pendidikan juga perlu untuk
membuat visi yang jelas menuju masa depan. Perubahan yang ada hendaknya
dilandaskan pada perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah dan peluang
yang akan dihadapi oleh pimpinan atau seorang inovator, kemudian
diperkenalkan kepada mereka yang terlibat dalam perubahan tersebut.
Kemudian adalah mengembangkan rencana masa depan dengan berpedoman
pada visi yang ada sebelumnya.
Tidak hanya pemerintah dan lembaga pendidikan yang berperan penting
dalam peningkatan mutu pendidikan yang ada saat ini. Peserta didik
memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan yang ada
saat ini. Tidak hanya pemerintah dan lembaga pendidikan terkait yang harus
mewujudkan mutu pendidikan yang berkualitas, akan tetapi peserta didik
juga harus membantu mewujudkan mutu pendidikan yang berkualitas. Peran
peserta didik menjadi penting karena kesuksesan peserta didik nantinya juga
akan menjadi tolak ukur dalam penilaian mutu pendidikan. Akan tetapi
peserta didik disini tidak hanya dinilai dari seberapa banyak peserta didik
yang lulus atau berhasil menyelesaikan sekolah meraka. Tetapi juga melihat
dari proses peserta didik selama mereka menjalankan aktivitas di sekolah.
Penilaiaan peserta didik yang baik tidak hanya dari nilai-nilai ulangan mereka
di sekolah akan tetapi juga bagaimana tingkahlaku serta sopan santun mereka
di sekolah.
Saat ini pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan yang ada dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
memperbaiki kurikulum sebelumnya dengan kurikulum yang baru dengan
menambahkan pendidikan karakter guna membentuk karakter peserta didik
untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan sekolah. Dengan adanya
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 18

peserta didik yang berkarakter dan beretikat baik diharapkan peningkatan
mutu pendidikan akan semakin membaik. Perbaikan kurikulum yang
dilakukan pemerintah dimaksudkan agar mutu pendidikan semakin
berkualitas. Namun tidak selamanya pergantian kurikulum itu berdampak
baik, terlebih apabila kurikulum tersebut selalu berganti ganti hanya dalam
jangka waktu yang dekat. Hal yang demikian akan menyebabkan sistem
manajemen pendidikan yang ada kurang teratur dan kurang sistematis.
Seharusnya pemerintah meniru bagaimana sistem manajemen pendidikan
yang ada di negara-negara maju. Pemerintah belajar bagaimana negara-
negara tersebut dapat maju dan menghasilkan banyak sumber daya manusia
yang berkualitas serta belajar bagaimana sistem manajemen negara tersebut
memiliki mutu yang tinggi dan pada akhirnya menghasilkan sumber daya
manusia yang siap bersaing.
Selain perubahan kurikulum dengan menekankan pada pendidikan
karakter guna meningkatkan karakter peserta didik, pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan pendidikan bagi calon guru yaitu PPG (Pendidikan
Profesi Guru). Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan calon-
calon guru yang profesional dan siap kerja. Akan tetapi kebijakan pemerintah
tersebut masih mendapat pro dan kontra dari masyarakat terutama mahasiswa
pendidikan. Hal tersebut terjadi karena PPG ini tidak hanya diperuntukan
khusus untuk lulusan S1 jurusan pendidikan akan tetapi juga diperuntukan
bagi lulusan S1 non kependidikan. Sehingga kebijakan pemerintah tersebut
belum diterima sepenuhnya oleh mahasiswa calon guru.
Banyak yang berpendapat bahwa seharusnya kebijakan pemerintah
mengenai PPG saat ini harus di ubah. Perubahan yang diharapkan adalah
PPG khusus hanya diperuntukan bagi lulusan S1 jurusan pendidikan yang
notabene telah mengantongi dasar-dasar mengenai manajemen pendidikan.
Apabila PPG tidak di khususkan bagi lulusan kependidikan maka bisa saja
yang terjadi adalah semakin berkurangnya animo calon penerus bangsa untuk
menjadi seorang pendidik. Hal tersebut di karenakan semakin besarnya
persaingan yang ada serta tingginya biaya kuliah untuk melanjutkan PPG.
Pada dasarnya kebijakan PPG merupakan langkah tepat untuk mencetak
calon-calon pendidik yang baik dan berkualitas. Karena PPG disini bertujuan
untuk memperdalam ilmu kependidikan yang telah di dapatkan para calon
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 19

guru sebelumnya. Namun, dengan peraturan PPG yang ada banyak
mahasiswa calon guru menjadi urung untuk melanjutkan kependidikan
mereka ke PPG. Hal yang demikian akan mempengaruhi kuantitas guru di
masa mendatang. Bisa jadi banyak bertebaran para pendidik yang hanya
bermodal Tau tetapi tidak memiliki profesionalitas serta kemampuan yang
memadai untuk menjadi seorang pendidik.
E. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah penulis sampaikan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Manajemen pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia dalam organisasi
pendidikan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar efektif dan efisien
2. Ada empat fungsi manajemen pendidikan yang dikemukakan oleh George R
Terry yaitu, Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling
3. Mutu dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu barang atau jasa
dibandingkan dengan yang lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara
hidup yang bermutu, sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianggap luhur dan sangat dihormati. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau
dari segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan
memperoleh pekerjaan yang bergaji besar serta kemampuan seseorang di
dalam mengatasi berbagai pesoalan hidup
4. Sistem manajemen akan menghasilkan mutu yang baik ketika sistem
manajemen pendidikan yang berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan dari
sistem manajemen pendidikan tersebut. Serta dapat mewujudkan visi dan misi
sekolah.
5. Proses merupakan salah satu hal yang penting dan harus diperhatikan dalam
usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Proses adalah bagian awal
dalam tahapan peningkatan mutu pendidikan. Sekolah yang bermutu tidak
hanya mementingkan kuantitas output yang dihasilakan akan tetapi juga
proses yang ada dalam sistem manajemen pendidikan yang berlangsung.
Nanda Siti Adi Utami 13803244014| 20

6. Seluruh komponen dalam suatu sekolah/lembaga pendidikan memiliki peran
penting dalam usaha peningkatan mutu pendidikan yang ada di sekolah.
Setiap komponen yang ada saling melengkapi satu sama lain agar
peningkatan mutu pendidikan yang ada dapat berjalan lancar.
7. Dengan adanya perbaikan sistem manajemen pendidikan yang ada, maka
diharapkan mutu pendidikan di Indonesia akan membaik. Tidak hanya itu,
bisa saja suatu saat nanti dengan diperbaikinya mutu pendidikan yang ada,
tidak menutup kemungkinan akan menjadikan Indonesia sebagai negara
berpendidikan nomor satu di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2012). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
Engkoswara. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Fattah, N. (2013). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Musbikin, I. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Yang Hebat! Riau: ZANAFA
PUBLISHING.
Suryosubroto. (2010). Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Syahril, I. (2013, Juli 23). Rahasia Reformasi Pendidikan Finlandia. Dipetik Mei 14,
2014, dari Edukasi Kompasiana:
http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/23/rahasia-reformasi-pendidikan-
finlandia-579043.html
Umaedi. (2011). Manajemen Bebasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Undang-undang Republik Indoesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
UNESCO. (2011). EFA Global Monitoring Report 2011. The Hidden Crisis: Armed
Conflict and Education, 262-265.
Yuwanto, E. (2012, April 10). Rahasia Prestasi Pendidikan di Finlandia. Dipetik
Mei 14, 2014, dari Republika:
http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/04/12/110746-rahasia-
prestasi-di-finlandia
Winataputra, Udin. S. (2014). Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kualitas
Generasi Emas: Konteks Sistemik Kurikulum 2013. Makalah dalam Seminar
Nasional Pendidikan Akuntansi 27 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai