Anda di halaman 1dari 27

HORMON KEBUNTINGAN DAN

LAKTASI
Oleh:
Irma Oktaviani
Mega Susilawati H
Ketika terjadi kehamilan, maka tubuh bereaksi
dengan membentuk perubahan-perubahan dan
segera memproduksi hormon-hormon kehamilan
guna mendukung kelangsungan kehamilan.
Tempat utama untuk produksi dan sekresi hormon
protein dan steroid dikenal sebagai fetoplasental
unit, yang merupakan interaksi antara ibu dan janin.
HORMON-HORMON POLIPEPTIDA PLASENTA
Gonadotropin korion (hCG)
Somatomamotropin korion (hCS)
GONADOTROPIN KORION (HCG)
Human Chorionic Gonadotrophin (hCG )merupakan suatu
glikoprotein yang memiliki berat molekul 30.000.
Strukturnya hampir mirip dengan LH
Tersusun dari 237 asam amino. Strukturnya terdiri dari dua
rantai; suatu rantai alfa yang bersifat spesifik spesies dan
rantai beta.
Hormon ini diproduksi oleh jaringan trofoblas (yang kelak
berkembang menjadi plasenta) pada usia kehamilan sekitar
empat minggu. Diproduksi juga oleh neoplasma trofoblastik
seperti mola hidatidosa dan koriokarsinoma.
GONADOTROPIN KORION (HCG)
Bersifat luetotrofin karena memperpanjang status
fungsional korpus luteum.
Produksi hCG akan meningkat hingga sekitar hari
ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan.
Kadar hCG yang makin meningkat memacu
produksi progesteron dalam jumlah besar oleh sel-
sel korpus luteum.
Fungsi:
Menekan menstruasi dan menjaga kehamilan
Memiliki fungsi imunologik (kekebalan tubuh)
GONADOTROPIN KORION (HCG)
SOMATOMAMOTROPIN KORION (HCS)
Laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin
korion (hCS) adalah suatu protein yang tersusun
dari sekitar 190 asam amino.
Dihasilkan oleh plasenta
Fungsi:
Berperan penting dalam produksi ASI
Merangsang pertumbuhan dan menyebabkan
perubahan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak
Kadar HPL yang rendah mengindikasikan plasenta
yang tidak berfungsi dengan baik.


HORMON-HORMON STEROID PLASENTA
Berbeda dengan kemampuan sintesis yang dalam
produksi protein, plasenta terlihat tidak memiliki
kemampuan mensintesis steroid secara mandiri.
Semua steroid yang dihasilkan plasenta berasal
dari prekursor steroid ibu atau janin.
Hormon-hormon steroid plasenta:
Progesteron
Estrogen
PROGESTERON
Progesteron adalah hormon yang dikeluarkan oleh
korpus luteum setelah ovulasi.
Bila kehamilan terjadi, produksi progesteron akan
dilakukan oleh plasenta.
Bila kehamilan tidak terjadi, korpus luteum akan
terpecah dalam 12-16 hari dan berhenti
memproduksi progesteron, sehingga memicu
menstruasi.
PROGESTERON
PROGESTERON
Sintesis progesteron:
Enzim-enzim plasenta memisahkan rantai samping
kolesterol,
menghasilkan pregnenolon yang selanjutnya mengalami
isomerisasi parsial
menjadi progesteron; 250-350 mg progesteron diproduksi
setiap harinya sebelum trimester ketiga dan sebagian besar
akan masuk ke dalam sirkulasi ibu
Fungsi:
membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga
plasenta di dalam rahim
mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim,
sehingga persalinan dini bisa dihindari
membantu menyiapkan payudara untuk menyusui

ESTROGEN
Terdapat 3 jenis estrogen utama yang secara alami
dalam tubuh wanita yaitu estradiol, estriol, dan estron.
Ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen
dengan bantuan enzim.
Kebanyakan estrogen berasal dari androgen janin,
terutama dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA sulfat).
Fungsi:
mensensitifkan otot-otot uterus
menimbulkan kontraksi pada rahim
mempengaruhi pertumbuhan saluran kelenjar mammae
sewaktu menyusui
mengontrol pelepasan LH dan FSH


ESTROGEN
PROSTAGLANDIN
Menurunnya hormon progresteron merangsang
munculnya hormon prostaglandin.
Hormon prostaglandin merupakan hormon
pencetus kontraksi.
Dampak: berkurangnya kadar hormon ini dalam
tubuh seorang ibu dapat menyebabkan kehamilan
lewat waktu.
OKSITOSIN
Seperti halnya hormon prostaglandin hormon
oksitosin juga berfungsi sebagai pencetus
kontraksi.
Hormon ini timbul akibat meningkatnya hormon
prostaglandin.
RELAKSIN
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada
ovarium dan plasenta
Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau
melunakkan serviks dan melonggarkan tulang
panggul sehingga mempermudah persalinan
PRODUKSI HORMON SELAMA KEHAMILAN

ENDOKRINOLOGI MASA NIFAS
Kelahiran bayi dan plasenta mengharuskan adanya
penyesuaian segera ataupun jangka panjang terhadap
kehilangan hormon-hormon kehamilan. Terhentinya tiba-
tiba hormon-hormon dari unit plasenta-janin pada
persalinan.
Perubahan-perubahan Endokrin masa nifas
diantaranya :
A. Steroid
B. Hormon-hormon Hipofisis
C. Prolaktin
A.Steroid :

Dengan ekspulsi plasenta, kadar steroid akan
menurun. Akibat produksi kontinu progesteron dalam
kadar rendah oleh korpus luteum, maka kadarnya
dalam darah tidak segera mencapai kadar basal
pranatal, seperti halnya estradiol. Progesteron plasma
menurun mencapai kadar fase luteal. Pengangkatan
korpus luteum berakibat penurunan mencapai kadar
fase folikular. Estradio mencapai kadar fase folikular.
B. Hormon-hormon Hipofisis :

Kelenjar hipofisis yang mengalami pembesaran selama
kehamilan terutama akibat peningkatan laktotrof, tidak
akan mengecil sampai selesai menyusui. Sekresi FSH dan
LH terus ditekan pada minggu-minggu pertama nifas, dan
stimulus dengan bolus GnRH menyebabkan pelepasan
FSH dan LH subnormal. Dalam minggu-minggu
berikutnya, kepekaan
terhadap GnRH kembali pulih dan banyak wanita
memperlihatkan kadar LH, dan FSH serum fase folikular
pada minggu ketiga atau keempat postpartum
C. Prolaktin :

Prolaktin (PRL) serum yang meningkat selama kehamilan
akan menurun pada saat persalinan dimulai dan
memperlihatkan pola sekresi. Pada wanita yang tidak
menyusui, kembalinya fungsi dan ovulasi siklik normal kira-
kira pada bulan kedua postpartum, di mana ovulasi pertama
rata-rata terjadi 9-10 minggu postpartum.
Pada wanita menyusui PRL biasanya menyebabkan
anovulasi yang menetap. Lonjakan PRL menyebabkan
hipotalamus untuk menekan sekresi GnRH. Waktu rata-rata
terjadinya ovulasi pada wanita yang menyusui sedikitnya 3
bulan.
Laktasi
Laktasi terdiri dari 3 periode :
1. Mammogenesis pertumbuhan
2. Laktogenesis awal laktasi
3. Galaktopoiesis sekresi air susu
Lobulus-lobulus alveolar payudara berkembang selama
kehamilan. Periode mamogenesis memerlukan partisipasi
terpadu dari estrogen, progesteron, PRL, GH dan
glukokortikoid. Sekresi ASI pada masa nifas telah
dihubungkan dengan pembesaran lobulus lebih lanjut, diikuti
sintesis unsur-unsur ASI seperti laktosa dan kasein.
Laktasi memerlukan PRL, insulin dan steroid-steroid adrenal.
Laktasi tidak akan terjadi sampai kadar estrogen tak
terkonjugasi jatuh di bawah kadar tak hamil sekitar 36-48 jam
postpartum. Sekresi ASI memerlukan rangsangan tambahan
untuk mengosongkan payudara.
GANGGUAN ENDOKRIN DAN KEHAMILAN
PENYAKIT KELENJAR ADRENAL

Kehamilan memberikan efek yang dalam pada
sekresi kelenjar korteks adrenal baik pada kontrol
maupun stimulasinya. Kadar kortikotropin dalam serum
meningkat sesudah sempat menurun pada awal
kehamilan, hal ini berhubungan dengan sintesis
corticotropin releasing hormone (CRH) di plasenta.
Peningkatan kadar kortisol plasma disebabkan oleh
peningkatan produksi transcortin dan ikatannya. Renin
plasma akan meningkat kemudian menyebabkan
peningkatan Angiotensin II dan akhirnya meningkatkan
sekresi aldosteron.
HIPERTIROIDISME




Tirotoksikosis yang ringan sulit didiagnosis pada saat
kehamilan, untuk itu ada beberapa gejala yang dapat
diketahui:
1.Takikardia yang melebihi peningkatan yang berhubungan
dengan kehamilan normal.
2.Peningkatan denyut nadi pada waktu tidur.
3.Thyromegali
4.Exophtalmus
5.Kegagalan pertambahan berat badan pada wanita yang non
obese walaupun mendapat asupan nutrisi yang normal atau
meningkatkan nutrisinya.

SINDROMA SHEEHAN

Sindroma Sheehan adalah suatu kondisi yang
menyerang wanita yang sebelumnya mengalami
perdarahan yang berat/banyak (sampai mengancam
nyawanya) saat melahirkan atau paska melahirkan.
Perdarahan yang banyak mengakibatkan penurunan
kadar oksigen pada organ dan jaringan.
Pada Sindrom Sheehan, terjadi kerusakan pada
kelenjar hipofise yang terletak di dalam otak, sehingga
menyebabkan kurangnya produksi hormon yang
dihasilkannya (hipo-pituitarisme)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai