Anda di halaman 1dari 21

WorkPlan

PTSD
A. Definisi
PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder adalah Gangguan kejiwaan
pada seseorang yang dialami dan berkembang setelah pengalaman traumatik, atau
menyaksikan suatu kejadian yang mengancam jiwa, mencederai luka, atau
ancaman terhadap integritas dari tubuh, biasanya diiringi dengan ketidakmampuan
seseorang untuk beradaptasi. Pengertian lain dari PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder) adalah kecemasan patologis yang umumnya terjadi setelah seseorang
mengalami atau menyaksikan trauma berat yang mengancam secara isik dan jiwa
orang tersebut. Pengalaman traumatik ini dapat berupa!
",#
". Trauma yang disebabkan oleh bencana seperti bencana alam (gempa bumi,
banjir, topan), kecelakan, kebakaran, menyaksikan kecelakaan atau bunuh
diri, kematian anggota keluarga atau sahabat secara mendadak.
#. Trauma yang disebabkan indi$idu menjadi korban dari interperpersonal
attack seperti! korban dari penyimpangan atau pelecehan seksual,
penyerangan atau penyiksaan isik, peristiwa kriminal (perampokan
dengan kekerasan), penculikan, menyaksikan perisiwa penembakan atau
tertembak oleh orang lain.
%. Trauma yang terjadi akibat perang atau konlik bersenjata seperti! tentara
yang mengalami kondisi perang, warga sipil yang menjadi korban perang
atau yang diserang, korban terorisme atau pengeboman, korban
penyiksaan (tawanan perang), sandera, orang yang menyaksikan atau
mengalami kekerasan.
&. Trauma yang disebabkan oleh penyakit berat yang diderita indi$idu seperti
kanker, rheumatoid arthritis, jantung, diabetes, renal ailure, multiple
sclerosis, '(DS dan penyakit lain yang mengancam jiwa penderitanya.
B. Faktor Resiko PTSD
) ,*, +, ,, -
1
". .enis kelamin perempuan, # hingga & kali lipat dibandingkan pada laki/
laki meskipun laki/laki lebih cenderung mengalami kejadian traumatik.
#. Gangguan jiwa sebelumnya (preexisting anxiety disorder atau preexisting
major depression) beresiko # kali lipat dibandingkan mereka yang tidak
mengalami gangguan jiwa.
%. 'danya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada indi$idu yang
bersangkutaan maupun keluarganya.
&. 'danya trauma masa kanak, seperti kekerasan isik maupun seksual.
). 0iri kepribadian ambang, paranoid, dependent, atau antisosial.
*. 1empunyai karakter yang bersiat introvert atau isolasi sosial2 adanya
problem menyesuaikan diri.
+. 'danya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna.
,. Terpapar oleh kejadian/kejadian dalam kehidupan yang luar biasa
sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjekti
oleh suatu kondisi atau peristiwa yang menimbulkan penderitaan bagi
dirinya.
C. Epidemiologi
Pada Studi community-based yang dilakukan di 'S mendokumentasikan
pre$alensi seumur hidup pada PTSD sekitar ,3 dari populasi orang dewasa.
1enurut National Comorbidity Survey Replication gambaran ini sekitar *,, 3.
4ejadian PTSD muncul paling tinggi terutama pada orang yang mengalami
trauma (muncul pada "5% hingga 6 dari mereka yang mengalami pemerkosaan,
perang, penculikan, pengasingan dengan alasan politik, dan genosida.
*
Studi epidemiologi menunjukkan PTSD seringkali kronik, dengan jumlah
orang yang secara signiikan bergejala beberapa tahun setelah kejadian awal.
7ntuk menegaskan pandangan ini, data epidemiologis menunjukkan rekuensi.
Sebagai contohnya,studi dari te National !ietnam !eterans Readjustment
menemukkan prealensi seumur hidup, %8,-3 hingga "),# 3 pada pria dan #*,-3
hingga ,,)3 pada perempuan. Pada populasi korban perkosaan, illpatrick dan
colleagues menemukan pre$alensi seumur hidup +),,3 dan pre$alensi %-,&3.
Pada studi oleh Pynoos and associates pada anak/anak menunjukkan tingkat
pre$alensi ),,&3 pada anak/anak yang mendapat serangan sniper di 'S dan
2
+8,#3 pada mereka yang terkena gempa bumi di 'rmenia. 4essler and
colleagues mendokumentasikan "5% dari mereka yang terdiagnosis PTSD gagal
sembuh setelah beberapa tahun.
*
9pidemiologi dari PTSD berdasarkan studi 0ommunity/based
epidemiological menunjukkan +83 dari indi$idu yang mengalami trauma, yang
dipengaruhi oleh kejadian traumatik, aktor predisposisi dan aktor lingkungan
peritraumatik dalam memahami etiologi dari PTSD, terutama pada gangguan
interaksi dari % grup aktor. Perkembangan dari PTSD berhubungan dengan
kejadian yang dialami pasien, yang secara konsisten memiliki keterkaitan erat
dengan stress yang dialami dan resiko perkembangan PTSD. 4eterkaitan ini
terdapat pada populasi orang yang mengalami trauma.
*
:espon kogniti dan aekti juga penting dalam menentukkan PTSD yang
dikembangkan. 4ejadian traumatik dideinisikan dengan kejadian yang
melibatkan pengalaman atau menyaksikan kejadian nyata yang mengancam jiwa,
cedera berat, atau mengatahui kematian yang mengenaskan yang melibatkan
ketakutan yang mendalam, ketidakberdayaan, atau kejadian mengerikan.
*
". Psikodinamika
9go klien telah mengalami trauma berat, sering dirasakan sebagai ancaman
terhadap integritas isik atau konsep diri. ;al ini menyebabkan ansietas berat yang
tidak dapat dikendalikan oleh ego dan dimaniestasikan dalam bentuk perilaku
simtomatik. 4arena ego menjadi rentan, superego dapat menghukum dan
menyebabkan indi$idu merasa bersalah terhadap kejadian traumatik tersebut.
dapat menjadi dominan, menyebabkan perilaku impulsi tidak terkendali.
",#
#. <iologis
Gejala/gejala gangguan stress pasca trauma timbul sebagai akibat dari respons
biologik dan juga psikologik seseorang indi$idu. 4ondisi ini terjadi oleh karena
akti$itasi dari beberapa sistem di otak yang berkaitan dengan timbulnya perasaan
takut pada seseorang. Terpaparnya seseorang oleh peristiwa yang traumatik akan
menimbulkan respons takut sehingga otak dengan sendirinya akan menilai kondisi
keberbahayaan peristiwa yang dialami, serta mengorganisasi suatu respons
perilaku yang sesuai. Dalam hal ini, 'migdala merupakan bagian otak yang sangat
3
berperan besar. 'migd=ala akan mengakti$asi beberapa= neurotransmitter serta
bahan/bahan neurokimiawi di otak jika seseorang menghadapi peristiwa traumatik
yang mengancam nyawa sebagai respons tubuh untuk mengahdapi peristiwa
tersebut. Dalamwaktu beberapa milidetik setelah mengalami peristiwa tersebut,
amigdala dengan segera akan bereaksi dengan memberikan stimulus berupa tanda
darurat kepada!
#,)
". Sistem sara simpatis (katekolamin)
#. Sistem sara parasimpatis
%. 'ksis hipotalamus/hipoisis/kelenjar adrenal (aksis ;P')
'kibat dari perangsangan pada sistem sara simpatis segera setelah mengalami
peristiwa traumatik, maka akan terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah. 4ondisi ini disebut>"ligt or "igt reaction>. :eaksi ini juga akan
meningkatkan aliran darah dan jumlah glukosa pada otot/otot skletal sehingga
membuat seseorang sanggup untuk berhadapan dengan peristiwa tersebut atau jika
mungkin memberikan reaksi interakti terhadap ancaman yang optimal. :eaksi
sistem sara simpatis pada beberapa jaringan tubuh, namun respons ini bekerja
secara bebas dan tidak berkaitan dengan respons yang berkaitan oleh sistem sara
simpatis. 'ksis ;P' juga akan terstimulasi oleh beberapa neuropeptida otak pada
waktu orang berhadapan dengan peristiwa traumatik. ;ipotalamus akan
mengeluarkan Cortico-Releasing #actor (0?:) dan beberapa neuropeptida
regulator lainnya, sehingga kelenjar hipoisis akan terangsang dan mensekresi
pengeluaran adenocorticotropic ormone ('0T;) yang akhirnya menstimulasi
pengeluaran hormon kortisol dari kelenjar adrenal.
#,)
.ika seseorang mengalami tekanan maka tubuh secara alamiah akan
meningkatkan pengeluaran katekolamin dan hormon kortisol2 pengeluaran ke dua
@at ini tergantung pada derajat tekanan yang dialami oleh indi$idu. 4atekolamin
berperan dalam menyediakan energi yang cukup dari beberapa organ $ital tubuh
dalam bereaksi terhadap tekanan tersebut. ;ormon kortisol berperan dalam
menghentikan akti$asi sistem sara simpatik dan beberapa sistem tubuh yang
bersiat deensi tadi yang timbul akibat dari peristiwa traumatik yang dialami
oleh indi$idu tersebut. Dengan kata lain, hormon kortisol berperan dalam proses
4
terminasi dari respons tubuh dalam menghadapi tekanan. Peningkatan hormon
kortisol akan menimbulkan eek umpan balik negati pada aksis ;P' tersebut.
#,)
Pitman ("-,-) menghipotesiskan bahwa pada indi$idu yang cenderung
untuk mengalami gangguan dalam regulasi neuropeptida dan juga katekolamin di
otak pada waktu menghadapi peristiwa traumatik. 4atekolamin yang meningkat
ini akan membuat indi$idu tetap berada dalam kondisi siaga terus menerus. .ika
hormon kortisol gagal menghentikan proses ini, maka akti$asi katekolamin akan
tetap tinggi dan kondisi ini dikaitkan dengan terjadinya Akonsolidasi berlebihan>
dari ingatan/ingatan peristiwa traumatik yang dialami.
#,)
Dari hasil penelitian, abnormalitas dalam penyimpanan, pelepasan, dan
eliminasi katekolamin yang memengaruhi ungsi otak di daerah lokus seruleus,
amigdala dan hipokampus. ;ipersensiti$itas pada lokus seruleus dapat
menyebabkan seseorang tidak dapat belajar. 'migdala sebagai penyimpan
memori. ;ipokampus menimbulkan koheren narati serta lokasi waktu dan ruang.
;iperakti$itas dalam amigdala dapat menghambat otak membuat hubungan
perasaan dalam memorinya sehingga menyebabkan memori disimpan dalam
bentuk mimpi buruk, kilas balik, dan gejala/gejala isik lain.
#
Faktor Biologi
Pasien dengan PTSD kronis mengalami peningkatan norepineprine di
sirkulasi dan peningkatan reaktiitas alpa/#/adrenergic receptors. Perubahan ini
dihipotesiskan sesuai gejala somatik yang muncul pada indi$idu dengan PTSD.
Studi neuroanatomi mengaitkan perubahan pada amygdala dan ippocampus pada
pasien dengan PTSD, 1:( ungsional dan positron-emmision tomograpy yang
menunjukkan peningkatan pada aktiitas amygdala dan anterior paralimbic
region ke stimulus yang berhubungan dengan trauma. 1aka, sebagai respon yang
beerhubungan dengan trauma, terjadi penurunan reaktiitas dari anterior cingulate
dan orbito"ontal areas. Perubahan biologis ini menunjukkan gejala
neuroanatomical substrate untuk gejala yang termasuk karakteristik dari PTSD
(intrusive recollections dan gangguan kogniti lainnya). <agaimanapun tidak
diketahui perubahan sebelumnya sebagai hasil terpaparnya trauma atau karena
menderita PTSD.
*, +, ,, -
5
Sympathetic Nero!s System Alterations.
Terdapat assosiasi positi antar diagnosis PTSD dan akiti$itas
cardiovascular, terutama indi$idu yang telah didiagnosis PTSD dengan nadi yang
tinggi pada saat istirahat yang berkaitan dengan indi$idu yang terpapar trauma
tanpa diagnosis PTSD dan kontrol yang tidak terpapar trauma, hal ini
menunjukkan studi dengan sampel PSTD kronis terdapat peningkatan urin
catecolamine #& jam, selain itu terdapat peningkatan akti$itas simpatis. Terdapat
demonstrasi berulang terhadap peninggian sympatetic arousal pada pasien
dengan PTSD yang direkonstruksi ulang saat trauma.
*, +, ,, -
1eskipun kondisi ini dapat dijelaskan dengan keterkaitan trauma dengan
respon isiologis yang meningkat pada pasien dengan PTSD, namun tidak
menjelaskan indi$idu yang mengalami seseorang indi$idu dapat mengalami
perkembangan PTSD, sementara indi$idu yang lain tidak. Dapat dihipotesiskan
terdapat perbedaan suskeptibilitas untuk membentuk PTSD pada masing/masing
$ariasi indi$idu dibandingkan dengan indi$idu lain, maka indi$idu yang
mengalami kejadian traumatik lebih sering mengalami PTSD.
*, +, ,, -
Terdapat disungsi otak pada indi$idu dengan PTSD, dimana terdapat
pembangkitan potensial yang abnormal. Pada 9:P dapat menggagaskan pasien
dengan PTSD mengalami penghambatan kortikal pada stimulus dengan intensitas
tinggi, gangguan pada memori dan konsentrasi, deisit auditorik dan peningkatan
perhatian pada stimulus yang berkaitan dengan trauma. <agaimanapun perlu
dilakukan studi lanjutan pada PSTD.
*, +, ,, -
:espon psycopsiological pada pemaparan trauma yang akut dapat
memprediksi perkembangan PTSD, indi$idu yang selamat setelah kejadian
traumatik mengalami peningkatan nadi selama " minggu.
*, +, ,, -
Faktor Ne!roendokrin
Pada indi$idu yang mengalami PTSD terjadi upaya untuk
mempertahankan omeostasis, terjadi perubahan endogen, stress-responsive
6
neurohormon, seperti cortisol$ epineprine$ norepineprine$ vasopressin$
oxytocin, pada stress awal terjadi perubahan Te ypotalamic-pituitary-adrenal
yaitu ypotalamic dan extraypotalamic corticotropin-releasing ormon$
monoaminergic, dan gamma-amniobutyric acid% ben&odia&epine systems, stress
juga menunjukkan perubahan struktural dan ungsional pada otak seperti depresi,
dari data terlihat kelainan terutama pada Te ypotalamic-pituitary-adrenal
(;P') axis secara ekstensi dipelajari dalam sistem neuroendokrin pada pasien
dengan PTSD. Penemuan penting yaitu! berkurangnya ekskresi cortisol urin #&
jam, supersuppresion pada cortisol setelah pemberian lo'-dose dexametasone,
menumpulnya respon corticotropin pada corticotropin releasing-ormone dan
peningkatan reseptor glukokortikoid, hal ini menunjukkan PTSD kronis diikuti
oleh supersuppresion pada emergency ;P' response pada stress akut. ;al ini
dapat terjadi karena proteksi diri indi$idu pada toksisitas tingginya corticosteroid
yang muncul pada pemaparan berulang stress yang mengingatkannya terhadap
trauma. Selain itu perubahan aksis ;P' terhadap perubahan reseptor
glukokortikoid berkaitan dengan beratnya gejala PTSD, tetapi tidak dengan less
speci"ic anxiety dan depressive symptoms, pada penelitian dengan sampel $eteran
'S perang $ietnam yang bertarung langsung yang mengalami PTSD memiliki
cortisol yang lebih rendah dibandingkan $eteran 'S perang Bietnam yang tidak
bertarung langsung yang mengalami PTSD
*, +, ,, -
.adi aktor neuroendokrin pada PTSD menunjukkan abnormalitas yang
spesiik, dibandingkan gangguan jiwa lainnya, pada pasien dengan PTSD
menunjukkan negative "eedback inibiton dengan berlebihannya respon cortisol
terhadap dexametasone, disertai peningkatan reseptor glukokortikoid dan
cortisol basal, penemuan ini kontras terhadap pasien dengan depresi mayor yaitu
wanita dengan cildood abuse dengan didiagnosis current major depression
menunjukkan * kali lipat respon adrenocorticotropic ormone terhadap stress
terjadi penumpulan respon cortisol terhadap dexametasone disertai pengurangan
jumlah reseptor glukokortikoid dan cortisol basal pada studi biologi longitudinal
terdapat penurunan kortisol ") Cg5dD hingga ke %8 Cg5dD, selain itu eek ini juga
dipengaruhi "igt-or-"ligt reactions.
*, +, ,, -
7
Sleep St!dies
Pada studi didapatkan dua kriteria jelas yang berhubungan dengan keluhan
tidur pada indi$idu dengan PTSD!nigtmare dengan kejadian traumatik,
kegagalan untuk memulai dan mempertahankan tidur, data selanjutnya
menggagaskan kesulitan tidur pada indi$idu dengan PTSD dengan akti$itas
motorik yang berlebih dan a'akening 'it somatic anxiety symptoms. Terdapat
juga komplain pada penggunaan polysomnograpy pada studi, terutama pada
pasien dengan waktu tidur yang kurang atau eisiensi, dan peningkatan kesadaran
pada pasien PTSD. Terdapat juga dokumentasi pada pasien dengan PTSD dengan
gangguan naas akibat tidur. PTSD juga dikaitkan dengan :91 yang
terragmentasi.
*
Faktor Str!kt!ral dan F!ngsional Pada "tak
Pada pemeriksaan 1:( bila ditemukan 'ite matter lesion dan penurunan
$olume hippocampal, abnormalitas ini menunjukkan kerentanan pretrauma untuk
berkembang menjadi PTSD bila mendapat pengalaman traumatik, pada P9T scan
bila terlihat peningkatan akti$itas metabolik hanya di bagian hemiser kanan saja,
yang secara spesiik, pada area emosi yaitu! amygdala$ insula$ dan lobus temporal
medial, selama pemaparan kejadian traumatik terjadi juga penurunan akti$asi area
rontal inerior/<roca, yang mempengaruhi motor speec, dapat pula ditemukan
akti$asi pada cingulate cortex pada respon trauma related stimuli, pada indi$idu
PTSD. Pada proyeksi amygdala ke reticularis pontis caudalis mempengaruhi
respon terkejut, rasa takut, bahaya dan ancaman, amygdala diakti$asi dengan
respon ekspresi wajah terhadap rasa takut, dibandingkan dengan neutral, gembira,
atau ekspresi wajah lain, peranan hippocampus pada PTSD menunjukkan ungsi
declarative memory, context dependent memory, terjadi penurunan $olume
hippocampus pada pasien PTSD dan depresi, diperkirakan karena pengalaman
negative$ emosi ekstrim dan reaksi biologi yang mengingatkan mereka pada
trauma, sehingga indi$idu yang mengalami kerusakan hippocamus, cenderung
menunjukkan perubahan perilaku yang tidak sesuai konteks. Pada indi$idu dengan
PTSD terjadi penurunan kemampuan akti$asi (nterior Cingulate Cortex sehingga
terjadi penurunan kemampuan mengerjakan tugas kogniti dan penguasaan emosi,
8
pada inidi$idu dengan PTSD dapat terjadi penurunan aliran darah ke otak
sehingga terjadi perubahan struktur pada le"t in"erior pre"rontal cortex atau <roca
area dan dorsolateral pre"reontal cortex, juga terjadi penurunan akit$asi
talamus, medial "rontal gyrus (<rodmann>s area)$ berbeda pada perempuan
dengan cildabuse menunjukkan peningkatan aliran darah pada anterior
pre"rontal cortex$ pada pasien dengan PTSD terjadi penurunan akti$asi pada
dorsolateral "rontal cortex sehingga pasien dengan PTSD kembali mengingat
trauma dengan kesadaran yang terbatas, sehingga hanya mengingat sebagian
unsur trauma, selain itu ditemukan juga emisperic laterali&ation pada pasien
dengan PTSD yang terpapar memori negati, pada bagian hemiser kanan
mengembangkan terlebih dahulu dibandingkan hemiser kiri, yang melibatkan
ekspresi emosi nonverbal yaitu intonasi, ekspresi wajah, komunikasi visual atau
spasial, dengan kata lain hemiser kanan khusus mempengaruhi emosi, yang
berlawanan dengan hemiser kiri yang memediasi komunikasi $erbal dan
mengorganisasi penyelesaian masalah, pada (gambar ".) dapat dilihat peranan
neurotransmitter pada respon "igt or "ligt pada pengaktian ;P' terjadi
peningkatan cortisol, tingginya tingkat cortisol diasosiasikan dengan kerusakan
ippocampus dan mengubah ungsi ippocampus yang berperan dalam gejala
PTSD. Pada (gambar #.) dapat dilihat peranan serotonin pada respon "igt or
"ligt melalui komunikasi secara langsung dengan limbik dan struktur kortikal
terjadi peningkatan cortisol, tingginya tingkat cortisol diasosiasikan dengan
kerusakan ippocampus dan mengubah ungsi ippocampus yang berperan dalam
gejala PTSD, kejadian trauma dapat menyebabkan otak gagal memproses
inormasi, memori episodik menetap di sistem limbik, yang menghasilkan
gambaran kejadian traumatik.
*, +, ,, -, "8
9
#am$ar %. Sirkuit dari noradrenergic pada respon trauma, respon akut! E"igt or
"ligtF, rasa takut, konsolidasi memori, gejala 'SD5 PTSD! ypervigilience$
arousal$ "ear$ startle$ "lasback$ intrusive recollections)
"8
Docus coeruleus! pigmented

area pada regio rostrolateral pontine dari "ourt
ventricle "loor dan memanjang hingga mesencepalon pada lateral portion dari
peria*ueductal gray substance2 cell dari nukleus yang mengandung melanin.
10
#am$ar &. .alur serotonergic pada traumatic stress response) :espon akut! E"igt
or "ligtF, kemarahan, melemahkan rasa takut, 'SD5 PTSD2 yang berkaitan
dengan gejala aggression%violence$ anger$ impulsivity$ anxiety$ depression.
"8
%. Dinamika 4eluarga
Tipe pendidikan ormal, kehidupan keluarga, dan gaya hidup merupakan
perkiraan yang signiikan terjadinya PTSD. 4eberhasilan dalam pendidikan yang
di bawah rata/rata, perilaku orang tua yang negati, dan kemiskinan orang tua
merupakan prediktor perkembangan PTSD.
%
Faktor Psychological
<ila terjadi kegagalan dalam adaptasi % ase stress dapat menyebabkan
PTSD, % ase stress itu antara lain! (") ?ase +nitial yaitu ase dengan realisasi
kejadian yang menyakitkan yang meenyebabkan kemarahan, kesedihan, dan
penyesalan, (#) ?ase Denial yaitu ase dengan karakterisitik de"ense againt
intrusion o" memories pada kejadian traumatik, dimana pasien menunjukkan
11
kegagalan memori pada kejadian, yang mengingatkan mereka pada kejadian
traumatik, dan menggunakan antasi mereka untuk melawan persepsi yang
realistis pada kejadian, (%) ?ase +ntrusive yaitu ase dengan karakteristik
ypervigilance, terkejut yang berlebihan, tidur, gangguan mimpi, intrusive dan
repetitive trauma-related tougts, dan kebingungan.
""
Model Perilak!
Teori kondisi dapat membantu dalam menjelaskan proses dengan stimulus
yang berkaitan dengan kejadian traumatik dengan respon emosi pada indi$idu
yang mengalami PTSD. 4ondisi/kondisi penyerta yang terjadi saat kejadian
traumatik selain kejadian traumatik itu sendiri dapat direspon pasien sebagai
kejadia traumatik, dengan respon pasien berupa takut, ketidakberdayaan dengan
respon emosi yang kuat, sebagai contoh, perempuan yang diperkosa
(unconditioned stimulus) di lorong gelap (conditioned stimulus) oleh laki/laki
(conditioned stimulus) memiliki respon rasa takut pada conditioned stimulus dan
unconditioned stimulus, dapat merasa ketakutan ketika berada di lorong gelap atau
diikuti seorang laki/laki. Perilaku menghindar dapat berkembang dengan anGietas
yang berkaitan dengan conditioned stimulus. Sebagai contoh perempuan yang
diperkosa takut keluar ketika gelap atau diikuti laki/laki. Terapi perilaku dapat
menggunakan prinsip pemaparan yang memerlukan konrontasi pada situasi yang
ditakuti dan dapat mengurangi anxietas.
*, +, ,, -
Proses 'ognitif dan (nformasi
Pemaparan terhadap kejadian traumatik yang berat atau tidak dapat
diprediksi, mengakibatkan kegagalan proses dan asimilasi dengan pengalaman
yang cukup untuk secara eekti menerima akibatnya, selain itu bila periode
traumatiknya berkepanjangan, kesulitan dan asimilasi yang tidak lengkap dapat
terjadi. Pengalaman dipertahankan pada memori akti, mengakibatkan seseorang
dengan kesadaran saat siang atau malam. Pada pengalaman yang menyakitkan
terjadi penghindaraan untuk mengingat kejadian traumatik.
*,+
:asa takut dapat dijelaskan dengan struktur kogniti dengan tiga unsur!
stimulus, respon dan arti. 7ntuk mengurangi rasa takut, memori terhadap rasa
takut harus diaktikan kemudian inormasi baru diberikan untuk merubah struktur
12
rasa takut. (nter$ensi kogniti dapat digunakan untuk mengenali dan merubah
maladaptive cognitions dan menggantikan interpretasi dari bahaya dengan
interpretasi yang realistis dan aman, dengan harapan pasien dapat
mengintegrasikan inormasi baru pada struktur rasa takut, mengakibatkan
pemikiran realistis terhadap derajat bahaya.
), *, +, ,, -,"8, ""
Faktor Genetic-Familial
Dari literatur yang ada, dibuat berdasarkan pertarungan langsung pada
$eteran 'S laki/laki, dengan sur$ey populasi umum dan pemerkosaan traumatik
yang berkaitan dengan PTSD, didapatkan hasil berdasarkan genetik dengan
kluster tiga gejala (intrusi$e, a$oidant, dan gejala hyperarousal) pada pemeriksaan
terhadap pengaruh genetik dan lingkungan pada pertarungan langsung, post
traumatic stress disorder, dan penggunaan alkohol pada kembar identik laki/laki,
menemukan bahwa penggunaan alkohol berkaitan dengan gen yang
mempengaruhi kerentanan terhadap pertarungan langsung yang juga
mempengaruhi kerentanan terhadap gejala PTSD dan konsumsi alkohol.
1erupakan catatan penting, untuk mengetahui aktor lingkungan yang unik pada
kembar tidak lebih penting dari pengaruh genetik terhadap pertarungan langsung
dan gejala PTSD, dimana pengaruh lingkungan terlihat setara dengan pengaruh
genetik terhadap konsumsi alkohol, secara keseluruhan kejadian ini
menggagaskan pada riwayat psyciatric, baik personal maupun pada anggota
keluarga, meningkat dengan terpaparnya trauma dan perkembangan PTSD setelah
terpapar, dengan kata lain orang tuan dengan PTSD berkaitan dengan rendahnya
kadar cortisol pada anak/anakya, yang menunjukkan kerentanan yang berkaitan
dengan gejala akut atau kronik dari PTSD.
*, +, ,, -, "8, ""
Faktor )ainnya
1eskipun penelitian sistematis telah dilakukan, indi$idu yang mengalami
trauma berulang dan berkelanjutan, terutama yang berasal dari interpersonal, lebih
mungkin mengalami PTSD. Trauma yang melibatkan berkurangnya community
atau support structures. 4arena social support memiliki eek bu""ering,
berkurangya support dapat menjadi aktor kerentanan. Perempuan memiliki resiko
PTSD yang lebih tinggi dibandingkan laki/laki.
*
13
Pada umumnya indi$idu yang mempunyai karakter extrovert atau lebih
berpikir positi lebih jarang mengalami masalah psikologis seperti ini.
4arakteristik dari peristiwa traumtik yang dialami juga akan mempengaruhi jenis
reaksi psikologis yang bakan terjadi, seperti !
)
Durasi dan intensitas dari stressor yang dialami
Derajatnya dalam kaitan dengan ancaman terhadap kehidupan
seseorang
<erat ringannya kehilangan yang dialami (baik material maupun
personal)
Perilaku korban yang selamat pada waktu menghadapi peristiwa
traumatik tersebut, misalnya apakah ia juga menyelamatkan orang
lain pada saat kejadiaan itu atau dia hanya menyelamatkan dirinya
sendiri.
Setelah mengalami peristiwa traumatik, maka sistem keyakinan dan latar
belakang budaya yang dianut oleh indi$idu yang bersangkutan, serta dukungan
sosial dari lingkungan sekelilingnya akan memegang peranan yang penting bagi
indi$idu untuk menyesuaikan dirinya kembali.
)
C. #e*ala
4lien dengan PTSD dapat saja tidak menunjukkan gejala/gejala khas
PTSD secara kontinu dan dalam kurun waktu yang tentu. Gejala dapat timbul
sewaktu/waktu bergantung pada stimuli yang diterima klien. Gejala PTSD,
meskipun tidak spesiik, meliputi indikasi yang khas. Terdapat tiga tipe gejala,
"ligt$ "igt$ dan "ree&e. 'nsietas dan penghindaran merupakan gejala "ligt.
1eningkatnya amarah dan perilaku kekerasan merupakan gelaja ight, sedangkan
kekebasan, disasosiasi, dan alterasi dalam persepsi diri merupakan karakteristik
"ree&e ('P', #888). Tiga tipe gejala yang sering terjadi pada PTSD adalah!
",#,%
". Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan!
selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami
"lasback (merasa seolah/olah peristiwa yang menyedihkan
terulang kembali)
14
nigtmares (mimpi buruk tentang kejadian/kejadian yang
membuatnya sedih)
reaksi emosional dan isik yang berlebihan karena dipicu oleh
kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
#. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan!
menghindari akti$itas, tempat, berpikir, merasakan, atau
percakapan yang berhubungan dengan trauma.
kehilangan minat terhadap semua hal
perasaan terasing dari orang lain
emosi yang dangkal.
%. Sensitiitas yang meningkat, ditunjukkan dengan!
susah tidur
mudah marah5tidak dapat mengendalikan marah
susah berkonsentrasi
kewaspadaan yang berlebih
respon yang berlebihan atas segala sesuatu
D. Aki$at
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah
gangguan "isik$ kogniti"$emosi$beavior ,perilaku-$dan sosial.
#,%
". Gejala gangguan isik!
&
pusing
gangguan pencernaan
sesak napas
tidak bisa tidur
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya.
#. Gangguan kogniti!
&
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung, melamun berkepanjangan, lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak okus dan tidak konsentrasi
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal/hal yang
sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
%. Gangguan emosi !
&
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya,
dan memerlukan perawatan akti yang dini),
15
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah, malu, kesedihan yang berlarut/larut,
kecemasan dan ketakutan.
&. Gangguan perilaku !
&
menurunnya akti$itas isik, seperti gerakan tubuh yang minimal.
0ontoh, duduk berjam/jam dan perilaku repetiti (berulang/ulang).
). Gangguan sosial!
&
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresi, prasangka,
konlik dengan lingkungan, merasa ditolak atau sebaliknya sangat
dominan.
Pedoman diagnostik menurut PPDG. (((!
Gangguan ini tidak boleh secara umum didiagnosis kecuali ada bukti
bahwa timbulnya dalam waktu * bulan dari suatu peristiwa traumatik yang luar
biasa berat. 4emungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya
waktu antara terjadinya peristiwa dan onset melebihi waktu lebih dari * bulan,
asalkan maniestasi klinisnya khas dan disertai bukti adanya trauma yang selalu
ada dalam ingatan, bayangan atau mimpi mengenai peristiwa tersebut secara
berulang/ulang, seringkali terjadi penarikan diri secara emosional, penumpulan
perasaan, dan penghindaran terhadap stimulus yang mungkin akan mengingatkan
kembali akan traumanya, gangguan otonomik, gangguan suasana perasaan dan
kelainan perilaku semuanya. 4riteria diagnostik untuk gangguan stress
pascatraumatik (Tabel dari DS1 (B) diagnostik dan stastitical manual o mental
dsorder ed & ! Hrang yang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana
terdapat kedua dari berikut ini, orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan
dengan sesuatu kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang
sesungguhnya atau cedera yang serius atau ancaman kepada integritas isik diri
sendiri atau orang lain, respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau
horor.
&
<erdasarkan DS. +!, ada beberapa jenis kejadian yang potensial mungkin
akan meningkatkan gaangguan stress pasca trauma, yaitu!
)
16
". 4ekerasan personaal (kekerasan seksual, penyerangan isik dan
perampokan)
#. Penculikan
%. Penyanderaan
&. Serangan militer
). Serangan teroris
*. Penyiksaan
+. Ditahan dalam penjara sebagai tahanan politik atau tahanan perang
,. <encana alam baik yang alamiah maupun yang dibuat oleh manusia
-. 4ecelakaan mobil yang berat
"8. Didiagnosis mengalami penyakit berat yang mengancam kehidupan
E. Diagnosis $anding
Gejala stres pasca traumatik sulit dibedakan dengan gejala gangguan panik
dan gangguan cemas menyeluruh. ;al ini dikarenakngan ketiganya berhubungan
dengan kecemasan dan akti$asi gejala autonomik. Pada gangguan stres pasca
traumatik relasi waktu antara kejadian traumatik dan gejala dan selalu teringat
akan trauma yang terjadi.
%,&
F. Prognosis
4ira/kira %83 pasien pulih dengan sempurna, &8 3 terus menderita gejala
ringan, #83 terus menderita gejala sedang dan "83 tidak berubah atau
memburuk. 7mumnya orang yang sanagt muda atau sangat tua lebih mengalami
kesulitan. Prognosis yang baik dapat dicapai bila kondisi gangguan stres pasca
traumatik muncul dalam waktu singkat, durasinya singkat, ungsi premorbid yang
baik, dukungan sosial yang baikdan tidak ada kondisi penyalahgunaan @at.

Tingkat
pemulihan tertinggi pada "# bulan setelah gejala, %%/)83 menjadi crnoic
psyciatric disorder.
#,%,""
#. Penatalaksanaan
Psikoterapi ada dua tipe yaitu psikoterapi utama yang dapat digunakan
adalah terapi paparan, pasien dihadapkan pada keadaan traumatik secara
perlahan/ lahan dan bergradasi untuk mencapai desentisasi. 4edua yaitu
manajemen stres dengan cara mengajari pasien cara menangani stres termasuk
teknik relaksai, seperti dengan teknik/teknik mengatur pernaasan serta
mengontrol pikiran/pikiran. Pendekatan kogniti untuk mengatasi masalah. Terapi
17
kelompok dan terapi keluarga, serta modiikasi pola hidup, seperti diet yang sehat
mengatur konsumsi kaein, alkohol, rokok dan obat/obatan lainnya.
&,)
?armakoterapi dengan selecti$e serotonin reuptake inhibitors (SS:(),
seperti sertralin dan paroGetin, karena cukup eekti, dan aman. SS:( mengurangi
semua gejala pada gangguan stres pasca traumatik berupa gejala kecemasan dan
depresi. Golongan buspirone juga dapat digunakan seperti imipramin dan
amitriptilin. Dosis yang digunakkan sama seperti pada pasien depresi. Hbat/obat
lain yang digunakkan seperti monoamine oGidaseinhibitors (1'H(S), tra@odone
dan anticon$ulsan. ;aloperidol dapat digunakan pada kondisi agitasi atau psikotik
akut.
&
<erdasarkan rekomendasi dari Te /xpert Consensus Panels "or PTSD,
tatalaksana gangguan stress pasca trauma sebaiknya mempertimbangkan !
)
". Gangguan stress pasca trauma merupakan suatu gangguan yang kronik dan
berulang serta sering berkormobiditas dengan gangguan/gangguan jiwa
serius lainnya.
#. 'nti depressan golongan SS:( merupakan obat pilihan pertama untuk
kasus ini.
%. Terapi yang eekti harus dilanjutkan paling sedikit "# bulan.
&. /xposure terapy merupakan terapi dengan pendekatan psikososial
terbaik yang dianjurkan dan sebaiknya dilanjutkan selama * bulan.
Penatalaksaan pada psycology pada pasien dengan PTSD dikategorikan
menjadi lima jenis yaitu!
". Psycodynamic (pproaces
Pada terapi ini dilakukan melalui pendekatan % ase stress bila terjadi
kegagalan dalam adaptasi % ase ini akan menyebabkan PTSD, sehingga terapi ini
bertujuan agar pasien dapat beradaptasi melalui reinterpretasi dari kejadian
traumatik, mengubah atribut kerusakan dan mengembangkan intrepretasi yang
realistis.
""
#. Cognitive-beavioral (pproaces
Terapi ini diadaptasi dari teknik penatalaksaan untuk gangguan anxiety
lain, pada learning theory model mengemukakan incorporate classical dan
operant conditioning untuk menjelaskan perkembangan dan menetapnya gejala
18
PTSD. Teori 4ogniti diajukan untuk menambahkan learning teory untuk
menjelaskan kenapa perceived treat lebih kuat dalam memicu gejala PTSD,
sehingga inti dari penatalaksaan ini adalah repetitive exposure to trauma-relevant
"ear stimuli unuk mengurangi anxiety, terapi ini menekankan pada intensive
exposure namun tidak diikuti pengaturan pada "ear-antagonistic state,
penatalaksaan ini dilakukan pada in vivo kembali ke lokasi kejadian traumatik,
atau berimajinasi, sehingga anxiety teratasi dan hilang potensinya.
""
%. #looding Tecni*ues
Pada penatalaksanaan ini dilakukan exposure, desensiti&ation atau teknik
exposure terarah, terapi ini dapat mengatasi gejala intrusive dan yperarousal,
kelemahan terapi ini adalah tidak dapat menatalaksana avoidance symptom, dan
dapat memperberat gejalanya.
""
&. Training in Coping Skills
Pada penatalaksaan ini dilakukan untuk meningkatkan sel"-control
symptom dan meningkatkan adaptive respone pada anxiety, yang terbagi menjadi
# ase yaitu! ase edukasi dan ase coping skill, ase edukasi, memberikan
pemahaman yang rasional untuk menjaga kepercayaan diri, sedangkan pada ase
coping skill, diajarkan cara melakukan relaksasi diri, untuk menghambat negative
rumination dan mempertahankan rasa percaya diri, penatalaksaan ini eekti
mengurangi reexperiencing, intrusive, dan avoidance symptom pada korban
pemerkosaan.
""
). /ye .ovement Desensiti&ation Reprocessing (91D:)
Pada terapi ini dilakukan exposure pada kejadian traumatik dengan mata
terbuka, selama $erbalisasi kognisi dan emosi yang berkaitan dengan trauma,
diikuti dengan visual saccadic eye movements agar menghasilkan "ear-
antagonistic state sehingga menghasilkan relaksasi dan systemic desensiti&ation.
""
19
DAFTAR P+STA'A
". ;ibbert ', Godwin ', dan Dear ?. Rujukan cepat psikiatri. .akarta!
0endika. 9G02 #88-
#. 4aplan ;(, Sadock <. dan Grebb .. Sinopsis Psikiatri, .ilid #. Tangerang!
<inarupa 'ksara2 #88+ h! *,/+).
%. 1ansjoer T, 'ri, dkk. 0apita Selekta 0edokteran. .akarta! 1edia
'esculapius2 #88,
&. Da$id '. 1uku saku psikiatri PPD23 +++. edisi ke/*. .akarta! 9G02 #88&
). 9l$ira, Syl$ia D, ;adisukanto G. Gangguan Stres Pasca Trauma Dalam!
9l$ira, Syl$ia D, ;adisukanto G. 1uku (jar Psikiatri) .akarta! ?akultas
4edokteran 7ni$ersitas (ndonesia2#8"8 h! #)&/#*&
*. 4ay . dan Tasman '. (nxiety Disorders4 Traumatic Stress Disorders.
Dalam! 4ay . dan Tasman ' /ssentials o" Psyciatry) Tottenham! .ohn
Iiley J Sons2 #88* h! *#+/*%,.
+. Ban der 4olk <. Psycobiology o" Post Traumatic Stress Disorder. Dalam!
Panksepp . ed. Textbook o" 1iological Psyciatry, Iiley/Diss, (nc. Kew
.ersey2 #88& h! %"-/%&&.
,. ?airbank .', 9bert D, dan 0addell .1. Post Traumatic Stress Disorder.
Dalam! Sutker P< dan 'dams ;9. Compreensive 5andbook o"
Psycopatology 6
ed
) Kew Lork! 4luwer 'cademic Publishers2 #88# h!
",%/#8-.
20
-. ?irst 1< dan Tasman '. (nxiety Disorders4 Traumatic Stress Disorders.
Dalam! ?irst 1< dan Tasman '. Clinical 2uide to te Diagnosis and
Treatment o" .ental Disorders. Tottenham! .ohn Iiley J Sons2 #88* h!
%#*/%%&.
"8. <enedek D1. (cute Stress Disorder and Post Traumatic Stress Disorder
in te Disaster /nvironment. Dalam! 7rsano :., ?ullerton 0S, Iiesaeth D,
dan :aphael <. Textbook o" Disaster Psyciatry. Kew Lork! 0ambdrige
7ni$ersity Press2 #88+ h! "&8/"*%.
"". 9bert 1;, Doosen PT, dan Kurcombe <. Post Traumatic Stress Disorder
Dalam! 9bert 1;, Doosen PT, dan Kurcombe <. Current Diagnosis 7
Treatment in Psyciatry) Kew Lork! 1cGraw/;ill 0ompanies2 #88+ h!
0h.#%.
21

Anda mungkin juga menyukai

  • Doa Pembuka Ilmu Laduni
    Doa Pembuka Ilmu Laduni
    Dokumen1 halaman
    Doa Pembuka Ilmu Laduni
    Elda Maharani
    100% (1)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Pneumo Thorak S
    Pneumo Thorak S
    Dokumen3 halaman
    Pneumo Thorak S
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Pneumo Thorak S
    Pneumo Thorak S
    Dokumen3 halaman
    Pneumo Thorak S
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • TEORI
    TEORI
    Dokumen2 halaman
    TEORI
    Arini Fitria J. Marbun
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Sekunder
    Hipertensi Sekunder
    Dokumen11 halaman
    Hipertensi Sekunder
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Teknik Pewarnaan
    Teknik Pewarnaan
    Dokumen6 halaman
    Teknik Pewarnaan
    Chz Maestro Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Sekunder
    Hipertensi Sekunder
    Dokumen11 halaman
    Hipertensi Sekunder
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • DISPEPSIA
    DISPEPSIA
    Dokumen8 halaman
    DISPEPSIA
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi Sel
    Adaptasi Sel
    Dokumen6 halaman
    Adaptasi Sel
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Dokumen2 halaman
    Hepatitis A
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Asites
    Asites
    Dokumen3 halaman
    Asites
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Ekskresi Obat
    Ekskresi Obat
    Dokumen3 halaman
    Ekskresi Obat
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Bahan Microsoft
    Bahan Microsoft
    Dokumen6 halaman
    Bahan Microsoft
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Resep Rainbow Cake
    Resep Rainbow Cake
    Dokumen2 halaman
    Resep Rainbow Cake
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • WD
    WD
    Dokumen1 halaman
    WD
    eldaaaa
    Belum ada peringkat
  • Referat Meningitis Anak
    Referat Meningitis Anak
    Dokumen61 halaman
    Referat Meningitis Anak
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan Dispepsia
    Pengobatan Dispepsia
    Dokumen2 halaman
    Pengobatan Dispepsia
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Rinitis Alergika
    Rinitis Alergika
    Dokumen31 halaman
    Rinitis Alergika
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Referat Gangguan Panik
    Referat Gangguan Panik
    Dokumen9 halaman
    Referat Gangguan Panik
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Dokumen1 halaman
    Hepatitis A
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Cemas Menyeluruh
    Gangguan Cemas Menyeluruh
    Dokumen11 halaman
    Gangguan Cemas Menyeluruh
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi Dispepsia
    Komplikasi Dispepsia
    Dokumen1 halaman
    Komplikasi Dispepsia
    Elda Maharani
    100% (1)
  • DISPEPSIA
    DISPEPSIA
    Dokumen1 halaman
    DISPEPSIA
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan
    Pengobatan
    Dokumen1 halaman
    Pengobatan
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Patogenesis Dispepsia
    Patogenesis Dispepsia
    Dokumen2 halaman
    Patogenesis Dispepsia
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Patogenesis Dispepsia
    Patogenesis Dispepsia
    Dokumen2 halaman
    Patogenesis Dispepsia
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat
  • Spondylosis Lumbalis 1
    Spondylosis Lumbalis 1
    Dokumen2 halaman
    Spondylosis Lumbalis 1
    Elda Maharani
    Belum ada peringkat