Anda di halaman 1dari 8

Riwayat personal dan sosial terkait: gaya hidup, pola makan, keadaan lingkungan

sekitar, dan lain sebagainya. Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan


pertumbuhan karena sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga
asupan kalorinya sangat sedikit. Apakah saat beraktifitas mengalami dispneu atau
takipneu (karena inadekuat O2 ke jaringan). Ortopneu biasanya diakibatkan
kongesti vena pulmonary. Berkeringat secara abnormal biasanya disebabkan oleh
gagal jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia pada otot
jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta, hipertensi
pulmonal, heart rate yang sangat tinggi/sangat rendah).
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi selanjutnya.
Sebelumnya, kita juga harus melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV).
Terdapat empat modus dasarnya, yaitu:

Keadaan umum dan TTV


dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian
tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang keadaan pasien (compos
mentis, apatis, somnolen, sopor, atau koma). Hasil: kesadaran compos mentis, nadi
150x/menit (N 75-120x/menit), pernapasan 52x/menit (N 20-30x/menit), dan suhu
36.3C.
Inspeksi
yang membutuhkan penggunaan mata pemeriksa secara kritis, dimulai dengan
pengamatan umum selama wawancara medik (anamnesis) dan merupakan modus
utama pemeriksaan fisik. Hasil: sianosis dan diaforetik, clubbing finger.
Palpasi
yaitu mode meraba dan merasakan, dimana palpasi ringan digunakan untuk menilai
kulit dan struktur permukaan, variasi dari suhu permukaan, kelembaban, serta
kekeringan. Palpasi dilakukan di organ-organ visera, seperti pada abdomen.
Hasil: jantung secara klinis tidak membesar tetapi aktivitas ventrikel kanan mudah
teraba dan mungkin dapat

thrill
sistolik pada daerah pulmonal.
perkusi
yaitu menggunakan suara untuk menentukan densitas dan isi struktur. Perkusi
dilakukan dengan mengetuk permukaan tubuh dan menimbulkan getaran,
mendengar, dan merasakan adanya perbedaan dalam penghantaran gelombang
suara.
auskultasi
dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk menilai pergerakan gas, cairan,
atau organ di dalam kompartemen tubuh. Hasil: bunyi jantung 1 dan 2 murni
regular, murmur sistolik grade 2/6 di linea sternalis kiri ics 2.
Pemeriksaan Penunjang
.
Pemeriksaan lab
ditemukan adanya peningkatan Hb dan Ht akibat saturasi oksigen yang rendah.
Terdapat juga peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien dengan Hb dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. Nilai juga faktor
pembekuan darah (trombosit, protombin time).
Elektrokardiogram
ditemukan deviasi sumbu QRS ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan hipertrofi
atrium kanan. Pada anak mungkin gelombang T positif di V1, EKG sumbu QRS
hampir selalu berdeviasi ke kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P
pulmonal). Pada penderita tetralogi asianosis, hipertrofi biventrikuler kombinasi
mula-mula dapat ditemukan, dengan progresivitas menuju hipertrofi ventrikel
kanan seiring berkembangnya sianosis.
Foto rontgen toraks
ditemukan gambaran jantung khas seperti sepatu boot, segmen pulmonal yang
cekung, apeks jantung terangkat (hipertrofi ventrikel kanan), dan gambaran
vaskularisasi paru oligemi.

4.
Ekokardiogram
digunakan untuk ekokardiogram 2-dimensi,
overriding
aorta, tentukan tipe VSD (perimembranus subaortik atau subarterial doubly
committed), deviasi spetum infundibular ke anterior, dimensi dan fungsi ventrikel
kiri, serta tentukan konfluensi dan diameter cabang-cabang arteri pulmonalis, 5.
Ekokardiografi berwarna dan Doppler
digunakan untuk hitung perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
(beratnya PS). Terdapat juga aliran ventrikel kanan ke aorta melalui VSD. 6.
Sedap jantung
digunakan untuk menilai konfluensi dan ukuran arteri pulmonalis serta cabangcabangnya, mencari anomali arteri koroner, melihat ada tidaknya VSD tambahan,
dan melihat ada tidaknya kolateral dari aorta langsung ke paru (anak
besar/dewasa). 7.
Angiografi ventrikel kanan atau arteri pulmonalis
digunakan untuk menilai konfluensi dan diameter kedua arteri pulmonalis, serta
ada tidaknya stenosis pada percabangan arteri pulmonalis atau di perifer. 8.
Angiografi Aorta
dilakukan bilar diperlukan untuk melihat kelainan arteri koronaria atau bila diduga
ada kolateral.
Diagnosis
Working diagnosis
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan sekumpulan malformasi struktur
jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung
bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Penyebab
terjadinya PJB belumdapat diketahui secara
Gambar 1. Foto rontgen toraks dari Tetralogi of Fallot

pasti, tetapi ada beberapa faktor resiko atau predisposisi yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian PJB, yaitu: Tabel 1. Faktor
Predisposisi Penyakit Jantung Bawaan.
7
Faktor Prenatal A.
Faktor Genetik

Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela

Ibu alkoholisme

Umur Ibu lebih dari 40 tahun

Ibu menderita penyakit diabetes melitus yang memerlukan insulin

Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu

Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

Ayah/Ibu menderita PJB

Kelainan kromosom, misalnya sindrom Down

Lahir dengan kelainan bawaan yang lain Penyakit Jantung bawaan dapat di bagi
atas dua golongan besar, yaitu penyakit jantung bawaan non sianotik, dan penyakit
jantung bawaan sianotik. PJB non sianotik, yaitu Atrial Septal Defect (ASD),
Ventricle Septal Defect (VSD), Persistent Ductus Arteriosus (PDA), dan
Arterioventricular Septal Defect (AVSD/AV Canal Defect). Sedangkan yang
termasuk PJB sianotik, yaitu Tetralogy of Fallot (TOF), Double Outlet Right
Ventricle (DORV), Transposition of Great Arteries (TGA), serta Total Anomalous
Pulmonary Venous Return (TAPVR).
Tetralogi of Fallot (TOF)
Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi (1) defek
septum ventrikel yaitu adanya lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel, (2)
stenosis pulmonal yang terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik menuju paru, selain itu bagian otot dibawah klep juga menebal
dan menimbulkan penyempitan, (3) overriding aorta dimana katup aorta membesar
dan bergeser ke kanan, sehingga terletak lebih kekanan, dan (4) hipertrofi ventrikel
kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena adanya peningkatan tekanan
ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Komponen yang paling penting
dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat

ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif, makin lama makin berat.
Derajat stenosis pulmonal sangat

menentukan gambran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis,


sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat jelas. Pada pasien dengan TOF,
stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan
peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan. Darah
yang banyak mengandung CO2 seharusnya dipompakan ke paru-paru, namun
malah berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan
akibat VSD, akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan
akan dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari
ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Hal tersebut menyebabkan adanya
penurunan kadar O2 dalam darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik.
8
Gambar 2. Tetralogy of Fallot.
9

Job Board
About
Press
Blog
Stories
Terms
Privacy

Copyright

We're Hiring!

Help Center

Academia 2015

Anda mungkin juga menyukai