Umat manusia masih belum puas dengan situasi yang mereka alami.
Masih ada harapan besar untuk mengubah situasi yang buruk ini menjadi situasi
yang lebih baik bagi kehidupan. Harus diakui juga bahwa pengharapan-
pengharapan akan dunia baru itu seringkali masih sangat bersifat partikular; orang
Kristen, orang Islam, orang Aceh, orang Papua misalnya memiliki bayangan yang
berbeda-beda mengenai dunia baru yang mereka harapkan. Pengharapan akan
dunia baru masih terkotak-kotak dalam agama, suku bangsa, kelompok sosial dst.
Al-Qardhawy, dalam buku Islam dan Peradaban Masa Depan, jelas-jelas
mendiskriminasi peradaban barat yang materialistis (hal.89) dan agama Kristen
sebagai yang tidak mampu memberikan keselamatan (hal.135), sembari
menegaskan bahwa hanya dalam Islam saja dunia yang “kacau” ini akan dapat
ditata kembali dengan baik.[18] Hal semacam ini seperti sudah kita lihat di atas
sangat mengandung potensi konflik, dan konflik selalu berpotensi malahirkan
kekerasan, dan selanjutnya kekerasan selalu berpotensi menimbulkan penderitaan
dan kehancuran bagi semua. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk di satu sisi
mewaspadai potensi apokaliptik yang menghancurkan ini, tetapi di sisi lain juga
secara jenius memanfaatkan sumber energi yang besar ini bagi kemanusiaan.
Berbicara tentang narkoba tidak jauh berbeda dengan benda yang satu ini.
Benda yang sangat mematikan dan menghancurkan terutama bagi generasi muda
kita. Benda ini adalah rokok.
Dakwah Dikampus
Dalam dakwah kampus ada tiga arena yang dilakoni oleh struktur dakwah
kampus, yaitu arena da'awi, arena siyasi, dan akademik/profesi. Ketiga arena
tersebut merupakan peran dan fungsi mahasiswa. Kalau dilihat dari sudut pandang
individu, seorang aktivis dakwah kampus harus tawazun antara peran da'awi,
peran siyasi, dan peran akademik tersebut. Artinya, seorang aktivis dakwah
kampus, sejatinya harus memiliki kemampuan dakwah dan tarbiyah, kemampuan
mengusung perubahan di tengah-tengah masyarakat (khususnya masyarakat
kampus), tanpa mengurangi prestasi akademik. Bahkan kalau perlu justru
meningkatkan prestasi akademik, karena sejatinya dakwah itu adalah teladan.
Peradaban menghiasi dunia merupakan suatu hasil dari adanya sains dan
teknologi. Sains telah menjadi motor penggerak dalam kerangka penemuan
konsep ilmu yang mendukung perubahan teknologi. Konsep ilmu akan mendasari
suatu perubahan yang menuju suatu perkembangan kemuthakhiran. Ilmu telah
menghasilkan suatu karya teknologi yang selama ini menjadi pasangan hidup
manusia. Manusia hidup tanpa sebuah teknologi bagaikan hidup tanpa sarana.
Namun demikian, teknologi dapat membuat manusia menjauhi dari fitrah
penciptaannya.
Teknologi merupakan diferensiasi dari sebuah sains buah kaya cipta akal
manusia. Akal yang dalam hal ini ada dalam suatu organ tubuh yang bernama otak
telah menjadi suatu tumpuan dan hasrat keinginan berfikir. Olah logika yang
diikuti dengan kemauan (nafsu berbuat baik) untuk selalu berkembang telah
menjadi dasar dalam penciptaan teknologi baru. Aspek logika akan menuntun
manusia kedalam konsep penemuan ilmiah yang telah disediakan oleh alam
semesta. Manusia akan menemukan suatu ilmu aplikatif jika dapat
membuktikannya di dalam alam ini. Alam telah memberikan konsep kekekalan
dan mengandung unsur logika serta dapat dicapai oleh akal manusia. Alam telah
banyak memberikan pelajaran pada manusia. Sudah sewajarnya manusia menjadi
prototype dari alam yang selalu berubah dan mencapai kesimbangan baru
menggunakan akal pikirannya
Pengobatan sendiri dipahami sebagai sebuah "seni" (the art of healing) dan
hanya sejak makin majunya kedokteran biomedis/Barat sebagai
sebuah "ilmu", maka mulai dibedakan antara "ilmu pengobatan" (the science of
healingdan "seni pengobatan". Di samping itu, keadaan sakit
sebagai salah satu pengalaman manusia yang paling hakiki sudah dari dulu
merupakan motif yang banyak dapat ditemukan dalam karya sastra, dan
karena itu juga sangat layak dan perlu diteliti dalam kritik sastra. Sebuah ciri
penting situasi pengobatan di Indonesia adalah terdapatnya pluralisme sistem
pengobatan di mana berbagai cara pengobatan yang berbeda-
beda hadir berdampingan. Yang paling dominan di antaranya adalah pengobatan
asli Indonesia (yaitu system pengobatan etnis tiap daerah yang
pada umumnya termasuk humoral medicine dan memiliki elemen-elemen magis)
dan pengobatan biomedis/Barat.Pluralisme ini membawa berbagai macam
persoalan, terutama karena sistem kesehatan yang resmi(puskesmas,rumah sakit,
pendidikan kedokteran di universitas, dan sebagainya) hampir seutuhnya
berpegang pada sistem biomedis,sedangkan system pengobatan yang paling
dikenaldalam masyarakat tetaplah pengobatan asli Indonesia (tradisional). Untuk
sebuah studi motif pengobatan/penyakit dalam sastra Indonesia tentu
keadaan yang penuh konflik ini sangat menarik. Adakah wujud konflik
antarsistem-sistem pengobatan itu terdapat dalam sastra
Program yang sudah dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Ahad adalah:
Disusun oleh
Nama : Dede Apandi
NIM : A2.0800556
Kelas : TI.2A