Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan
merupakan suatu teknik dalam suatu larutan(biasanya dalam air) dibuat
bersentuhan dengan suatu pelarutkedua (biasanya organik), yang pada
dasarnya tidak salingbercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zatterlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu
dapatdilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong
pemisah selama beberapa menit.
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi merupakan
metode pemisahan yang baik dan popular. Alasan utamanya adalah
bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun
mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih
kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang
berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk
kegunaan preparative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis
pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana,
cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai
pengotor dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara-cara ekstraksi dan identifikasi
komponen kimia yang terkandung dalam sampel korteks kemiri (Aleurites
moluccana L) dengan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengekstraksi komponen kimia yang terdapat dalam sampel
korteks kemiri (Aleurites moluccana L) dengan menggunakan metode
refluks.
I.3 Prinsip Percobaan
Penarikan zat aktif dari dalam sampel korteks kemiri (Aleurites
moluccana L) dengan perbedaan konsentrasi dengan larutan
penyari metanol.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan ekstraksi adalah untuk
menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan
beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang
mudah larut dalam pelarut organic. Pelarut organic yang paling umum
digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel tanaman
adalah methanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton, benzene dan etil
asetat.
Walaupun FI menyebut bahwa ekstrak merupakan bentuk sediaan
kental, namun berdasarkan konsistensinya, ekstrak dapat dibagi menjadi
3 bentuk, yaitu :
1. Cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Fluida
(Liquida)
2. Semi solid : Ekstrak kental (Extracta spissa)
3. Kering : Ekstrak kering (Extracta sicca)
Proses ekstraksi dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan
perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat butir serbuk
simplisia sampai ke permukaannya, maupun pada perbedaan konsentrasi
yang terdapat pada lapisan batas. Untuk menyari komponen kimia
diperlukan metode ekstraksi yang disesuaikan dengan sifat-sifat dari
komponen kimia dan tekstur dari bahan alam, sehingga dikenal beberapa
metode ektraksi.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman
adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (1).


cairan penyari
keluar dari sel
tanaman


Pada dasarnya ekstraksi dapat dibedakan atas dua metode yaitu
ekstraksi secara panas dan ekstraksi secara dingin. Ekstraksi secara
panas meliputi soxhletasi, refluks, destilasi uap air, infundasi sedangkan
secara dingin meliputi perkolasi, dan maserasi.
1. Ekstraksi Dingin

a. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam
cairan penyari, cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif
akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari yang lain.
Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (2).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah
diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat
minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya
lama dan penyariannya kurang sempurna. (1)
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
1) Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 - 50 C. Cara maserasi
ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan.
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat
mengakibatkan berkurangnya lapisan lapisan batas.
b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat,
sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh
yang sama dengan pengadukan.
c) Koefisien distribusi berbanding lurus dengan suhu
absolut dan berbanding terbalik dengan kekentalan,
hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan
difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila
suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang
digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik,
sehingga cairan penyari yang menguap akan kembali ke
dalam bejana.
2) Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus,
waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24
jam.
3) Remaserasi
Cairan penyari dibagi dua. Seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap
tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan
penyari yang kedua.
4) Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar
cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini
penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan
melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Keuntungan cara ini :
a) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
b) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam,
sehingga akan memperkecil kepekatan setempat.
c) Waktu yang diperlukan lebih pendek
5) Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat
dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan
berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B.).
Pada proses ini tiap batch serbuk simplisia disari beberapa
kali dengan sejumlah cairan penyari. Pada proses ini diperoleh
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali,
sesuai dengan jumlah bejana penampung.
2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari,
dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini
diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimal.
3. Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk
menyari serbuk simplisia yang baru, hingga memberikan sari
dengan kepekatan yang maksimal.
4. Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan
hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan
jumlah pelarut yang sama.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Prinsipnya adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam
bejana silinder yang bagian bawahnya di beri sekat berpori, cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh, gerakan ke bawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan
penyari dari cairan diatasnya dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan gerakan ke bawah. (2). Cara perkolasi
lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :
a) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian
larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
b) Ruangan diantara butir butir serbuk simplisia membentuk
saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya
saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina
yang mengadung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan
segera menjadi pekat dan berhenti mengalir.



2. Ekstraksi Panas
a. Refluks
Merupakan penyarian berkesinambungan dimana simplisia
dan cairan penyari dipanaskan bersama-sama, pada temperatur
tertentu cairan penyari akan mendidih sambil mengekstraksi zat
aktif yang ada dalam sel. Karena panas, cairan penyari akan
menguap dan naik ke kondensor kemudian terkondensasi dan
kembali ke labu tempat simplisia. Demikian seterusnya hingga zat
aktf tersari sempurna yang ditandai dengan penyarian selama 3-4
jam.

Keuntungan dari metode ini adalah :
a) Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama
proses pemanasan jika digunakan pelarut yang mudah
menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.
b) Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah
rusak dengan adanya pemanasan.
Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat
lama dan diperlukan alat alat yang tahan terhadap pemanasan.
b. Destilasi uap
Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan
kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama
dengan tekanan bagian di dalam suatu sistem, sehinggga produk
akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi
uap bukan semata-mata suatu proses penguapan pada titik
didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media
yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan,
melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding sel,
dan zat aktifakan pindah ke rongga uap air yang aktif dan
selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui
antar fase (2).
Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai
pada temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap tiap cairan
berada dalam keadaan murni. Selain itu, kerusakan zat aktif pada
destilasi langsung dapat diatasi pada destilasi uap ini.
Kerugiannya adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks
dan pengetahuan yang lebih banyak sebelum melakukan destilasi
uap ini.



c. Infundasi
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari
simplisia dengan air pada suhu 90
0
selama 15 menit.
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-
bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. oleh
sebab itu sari yang diperoleh dengan cara initidak boleh di simpan
lebih dari 24 jam.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh
perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi,, cara ini
sering digunakan intuk membuat ekstrak.
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot
bahan, untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10
kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15
menit pada suhu 90
0
-98
0
C. Umumnya untuk 100 bagian sari
diperlukan 10 bagian bahan. (2 : 8)


d. Soxhletasi
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu
diserbukkan dan ditimbang kemudaian dimasukkan ke dalam
klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi
sampel dalam klonsong tidak boleh lebih dari pipa siphon)
selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai
kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel dan
diklaim dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel
dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klaim dan
cairan penyari ditambahkan unuk membasahi sampel yang ada
dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Setelah itu,
kondensor dipasang tegak lurus dan diklaim pada statif dengan
kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan hingga terjadi proses
ekstraksi zat aktif sampai sempurna. Ekstrak yang diperoleh
diumpulkan dan diekatkan denagn alat rotavapor (3 : 85)

Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah
a) Cairan penyari yang dibutuhkan lebih sedikit dan secara
langsung diperoleh hasil yang lebih pekat.
b) Serbuk simplisia yang disari oleh cairan penyari yang murni,
sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak.
c) Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa
menambah volume cairan penyari.
Selain memiliki keuntungan, metode soxhletasi juga
memiliki kerugian, yaitu :
a) Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang
tidak tahan pemanasan kuranmg cocok, ini dapat diperbaiki
dengan menambah peralatan untuk mengurangi tekanan
udara.
b) Cairan penyari didihkan terus menerus , sehingga cairan
penyari yang baik harus murni atau cairan azaotrop.
Adapun jenis ekstraksi yang lain, yaitu:
a) Ekstraksi superkritikal karbondioksida
1.Digunakan untuk ekstraksi serbuk simplisia dan umumnya
digunakan gas karbondioksida.
2.Dengan variabel tekanan dan temperatur akan diperoleh
spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuaui untuk melarutkan
senyawa dengan kandungan tertentu.
b) Ekstraksi ultrasonik
Menggunakan getaran ultrasonik > 20000 Hz
Prinsipnya meningkatkan permibelitas dinding sel, menimbulakn
gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta
menimbulkan fraksi interfase
Hasil ektraksi tergantung pada :
Frekuensi getaran
Kapasitas alat
Proses ultrasonik
c) Ekstraksi energi listrik
Energi listrik yang digunakan dalam bentuk medan listrik,
medan magnet, dan electric discharger
Energi listrik ini dapat mempercepat dan meningkatkan hasil
dengan prinsip menimbulkan gelembung spontan den
menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik .
Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi, dapat dibedakan dua
macam ekstraksi yaitu :
1. Ekstraksi berkesinambungan (Continous extractions)
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sama dipakai
berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai
2. Ekstraksi bertahap (Bath extractions)
Ekstraksi yang dilakukan dengan selalu menggantikan
pelarut pada setiap tahap sampai proses ekstraksi selesai
Faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut;
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.
Semakin kecil ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat
dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan
kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam
padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya
merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup
rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut
murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir,
konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya
menjadi lebih kental.
3. temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan
menaikkan proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari
permukaan partikel ke zat pelarut.
Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi
padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan
ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan
kembali sisa-sisa pelarut).
Rotary evaporator atau rotary vacum evaporator merupakan alat
yang menggunakan prinsip destilasi umum. Prinsip utama alat ini terletak
pada penurunan tekanan sehinnga pelarut dapat menguap pada suhu
dibawah titik didihnya. Rotavapor mampu menguapkan pelarut dibawah
titik didihnya sehingga zat yang terkandung didalam pelarut tidak rusak
oleh suhu tinggi.
Dengan adanya pemutaran labu maka penguapan pun menjadi
lebih cepat terjadi. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan
agar naik ke kondensor yang selanjutnya akan diubah kembali ke dalam
bentuk cairan.








Gambar rotavapor dan bagian-bagiannya



Keterangan:
1. Hot plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan
temperatur yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut)
2. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk
labu alas yang berisi sampel
3. Ujung rotor sampel : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
sampel bergantung.
4. Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam
kondensor yang airnya disedot oleh pompa vakum.
5. Kondensor : serfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses
perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6. Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam
kondensor.
7. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi
penampung pelarut.
8. Ujung rotor penampung : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.
Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam menjalankan rotavapor:
1. Selang air serta tekanan in out tidak boleh tertukar.
2. Perhatikan petunjuk masing-masing alat, karena kemampuan
alat pompa vakum berbeda-beda.
3. Urutan pemasangan dan pengoperasian juga pelepasan serta
pengnonaktifan harus tertib.
4. Suhu pada waterbath harus disesuaikan dengan pelarut yang
digunakan (3).
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat,
cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga
umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang
juga disebut pelarut organik.
Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut:
a. Kapasitas besar
b. Selektif
c. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup
rendah)
Cara memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas
penangas air dengan wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan
penyulingan vakum.
d. Harus dapat diregenerasi
e. Relative tidak mahal
f. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam
keadaan uap
g. Viskositas cukup rendah
Prinsip kelarutan adalah like dissolve like, yaitu (1) pelarut polar
akan melarutkan senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut
nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar, (2) pelarut organik akan
melarutkan senyawa organik. Ekstraksi senyawa aktif dari suatu jaringan
tanaman dengan berbagai jenis pelarut pada tingkat kepolaran yang
berbeda bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimum, baik jumlah
ekstrak maupun senyawa aktif yang terkandung dalam contoh uji.
Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik
dari jaringan tumbuhan kering adalah dengan proses ekstraksi
berkesinambungan atau bertingkat dengan menggunakan beberapa
pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya (3). Ekstraksi
berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan pelarut
nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut
semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut
polar (metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak
awal (crude extract) yang mengandung berturut-turut senyawa nonpolar,
semipolar, dan polar (4). Hasil ekstrak yang diperoleh tergantung pada
beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi
yang digunakan, ukuran partikel contoh uji, kondisi dan waktu
penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut
terhadap jumlah contoh uji (5).
Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub
bermuatan positif dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat
terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-atom penyusunnya. Dengan
demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul yang lain yang juga
mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya polaritas dari
suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya (6).
Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik () merupakan salah satu
ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk
menyaring daya tarik elektrostatik antara isi yang berbeda.
Kelarutan suatu mulekul dapat dijelaskan dengan dasar polaritas
dari molekul. Misalnya air ( polar ) dan benzene ( nonpolar), pelarut-
pelarut ini tidak bercampur. Secara umum, like dissolve like ; bahan
dengan polaritas yang ssama akan larut kedalam bagian lainnya. Pelarut
polar seperti air, mempunyai muatan parsial yang akan berinteraksi
dengan dengan muatan parsial dari suatu senyawa polar, misalnya
natrium klorida. Begitupula dengan senyawa nonpolar yang tidak memiliki
muatan, pelarut polar tidakdapat berinteraksi dengan senyawa tersebut.
Alkana adalan senyawa nonpolar, dan tidak larut kedalam pelarut polar
misalnya petroleum eter (7). ................................................................
Pelarut dengan nilai konstanta dielektrik yang tinggi ( r > 10 ),
seperti air dan ammonia, dikenal sebagai pelarut polar dan pelarut
ionisasi, digunakan untuk pembentukan dan pemisahan ion-ion dalam
larutannya, dan jika nilai r sekitar 2, seperti dietil eter, tetraklorometan,
dan heksan, adalah pelarut non polar dan pelarut non ionisasi.
Macam-Macam Pelarut
Solvent Rumus kimia
Titik
didih
Konstanta
Dielektrik
Massa
jenis
Pelarut Non-Polar
Heksana
CH
3
-CH
2
-CH
2
-
CH
2
-CH
2
-CH
3

69 C 2.0
0.655
g/ml
Benzena C
6
H
6
80 C 2.3
0.879
g/ml
Toluena C
6
H
5
-CH
3
111 C 2.4
0.867
g/ml
Dietil eter
CH
3
CH
2
-O-CH
2
-
CH
3

35 C 4.3
0.713
g/ml
Kloroform CHCl
3
61 C 4.8
1.498
g/ml
Etil asetat
CH
3
-C(=O)-O-
CH
2
-CH
3

77 C 6.0
0.894
g/ml
Pelarut Polar Aprotic
1,4-Dioksana
/-CH
2
-CH
2
-O-CH
2
-
CH
2
-O-\
101 C 2.3
1.033
g/ml
Tetrahidrofuran(THF)
/-CH
2
-CH
2
-O-CH
2
-
CH
2
-\
66 C 7.5
0.886
g/ml
Diklorometana(DCM) CH
2
Cl
2
40 C 9.1
1.326
g/ml
Asetona CH
3
-C(=O)-CH
3
56 C 21
0.786
g/ml
Asetonitril (MeCN) CH
3
-CN 82 C 37 0.786
g/ml
Dimetilformamida(DMF) H-C(=O)N(CH
3
)
2
153 C 38
0.944
g/ml
Dimetil
sulfoksida(DMSO)
CH
3
-S(=O)-CH
3
189 C 47
1.092
g/ml
Pelarut Polar Protic
Asam asetat CH
3
-C(=O)OH 118 C 6.2
1.049
g/ml
n-Butanol
CH
3
-CH
2
-CH
2
-
CH
2
-OH
118 C 18
0.810
g/ml
Isopropanol (IPA) CH
3
-CH(-OH)-CH
3
82 C 18
0.785
g/ml
n-Propanol CH
3
-CH
2
-CH
2
-OH 97 C 20
0.803
g/ml
Etanol CH
3
-CH
2
-OH 79 C 30
0.789
g/ml
Metanol CH
3
-OH 65 C 33
0.791
g/ml
Asam format H-C(=O)OH 100 C 58
1.21
g/ml
Air H-O-H 100 C 80
1.000
g/ml
f
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ekstraksi adalah mantle
heat, labu alas bulat, refluks, toples.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ekstraksi adalah
aluminium foil, metanol, korteks kemiri.
III. 2. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang simplisia sebanyak 500 gram
3. Dimasukkan simplisia ke dalam labu alas bulat.
4. Diambil methanol sebanyak 900 ml menggunakan gelas beker
5. Dimasukkan methanol sedikit demi sedikit hingga membasahi
seluruh simplisia korteks kemiri (Aleurites moluccana L)
6. Dinyalakan alat refluks.
7. Keluarkan simplisia dari labu alas bulat, saring dan diuapkan.





BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV. 1. Tabel Pengamatan
Nama Sampel Pelarut metanol Berat sampel
Korteks kemiri
(Aleurites moluccana ).

900 ml 500 gram

endamen
obot ekstrak
obot simplisia
100
endamen
2 gram
500 gram
100
endamen
IV.2 Gambar Pengamatan
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Nama tanaman : Korteks kemiri (Aleurites moluccana).
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam mengetahui kandungan kimia dari Korteks kemiri (Aleurites
moluccana). perlu dilakukan beberapa langkah. Dari pengumpulan,
penyiapan, dan ekstraksi sampel dengan bobot basah (bobot awal) 2 kg
setelah kering menjadi 500 gram, disebabkan hilangnya atau turunnya
kadar air dari sampel. Pada saat akan diekstraksi, sampel kering yang
telah di rajang atau dipotong kecil-kecil dimasukkan dalam labu alas bulat.
Setelah itu, sampel ditambahi dengan methanol (cairan penyari).
Prinsip metode refluks adalah penyarian komponen zat aktif secara
berkesinambungan dimana sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat
bersama-sama dengan cairan penyari dipanaskan dan akan menguap ke
kondensor, terjadi proses kondensasi yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat dan akan menyari kembali sampel yang berada pada labu
alas bulat, demikian seterusnya sampai penyarian sempurna.
Dari bobot sampel kering sebesar 500 gram diperoleh ekstrak
sebesar 2 gram, sehingga % rendamen ekstrak adalah 0,4 %.






BAB VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa Dari
bobot sampel kering sebesar 500 gram diperoleh ekstrak sebesar 2 gram,
sehingga % rendamen ekstrak adalah 0,4 %.
VI. 2. Saran
Untuk asisten tetap sabar dalam membimbing dan menjelaskan
kepada praktikan. Karena banyak yang di dapatkan dengan bimbingan
yang baik pula.













DAFTAR PUSTAKA
1. Tobo, Fachruddin, 2001, Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I,
Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
2. Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
3. Pangestu, Ayu & Setyo Wuri Handayani. 2011. Rotary Evaporator dan
Ultraviolet Lamp. Bogor: Institut Pertanian Bogor Program
Keahlian Analisis Kimia.
4. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
5. Hostettmann, K., Marston, A., dan Hostettmann, M.,
1997,PreparativeChromatography Techniques: Application in
natural Product Isolation,Springer, Jerman.
6. Adnan M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisa Bahan Makanan.
Yogyakarta: Penerbit Andi
7. Chemistry for Phrmacy Students : General, Organic and Natural
Product Chemistry. 2007. Satyajit D. Sarker & Lutfun Nahar.
John Willey & Sons Ltd. England.
2. Instant Notes : Analytical Chemistry. 2002. D. Kealey & P.
J. Haines. BIOS Scientific Publishers Limited. UK.

Anda mungkin juga menyukai