Anda di halaman 1dari 17

AL- MAJRUHIN

MIN AL-MUHADDITSIN WA
ADH- DHU’AFA’I WA AL-
MATRUKIN
Profil Ibnu Hibban

 Nama lengkap beliau adalah Muhammad Ibnu Hibban Ibnu Mu’ad Ma’bad bin Sa’id bin
Syahid at tamimi. Beliau dilahirkan sekitar tahun 270 H/884M dan wafat pada tahun 354
H di Busti di antara Sijistan dan Ghozanain dan Hiroh. Kunyah beliau adalah Abu Hatim
Tamimi Al Busti. Nama al Busti dinisbahkan pada tempat kelahiran beliau.
 Beliau merupakan salah seorang pemerintah yang terkenal pada zamannya. Beliau pernah
menjadi Qadi di Samarkand dan Khurasan. Beliau juga merupakan salah seorang ahli
hadits di zamannya.
 Ketika masih muda, beliau sudah mempunyai semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu.
Hal itu dimulai dengan menghadiri halaqah atau majelis-majelis ilmu yang dipimpin oleh
syaikh-syaikh yang ada di negerinya. Beliau telah menuntut ilmu lebih dari 300 guru di
tempat yang berbeda. Beliau banyak mendalami ilmu dalam bidang fiqh, ilmu falak, ilmu
kalam dan terutama ilmu hadis.
 Beliau mulai hijrah untuk mencari ilmu pada sekitar permulaan tahun 300 H.
beliau mengunjungi sekitar 14 negara, diantaranya Naisabur, Jurjan, Makkah,
Basrah, Dimsyaq, Kufah, Baghdad dan lain-lain. Beliau menerima hadis dari
ulama-ulama yang ditemuinya dan kemudian menuliskannya, sehingga beliau
diberi gelar ‘gudang ilmu hadis’ dan telah banyak menghasilkan banyak
karangan dari apa yang telah dituliskannya.
Sedangkan diantara beberapa
karyanya adalah sebagai berikut:
 Tarikh Ats Tsiqat
 Shahih Ibn Hibban
 Masyahir Ulama al Anshar
 Anwa’ al Ulum wa Aushofiha
 Ghara’ib al Khabar
 Ghara’ib al Kufiyyin
Profil Kitab

 Kitab yang bernama lengkap Al Majruhin min al Muhadditsin ini dikarang


oleh Muhammad Ibnu Hibban Ibnu Ahmad Abu Hatim at Tamimi al Busti al
Sijistani. Kitab yang digunakan dalam pembahasan kali ini di tahqiq oleh
Syeikh al Fadhil Hamdi Ibnu Abdul Majid as-Salafi dan terdiri dari dua jilid
yang diterbitkan oleh Dar Ash Shami’i.
 Sebenarnya, kitab ini telah dua kali dicetak, yaitu di India dan Halb (Aleppo).
Namun, keduanya banyak mengandung kesalahan seperti memasukkan
biografi-biografi yang sebenarnya tidak terdapat dalam kitab aslinya. Oleh
karena itu, Syeikh al Fadhil Hamdi Ibnu Abdul Majid kemudian mentahqiq
kitab tersebut.
Latar belakang

 Ibnu Hibban mengarang kitab Al-Majruhin yaitu untuk dijadikan


sebagai pembanding dan juga pelengkap dari kitab karangannya
yang berjudul Ats-Tsiqah. Beliau ingin agar seseorang tidak hanya
mengenal perawi yang tsiqah yang menjadikan hadits shahih juga
ingin agar seseorang dapat membedakan antaranya dengan
yang maudhu’. Jika tidak disiapkan mengenal kecacatan dari
shahih dan tidak keluar dalil yang jelas kecuali dengan mengenal
muhaddits yang lemah dan tsiqah dan tata cara dalam setiap
keadaan.
Isi kitab

 Kitab yang terdiri dari tiga jilid ini hanya berisikan rawi-rawi yang dha’if saja
rawi yang dijarh. Pada jilid pertama yang terdiri dari 399 halaman
diantaranya berisi kata pengantar dari penerbit, muqaddimah muhaqqiq,
gambar-gambar manuskrip, muqaddimah mushannif, biografi rawi yang
dimulai dari bab alif sampai pada huruf dlo’, dan daftar isi biografi jilid
pertama. Pada jilid kedua yang terdiri dari 326 halaman berisikan biorafi dari
huruf ‘ain dan diakhiri huruf ya’ pada jilid ketiga dan dilanjutkan bab kunyah.
Sistematika Penulisan
 Dalam kitab ini, Ibn Hibban memaparkan para perawi hadis secara alfabetis, bukan
urut berdasarkan thabaqatnya. Pada jilid pertama termuat muqaddimah muhaqqiq,
muqaddimah mushannif, dan kemudian dilanjutkan dengan biografi pertama yang
dimulai dengan huruf alif dari Aban bin Abi Ayyasy.
 Pada jilid ini biografi berakhir pada huruf dlo’ yaitu, Dlibyan bin Muhammad.
 Pada jilid kedua, dimulai dengan huruf ‘ain pada biografi Abdullah bin Muhammad.
Kemudian biografi diakhiri dengan huruf ya’ pada jilid ketiga berakhir pada Al Yasa’
bin Thalhah. Setelah itu dilanjutkan dengan Bab Kunyah yang dimulai dengan Abu
Bakr bin Abdillah bin Abi al Qatthaf an Nahsyali.
 Bab Kunyah berakhir pada Abu ath Thayyib. Jumlah total rawi yang dibahas dalam
kitab ini terdapat 1282 rawi. Setelah bab Kunyah, dilanjutkan dengan daftar isi yang
tertera pada jilid tiga.
 Kemudian dilanjutkan dengan daftar isi rawi-rawi dari kitab jilid pertama dan
kemudian daftar isi rawi-rawi kitab jilid kedua yang keduanya disusun secara
alfabetis.
Metode Penulisan
 Berdasarkan namanya, kitab al Majruhin hanya menyampaikan rawi-rawi
yang lemah saja. Dalam hal biografi rawi, Ibnu Hibban biasanya hanya
memaparkan kunyah, kota asal, guru, murid dan terkadang sedikit tentang
keluarganya tanpa menyertakan tahun lahir dan wafat dari rawi tersebut.
Dalam menjarh, beliau menjelaskan kenapa rawi tersebut dijarh dengan
mencantumkan riwayat-riwayat yang diperlukan. Beliau menjelaskan jarh
suatu rawi langsung pada intinya. Dalam ktab ini, tidak terdapat biografi rawi
perempuan.
 Berikut contoh-contohnya:
 Mencantumkan kunyah dan kota asalnya.
 Mencantumkan guru dan muridnya.
 Mencamtumkan sedikit hal tentang keluarganya.
 Mencamtumkan jarh rawi dan alasannya.
Kaidah Jarh Ibnu Hibban
Dalam menjarh seorang rawi, Ibn hibban menuliskan 20 ketentuan seorang rawi dapat dijarh dalam
muqaddimah kitabnya,

 Zindiq, yaitu orang kafir yang mempercayai ke-zindik-an dan kekafiran, tidak
mempercayai Allah dan hari akhir, mereka juga mengaku beragama dan menyamar
menjadi ahli ilmu kemudian memalsukan hadis atas nama ulama. Mereka lalu
meriwayatkannya dengan tujuan untuk menimbulkan keraguan pada hati mereka
sehingga akan menyesatkan dan tersesatkan.
 Memalsukan hadits dengan niat baik, Mereka yang dipengaruhi setan hingga mereka
memalsukan hadis terhadap para rawi yang tsiqoh agar orang berbuat baik dan
meninggalkan maksiat. Mereka menganggap bahwa mereka akan diberika ganjaran
atas perbuatan mereka.
 Memalsukan hadits dan menganggap hal itu merupakan hal yang diperbolehkan, dan
berani atas nama Rasulullah. Mereka tidak termasuk golongan Zindik yang dendam
dengan Islam akan tetapi mereka melakukannya karena memang pekerjaann mereka
adalah memalsukan hadits.
Memalsukan hadits, ia memalsukan hadits untuk para raja dan lainnya
hanya dalam keadaan tertentu, ia melakukannya karena termotivasi akan
dunia.
Orang yang lebih dominan dalam bertindak dan beribadah sehingga ketika
meriwayatkan hadis banyak terdapat kesalahan, terbalik sanadnya hingga
diprotes.
yaitu perawi tsiqoh dimana hadis yang ia riwayatkan bercampur satu sama
lain dikarenakan umurnya yang sudah tua, hingga mereka tidak berpikir
perihal apa yang mereka katakan kemudian menjawab apa yang ditanyakan
kepada mereka tanpa berpikir dahulu. Bercampur hadis yang shahih dengan
cacat, tidak bisa dibedakan, maka lebih baik untuk meninggalkannya.
Mereka yang menjawab segala sesuatu baik itu dari hadisnya sendiri atau
dari lain rawi. Mereka tidak peduli apa yang mereka ucapkan.
Ia berdusta dan tidak tahu bahwa ia berdusta, dan mereka tidak membuat-
buat, ia tidak pernah repot-repot untuk mencari tahu. Mereka berdusta
dengan tidak sengaja.
Mereka yang berkata perihal perawi lain yang tidak mereka temukan di
dalam kitab shohih. Kitab yang mereka dapati memang shohih akan tetapi
belum mendengar sendiri dari para perawinya.
Perawi yang sering membolak balikkan berita. Dalam hal ini membolak-
balikkan sanadnya.
Mereka yang melihat seorang syaikh atau rawi kemudian menyebut mereka
setelah kematian dengan hadis-hadis yang belum mereka dengar dari
mereka. Ketika mereka membutuhkannya, maka mereka mengambil
untung dari hal tersebut. Tadlis dengan berbohong, yaitu menyembunyikan
sanad dengan berbohong karena menggunakan kata haddatsana.
 Mereka yang menulis suatu kitab kemudian hilang darinya, maka mereka meriwayatkan
dari kitab lainya walau tidak secara keseluruhan, ataupun hanya mendengar saja.

 Perawi yang mempunyai banyak cacat, sehingga pada tulisan haditsnya terdapat banyak
kesalahan, walaupu ia shoduq dalam periwayatan. Karena banyaknya kesalahan yang ia
miliki. hal tersebut dimungkinkan karena kualitas otak yang lemah.

 Perawi mempunyai anak yang berperangai buruk atau penulis yang berperangai buruk,
sehingga ia menuliskannya dengan sembarangan, dan dibaca oleh syaikhnya dalam majlis,
padahal syaikh seorang yang tsiqah. Tidak diperbolehkan berhujjah darinya dalam
periwayatan karena bercampurnya antara hadis shohih dengan yang lemah

 Perawi yang mempunyai hadits kemudian ditambah-tambah oleh seseorang dan ia tidak
tahu, akan tetapi ketika ia tahu bahwa itu bukan haditsnya, ia tidak mau mengakuinya
karena menjauhi kehinaan.
 Perawi yang mempunyai hadits kemudian ditambah-tambah oleh
seseorang dan ia tidak tahu, akan tetapi ketika ia tahu bahwa itu bukan
haditsnya, ia tidak mau mengakuinya karena menjauhi kehinaan.
 Berbicara dengan spontan (keceplosan) dan jika itu adalah hal yang
salah, ketika dijelaskan kesalahannya, ia tidak mau mengakui menurut
ibn Hibban yang seperti ini dinilai bohong.
 Perawi yang terang-terangan menunjukkan kefasikan. Karena jika
shoduq dan fasik dalam periwayatannya maka tidak menjadi adil karena
jarh tersebut.
 Perawi Mudallis yang menyamarkan hadits terhadap guru yang bukan ia
temui, seolah-olah ia bertemu dengannya.
 Perawi yang merupakan Ahl bid’ah dan mendakwahkan bid’ahnya
kepada manusia hingga menjadi imam dalam bid’ahnya.
 Qushash atau orang yang gemar bercerita (perkara agama) dan dalam
ceritanya ia memalsukan hadits dari riwayat yang tsiqah. Membuat
pendengarnya takjub sehingga mereka mempercayainya.
 Kelebihan di dalam kitab ini, diantaranya:
 Penyusunan rawi yang disusun secara alfabetis, serta adanya daftar isi
dapat mempermudah untuk mencari rawi.
 Terdapat footnote pada setiap rawi yang berguna untuk rujukan yang
lebih lengkap.
 Penjelasan jarh-nya langsung pada intinya, sehingga lebih mudah
dipahami.
 Sedangkan kekurangan kitab ini terletak pada kurang lengkapnya data rawi
sehingga harus merujuk pada kitab lain.
Kesimpulan

Kitab Al Majruhin min Al Muhadditsin adalah salah satu kitab


karangan Ibnu Hibban yang digunakan sebagai pembanding dari
kitabnya yang lain, yaitu Ats Tsiqat.
Kitab ini berisi tentang rawi-rawi yang lemah, sehingga hanya
berisi sekilas biografi dan jarhnya.
Kitab ini terdiri dari tiga jilid dan disusun urut berdasarkan huruf
hijaiyah. Selain itu juga disusun rawi berdasarkan kunyah.
Metode penulisan kitab yaitu dengan menyebutkan kunyah, asal
kota, sedikit keterangan tentang keluarganya, guru dan muridnya,
jarhnya, serta hadis yang diriwayatkannya.

Baarakallah fi ilmikum

Anda mungkin juga menyukai