Anda di halaman 1dari 3

Diduga Disunat 15%, Bantuan Bedah Rumah di

Pangandaran Kisruh
Oleh: Asep Kartiwa12/08/2014 Reply

Berita Terkait
Warga Pamarican Ciamis Blokir Jalan Rusak
LPM Pertanyakan Relokasi Parkir Di Pasar Bojongkantong Banjar
Pendaftar Tes CPNS Pangandaran Diprediksi Membludak
Marak Pencurian, Keluarga Pasien Keluhkan Keamanan RSUD Ciamis
Milad Ke 9, Kemenag Banjar Luncurkan Program Infasing
Foto: Ilustrasi
Cijulang, (harapanrakyat.com),-
Program bantuan bedah rumah dari Kementerian Perumahan Rakyat yang digulirkan di
Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, kisruh. Pasalnya, pihak
penerima bantuan menuding pihak panitia tidak transparan dalam pengelolaan bantuan
yang diberikan dalam bentuk barang bangunan tersebut.
Otong (47), Ketua Kelompok Penerima Bantuan, yang juga warga RT16/RW07 Dusun Mandala,
Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, mengatakan, dirinya membawahi 11 orang warga yang
mendapat bantuan rehab rumah. Namun, dalam pengelolaan bantuan tersebut, lanjut dia, terdapat
kejanggalan dalam proses pencairannya.
Meski saya ditunjuk sebagai ketua kelompok, namun hingga hari ini belum mengetahui nota
pembelian dan penerimaan barang matrial, baik dari panitia ataupun langsung dari toko
bangunan yang ditunjuk, katanya, kepada HR, pekan lalu.
Otong menjelaskan, sebelum mendapat bantuan tersebut, dirinya sudah mempersiapkan bahan
bangunan sebagai tambahan untuk menyelesaikan rehab rumah. Dia menambahkan, dirinya
pernah bernegosiasi dengan pihak panitia menyusul kesiapan sudah menyediakan bahan
bangunan.
Otong pun kemudian meminta sebagian uang kepada panitia untuk membeli matrial dan sebagian
lagi untuk membayar ongkos kerja. Namun, pihak Panitia memotong uang bantuan tersebut
sebesar 15%. Panitia beralasan potongan uang tersebut diberlakukan karena saya tidak
mengambil matrial dari panitia, tetapi malah mengambil uangnya, katanya.
Hal senada dikatakan Aen (53), penerima bantuan yang juga warga RT 16/RW 07 Dusun
Mandala, Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang. Dia mengatakan, pada pencairan termin
pertama, dirinya mendapat uang dari panitia sebesar Rp. 2,6 juta ditambah semen sebanyak 10
zak.
Pertama saya mendapat Rp. 1 juta, kedua menerima semen 10 zak, dan yang terakhir mendapat
Rp. 1,6 juta, katanya, kepada HR, pekan lalu.
Menurut Aen, pada termen pertama, dirinya seharusnya mendapat bantuan sebesar Rp.3,75 juta.
Namun, setelah dihitung, uang dan barang yang telah diterimanya masih ada selisih kekurangan
dari jumlah uang atau barang yang seharusnya diterimanya.
Saya juga sempat menanyakan kepada pihak panitia terkait sisa uang tersebut. Namun, kata
panitia uang jatah saya pada termin pertama sudah habis dengan jumlah Rp. 3,5 juta,
terangnya.
Heru (44), yang masih penerima bantuan, warga RT 15/RW 07 Dusun Mandala, Desa Batukaras,
Kecamatan Cijulang, mengaku dirinya tidak pernah dilibatkan dalam negosiasi harga dengan
toko yang ditunjuk untuk pengadaan barang.
Menurut dia, meski sudah menerima seluruh barang bangunan, namun dirinya tidak mengetahui
berapa harga- harga barang yang diterimanya. Bahkan, nota pembelianya pun tidak pernah
melihat.
Dia pun mengaku kecewa tidak pernah dilibatkan dalam pembelian bahan bangunan tersebut,
sehingga tidak mengetahui persis berapa uang yang telah dipakai untuk pembelian bahan
bangunan.
Ditemui terpisah, Sekretaris BPD Desa Batukaras, Ade Rukanda, mengaku dirinya tidak pernah
diajak untuk bermusyawarah dalam pembentukan kepanitiaan bantuan bedah rumah tersebut. Dia
pun mengaku pernah mendengar kabar tentang adanya kejanggalan dalam penyaluran bantuan
tersebut.
Ade menegaskan, seharusnya setiap ada program yang bergulir di desa harus melibatkan BPD
untuk diajak musyawarah. Karena BPD memiliki tugas pengawasan terhadap program yang
digulirkan di tingkat desa, tutur Ade, pekan lalu. Dia pun mengaku dirinya tidak tahu berapa
banyak warga di desanya yang menerima bantuan tersebut.
Namun begitu, Ketua BPD Desa Batukaras, Hasan, mengaku mendapat kabar adanya bantuan
rehab rumah tersebut. Kalau tidak salah Desa Batukaras mendapat bantuan bedah rumah
sebanyak 293 KK. Dan masing-masing penerima mendapat bantuan sebesar Rp. 7, 5 juta yang
diberikan dalam dua termin, katanya.
Namun, Hasan membantah dalam penyaluran bantuan tersebut ada potongan yang dilakukan
oleh panitia. Menurut dia, tidak ada potongan uang apapun. Sementara terkait kisruh yang terjadi
saat ini hanyalah kesalahpahaman warga saja.
Pencairan bantuan tersebut baru tahap pertama, itupun belum semuanya menerima, masih
dalam proses. Bantuannya juga dalam bentuk barang bangunan, bukan uang, tegasnya, kepada
HR, Senin (03/08/2014).
Hasan menjelaskan, pada pencairan tahap pertama, matrial yang sudah disalurkan yakni pasir,
batako, semen dan besi. Kami meminta warga tetap kondusif. Jika ada permasalahan segera
dikonsultasikan dengan BPD atau panitia, pintanya.
Sementara itu, Kepala Desa Batukaras, Ikin, menjelaskan, bantuan bedah rumah ini merupakan
program dari Kementerian Perumahan Rakyat. Penerima Bantuan di Desa Batukaras tersebar di
6 Dusun, yakni Dusun Sijangkalang, Dusun Batukaras, Dusun Mandala, Dusun Cidahu, Dusun
Pasuketan dan Dusun Nagrog.
Setiap dusun memperoleh pembagian yang adil dan disesuaikan dengan kebutuhan, tutur Ikin,
kepada HR, Senin (04/08/2014).
Dari 279 warga yang mendapat bantuan, lanjut Ikin, dibagi ke dalam dua kelompok, yakni
kelompok yang menerima bantuan sebesar Rp.7,5 juta dan kelempok yang menerima Rp. 15 juta.
Warga yang menerima bantuan sebesar Rp.15 juta adalah para janda jompo. Dari 279 penerima
bantuan tersebut, dikomunitaskan menjadi 29 kelompok. Hal itu untuk memudahkan
pemantauan, jelasnya.
Menurut Ikin, dana bantuan tersebut tidak berbentuk uang, namun berbentuk matrial atau barang
bangunan. Adapun toko matrial yang menjadi pemasok bantuan tersebut, ditentukan berdasarkan
hasil musyawarah.
Pertimbangan penunjukan toko bangunan tersebut berdasarkan kreteria putra daerah, kredibel,
kemampuan omzet dan kesanggupan menyediaan bahan bangunan secara tepat waktu. Hasil
kesepakatan ini dibuat dalam sebuah berita acara, katanya.
Terkait isu potongan sebesar 15%, Ikin menjelaskan, memang ada penerima bantuan yang sudah
memiliki sebagian bahan bangunan. Dan penerima bantuan tersebut memohon untuk menerima
bantuan dalam bentuk uang. Alasan mereka, menurut dia, kerena mereka tidak ada uang untuk
membayar pekerja.
Semenara pihak penyedia bahan bangunan atau toko merasa kerugian jika diberikan kepada
penerima bantuan dalam bentuk uang, sehingga dia memotong uang sebesar 15% sebagai
keuntungannya, katanya.
Ikin meminta apabila ada warga yang keberataan, pihaknya siap untuk diajak musyawarah guna
meluruskan permasalahan yang terjadi. Sebenarnya yang paling berperan dan
bertanggungjawab dalam penyaluran dana bantuan ini adalah Tim Pendamping Masyarakat
(TPM). Karena kami dari pihak desa tidak pernah mendapat Bimibingan Teknis (Bintek) terkait
bantuan bedah rumah ini. Kalau mau tanya lebih jelas, coba tanya ke TPM,
pungkasnya. (Askar/Koran-HR)

Anda mungkin juga menyukai