menular yang menahun yang menyerang primer syaraf tepi sekunder kulit yang disebabkan oleh M.Leprae Bukan karena kutukan atau keturunan. Yang dapat menimbulkan problem sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan Nasional. Pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang SEJARAH 1. Zaman Purbakala Dapat ditemui pada hampir semua kitab agama antara lain : Agama Hindu (kitab Weda 1400 SM Kustha) Agama Kong Hu Cu (Ta Feng) Agama Kristen ( Zaraath) Agama Islam (di Alquran dikenal Al- Abras, dan di hadist dikenal dg Al- Majrum) SEJARAH 2. Zaman Pertengahan (abad ke 13) Pada abad ini di Eropa banyak penderita kusta yang takut terhadap penguasa sehingga penderita cenderung diasingkan karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. 3. Zaman Modern Kuman kusta ditemukan oleh G.A Hansen pada th.1873 SEJARAH 4. Di Indonesia orang yang mempelopori pengobatan kusta adalah Dr.Sitanala. Perkembangan pengobatan Kusta di Indonesia Tahun 1951 menggunakan DDS Tahun 1969 Kusta di intregasikan di Puskesmas Tahun 1982 menggunakan MDT (24 bulan) Tahun 1988 MDT digunakan di Indonesia Tahun 1997 Pengobatan MDT menjadi 12 bulan EPIDEMIOLOGI Pengertian : Ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor- faktor yang menentukan dari suatu kejadian yg berhubungan dengan penyakit pd sekelompok masyarakat. 6 komponen rantai infeksi yang sangat berperanan dalam proses penularan penyakit kusta: 1).Penyebab, 2).Sumber Penularan, 3).Cara keluar dari sumber penularan, 4). Cara penularan, 5).Cara masuk ke penjamu, 6).Penjamu EPIDEMIOLOGI 2. Distribusi penyakit menurut waktu & tempat. Dari 122 negara di dunia Indonesia urutan ke 3 setelah India dan Brazil. Dari 33 propinsi di Indonesia 16 propinsi mempunyai kasus kusta yang masih tinggi, sementara Jawa Timur menempati urutan ke 1 dari jumlah penderita karena 35 % penderita nasional ada di Jawa Timur. EPIDEMIOLOGI 3. Distribusi menurut orang. Bahwa umur yang paling banyak terserang kusta antara 10 20 th. Jenis kelamin Laki-laki banyak terkena kusta dibanding perempuan. Di asia tipe MB lebih banyak dibandingkan dengan tipe PB EPIDEMIOLOGI 4. Faktorfaktor yg menentukan terjadinya peny kusta. a. Penyebab : Mycobacterium leprae Waktu belah 12 14 hari, bisa hidup diluar tubuh manusia sampai 9 hari, petumbuhan optimal pd suhu 27 30 C b. Sumber penularan : Hanya manusia satu-satunya sebagai sumber penularan c. Cara keluar dari Host Luka dikulit dan mucosa hidung yg merupakan sumber keluarnya kuman dan tipe MB merupakan sumber penularan dan penderita yg belum berobat sekali bernafas 10 10. d. Cara penularan Masa inkubasi 2 5 th Hanya kuman yg solid yang bisa menularkan. Butuh waktu yg lama dan terus menerus untuk dapat ketularan EPIDEMIOLOGI e. Cara masuk ke dalam Host Tempat masuk kuman kusta sampai saat ini belum diketahui secara pasti, para ahli sepakat bahwa masuknya kuman melalui saluran pernafasan bagian atas & kulit yg tidak utuh. f. Penjamu (Host) Hanya orang yg mempunyai imunitas rendah thd kuman kusta yg dpt tertular. Berdasarkan hasil penelitian para ahli bahwa : Dari 100 orang yang terpapar dg penderita kusta maka 95 % kebal (tidak tertular), 3 orang ditemukan gejala klinis tapi sembuh dg sendirinya, 2 orang jadi sakit dan perlu pengobatan untuk dpt sembuh. INFEKSI KUSTA Perilaku hidup + / - -Makanan -Tempat -Hygien - Sarung tangan Genetics + / - Immunitas Kel Desa Masy BCG (+) MDT (+) 2 minggu pengob. (-) menular Pend.Kusta Orang.terinfeksi Pendrt.Kusta di depan Incubasi : 3-10 tahun Infeksi : droplet hidung Penyakit : - Sos.Ek. ( org miskin ) - Menular Stigma Influence DIAGNOSIS PENYAKIT KUSTA DITEGAKKAN JIKA SESEORANG MEMPUNYAI SATU ATAU LEBIH TANDA UTAMA ( CARDINAL SIGN ) KUSTA YANG DITEMUKAN PADA WAKTU PEMERIKSAAN KLINIS. DIAGNOSE PENYAKIT KUSTA 1. Ditemukan lesi kulit yang mati rasa {kelainan kulit ini bisa berwarna kemerah- merahan(eritematous) atau hypopigmentasi}. 2. Penebalan syaraf tepi yg disertai dg gangguan fungsi (sensoris, motoris & otonom). 3. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA +). Seseorang bisa dinyatakan positif kusta apabila ditemukan minimal 1 (satu) cardinal sigh pada diri penderita. Apabila seseorang tersebut tidak ditemukan cardinal sign maka dianggap sebagai suspek, di evaluasi 3 6 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan ulangan. ALUR TATALAKSANA PENDERITA KUSTA TANDA UTAMA ADA RAGU TIDAK ADA KUSTA TERSANGKA BUKAN KUSTA JUMLAH BERCAK 1-5 >5 PB MB PERIKSA ULANG 3-6 BLN TANDA UTAMA ADA RAGU TAK ADA RUJUK TANDA-TANDA TERSANGKA KUSTA 1. Tanda tanda pada kulit. Bercak/kelainan kulit yg merah / putih dibagian tubuh. Kulit mengkilap Bercak yg tidak gatal Adanya bagian tubuh yg tidak berkeringat/tidak berambut. Lepuh tidak nyeri TANDA-TANDA TERSANGKA KUSTA 2. Tanda-tanda pada syaraf. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka. Adanya cacat (deformitas) Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh. Catatan :
Tanda-tanda tersebut merupakan tanda-tanda tersangka penderita kusta, jangan dipakai sebagai dasar diagnose penyakit kusta. Syaraf tepi yg biasa terganggu Nama syaraf Organ yang terganggu Nervi Fasialis Mata Nervi Radialis Motorik tangan Nervi Medianus Ibu jari,jari telunjuk &jari tengah Nervi Ulnaris Pada jari kelingking,jari manis Nervi Perineos Motorik Kaki Nervi Tb.Posterior Pada permukaan kaki KLASIFIKASI 1. Dasar Klasifikasi 1) Manifestasi klinik. 2) Hasil pemeriksaan bacteriologis. 2. Tujuan 1) Menentukan jenis & lamanya pengobatan peny 2) Waktu penderita dinyatakan RFT 3) Perencanaan logistik 3. Jenis klasifikasi 1) Madrid 2) Ridley Jopling 3) India 4) WHO KLASIFIKASI Untuk kepentingan program pemberantasan kita menggunakan klasifikasi WHO yaitu : Tanda Utama Pausi Basiler (PB) Multi Basiler (MB) Bercak kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5 Gangguan fungsi Hanya 1 syaraf Lebih dari 1 Syaraf Sediaan hapusan BTA Negatif BTA Positif PENGOBATAN 1. Tujuan Memutus matai rantai penularan Menyembuhkan penyakit penderita Mencegah terjadinya cacat 2. Obat yang dipakai A. DDS (Dapsone, Diamino Diphenyl Sulfone) Bentuknya tablet berwarna putih dg takaran 100 mg dan 50 mg dan dosisnya harian Sifatnya bacteriostatik (menghambat pertumbuhan kuman) Efek samping : yang paling sering Anemia
PENGOBATAN B. Lamprene (B663) / Clofazimine Sifatnya Bacteriostatik, Bacterisid lemah Anti reaksi Bentuknyakapsul berwarna coklat, dg takaran 100 dan 50 mg dosisnya bulanan dan harian. Efek samping : Dapat merubah warna kulit C. Rifampicin Sifatnya Bacteriosid, bentuknya kapsul atau tablet dg takaran 150, 300, 450 dan 600 mg Pemberiannya bulanan, dengan efektifitas 1 x minum 99% kuman akan mati. Efek samping : Flu syndrum, air seni berwarna merah
PENGOBATAN 3. Regimen Pengobatan MDT
Untuk kasus anak umur < 10 th dengan mengunakan kg/Bb yaitu DDS : 1 - 2 mg/kg/bb Rifampicin : 10 15 mg/kg/bb. Lamprene : bulanan 100 mg, harian 50mg/2x/mgg
Jenis Obat PB Dewasa PB Anak (10-14 th) MB Dewasa MB Anak (10-14 th) Keterangan (minumnya) Rifampisin 600 mg 450 mg 600 mg 450 mg Bulanan Lamprene - - 300 mg 150 mg Bulanan DDS 100 mg 50 mg 100 mg 50 mg Harian Lamprene 50 mg 50 mg / 3x / minggu Harian PENGOBATAN GRATIS Untuk tipe Basah/MB pengobatan 12 blister selama 12 bulan dengan 3 macam obat Untuk tipe Kering/PB pengobatan 6 blister selama 6 bulan dengan 2 macam obat Estimasi Biaya Untuk Pengobatan Penderita Kusta Harga Obat : Harga MDT MB per blister : Rp.185.000,- Harga MDT PB per blister : Rp.20.000,-
Kebutuhan biaya untuk 1 orang penderita MB adalah : MB: 1 or x Rp.185.000 x 12 blistes Rp.2.220.000,- REAKSI KUSTA a) Suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yg merupakan suatu reaksi antigen antibodi yang kejadiannya mendadak kelihatan penyakitnya lebih parah dari sebelumnya serta merugikan penderita. b) Reaksi ini merupakan penyulit dari pada program, tetapi tidak semua penderita mengalami reaksi berdasarkan penelitian bahwa penderita yg mengalami reaksi sekitar 20 30 % dari jumlah penderita diobati. c) Reaksi kusta dapat terjadi Sebelum pengobatan, selama dan setelah pengobatan Reaksi ini dapat menyebabkan kecacatan yang permanen kalau tidak diketahui dengan cepat baik oleh penderita sendiri maupun petugas kesehatan. REAKSI KUSTA Hal-hal yg mempermudah(pencetus) terjadinya reaksi kusta, Penderita dalam keadaan kondisi lemah. Kehamilan, setelah melahirkan. Sesudah mendapat imunisasi. Infeksi, Malaria, karies gigi, bisul & cacingan dll. Stres fisik dan mental. Kurang gizi. Reaksi Kusta tipe 2 ( Eryhtema Nodosum Leprosum / ENL ) Erythema Nodosum Leprosum (ENL)