itu?"
darah
mengalir
di
sana,
sedangkan
pada
saat
itu
mereka
berada
di
Jumrah
Aqabah."
Apa yang diklaim sebagai hadits sebenarnya sama sekali tidak layak dikatakan sebagai sabda nabi Muhammad SAW. Dan
untuk itu sudah ada ancaman dari beliau sendiri tentang orang yang mengatakan bahwa suatu lafadz itu merupakan
perkataan beliau, padahal beliau sendiri tidak pernah mengatakannya.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berdusta tentang aku secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempat
duduknya di neraka". (HR Muttafaqun alaihi).
Kelemahan Hadits Pada Buku Tersebut
1. Kelemahan Pertama: Tidak Membaca Makhthuthat
Kelemahan paling mendasar bahwa Amin Muhammad Jamaluddin meski banyak menggunakan hadits dari kitab Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim, namun pada bagian-bagian yang penting dan sangat musykil seperti perhitungan tahun
turunnya Imam Al-Mahdi, beliau menggunakan hadits-hadits yang tidak jelas asal usulnya.
Di antara rujukan hadits yang bermasalah di kitab ini adalah klaim bahwa beliau menemukan makhthutah(naksah tulisan
tangan) di sebuah perpustakaan di Istambul.
Setelah diteliti lebih jauh, ternyata Amin Muhammad Jamaluddin sebagai penulis tidak membaca langsung naskah tulisan
tangan itu. Tetapi bersumber dari seseorang yang mengaku pernah menemukanmakhthuthat itu di sebuah perpustakaan di
Istanbul.
Jadi bahkan Amin Jamaluddin sendiri tidak pernah melihat langsung naskah itu dalam keadaan aslinya. Semata-mata
informasi dari seseorang yang mengaku pernah melihatnya.
Dari sini saja pada dasarnya kaidah ilmiyah penulisan kitab ini sudah sangat bermasalah. Seharusnya penulis buku ini
mencantumkan kopi dari makhthuthah ini dalam kitabnya. Dan akan menjadi satu cabang ilmu yang dikenal dengan nama
Filologi.
2. Kelemahan Kedua: Makhthuthah Bermasalah
Menurut Ustaz Hatim Al-Auniy, anggota Haiah Tadris di Universtias Ummul Qura Makkah, makhthuthatyang diklaim
sebagai berisi hadits shahih itu ternyata tidaklebihdari kumpulan hadits-hadits palsu nukilan dari Kitabul Fitan karya
Nuaim ibnu Hammad.
Padahal banyak dari para ulama sejak dahulu telah memberi peringatan tentang masalah periwayatan yang ada di dalam
kitab Al-Fitan.
Al-Imam Ahmad mengatakan ada tiga kitab yang tidak punya dasar, di antaranya adalah Kitabul Fitankarya Nuaim bin
Hammad ini.
Sedangkan Adz-Dzahabi mengomentari tentang Nuaim penulis makhthuthat ini sebagai orang yang jiwa manusia tidak
mantap dengan riwayatnya. Senada dengan itu, Yahya bin Muin mengatakan bahwa Nuaim ini meriwayatkan dari orangorang yang tidak tsiqah (lihat Siyar Alam An-Nubala jilid 10 halaman 597-600).
Jadi anggaplah misalnya makhthuthat itu memang benar-benar ada di perpustakaan Istanbul sana, dan memang benarbenar ditulis oleh Nuaim bin Hammad, tetap saja pengambilan dasar hadits itu bermasalah pada perawinya, yaitu Nuaim
bin Hammad.
"Di suatu tahun di abad yang baru dan sembilan bulan, dari langit akan datang Raja Teror.Langit akan terbakar pada
empat puluh lima derajat. Api akan turun di kota baru yang besar itu di kota York."
Dan masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan buku ini, sehingga para ulama sampai mengharamkan umat Islam merujuk
buku ini dalam memahami ajaran Islam. Karena selain bercampurnya hadits shahih dan palsu, juga banyak berisi dongeng
yang dihubung-hubungkan.
Wajar kalau ada pihak yang mengatakan tujuan buku ini diterbitkan tidak lain sekedar cari sensasi belaka. Dan alasan paling
logis untuk itu sekedar meraup uang saja.
Harapan kepada umat Islam, setidaknya sebelum bicara hal-hal yang berbau masalah hari kiamat yang merupakan khabar
ghaibi, syarat mutlaknya adalah memastikan hanya menggunakan hadits yang shahih dalam arti yang sebenarnya. Pastikan
hadits memang telah disepakati keshahihannya oleh para ulama hadits.
Selain itu kitab sharah hadits itu wajib dibaca, semacam Fathul Bari oleh Al-Allamah Ibnu Hajar Al-Asqalani, kitab
penjelasan untuk Shahih Bukhari, atau Syarah Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi untuk penjelasan Kitab Shahih
Muslim.
Agar jangan tujuan mulia kita tercemar dengan kejahilan ilmu hadits kita, sehingga bukannya menyebarkan ilmu tetapi
malah menjadi agen khurafat. Wal Iyadzhu billahi.
Wallahu alam bishshawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,