Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nyeri abdomen merupakan sensasi subyektif tidak menyenangkan yang terasa di
setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya di gunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan onset mendadak dan durasi pendek sedangkan nyeri alih adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Untuk mempermudah,
pengelompokkan di bagi menjadi 9 regio, adapun nyeri di regio epigastrium biasanya di
sebabkan kelainan pada organ lambung, duodenum, saluran empedu dan pankreas.
Manajemen pasien dengan akut abdomen memerlukan keputusan yang tepat
dalam rentang waktu yang singkat, untuk melakukan operasi pembedahan. Keputusan ini
membutuhkan evaluasi dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik, dat laboratorium, dan
tes pencitraan. Sindrom acute abdominal pain menyebabkan sejumlah besar kunjungan ke
rumah sakit dan dapat terjadi pada mereka yang sangat muda, sangat tua, laki-laki
maupun perempuan, dan semua tingkatan sosioekonomi.
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat
Darurat setiap tahunnya diseluruh dunia. Dimana, 25-41% merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus ringan
dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa kasus mengancam jiwa dapt
berujung kepada kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya ruptur aorta,
aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard (Medina, 2011).
Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk menegakkan
diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi morbiditas dan
mortalitas. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat
darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff, 2001).
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat
mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan
geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh
apendisitis , sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis dan infark usus lebih umum
terjadi pada bayi (Cordell, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa defenisi abdominal pain ?
2. Apa etiologi dan klasifikasi abdominal pain?
3. Berapa epidemiologi dari abdominal pain?
4. Bagaimana patofisiologi abdominal pain?
5. Apa saja manifestasi klinik abdominal pain?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik abdominal pain?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk abdominal pain?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi abdominal pain
2. Untuk mengetahui etiologi dan klasifikasi dari abdominal pain
3. Untuk mengetahui epidemiologi abdominal pain
4. Untuk mengetahui patofisiologi abdominal pain
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik abdominal pain
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk abdominal pain
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk sistemik diabetes melitus

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI

Nyeri abdomen merupakan sensasi subyektif tidak menyenangkan yang terasa di
setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya di gunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan onset mendadak dan durasi pendek sedangkan nyeri alih adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Untuk mempermudah,
pengelompokkan di bagi menjadi 9 ragi, adapun nyeri di regio epigastrium biasanya di
sebabkan kelainan pada organ lambung, duodenum, saluran empedu dan pankreas.
nyeri abdomen berasal dari salah satu dari tiga sumber berikut ini viseral yang
berongga, organ padat atau peritoneum dan sifat, lokasi, penyebaran dan gejala-gejala
yang berkaitan menunjukan sumber nyeri.
Jenis dan lokasi memberikan panduan secara kasar terhadap bentuk penyakit.
Nyeri viseral ( akibat distensi dari organ dalam ) sulit di lokalisirkan dan sering di rasakan
dan sering di rasakan di garis tengah. Nyeri intestinal cendrung bersifat kram apa bila
berasal dari proksimal yaitu dari katub ileosekal, nyeri biasanya berasal dari atas dan di
sekitar umbilikus. Nyeri berasal dari kolom di rasakan di epigastrium, Nyeri akibat
obstruksi








2.2 Anatomi dan Fisiologi Abdominal pain





Bagian abdomen sering dibagi menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.
Pembagian berdasarkan 9 regio:
a) Regio hipokondria kanan
b) Regio epigastrika
c) Regio hipokondria kiri
d) Regio lumbal kanan
e) Regio umbilicus
f) Regio lumbal kiri
g) Regio iliaka kanan
h) Regio hipogastrika
i) Regio iliaka kiri
Pembagian berdasarkan 4 kuadran:
a) Kuadran kanan atas
b) Kuadran kiri atas
c) Kuadran kanan bawah
d) Kuadran kiri bawah
Perkembangan dari anatomi rongga perut dan organ-organ visera mempengaruhin
manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdominal peritoneum, dan persarafan
sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi acute abdominal disease.
Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi foregut,
midgut, dan hindgut. Arteri mesenterika superior menyuplai dari ke midgut (bagian
keempat duodenum sampai midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esofagus,
lambung, dan proksimal duodenum, sedangkan hindgut terdiri dari kolon distal dan
rektum. Serabut aferen yang menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan sensoris
pada usus dan terkait peritoneum viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum
(foregut) merangsang serabut aferen celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium.
Rangsangan di sekum atau apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai
arteri mesenterika superior menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan penyakit
kolon distal menginduksi serabut saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior
menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf prenikus dan serabut saraf aferen setinggi C3, C4,
dan C5 sesuai dermatom bersama-sama dengan arteri prenikus mempersarafi otot-otot
diafragma dan peritoneum sekitar diafragma. Rangsangan pada diafragma menyebabkan
nyeri yang menjalar ke bahu. mPeritoneum parietalis, dinding abdomen, dan jaringan
lunak retroperitoneal menerima persarafan somatik sesuai dengan segmen nerve roots.
2.3 KLASIFIKASI
Nyeri abdomen akut biasanya untuk menggambarkan nyeri dengan onset
mendadak dan nyeri abdomen kronis biasanya untuk menggambarkan nyeri lanjut, baik
yang berjalan dalam waktu lama maupun berulang/ hilang timbul. Nyeri kronis dapat
berhubungan dengan ekserbasi akut.

MASALAH PROSES LOKASI KUALITAS
Ulkus Peptikum dan
Dispepsia
(Gangguan ini tidak
dapat dibedakan dari
tanda-tanda dan gejala-
gejalanya)

Ulkus peptikum
menunjukkan adanya
ulkus, biasanya di
duodenum atau
lambung. Dispepsia
menyebabakan gejala
yang sama tapi bukan
merupakan suatu
ulserasi.
Epigastrium,
dapat menjalar
ke punggung
Bervariasi :
perih,
membakar,
menjemukan,
nyeri, menekan,
atau seperti
lapar.
Kanker Lambung Neoplasma maligna Epigastrium Bervariasi

Panreatitis akut Inflamasi akut dari
pankreas
Epigastrium,
dapat menjalar
ke punggung
atau daerah lain
di abdomen,
kurang
terlokalisir.

Biasanya stabil
Pankreatitis kronis Fibrosis pankreas
sekundert terhadap
inflamasi rekuren.
Epigastrium,
menjalar ke
punggung.
Stabil, dalam
Kanker Pankreas Neoplasma maligna Epigastrium dan
juga di kuadran
atas; sering
menjalar ke
punggung

Stabil, dalam
Kolik Bilier Obstruksi tiba-tiba
dari duktus sistikus
atau duktus biliaris
komunis oleh batu
empedu.
Epigastrium
atau kuadran
kanan atas;
dapat menjalar
ke skapula
kanan dan bahu
Stabil, nyeri;
tidak seperti
kolik.
Kolesistitis akut Inflamasi kandung
empedu, biasanya
akibat obstruksi
duktus sistikus oleh
batu empedu.
Kuadran kanan
atas atau
abdomen atas;
dapat menjalar
ke daerah
skapula kanan.
Stabil, nyeri
Diverkulitis akut Inflamasi akut dari
divertikulum kolon,

Kuadaran kiri
bawah
Dapat diawali
kram, tapi
kemudian
menjadi stabil.
Appendisitis akut Inflamasi akut dari
appendiks dengan
distensi atau
obstruksi.
1. Nyeri
periumbilikal
yang kurang
terlokalisir,
biasanya diikuti
dengan
2. Nyeri di
kuadran kanan
bawah
1. Ringan tapi
meningkat,
mungkin berupa
kram
2. Stabil dan lebih
berat
Obsturksi Mekanik
Intestinal Akut
Obstruksi lumen usus,
paling sering
disebabkan oleh (1)
adhesi atau hernia
(usus halus), atau (2)
kanker atau
1. Usus halus :
periumbilikal
atau abdomen
atas Kolon :
abdomen bawah
atau menyeluruh
1. Kram
2. Kram

divertikulitis (kolon)
Oklusi Arteri Akut Terhambatnya suplai
darah ke usus dan
mesenterium oleh
trombosis atau emboli
Mungkin
periumbilikal
pada awalnya,
lalu menjadi
difus.

Kram pada
mulanya,
kemudian stabil


TABEL NYERI ABDOMEN
MASALAH WAKTU FAKTOR
YANG
MEMPER-
BERAT
FAKTOR YANG
MEMPERI NGAN
GEJALA
PENYERTA
DAN
SETTING
Ulkus
Peptikum
dan
Dispepsia

(Gangguan ini
tidak dapat
dibedakan
dari tanda-
tanda dan
gejala-
gejalanya)
Intermiten. Ulkus
duodenum
(dibandingkan
ulkus gaster atau
dispepsia) lebih
cenderung
menyebabkan
nyeri yang (1)
membangunkan
pasien di malam
hari, dan (2)
timbul intermiten
selam beberapa
minggu, lalu
hilang berbulan-
bulan, kemudian
timbul kembali.

Bervariasi Makanan dan antasida
mungkin
menghilangkan nyeri,
tapi tidak selalu dan
lebih jarang lagi pada
ulkus gaster.













Mual, muntah,
bersendawa,
kembung; rasa
terbkar (lebih
sering pada
ulkus
duodenum);
penurunan berat
badan (lebih
sering pada
ulkus gaster).
Dispepsia lebih
sering terjadi
pada usia muda
(20-29 th),
ulkus gaster
pada usia tua (>
50 th), ulkus
duodenum pada
usia 30 60 th.
Kanker
Lambung
Riwayat nyeri
yang khas lebih
singkat daripada
ulkus peptikum.
Nyeri menetap
dan berkembang
dengan lambat.

Seringkali
makanan
Tidak hilang dengan
makanan atau
antasida.
Anoreksia,
mual, mudah
kenyang,
penuruan berat
badan, dan
kadangkala
perdarahan.
Paling sering
terjadi pada
usia 50-70 th.
Pankreatitis
akut
Onset akut, nyeri
menetap
Berbaring
terlentang
Membungkuk /
condong ke depan
dengan batang tubuh
fleksi.

Mual, muntah,
distensi
abdome,
demam.
Seringkali
terdapat riwayat
serangan
sebelumnya dan
penyalahgunaan
alkohol atau
adanya batu
empedu.
Pankreatitis
kronis
Kronik atau
berulang
Alkohol,
makan
banyak,
atau
makanan
berlemak.
Mungkin
membungkuk/condong
ke depan dengan
batang tubuh fleksi;
seringkali keras kepala
(intractable?)
Dapat timbul
gejala
penurunan
fungsi pankreas
; diare dengan
steatorrhea dan
diabetes
melitus.
Kanker
Pankreas
Nyeri menetap;
penyakit
berkembang
progresif tanpa
belas kasihan
Mungkin
membungkuk/condong
ke depan dengan
batang tubuh fleksi;
seringkali keras kepala
(intractable?)

Anoreksia,
mual, muntah,
penuruan berat
badan, dan
ikterus. Gejala
emosional,
termasuk
depresi.
Kolik Bilier Onset cepat
selama beberapa
menit,
berlangsung satu
sampai beberapa
jam dan
berkurang secara
bertahap. Sering
berulang.







Anoreksia,
mual, muntah,
gelisah.
Kolesistitis
akut
Onset bertahap;
berlangsung lebih
lama daripada
kolik bilier.
Anoreksia,
mual, muntah,
dan demam
Diverkulitis
akut
Seringkali onset
terjadi bertahap





Demam,
konstipasi.
Mungkin
diawali dengan
diare singkat.
Appendisitis
akut
1. Secara kasar
berlangsung
selama 4 6 jam
2. Tergantung
intervensi
1.

2.
Pergerakan
atau batuk

2.Jika berkurang
secara temporer,
dicurigai telah terjadi
perforasi appendiks
Anoreksia,
mual, mungkin
muntah, khas
mengikuti onset
nyeri; demam
ringan.
Obsturksi
Mekanik
Intestinal

1. Paroksismal;
dapat menurun

1. Muntah
cairan empedu
Akut sejalan dengan
terganggunya
pergerakan usus.

2. Paroksismal,
walaupun
khasnya lebih
ringan.
dan mukus
(obstruksi
tinggi) atau
materi feses
(obstruksi
rendah). Timbul
obstipasi.
2. Obstipasi
lebih dini.
Muntah
Diawali gejala
dari penyakit
yang
mendasari.
Oklusi Arteri
Akut
Biasanya onset
tiba-tiba, lalu
menetap.
Muntah, diare
(kadang-kadang
berdarah),
konstipasi,
syok.


2.4 EPIDEMOLOGI
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat
darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson D, 2001).
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh
nyeri perut (Cordell WH et all, 2002). Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia,
yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark
usus lebih umum terjadi pada bayi (Graff LG, Robinson D, 2001).
2.5 PATOFISIOLOGI
Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ
perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau
pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa
rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau
terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya
pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami
nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya
ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri
viseral kadang disebut juga nyeri sentral (Sjamsuhidajat et all,2004).
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum, sistem
hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian
saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus besar sampai pertengahan
kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna
yang lainnya adalah hindgut yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon
sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan
rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya
dapat aktif bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2004).
Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri
dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat dengan
jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang
kimiawi atau prosesradang (Sjamsuhidajat dkk., 2004).
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum
dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua
peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik
gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah
intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak,
bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa
embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan
dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung
belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada
permukaan limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia mayora pada
wanita atau testis pada pria (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf pada herpes
zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding perut sebelum gejala tau tanda
herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis
setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada
tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi
nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa
rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit
setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri kontinyu atau
nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus
karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan
penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan
defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meraadang dan
menghindari gerakan atau tekanan setempat (Sjamsuhidaja, dkk., 2004).
Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu
ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia
yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik
dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk.2004).
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan,
penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut
yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih
lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek
dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
2.6 FAkTOR RESIKO
Kwandran kanan atas:
1. Cholecystitis acute
2. . Perforasi tukak duodeni
3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute
5. Acute congestive
6. Hepatomegaly
7. Pneumonia + pleuritis
8. . Pyelonefritis acute
9. Abses hepar
Kwandran kiri atas:
1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute
4. Ruptur aneurisma aorta
5. Perforasi colon (tumor/corpus alineum)
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Infark miokard akut
Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V mesentrial
5. Hernia Inguinalis strangulata
6. Aneurisma aorta yang pecah
Kwandran kanan bawah:
1. Appendicitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel
7. Ileus regionalis
8. Psoas abses\
Kwandran kiri bawah:
1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum)
7. Psoas abses
8. Batu

2.7 MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak ada nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgo kulit tidak elastis
6. Urin sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan


DIAGNOSA
1. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan
nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya dan faktor yang
mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa. Muntah sering didapatkan pada
pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus tinggi, muntah tidak akan berhenti dan
bertambah berat. Konstipasi didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis
umum. Nyeri tekan didapatkan pada iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum
setempat ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai defans muskuler.
Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain seperti keadaan sebelum
serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam anamnesis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal organ
tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan
organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya. Nyeri pada anak
presekolah sulit ditentukan letaknya karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat
bila ditanya tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat menentukan letak nyeri
(Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri
yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu
menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri
pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan
terdapat rangsangan pada diafragma (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Permulaan nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan sumber
nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat, tetapi dapat
pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ berongga,
rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses
inflamasi. Demikian juga intensitas nyerinya. Sesorang yang sehat dapat pula tiba-tiba
langsung merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh adanya sumbatan, perforasi
atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan oleh proses radang, misalnya
pada kolesistitis atau pankreatitis.
Posisi pasien
Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis
akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul
dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut.
Pasien dengan abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah
perut bagian atas seakan-akan menggendong absesnya. Appendisitis akut yang letaknya
retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaring dengan fleksi pada sendi panggul
sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi.
Nyeri abdomen yang menyebabkan diafragma teritasi akan menyebabkan pasien
lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang memudahkan bernafas. Penderita pada
peritonitis lokal maupun umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan pasien
dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi,
pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok
dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan
bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darm-steifung). Tanda-tanda
khusus pada trauma daerah abdomen. Keadaan nutrisi penderita. Cullens sign (daerah
kebiruan pada periumbilical) dan grey turners sign (daerah kebiruan pada bagian flank)
merupakan tanda pancreatitis
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps omentum atau
usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus,
maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat
distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang
terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/ defense
musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi sehingga dikenal
gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah
peradangan dan daerah penekanan dinding abdomen. defense musculaire/ muscular
rigidity ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan rangsangan palpasi
bertambah sehingga terjadi defense musculaire. Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau
nyeri perut atas akan didapatkan nyeri tekan.
Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di perut bagian
kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis,
rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri)
pada appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di
hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Palpasi pada kasus akut abdomen
memberikan rangsangan peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara
lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba lunak, atau
ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah epigastrik dapat berupa
kanker lambung atau pancreas.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri oleh
ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena meteorismus
disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi letak rendah. Pekak
hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda
pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati).
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran pencernaan
dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba untuk menipu
dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan keluhan rasa sakit mereka sehingga
tidak dapat diabaikan atau dianggap enteng. Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya
murmur pada auskultasi caput medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi
dari vena umbilical dengan aliran balik dari vena porta.
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau keadaan
ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor. Colok dubur dapat membedakan
antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti
yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina
menambah informasi kemungkinan kelainan di organ ginekologis (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004).
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan terjadinya perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma
pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
2) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
2. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk
menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pada thoraks. Harus juga
diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus dalam
rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
2) Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
3) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
4) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut abdomen (Cartwright,
2008).
Lokasi nyeri Pencitraan
Kuadran kanan atas Ultrasonografi
Kuadran kiri atas CT
Kuadran kanan bawah CT dengan media kontras IV
Kuadran kiri bawah CT dengan media kontras IV dan oral
Suprapubis Ultrasonografi
3. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan
NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3) Rektosigmoidoskopi
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
4) NGT

Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar dari
lambung pada trauma abdomen. Dari data yang diperoleh melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan
analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalahmasalah sampingan yang
perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita
dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.
DIAGNOSIS BANDING
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut
dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada anamnesis
nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan mual atau
muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau menggigil
(kecuali pada apendisitis dan tifus abdominalis), sedangkan panas tinggi yang disertai
menggigil lazim ditemukan sebagai tanda awal kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada
pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum.
Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran
kemih. Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau gumpalan darah)
mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.

Kwandran kanan atas:
1. Cholecystitis acute
2. Perforasi tukak duodeni
3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute
5. Acute congestive
hepatomegaly
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Abses hepar





Kwandran kiri atas:
1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute
4. Ruptur aneurisma aorta
5. Perforasi colon
(tumor/corpus alineum)
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Infark miokard akut
Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V mesentrial
5. Hernia Inguinalis strangulata
6. Aneurisma aorta yang pecah





PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan nyeri abdomen antara lain, adalah :
1. Penyelamatan jiwa penderita
2. Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat
pencemaan penderita.
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1. Tindakan penanggulangan darurat
2. Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan kardiovaskuler
yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila sistim vital penderita
sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
3. Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.
Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah :
1. Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
2. Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
1. Menghilangkan sumber kontaminasi.
2. Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
3. Mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin
usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga
abdomen yang dinamakan laparotomi.
Kwandran kanan bawah:
1. Appendicitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel
7. Ileus regionalis
8. Psoas abses
Kwandran kiri bawah:
1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yangpecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum)
7. Psoas abses
8. Batu ureter (kolik
Laparotomi eksplorasi darurat
1. Tindakan sebelum operasi
1. Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil.
Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat besar,
dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber perdarahan.
2. Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3. Pemasangan dauer-katheter
4. Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan
5. persangkaan perforasi usus, shock berat atau trauma multipel.
6. Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga,
7. haemothoraks atau pneumothoraks.
2. Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang
3. Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1. Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2. Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari
organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk
sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem
vaskuler. Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.
3. Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads
anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4. Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi
atau reseksi usus dengan anastomosis.
5. Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
6. Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari
seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan
memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
7. Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta
kutis dibiarkan terbuka.






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nyeri abdomen merupakan sensasi subyektif tidak menyenangkan yang terasa di
setiap regio abdomen. akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit
intra abdominal dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak memerlukan terapi pembedahan,
sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen harus dilakukan dengan cermat.
Berbagai penyebab pada keadaan nyeri abdomen dapat berasal dari intra dan ekstra
abdomen. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh kecepatan penanganan yang sangat
tergantung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diperlukan
pengetahuan yang luas, mencakup anatomi, fisiologi, pemeriksaan fisik dasar, dan
pengalaman klinis multidisiplin. Selain itu juga perlu teliti, waspada, dan peka terhadap
perkembangan dari waktu ke waktu, serta mampu menggunakan
rasio setepat mungkin .
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri
pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma
abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut abdomen
baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa observasi yang
ketat.











DAFTAR PUSTAKA
1. BURNSIDE, John W, Diagnosis fisik physicalbdiagnosis/ John W. Burnside, Thomas
J. McGLynn : alihbahasa, Henny Lukmanto. Ed 17. Jakarta EGC, 1995
2. Dr. Lyndon Saputra, Intisari Ilmu Penyakit Dalam.
3. Prof.dr.Arjatmo Tjokronegoro, ph.D. dan dr.Hendro Utama.1996. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I
4. Arun W. Sudoyo dkk. 2007 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
5. Depertemen Ilmu Penyakit paru. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya
6. http://easthomas.blogspot.com/2010/12/abdominal-pain-nyeri-abdomen.html
7. Bickley, Lynn S. 2008 Pemeriksaan fisik dan Riwayat kesehatan Bates, Jakarta : EGC
8. http://www.scribd.com/doc/81900388/Nyeri-Akut-Abdomen
9. Pierce A. Gracev dan Nell R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah ed 3.
10. Harrisan Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Editor Edisi Bahasa Inggris Kurt J.
Issebacher, Bahasa Indonesia Ahmad H. Asdie Jakarta EGC. 1999
11. At a Glance. 2005 ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK, Jakarta: EGC





















REFERAT ABDOMINAL PAIN

O
L
E
H

YUYUN HANDAYANI
05.06.0017



FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2012

Anda mungkin juga menyukai