Anda di halaman 1dari 9

Scientific Approach dalam Kurikulum 2013

Pengertian
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach). Di dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta
didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju
kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas,
dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang,
peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual,
yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal
(Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013).
Kurikulum merupakan salah satu unsur sumberdaya pendidikan yang memberikan
kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban, dan
berbasis pada kompetensi.
Kurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih
pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik yang memiliki kriteria pendekatan saintifik sebagai berikut (Permendikbud,
2013):
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik , dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Cara
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah
pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran yang
melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut:

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah
pembelajaran disajikan berikut ini.

1. Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja
kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan
yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan
mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk
memenuhi rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkahlangkah seperti
berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diamati
b. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek pengamatan
e. Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan
data agar berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengematan, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alatalat tulis
lainnya.
Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik
secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik
dalam observasi tersebut.
a. Observasi biasa
b. Observasi terkendali
c. Observasi partisipatif (participant observation).
Praktik pengamatan dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru
melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder,
untuk merekam pembicaraan; (2) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara
visual; (3) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (4) alat-
alat lain sesuai dengan keperluan. Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi,
dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal
(anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi
pembelajaran disajikan berikut ini.
a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan
pembelajaran.
b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang
diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi,
makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan
peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
c. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. Menanya
Peserta didik tidak mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik.
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mau dan mampu menanya. Pada saat
guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing dan memandu peserta didik menanya
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan, guru mendorong peserta didik menjadi
penyimak yang baik. (Permendikbud, 2013). Di dalam pembelajaran kegiatan bertanya
berfungsi:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau
topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama
lain.
Dengan memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru
menumbuhkan suasana pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Dalam mengajukan
pertanyaan diperhatikan kualitas pertanyaan. Pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan
jawaban yang berkualitas.
3. Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-
kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat. Menalar merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar
(associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori dalam otak dan pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori
otak berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya (asosiasi) (Permendikbud, 2013).
4. Mencoba
Mencoba merupakan keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari. Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik
dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Misalnya, Pada mata pelajaran, peserta didik harus memahami konsep-konsep Akidah Akhlak
dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen dapat
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
(1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum
(2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan
(3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya
(4) melakukan dan mengamati percobaan
(5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data
(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka guru harus melakukan:
(1) merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
(3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
(4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
(5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen
(6) Membagi kertas kerja kepada murid
(7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
(8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal.
5. Membentuk Jejaring
Membentuk jejaring terdiri dari tiga langkah yaitu: menyimpulkan, menyajikan dan
mengkomunikasikan. Menyimpulkan dapat dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan
mengolah informasi. Menyajikan dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan
tertulis dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau
individu dan walaupun tugas dikerjakan secara berkelompok, sebaiknya hasil pencatatan
dilakukan oleh setiap individu agar dapat dimasukan ke dalam file portofolio peserta
didik. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil
pekerjaan yang telah disusun secara bersama-sama dalam kelompok dan/atau secara
individu. Guru dapat memberikan klarifikasi agar peserta didik mengetahui dengan tepat
apakah yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Kegiatan
mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan konfirmasi (Permendikbud, 2013).
Tujuan
Salah satu tujuan dari diterapkannya pendekatan ilmiah dalam kurikuum 2013 adalah
meningatkan kualitas penduduk Indonesia untuk menjawab tantangan global yang semakin lama
semakin ketat. Beberapa hal yang termasuk dari tantangan global adalah:
Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA
Masalah lingkungan hidup
Kemajuan teknologi informasi
Konvergensi ilmu dan teknologi
Ekonomi berbasis pengetahuan
Kebangkitan industri kreatif dan budaya
Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
Pengaruh dan imbas teknosains
Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan
Hal-hal diatas mampu untuk diatasi apabila penduduk Indonesia memiliki kualitas yang
baik sehingga bangsa kita tidak tertinggal oleh bangsa lain.
Daftar Pustaka
Atsnan, M.F., dan Rahmita Yuliana Gazali. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam
Pembelajaran Matematika Smp Kelas Vii Materi Bilangan (Pecahan). Yogyakarta
Fauziah, Resti. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran
Berbasis Masalah. Bandung
Nasution, Khairiah. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran Dalam Perspektif Pendekatan Saintifik.
Medan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum

Anda mungkin juga menyukai