Anda di halaman 1dari 21

Pemanfaatan Pati Biji Alpukat Sebagai Bahan

Dasar Pembuatan Bioetanol dengan


Manggunakan Aspergillus niger Sebagai
Penghasil Enzim Untuk Hidrolisis Pati

Astri Astari Hakim
1005261
Metode Penelitian
LATAR BELAKANG
Bahan bakar fosil yang banyak digunakan tidak
bisa dibarukan
Efek negatif yang ditimbulkan karena pemakain
bahan bakar fosil
Membutuhkan bahan bakar alternatif yang
menunjang kebutuhan industri dan kebutuhan
lainnya.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
untuk mengembangkan sumber energi alternatif
sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak.
Etanol dapat dicampur dengan bensin sehingga
memberikan dampak positif yang akan menaikan
angka oktan dan mengurangi emisi logam berat
timbale. Keuntungan lainnya juga yaitu
memberikan pembakaran yang sempurna
sehingga mengurangi emisi karbon monoksida dan
karbon dioksida (Tathaghati, 2007)
Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan
baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga
sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan
karena bahan bakunya sangat dikenal masyarakat
Kenapa Bioetanol ???
Kenapa Biji Alpukat??
Alpukat merupakan buah yang banyak
terdapat di Indonesia dan hampir seluruh
masyarakat Indonesia menggemari alpukat
Limbah biji alpukat yang banyak mengandung
pati belum termanfaatkan dengan baik
Substrat yang dapat difermentasikan menjadi
bioetanol ada 3 yaitu bahan bergula, bahan
berpati dan bahan-bahan lignoselulosa.
Tinjauan Pustaka
Biji Alpukat
Biji alpukat merupakan temapat penyimpanan
cadangan makanan bagi tumbuhan selain
buah, batang dan akar
Kadar Pati dalam biji Alpukat
Komponen Jumlah (%)
Kadar Air 10.2
Kadar Pati 80.1
*Amilosa 43.3
*Amilopektin 37.7
Pati
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks
yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, tawar dan tidak berbau
Pati dapat dibuat dari tumbuhan singkong (ubi
kayu), ubi jalar, kentang, jagung, sagu, dan
lain-lain.
Hidrolisis Pati
Enzimatik
memutus rantai secara teratur proses
hidrolisis enzimatik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel,
Suhu, pH, waktu hidrolisis, perbandingan
cairan terhadap bahan baku (volume
substrat), dan pengadukan.
Nonenzimatik
memutus rantai secara acak
Aspergillus niger
Aspergillus niger telah banyak digunakan dalam
industri makanan untuk menghasilkan berbagai macam
enzim seperti amilase, celulase, laktase,
amiloglukosidase dan invertase (Muhammad, et al,
2010)
Semakin banyak jumlah Aspergillus niger maka jumlah
enzim yang dihasilkan akan semakin tinggi kadar gula
sederhana yang dihasilkan (Kusnadi, 2003)
Digunakan Aspergillus niger keberadaan enzim amilase
di Indonesia masih jarang dan harganya yang masih
mahal.
Bioetanol
Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari
fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan
dengan proses destilasi
Merupakan cairan bening tak berwarna, mudah
mengalir, mudah menguap dan mudah terbakar
dengan api biru tanpa asap
Standard yang telah ditetapkan sebagai syarat
agar bioetanol dapat digunakan menjadi bahan
bakar adalah bioetanol yang memiliki kadar
99,5% (BSN, 2008)
Metode
Bagan Alir Secara Umum
Biji Alpukat Pati biji alpukat Supernatan
Pemurnian Hasil Anlisis
Ekstraksi
Gelatinasi
Hidrolisis
Fermentasi
Disaring
Destilasi
Analisis Kemurnian
Ekstraksi Pati Biji Alpukat
Kupas kulit biji alpukat
dan cuci dengan air
bersih
Pengecilan ukuran biji
alpukat dengan
penambahan air (1:1)
Dilakukan
penyaringan untuk
mengambil pati dalam
jaringan
Filtrat yang didapat di
tunggu sampai
terbentuk endapan
Ambil endapan nya
dan air yang terdapat
dalam filtrat dibuang
Cuci dengan air bersih
3 kali lalu diendapkan
kembali
Pati biji alpukat
(Linda, 2008)
Gelatinasi
Pati biji alpukat yang didapatkan kemudian
dilanjutkan dengan proses gelatinasi. Proses
gelatinasi dilakukan pada suhu 58.8
o
C-70
o
C
kurang lebih selama 30 menit.
Hidrolisis
Pati yang telah digelatinasi didiamkan hingga
dingin, kemudian ditambahkan Aspergillus
niger dalam media mendels. Semua kondisi
disesuaikan dalam kondisi optimum yaitu
pada suhu 37
o
C, pH 5 dan diinkubasi selama
72 jam.

Fermentasi
Pati hasil hidrolisis kemudian difermentasi
dengan menggunakan ragi tape dengan
konsentrasi 3% (b/v) dan diinkubasi pada suhu
30
O
C selama 10 hari.

Pemurnian
Cairan yang dihasilkan pada proses fermentasi
kemudian didestilasi sederhana dengan kolom
fraksinasi.
Terdapat berbagai macam cara untuk
meningkatkan kemurnian etanol.
Tahap Analisis
Untuk mengetahui kemurnian etanol yang
didapatkan dilakuakan beberapa analisis.
Seperti pengujian titik didih, pengujian indek
bias pengujian pH dan bisa dengan
menggunakan instrumen GC
TERIMAKASIH
Daftar Pustaka
Arcinthya, R. (2007). Karakterisasi Ekstrak Kasar Amilase Isolat Bakteri Acinetobacter sp. dari Sumber Air Panas Guci Tegal.
Purwokerto: Skripsi Fakultas Sains dan Teknik Jurusan MIPA Program Studi Kimia UNSOED.
Judoamidjojo, M., Abdul A.D., Endang G.S. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta: Rajawali Press.
Khairun, N., wuryanti, Taslimah. (2013). Isolasi, Karakterisasi dan Amobilisasi Amilase dari (Aspergillus niger) FNCC 6018. Vol
1(1), 141 - 149.Semarang:Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro.
Kusnadi, Syulasmi, A., Purwaningsih, W.,dan Rochintaniawati, D. (2003). Mikrobiologi Industri. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Lila, F. (2009). Analisis Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi Dari Pati Sagu (Metroxylon Sago) Asal Papua. Manokwari: Fakultas
Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Manokwari.
Linda,M. (2008). Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat. Medan: Skripsi Fakultas Pertanian Iniversitas Sumatera Utara.
Matz, S. A. (1984). Snack Food Technology. Connecticut, USA. AVI Publishing Co Inc.
Rika, J., Titin, A., Nora, I. (2013). Hidrolisis Enzimatik Selulosa dari Ampas Sagu Menggunakan Campuran Selulase dari
(Trichoderma reesei) dan Aspergillus niger. JKK, 2(1), 52-57. Tanjungpura: Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas
Tanjungpura.
Harimbi, S., Nanik, A. (2011). Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Bioetanol Dengan Proses Hidrolisis Enzimatik. Jurnal
Sains dan Terapan Kimia, 5:105-111. Malang: Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang.
Winarti, S. dan Y. Purnomo. (2006). Olahan Biji Buah. Surabaya: Trubus Agrisarana.
Riantriatno., Teddy, A., Pamungkas., Yanu. (2010) . Optimalisasi Produktivitas Etanol Dari Molases Menggunakan Bakteri Z.Mobilis
Dan Z.MobilisTermutasi Pada Imobilisasi Sel Ca-Alginat. Surabaya: Tesis Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November.
Mojovic, L., Pejin, D., et al. (2009). Progress In The Production Of Bioethanol On Starch-Based Feedstocks. Chemistry Industry &
Chemical Enginering Quarterly, 15:211-226. www. Ache.org.rs/C/CEQ.
Alwi, M. (2012). Pemanfaatan Pati Garut (Maranta Arundinaceae) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Dengan Fermentasi
Oleh Sacharomyces Cereviceae. Semarang. Tugas Akhir Program Diploma Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Larissa, C., et al. (2012). Bioconversion of Sugarcane Biomass into Ethanol: An Overview about Composition, Pretreatment
Methods, Detoxification of Hydrolysates, Enzymatic Saccharification, and Ethanol Fermentation. Journal of Biomedicine and
Biotechnology Volume 2012 : Hindawi Publishing Corporation.

Anda mungkin juga menyukai