Anda di halaman 1dari 25

Task reading uveitis Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Organ penglihatan manusia terdiri atas banyak elemen yang saling bersinergi untuk
menjalankan fungsinya dengan baik. Salah satu organ yang berperan penting dalam
melaksanakan fisiologis dari penglihatan ini adalah suatu lapisan vaskular pada mata yang
dilindungi oleh kornea dan sklera disebut uvea. Uvea terdiri atas 3 struktur; iris, badan siliar,
dan koroid. Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Iris disusun oleh
jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh darah. Korpus
siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata terletak di
antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah
depan. Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid
merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel-sel pigmen sehingga
tampak berwarna hitam.
Secara anatomis uvea merupakan lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi olehkornea
dan sklera, juga merupakan lapisan yang memasok darah ke retina. Perdarahan uvea dibagi
antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yangmasuk
menembus sklera ditemporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7
buaharteri siliar anterior yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial, inferior serta pada
ototrektus lateral. Arteri siliar anterior posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arterisirkulari mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat
perdarahan dari 15 20 arterisiliar posterior brevis yang menembus sklera disekitar
tempat masuk saraf optik.
Uveitis didefinisikan sebagai proses inflamasi pada salah satu atau semua bagian dari
uvea (iris, badan siliar/korpus siliar, dan koroid). Uvea merupakan lapisan vaskular mata
yang tersusun atas banyak pembuluh darah yang dapat memberikan nutrisi kepada mata.
Adanya peradangan pada area ini dapat mempengaruhi elemen mata yang lain seperti kornea,
retina, sklera, dan beberapa elemen mata penting lainnya. Sehingga kadang gejala yang
dikeluhkan pasien mirip dengan penyakit mata yang lain. Adapun gejala yang sering
dikeluhkan pasien uveitis secara umum yaitu mata merah (hiperemis konjungtiva), mata
nyeri, fotofobia, pandangan mata menurun dan kabur, dan epifora.
Task reading uveitis Page 2

Peradangan uvea (uveitis) dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa parameter. Adapun
parameter yang digunakan antara lain: demografi; lokasi dari tempat peradangan; durasi,
onset, dan perjalanan penyakit; karakter dari peradangan yang terjadi; dan penyebab dari
inflamasi. Klasifikasi dan standarisasi dari uveitis sangat penting dilakukan untuk diagnosis
dan penanganan penyakit. Sehingga penanganan yang cost-efective dapat terlaksana.
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya uveitis.
1.2.2. Untuk mengidentifikasi gejala klinis pada uveitis
1.2.3. Untuk tujuan penatalaksanaan uveitis
1.3. Manfaat
1.3.1. Memberikan informasi tentang uveitis
1.3.2. Sebagai salah satu refrensi bagi pembaca untuk mengetahui perbedaan dengan
penyakit lain
1.3.3. Memberikan informasi tentang pengobatan.

















Task reading uveitis Page 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling
sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.
Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual
1. Organ luar
Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
2. Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya
menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut
adalah:
Kornea merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari
sumber cahaya.
Sklera merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata
1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika
kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.
Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi
lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada
bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh),
lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya
datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
Task reading uveitis Page 4

Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian
retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf
optik.
Saraf optic yaitu saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk
menuju ke otak.

3. Palpebra
- Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.
- Tdd : Palpebra superior dan inferior
- Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh membran
mukosa conjunctiva.
- Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.
- Sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.
- Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis) dan
terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)
Task reading uveitis Page 5


4. Lapisan bola mata
Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 2 lapisan :
- Tunika fibrosa : Bagian posterior yang opak, Sclera, Bagian anterior yang
transparan, Cornea.
- Tunika Vasculosa Pigmentosa : Choroidea, Corpus Cilliary, Iris dan pupil Tunika
Nervosa : Retina.
5. Otot-otot penggantung bola mata


Task reading uveitis Page 6

6. Vaskularisasi bola mata

Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata :
Sistem arteri siliar, terdiri dari :
- Arteri siliaris anterior (9)
- Arteri siliaris posterior brevis (7)
- Arteri siliaris longus (4)
Sistem arteri Sentralis
- Retina (12)
7. Persarafan

Task reading uveitis Page 7

Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II).
Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah
kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke otak.

Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus
III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata,
dan mengatur konstraksi pupil mata.

Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang
dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di
puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.

2.2 Anatomi dan fisiologi uveia
Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dan koroid. Bagian ini adalah
lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut
Task reading uveitis Page 8

memasok darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan
koroid disebut uvea posterior.
Iris
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang membagi
bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di tengah-
tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera oculi
anterior) dan bilik mata posterior (camera oculi posterior).

Iris mempunyai kemampuan
mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata.
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-
lekukan dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripa. Didalam
stroma terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, banyak pembuluh darah dan saraf.
Gamabar 1. Anatomi uvea
Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana
pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di camera
oculi anterior, yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke coa dan
sebaliknya. Dibagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan
dari epitel pigmen retina, warna iris tergantung dari sel-sel pigmen yang bercabang yang
terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen
jumlahnya tetap.
- Iris terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a) Lapisan anterior iris terdiri dari fibroblast, melanosit, dan kolagen
Task reading uveitis Page 9

b) Lapisan tengah iris (stroma) merupakan bagian paling besar dari iris terdiri dari sel
berpigmen dan non pigmen, matrik kolagen, mukopolisakarida, pembuluh darah, saraf,
otot spingter pupil
c) Bagian posterior : otot dilatator pupil dan sel berpigmen 6.
Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae), yang berjalan sirkuler,
letaknya didalam sroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saaraf parasimpatis, N III. Selain
itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan radier dari akar
iris ke pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus saraf simpatis.
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris mempunyai
lapisan endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam
nervi siliaris.
Badan Siliar.
Badan silia (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu: pars korona,
yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang postrior tidak
bergerigi panjangnya kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk humor
aquous. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan,
neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.
Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel
iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak
mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam, karena mengandung
pigmen. Didalam badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang berjalan radier, sirkuler
dan longitudinal. Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii yang merupakn
penggantung lensa. Fungsi otot siliar untuk akomodasi. kontraksi atau relaksasi otot-otot
ini mengakibatkan kontraksi dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi
lebih atau kurang cembung yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar
banyak mengandung pembuluh darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan
darah ke V.vortikosa
.
Pada bagian pars plana, terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot
dengan pembuluh darah diliputi epitel.
Task reading uveitis Page 10


Gambar. Makroskopik dari badan silier (1) dan zonula lensa (2)
Koroid
koroid merupakan bagian posterior dari uvea yang terletak antara retina dan sklera.
Terdapat tiga lapisan vaskuler koroid, yaitu vaskuler besar, sedang, dan kecil. Pada
bagian interna koroid dibatasi oleh membran Bruch, sedangkan di bagian luar terdapat
suprakoroidal

2.3 Uveitis
2.3.1 Definisi Uveitis
Istilah uveitis menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis, iridosiklitis), corpus
ciliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer, atau pars planitis), atau koroid
(koroiditis). Namun, dalam praktiknya, istilah ini turut mencakup peradangan pada
retina (retinitis), pembuluh-pembuluh retina (vaskulitis retinal), dan nervus opcikus
intraocular (papilitis). Uveitis bisa juga terjadi sekunder akibat radang kornea
(keratitis), radang sclera (skleritis), atau keduanya (sklerokeratitis).
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis
yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh
infeksi, trauma, neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan
jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris
yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis
disebut iridoksiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk
uveitis tersering. Bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan.
Task reading uveitis Page 11

Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia dan penglihatan yang kabur, mata merah
tanpa secret, mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.
2.3.2 Epidemiologi
Uveitis biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70 tahun, angka kejadian
uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia tua umumnya uveitis diakibatkan oleh
toksoplasmosis, herpes zoster, dan afakia. Bentuk uveitis pada laki-laki umumnya
oftalmia simpatika akibat tingginya angka trauma tembus dan uveitis
nongranulomatosa anterior akut. Sedangkan pada wanita umumnya berupa uveitis
anterior kronik idiopatik dan toksoplasmosis.
Uveitis juga berpengaruh pada 10-20% kasus kebutaan yang tercatat di Negara-
negara maju. Uveitis lebih banyak ditemukan di Negara-negara berkembang
dibandingkan di Negara-negara maju karena lebih tingginya prevalensi infeksi yang
bisa mempengaruhi mata, seperti toksoplasmosis dan tuberculosis di Negara-negara
berkembang.
2.3.3 Klasifikasi
Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara
anatomis, klinis, etiologis, dan patologis ;
Klasifikasi anatomis
a. Uveitis anterior
- Iritis : inflamasi yang dominan pada iris
- Iridosiklitis : inflamasi pada iris dan pars plicata
b. Uveitis intermediet : inflamasi dominan pada posterior dan retina perifer
c. Uveitis posterior : inflamasi bagian uvea di belakang batas basis vitreus
d. Panuveitis : inflamasi pada seluruh uvea
Klasifikasi klinis
a. Uveitis akut : onset simtomatik terjadi tiba-tiba dan berlangsung selama < 6
minggu
b. Uveitis kronik : uveitis yang berlangsung selama berbulan bulan atau
bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik.


Task reading uveitis Page 12

Klasifikasi etiologis
a. Uveitis eksogen : trauma, invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar
tubuh
b. Uveitis endogen : mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh
o Berhubungan dengan penyakit sistemik, contoh: ankylosing spondylitis
o Infeksi yaitu infeksi bakteri (tuberkulosis), jamur (kandidiasis), virus
(herpes zoster), protozoa (toksoplasmosis), atau roundworm
(toksokariasis)
o Uveitis spesifik idiopatik yaitu uveitis yang tidak berhubungan dengan
penyakit sistemik, tetapi memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dari bentuk lain (sindrom uveitis Fuch)
o Uveitis non-spesifik idiopatik yaitu uveitis yang tidak termasuk ke
dalam kelompok di atas.
Klasifikasi patologis
a. Uveitis non-granulomatosa : infiltrasi dominan limfosit pada koroid. Pada
jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme
patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga
peradangan ini semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul
terutama dibagian anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat
reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma
dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat
dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli
anterior.
b. Uveitis granulomatosa : koroid dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa
multinukleus. pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi
mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium
tuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang
ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis
granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih
sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan
sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit
Task reading uveitis Page 13

radang pada permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan
sel epiteloid. Diagnosis etiologi spesifik dapat ditegakkan secara histologik
pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma, basil
tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas
pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik
lainnya
Penyebab yang diketahui
a. Bakteri : tuberculosis, sifilis
b. Virus : herpes simplek, hespes zoster, cytomegalovirus
c. Jamur : candida
d. Parasit : toksoplasma, toksokara
e. Imunologik : syndrome behcet, syndrome vogt-koyanago-harada, oftalmia
simpatika, poliarteritis nodosa, granulomatosis Wegener.
f. Penyakit sistemik : Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa,
spondilitis, ankilosis, sindroma reiter, pars planitis, toksoplasmosis, infeksi
sitomegalovirus, nekrosis retina akut, toksokariasis, histoplamosis,
tuberkulosis, sifilis, sindroma behcel, oflamia simpatetik, sindroma vogt-
hoyanagi-harada, sarkoma/limfoma.
g. Neoplasmik : leukemia, melanoma maligna, reticulum cell sarcoma
h. Lain-lain : AIDS

2.3.4 Etiologi
Etiologi dari uveitis diterangkan berikut :
Etiologi uveitis antara lain :
1. Berdasarkan spesifitas penyebab: Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan
oleh virus, bakteri, fungi,ataupun parasit yang spesifik. Penyebab non
spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas Disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang masuk
kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi
pada traktus uvea.
Task reading uveitis Page 14

2. Berdasarkan asalnya: Eksogen Pada umumnya disebabkan oleh karena
trauma, operasi intra okuler, ataupun iatrogenic. Endogen Dapat
disebabkan oleh fokal infeksi di organ lain ataupun reaksi autoimun.
3. Berdasarkan perjalanan penyakit: Akut Apabila serangan terjadi satu
atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar serangan tersebut.
Residif Apabila serangan terjadi lebih dari dua kali disertai
penyembuhan yang sempurna di antara serangan-serangan tersebut.
Kronis Apabila serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh
sempurna di antaranya.
4. Berdasarkan reaksi radang yang terjadi: Non granulomatosa Infiltrat yang
terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit. Granulomatosa Infiltrat yang
terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.

2.3.5 Patofisiologi
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu
infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu
trauma tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi
terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar
mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi
hipersensitifitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam
badan (antigen endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang
infeksius .Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses
infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.


Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier
sehingga peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang
tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare). Fibrin
dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan
perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia
posterior).


Task reading uveitis Page 15

Gambar Uvea
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk
presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.
Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules,
bila dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada
permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang
dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan hipopion.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis
dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun
oklusio pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir
sama sekali mengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar
dari tekanan dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung
kedepan yang disebut iris bombe (Bombans)
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan
tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat
berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm
sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena
gumpalan gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma
sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan
pula sebagai peran asetilkolin dan prostaglandin.

Task reading uveitis Page 16

2.3.6 Gejala Klinis
Peradangan traktur uvealis banyak penyebabnya dan bisa mengenai lebih dari satu
bagian mata secara bersamaan.
1. Uveitis anterior
Gejala utama uveitis anterior akut adalah fotofobia, nyeri, merah, penglihatan
menurun, dan lakrimasi. Sedangkan pada uveitis anterior kronik mata terlihat putih
dan gejala minimal meskipun telah terjadi inflamasi yang berat.
Tanda-tanda adanya uveitis anterior adalah injeksi silier, keratic precipitate (KP),
nodul iris, sel-sel akuos, flare, sinekia posterior, dan sel-sel vitreus anterior.


2. Uveitis intermediet
Gejala uveitis intermediet biasanya berupa floater, meskipun kadang-kadang
penderita mengeluhkan gangguan penglihatan akibat edema makular sistoid kronik.
Tanda dari uveitis intermediet adalah infiltrasi seluler pada vitreus (vitritis) dengan
beberapa sel di COA dan tanpa lesi inflamasi fundus.

3. Uveitis posterior
Dua gejala utama uveitis posterior adalah floater dan gangguan penglihatan.
Keluhan floater terjadi jika terdapat lesi inflamasi perifer. Sedangkan koroiditis
aktif pada makula atau papillomacular bundle menyebabkan kehilangan
Task reading uveitis Page 17

penglihatan sentral. Tanda-tanda adanya uveitis posterior adalah perubahan pada
vitreus (seperti sel, flare, opasitas, dan seringkali posterior vitreus detachment),
koroditis, retinitis, dan vaskulitis.
2.3.7 Diagnosis
Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa penting
untuk di catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis tertentu.
Riwayat pribadi tentang penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan seperti
anjing dan kucing, serta kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak dimasak
termasuk hamburger mentah. Hubungan seks diluar nikah untuk menduga
kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk penyakit
tertentu atau narkoba (intravenous drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit
infeksi menular (seperti Tbc) dan terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita.
Riwayat tentang mata didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau
pernah mengalami trauma tembus mata atau pembedahan.


Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang
sedikit., konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh
karena udem dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel
yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non
granulomatosa, keratik presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada
uveitis granulomatosa, keratik presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu
membentuk bangunan yang lebih besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm.
Adanya keratik presipitat dijumpai pada keratouveitis karena herpes simpleks dan
sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Laboratorium sangat dibutuhkan
guna mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Pada pemeriksaan darah,
yaitu Differential count, eosinofilia : kemungkinan penyebab parasit atau alergi,
VDRL, FTA, Autoimun marker (ANA, Reumatoid factor, Antidobble Stranded DNA),
Calcium, serum ACE level (sarcoidosis), Toxoplasma serologi dan serologi TORCH
lainnya. Pemeriksaan urin berupa kalsium urin 24 jam (sarcoidosis) dan Kultur
(bechets reitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu Foto thorax (Tbc, Sarcoidosis,
Histoplasmosis), Foto spinal dan sendi sacroiliaka (Ankylosing sponfilitis), Foto
Task reading uveitis Page 18

persendian lainya (Reumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis) dan Foto
tengkorak, untuk melihat adakah kalsifikasi cerebral (toxoplasmosis)
Skin Test, yaitu Mantoux test, untuk Tbc, Pathergy test, untuk Bechets disease
akan terjadi peningkatan sensivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien bila
disuntikkan 0,1 ml saline intradermal dalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi
pustulasi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui etiologi
secara spesifik, bila dicurigai adanya kecurigaan penyakit sistemik, Uveitis rekuren,
Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis posterior dan Onsetnya muda.
Tabel 3: Anjuran pemeriksaan Untuk mengetahui penyebab sistemik uveitis anterior
Penyakit
yang
dicurugau
berdasarkan
riwayat dan
pemeriksaan
fisik
Hasil
laboratorium
Pemeriksaan
radiologi
konsultasi Pemeriksaan
lainnya
Ankylosing
spondylitis
ESR,(+)
HLA-B27
Sacroiliac x-
rays
Rheumatologist
Inflammatory
bowel
disease
(+)HLA-B27 Internist or
gastroenterologist

Reiters
syndrome
ESR,(+)
HLA-B27
Joint x-
rays
Internist,
urologist,
rheumatologist
Cultures;
conjunctival,
urethral, prostate
Psoriatic
arthritis
(+)HLA-B27 Rheumatologist,
dermatologist

Herpes Diagnosis
klinis
Dermatologist
Behcets
disease
(+)HLA-B27 Internist or
Rheumatologist
Behcets skin
puncture
Task reading uveitis Page 19

test
Lyme disease ELISA or
Lyme
immunofluorescent
assay
Internist,
rheumatologis

Juvenile
rheumatoid
arthritis
ESR,(+)ANA,
(-
)Rheumatoid
factor
Joint x- rays Rheumatologist
or
pediatrictian

Sarcoidosis Angiotensin
converting
enzyme
(ACE)
Chest x-ray Internist
Syphilis (+)RPR or
VDRL
FTA-ABS or
MHA-
TP
Internist
Tuberculosis Chest x-ray Internist Purified protein
derivative (PPD)
skin test
Adapted from Cullen RD,Chang B,eds.The Wills eye
manual.Philadelphia:JBLippincott,1994:354-5.

2.3.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian
organ yang terkena. Baik pengobatan topical atau oral adalah ditujuan untuk
mengurangi peradangan.

Tujuan dari pengobatan uveitis anterior adalah memperbaiki
visual acuity, meredakan nyeri pada ocular, menghilangkan inflamasi ocular atau
mengetahui asal dari peradangannya, mencegah terjadinya sinekia, dan mengatur
tekanan intraocular.
Task reading uveitis Page 20

Pengobatan uveitis anterior adalah tidak spesifik, pada umumnya menggunakan
kortikosteroid topical dan cycloplegics agent. Adakalanya steroid atau nonsteroidal
anti inflammatory ( NSAIDs) oral dipergunakan. Namun obat-obatan steroid dan
imunosupresan lainnya mempunyai efek samping yang serius, seperti gagal ginjal,
peningkatan kadar gula darah, hipertensi, osteoporosis, dan galukoma, khususnya pada
steroid dalam bentuk pil.
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan secepatnya diberikan.

Tujuan
penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan uveitis anterior adalah mengurangi
peradangan, yaitu mengurangi produksi eksudat, menstabilkan membran sel,
menghambat penglepasan lysozym oleh granulosit, dan menekan sirkulasi
limposit.

Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea
sebagai sawar terhadap penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya
tembus obat topikal akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi pemberian,
jenis kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan.

Konsentrasi dan frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasi obat dan makin
sering frekuensi pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya.
Peradangan pada kornea bagian dalam dan uveitis diberikan preparat
dexametason, betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular baik,
sedangkan preparat medryson, fluorometolon dan hidrokortison hanya dipakai
pada peradangan pada palpebra, konjungtiva dan kornea superfisial.
Kornea terdiri dari 3 lapisan yang berperan pada penetrasi obat topikal mata
yaitu, epitel yang terdiri dari 5 lapis sel, stroma, endotel yang terdiri dari selapis
sel. Lapisan epitel dan endotel lebih mudah ditembus oleh obat yang mudah larut
dalam lemak sedangkan stroma akan lebih mudah ditembus oleh obat yang larut
dalam air. Maka secara ideal obat dengan daya tembus kornea yang baik harus
dapat larut dalam lemak maupun air (biphasic). Obat-obat kortikosteroid topikal
dalam larutan alkohol dan asetat bersifat biphasic.
Kortikosteroid tetes mata dapat berbentuk solutio dan suspensi.
Keuntungan bentuk suspensi adalah penetrasi intra okular lebih baik daripada
Task reading uveitis Page 21

bentuk solutio karena bersifat biphasic, tapi kerugiannya bentuk suspensi ini
memerlukan pengocokan terlebih dahulu sebelum dipakai. Pemakaian steroid tetes
mata akan mengakibatkan komplikasi seperti: Glaukoma, katarak, penebalan
kornea, aktivasi infeksi, midriasis pupil, pseudoptosis dan lain-lain.
Beberapa kortikosteroid topikal yang tersedia adalah prednisolon acetate
0,125% dan 1%, prednisolone sodium phospat 0,125% , 0,5%, dan 1%,
deksamentason alcohol 0,1%, deksamethasone sodium phospat 0,1%,
fluoromethasone 0,1% dan 0,25%, dan medrysone 1%.
2. Cycloplegics dan mydriatics
Semua agent cycloplegic adalah cholinergic antagonist yang bekerja memblokade
neurotransmitter pada bagian reseptor dari sphincter iris dan otot ciliaris.
Cycloplegic mempunyai tiga tujuan dalam pengobatan uveitis anterior, yaitu
untuk mengurangi nyeri dengan memobilisasi iris, mencegah terjadinya
perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia posterior ), yang akan
mengarahkan terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan intraocular,
menstabilkan blood-aqueous barrier dan mencegah terjadinya protein leakage
(flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah
atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan
cyclopentolate 0,5%, 1%, dan 2%.
3. Oral steroid dan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs
Prednisone oral dipergunakan pada uveitis anterior yang dengan penggunaan
steroid topical hanya berespon sedikit. Penghambat prostaglandin, NSAIDs (
biasanya aspirin dan ibuprofen ) dapat mengurangi peradangan yang terjadi.
Sebagai catatan, NSAIDs dipergunakan untuk mengurang peradangan yang
dihubungkan dengan cystoids macular edema yang menyertai uveitis anterior.

Pengobatan kortikosteroid bertujuan mengurangi cacat akibat peradangan dan
perpanjangan periode remisi. Banyak dipakai preparat prednison dengan dosis
awal antara 12 mg/kg BB/hari, yang selanjutnya diturunkan perlahan selang sehari
(alternating single dose). Dosis prednison diturunkan sebesar 20% dosis awal
selama 2 minggu pengobatan, sedangkan preparat prednison dan dexametaxon
dosis diturunkan tiap 1 mg dari dosis awal selama 2 minggu.

Task reading uveitis Page 22

Indikasi pemberian kortikosteroid sistemik adalah Uveitis posterior, Uveitis
bilateral, Edema macula, Uveitis anterior kronik (JRA, Reiter). Pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama akan terjadi efek samping yang
tidak diingini seperti Sindrom Cushing, hipertensi, Diabetes mellitus,
osteoporosis, tukak lambung, infeksi, hambatan pertumbuhan anak, hirsutisme,
dan lain-lain.
4. Pengobatan lainnya
Jika pasien tidak koperatif atau iritis tidak berespon banyak dengan penggunaan
topical steroid, injects subkonjuctival steroid ( seperi celestone ) akan berguna.
Depot steroid seharusnya dihindari pada kasus uveitis sekunder, seperti yang
diakibatkan oleh herpes atau toksoplasmosis karena dapat memperparah
.
Injeksi peri-okular dapat diberikan dalam bentuk long acting berupa Depo
maupun bentuk short acting berupa solutio. Keuntungan injeksi periokular adalah
dicapainya efek anti peradangan secara maksimal di mata dengan efek samping
sistemik yang minimal.
Indikasi injeksi periokular adalah apabila pasien tidak responsif terhadap
pengobatan tetes mata, maka injeksi periokular dapat dianjurkan, Uveitis
unilateral, pre operasi pada pasien yang akan dilakukan operasi mata, anak-anak,
dan komplikasi edema sistoid makula pada pars planitis. Penyuntikan steroid peri-
okular merupakan kontra indikasi pada uveitis infeksi (toxoplasmosis) dan
skleritis.
Lokasi injeksi peri-okular sub-konjuctiva dan sub-tenon steroid repository serta
Injeksi sub-tenon posterior dan retro-bulbar. Keuntungan injeksi sub-konjungtiva
dan sub-tenon adalah dapat mencapai dosis efektif dalam 1 kali pemberian pada
jaringan intraokular selama 24 minggu sehingga tidak membutuhkan pemberian
obat yang berkali-kali seperti pemberian topikal tetes mata. Untuk kasus uveitis
anterior berat dapat dipakai dexametason 24 mg. Injeksi sub-tenon posterior dan
retro-bulbar, cara ini dipergunakan pada peradangan segmen posterior (sklera,
koroid, retina dan saraf optik).
Komplikasi injeksi peri-okular adalah Perforasi bola mata, Injeksi yang
berulang menyebabkan proptosis, fibrosis otot ektra okular dan katarak sub-
Task reading uveitis Page 23

kapsular posterior, Glaukoma yang persisten terhadap pengobatan, terutama
dalam bentuk Depo di mana dibutuhkan tindakan bedah untuk mengangkat steroid
tersebut dari bola mata, Astrofi lemak sub-dermal pada teknik injeksi via
palpebra.
Follow-up awal pasien uveitis anterior harus terjadwal antara 1 7 hari,
tergantung pada keparahannya. Yang dinilai pada setip follow-up adalah visual
aquity, pengukuran tekanan intraocular, pemeriksaan dengan menggunakan
slitlamp, assasment cel dan flare, dan evaluasi respon terhadap terapi.
Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata diatas harus diberikan segera
untuk mencegah pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa. Kortikosteroid
lakal dipergunakan untuk mengurangi peradangan dan kaca mata hitam.
Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis), diberikan steroid topikal
atau injeksi untuk kasus yang berat.
Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid/retina) biasanya
berhubungan dengan berbagai macam penyakit sistemik seperti AIDS.
Kortikosteroid sistemik diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama
dengan terapi terhadap keadaan sistemik yang mendasarinya. (Brunner dan
Suddarth, 2001)

2.3.9 Prognosis
Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal
dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada penyebab
sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap tanda
dan mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan pulih
dengan baik, tanpa adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis.

2.3.10 Komplikasi
Pada uveitis anterior dapat terjadi komplikasi berupa katarak, retinitis proliferans,
ablasi retina, glukoma sekunder yang dapat terjadi pada stadium dini dan stadium
lanjut, pada uveitis anterior dengan visus yang sangat turun, sangat mungkin disertai
penyulit edema macula kistoid.
Task reading uveitis Page 24

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang iris dan
badan siliar bagian depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di
tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul karena reaksi
alergi mata. Uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu dan
dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan guna
mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Penatalaksanan yang utama
untuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian organ yang terkena dan
prognosis kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara
awal.
















Task reading uveitis Page 25

DAFTAR PUSTAKA
Akmam S.M. Prosedur Diagnostik, Pengobatan, Pembedahan perawatan ilmu penyakit mata
FKUI, RSCM.1982
Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif, FKUGM,
Yogyakarta
Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, edisi II, FKUI, Jakarta
Vaughan,D., Asbury, T., Eva, P., & Riordan, R., 2009 Oftalmologi Umum, edisi 17, Cetakan
1, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai