Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

Haid (menstruasi) ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium.
1.2,3,4

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus.
Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluarnya haid
dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung
kesalahan 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus
haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara
beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Panjang siklus haid dipengaruhi
oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1
hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari.
Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Dari
pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid
28 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari dikuti darah sedikit-
sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama
haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 16 cc. Pada wanita yang
lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak.
1,4,5

Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi
sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis
remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu
antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia
menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Sammelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna
2

pada waktu menarche berkisar 15-19 tahun. Menurut Brown menurunnya usia waktu
menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang
membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi ditengah-tengah
masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Sesudah masa
pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa di mana ia dapat
memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan berkhir
pada masa mati haid atau baki (menopause).
1,6














3

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 ANATOMI
Anatomi sistem reproduksi wanita terbagi atas 2, yaitu :
7

1. Genitalia Eksterna
a. Mons veneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutupi bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital.Di sebelah luar vulva dilingkari
oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan
membentuk kommisura posterior dan perineum.Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora
adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perenium, dalam
4

vestibulum terdapat muara muara dari liang senggama (introetus vagina
uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya
mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda beda ada yang seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik tentu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perineum.


Gambar 1. Anatomi Organ Reproduksi Eksterna.
7

5

2. Genitalian Interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 71/2.Merupakan penghubung antara introitus
vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih
pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-
lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm. Berat 59 gr,
dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1). Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia
kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di
sebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
Endometrium yaitu lapisan uterus yang paling dalam yang tiap
bulan lepas sebagai darah menstruasi
6

Myometrium yaitu lapisan tengah lapisan ini terdiri dari otot polos
Parametrium merupakan lapisan luar yang terdiri dari jaringan ikat
c. Ligamentum-ligamentum yang mengfiksir uterus :
Ligamentum cardinale sinistra & dextra berfungsi :
- Mencegah supaya uterus tidak turun
- Di dalamnya terdapat pembuluh darahyang arteria & vena uterine
Ligamentum Sakro Uterinum sinistra & dextra berfungsi menahan
uterus supaya tidak dapat bergerak
Ligamentum Rotundum sinistra & dextra
- Menahan uterus dalam antefleksi, Pada perempuan hamil
sering mengalami nyeri ada daerah kaki bawah dikarenakan
ligament rotundum tegang
Ligamentum Latum sinistra & dextra
Merupakan suatu jaringan lapis tipis yang menutupi tuba uterine
dan uterus di sebelah belakang ligamentum latum terdapat
ovarium/indung telur
Ligamentum infundibulum pelvikum sinistra & dextra
Ligamentum yang menahan tuba falopii berjalan dari
arahinfundibulum kedinding pelvis.Atonia uteri merupakan
kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek
dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
e. Tuba fallopi
7

Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam
uterus.Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan.Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan
lurus.Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum
saat ovulasi agar masuk kedalam tuba.


Gambar 2. Anatomi Organ Reproduksi Interna.
7



8

II.2 DEFINISI
Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium.
1,2,3,4


II.3 FISIOLOGI HAID
Dalam proses ovulasi harus ada kerja sama antara korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula suprarenalis, dan
kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses
tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-
pituitary-ovarian axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang,
hipotalamus mangawasi sekresi hormone gonadotropin oleh adenohipofisis melalui
sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasiportal
yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan
disebut Gonadotropin Releasing Hormone (Gn RH) karena dapat merangsang
pelepasan Luteinizing Hormone ( LH ) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari
hipofisis.
1

Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas 2
fase dan 1 saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan-perubahan
kadar hormone sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik
(feedback) antara hormone steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen
menyebabkan umpan balik negative terhadap FSH, sedangkan terhadap LH estrogen
menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif
jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin ini
mungkin pada hipotalamus.
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan
9

oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan
berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi
FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia,
sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat,
namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam
folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai
menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap
FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma jelas
meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian
dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap
pusat siklik, dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus,
mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam
dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam
beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang
menyebabkan LH itu menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh
perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan
oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH
yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat
yang matang, agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16
24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya tekanan
dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada dinding
folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan
dalam peristiwa itu.
1

Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk
vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum.
Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada
89 hari setelah ovulasi.4 Luteinized granulose cell dalam korpus luteum itu
10

membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell membuat pula estrogen yang
banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 1012
hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur disertai
dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi
progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung
pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi sendiri (autonom).
Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan
sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH.
Mekanisme degenerasi korpus luteum jika tidak terjadi kehamilan belum diketahui.
Empat belas hari sesudah ovulasi, terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya
terjadi variasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular.
1

Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya
rangsangan dari Human Chorionic Gonadothropin (HCG), yang dibuat oleh
sinsisiotrofoblas. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum
(8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal.
HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 910 minggu
kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.
1

Dari uraian di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari
perubahan-perubahan kadar estrogen, pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH
disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya
perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi
estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen
meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya
korpus luteum tergantung pula pada kadar minimum LH yang terus-menerus. Jadi,
hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang
menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif. Segala keadaan
yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus
reproduksi yang normal.
1

11

Siklus endometrium dalam siklus haid terdiri atas 4 fase :
1,8

1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung
darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau
aglutinasi,sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis,
dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini
berlangsung 3-4 hari.
2. Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-
angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari
sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm. Fase
ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung 4 hari.
3. Fase intermenstruum atau fase proliferase
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi
dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase
ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan
sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel sel
kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan
suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan perubahan involusi dari
epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian
menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya berbentuk bintang dan lonjong
dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar
karena sitoplasma relatif sedikit.
12

b. Fase proliferasi madya
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang
berbentuk torak yang tinggi. Kelenjar berkeluk-keluk dan bervariasi.
Sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti
berbentuk telanjang. (nake nucleus).
c. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma
bertumbuh aktif dan padat.
4. Fase pramenstruum atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28.
Pada fase ini endometrium kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan
kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas :
1. Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan, tebalnya 4 5 mm. Pada saat ini dapat dibedakan
beberapa lapisan, yaitu :
a. Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali
mitosis pada kelenjar.
b. Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti
spons. Ini disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkeluk
keluk dan hanya sedikit stroma di antaranya.
13

c. Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.
2. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 6 mm. Dalam fase ini terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini , dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan kaya dengan
glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.
Sitoplasma sel sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika
terjadi kehamilan.

Gambar 3. Siklus Haid Normal.
14

II.4 GEJALA KLINIS
Haid merupakan proses normal tubuh. Sebagian besar wanita mengalami
perdarahan pervaginam tanpa disertai ketidaknyamanan. Walau begitu, sekitar
seperempat wanita mengalami rasa tidak nyaman selama haid. Rasa tidak nyaman
ini tidak dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari. Sekitar 5-10 % wanita mengalami
nyeri haid (dysmenorrhoea) selama fase menstruasi.
8

Rasa tidak nyaman itu berupa :
1. Rasa berat dan tidak nyaman pada bagian pelvis, perut bagian bawah dan
panggul belakang.
2. Rasa tertusuk dan padat pada payudara
3. Sering buang air kecil dan susah buang air besar
4. Rasa lesu, sensitive, dan sakit kepala.

II.5 VASKULARISASI ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS HAID
Cabang cabang arteri uterine berjalan terutama dalam stratum vaskulare
endometrium. Dari sini sejumlah arteri radialis berjalan langsung ke endometrium
dan membentuk arteri spiralis. Pembuluh pembuluh darah ini memelihara stratum
fungsional endometrium yang terdiri dari stratum kompaktum dan sebagian stratum
spongiosum. Stratum basale dipelihara oleh arteriola arteriola miometrium di
dekatnya. Mulai dari fase proliferasi terus ke fase sekresi pembuluh pembuluh darah
berkembang dan menjadi lebih berkeluk keluk dan segera setelah mencapai
permukaan, membentuk jaringan kapiler yang banyak. Pada miometrium kapiler
kapiler mempunyai endotel yang tebal dan lumen yang kecil. Vena vena yang
berdinding tipis membentuk pleksus pada lapisan yang lebih dalam dari lamina
propria mukosa dan membentuk jaringan anastomosis yang tidak teratur dengan
sinusoid sinusoid pada semua lapisan.
1

Hampir sepanjang siklus haid pembuluh pembuluh darah menyempit dan
melebar secara ritmis, sehingga permukaan endometrium memucat dan berwarna
merah karena penuh dengan darah, berganti ganti. Bila tidak terjadi pembuahan,
15

korpus luteum mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesterone dan
estrogen menurun.
1

Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan endometrium ke arah
regresi, dan pada suatu saat lapisan fungsionalis dari endometrium terlepas dari
stratum basale yang di bawahnya. Peristiwa ini menyebabkan pembuluh pembuluh
darah terputus, dan terjadilah pengeluaran darah yang disebut haid.
1

Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan
endometrium. Dibawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi;
sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar
esrtrogen dan progesterone pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang
kemudian diikuti perdarahan yang terkenal dengan haid.
1

II.6 FAKTOR YANG BERPERAN DALAM SIKLUS HAID
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan
asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam
pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di
bagian bawahnya. Pada pertengan fase luteal sintesis mukopolisakarida
terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh
darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan
demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium
sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika
kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone,
enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, dan merusakkan bagian dari sel-sel yang
berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam
16

metabolism endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan
perdarahan.
2. Faktor vaskular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
ateria-arteria, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam
vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkan dengan arteri, dan
akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik
dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E
2
dan F
2
. Dengan
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarah
pada haid.

II.7 DATING ENDOMETRIUM
Untuk menentukan hari yang tepat dari siklus menstruasi disebut dating
endometrium. Dating dilakukan pada masa sekresi, oleh karena berbeda dari fase
proliferasi, fase ini menunjukkan perubahan perubahan yang nyata setiap harinya
dengan perubahan morfologi tertentu.
1, 9

Jika siklus haid 28 hari dan perkiraan ovulasi terjadi pada hari ke 14, maka 36
48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang menonjol pada endometrium.
Karena itu dating hari ke 14 dan ke 15 tidak berguna dilakukan, dan sebaliknya baru
dilakukan pada hari ke 16.
1

Hari ke 16 : Vakuola basal subnukleus terlihat pada banyak kelenjar. Hari ini
hari terahir pseudostratifikasi barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar kelenjar dan
stroma.
17

Hari ke 17 : Nukleus dari kelenjar kelenjar tersusun dalam satu baris, dengan
sitoplasma yang homogen diatasnya dan vakuola yang besar besar di bawahnya.
Pseudostratifikasi menghilang, mitosis di kelenjar dan stroma jarang.
Hari ke 18 : Sebagian vakuola mengecil karena sebagian isinya dilepaskan ke
arah sitoplasma sekitar lumen dan kemudian termasuk ke dalam lumen. Karena
vakuola subnukleus ini mengecil maka nukleus mendekati basis dari sel. Tidak
terlihat mitosis pada saat ini.
Hari ke 19 : Hanya sebagian kecil vakuola terlihat. Sepintas lalu gambarannya
menyerupai hari ke 16. Dapat terlihat sekresi intraluminal. Tidak terdapat
pseudostratifikasi dan mitosis.
Hari ke 20 : Vakuola subnukleus hanya satu satu. Sekresi intraluminal tampak
jelas.
Hari ke 21 : Mulai terlihat perubahan perubahan pada stroma. Sel sel stroma
mempunyai nukleus yang gelap dan padat. Mulai adanya edema stroma.
Hari ke 22 : Edema stroma mencapai maksimum. Sel sel stroma tampak kecil,
padat. Mulai terlihat arteri spiralis dengan dindingnya yang tipis. Sekresi intaluminal
aktif, tetapi mulai berkurang.
Hari ke 23 : Edema stroma menetap. Kondensasi stroma pada sekitar arteri
spiralis. Dapat juga dijumpai mitosis.
Hari ke 24 : Kumpulan sel sel pradesidua tampak jelas disekeliling arteriola.
Mitosis aktif, edema berkurang. Endometrium akan mulai berinvolusi, kecuali terjadi
kehamilan.
Hari ke 25 : Sel sel pradesidua mulai terdapat di bawah sel sel epitel permukaan.
Sedikit edema sekitar arteriola. Sedikit infiltrasi limfosit pada stroma.
Hari ke 26 : Sel sel pradesidua mengelompok di seluruh stroma disertai infiltrasi
sel sel leukosit polinuklear.
Hari ke 27 : Pradesidua menonjol sekitar pembuluh darah dan di bawah epitel
permukaan. Jelas terlihat infiltrasi sel sel leukosit polinuklear.
18

Hari ke 28 : Mulai terlihat daerah dengan nekrosis (focal nekrosis), dan daerah
daerah kecil dengan perdarahan dalam stroma. Infiltrasi sel sel leukosit polinuklear
sangat banyak. Kelenjar kelenjar kelihatan mengalami secretory exhaustion.


























19

BAB III
KESIMPULAN

Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi
sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis
remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu
antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia
menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Menarche terjadi ditengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak
ke dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa di
mana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun
dan berkhir pada masa mati haid atau baki (menopause).
Haid (menstruasi) ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Yang memegang peranan penting
dalam proses haid adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
(hypothalamic-pituitary axis). Hipotalamus menghasilkan Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) yang merangsang pelepasan LH dan FSH dari hipofisis dan
hormone estrogen serta progesterone dari sel telur yang dalam keseimbangan
menyebabkan endometrium tumbuh dan apabila sudah ovulasi dan sel telur tidak
dibuahi, hormone estrogen dan progesterone menurun terjadilah pelepasan
endometrim dengan perdarahan dan terjadilah haid.








20

DAFTAR PUSTAKA


1. Wiknjosastro Hanifa. Haid dan Siklusnya. Ilmu Kandungan. Edisi 2.
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. P 103-120.

2. Fajri Ayu, Khairani Maya. Hubungan Antara Komunikasi Ibu-Anak
dengan Persiapan Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) pada
Siswo SMP Muhammadiyah Banda Aceh. J urnal Psikologi Undip Vol.
10, No.2, Oktober 2011.

3. Astami Sriuni, Bahar Burhanuddin, Najamuddin Ulfa. Hubungan
Konsumsi Makanan Mengandung Fitoestrogen dengan Siklus Menstruasi
pada Siswi Kelas X di SMKN 4 Kendari. Alumni Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Yudianasari Ika, Nadhiroh AM. Gambaran Kejadian Dysmenorrhoe
Berdasarkan Pengetahuan dan Perilaku Remaja dalam Penanganan
Dysmenorrhoe di MTs N IV Surabaya. Jurnal Insan Kesehatan, Stikes In
San Agung Bangkalan. Vol. 2 NO. 2. 2010

5. Sogi Dwi, Harliyanti. Faktor- factor yang Berhubungan dengan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswa Akbid Sari Mulia Banjarmasin Tahun 2011.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia. Media SainS, Volume 5
Nomor 2013

6. Adnyani, NKW. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada
Remaja Putri Kelas X di SMA PGRI Denpasar. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali. 2012.
21

7. AsuhanKehamilan Normal. Anatomi Alat Kandungan. Bab 1. page 2-9

8. Desty nur isnaeni. Hubungan Antara Stres dengan Pola Menstruasi pada
Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. 2010.

9. Mappaware Nasrudin A. Fisiologi Haid Normal. Staf Bagian Obgin FK
UMI / Staf LB divisi FER Bagian Obgin FK Unhas.

Anda mungkin juga menyukai