Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pada tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan Pejabat a!i Kota Pekanbaru sete!ah mendengar !aporan Kepa!a Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru da!am rapat koordinasi. Pada bu!an "ebruari tahun 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bu!an "ebruari tahun 2011 men#apai $%0 kasus. &a! ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang !ebih dua ka!i !ipat d'i periode tahun sebe!umya. () (incidence rate) DBD menurut &* di (ndonesia ada!ah sebesar + %0 per 100.000 penduduk dengan ,") (case fatality rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan ma-h kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap geja!a DBD. .ering ka!i pasien datang ke Puskesmas da!am stadium !anjut, di m/n terdapat perdarahan spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang #enderung untuk mengobati diri sendiri dengan #ara memba!uri badan dengan ba0ang merah yang di#ampur dengan minyak goreng ter!ebih dahu!u kemudian membe!i obat penurun panas di 0arung atau toko obat. 1asyarakat tidak mengerti ka!au pada saat mu!ai demam harus segera diba0a ke Puskesmas. Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas me!akukan penye!idikan epidemio!ogi (P2) ke !apangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasi! penye!idikan epidemio!ogi tersebut, Puskesmas me!akukan tindakan yang diper!ukan untuk menanggu!angi KLB. Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat3obatan dan #airan in4us bagi pasien yang jum!ahnya sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas. 5ntuk mengatasi ha! tersebut, Puskesmas me!akukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Program penanggu!angan DBD yang berja!an seharusnya bukan hanya dikerjakan o!eh Puskesmas sendiri se#ara !intas program, tetapi juga dikerjakan se#ara !intas sektora! demi untuk meningkatkan mutu pe!ayanan. Pada saat yang bersamaan, terjadi !edakan kasus #ampak di Puskesmas setempat. 6ernyata #akupan imunisasi #ampak da!am 7 tahun terakhir se!a!u berada pada kisaran + %08. Da!am pertemuan !intas sektora!, tokoh agama juga ter!ibat da!am ikut urun rembuk penye!esaian masa!ah kesehatan di masyarakat. 6okoh agama menyampaikan, bah0a da!am pandangan (s!am men#iptakan kemash!ahatan insani yang hakiki ada!ah merupakan sa!ah satu tujuan syariat (s!am dan hukum menjaga kesehatan dan berobat ada!ah 0ajib. 1 Kata Sulit 3 Incidence Rate9 :um!ah kasus baru yang terjadi di ka!angan penduduk se!ama periode 0aktu tertentu per jum!ah penduduk yang mungkin terkena dika!i 1008. 3 Case Fatality Rate9 :um!ah penduduk yang meningga!karena suatu penyakit tertentu per jum!ah penduduk yang sakit dika!i 1008.
3 Kejadian Luar Biasa9 Peningkatan angka morbiditas dan morta!itas yang bermakna se#ara epidemio!ogi pada suatu daerah tertentu da!am kurun 0aktu tertentu. 3 Penyelidikan Epidemioloi9 .uatu kegiatan penye!idikan; sur<ey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masa!ah kesehatan; penyakit se#ara !ebih menye!uruh. 3 Lintas Sektoral9 Pertemuan dari banyak pihak; sektor untuk menye!esaikan masa!ah. 3 Lintas Proram9 .uatu prosedur; program dari suatu sektor untuk meningkatkan mutu pe!ayanan kesehatan 3 Rujukan kesehatan masyarakat9 .istem penye!enggaraan =ankes yang me!aksanakan pe!impahan tanggung ja0ab atau hubungan timba! ba!ik terhadap suatu penyakit. 3 Cakupan Imunisasi9 :um!ah atau banyaknya anak bayi; ba!ita; Bumi! yang mendapat imunisasi pada 0aktu tertentu di 0i!ayah tertentu. Pertanyaan! 1. Kapan suatu penyakit dikatakan KLB> Jika kasus tersebut sudah meningkat lebih dari 2x dari periode sebelumnya 2. ?pakah 4ungsi () dan ,")> IR: untuk mengetahui pencegahan yang harus dilakukan, masalah yang sedang dihadapi serta risikonya, dan mengetahui berapabesar beban tugas Yankes. CFR: untuk mengetahui risiko jangka panjang 7. ?pa saja program penanggu!angan DBD> 3!, abatesasi, fogging, dan lain"lain. $. ?pa hubungan !edakan kasus #ampak dengan #akupan imunisasi + %08> #akupan imunisasi yang rendah akan meningkatkan risiko epidemic %. .iapa saja yang ter!ibat di da!am !intas sektora!> $adinkes, %epartemen"departemen yang terkait, $epala &uskesmas, dan pejabat" pejabat lainnya. 2 @. ?pa yang dise!idiki pada penye!idikan epidemio!ogi> 'aktor"faktor yang berkontribusi terhadap penyakit tersebut, termasuk factor"faktor sosial dan perilaku. "ipotesis 3 - Pengetahuan masyarakat yang rendah. - Budaya masyarakat Penanganan yang te!at pada pasien DBD. 6erbatasnya obat3obatan di Puskesmas. Program =ankes penanggu!angan DBD dan #ampak )endahnya #akupan imunisasi #ampak 1eningkatkan mutu pe!ayanan kesehatan Kejadian Luar Biasa DBD () dan ,") DBD meningkat Peningkatan kasus #ampak L# $ LI L*. 1. 1ampu memahami dan menje!askan Kejadian Luar Biasa L*. 2. 1ampu memahami dan menje!askan Penye!idikan 2pidemio!ogi L*. 7. 1ampu memahami dan menje!askan #akupan imunisasi dan mutu pe!ayanan kesehatan masyarakat L*. $. 1ampu memahami dan menje!askan sistem rujukan L*. %. 1ampu memahami dan menje!askan hukum menjaga kesehatan dan berobat dari sudut pandang agama (s!am 4 LO. 1. Mampu memahami dan menjelaskan Kejadian Luar Biasa Defnisi Kejadian !uar biasa (KLB) ada!ah timbu!nya atau meningkatnya kesakitan;kematian yang bermakna se#ara epidemio!ogi da!am kurun 0aktu dan daerah tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) 9 ada!ah timbu!nya suatu kejadian kesakitan;kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan;kematian yang bermakna se#ara epidemio!ogis pada suatu ke!ompok penduduk da!am kurun 0aktu tertentu (5ndang3undang abah, 1A@A). Kriteria Kejadian Luar Biasa tentan Pedoman Penyelidikan dan Penanulanan Kejadian Luar Biasa% terolon kejadian luar &iasa jika terdapat unsur ' 1. 6imbu!nya suatu penyakit menu!ar yang sebe!umnya tidak ada atau tidak dikena! 2. Peningkatan kerjadian penyakit terus menerus se!ama 7 kurun 0aktu berturut3turut menurut penyakitnya (jam,hari,minggu) 7. Peningkatan kejadian penyakit;kematian 2 ka!i !ipat atau !ebih dibandingkan dengan periode sebe!umnya $. :um!ah penderita baru da!am satu bu!an menunjukkan kenaikan 2 ka!i !ipat atau !ebih bi!a dibandingkan dengan angka rata3rata perbu!an da!am tahun sebe!umnya Peraturan 1enteri Kesehatan )( Bo . A$A; 12BK2.;.K;C((;200$. Kejadian Luar Biasa (KLB) 9 timbu!nya atau meningkatnya kejadian Kesakitan atau kematian yang bermakna se#ara epidemio!ogis pada suatu daerah da!am kurun 0aktu tertentu. Batasan KLB meliputi arti yan luas% yan dapat diuraikan se&aai &erikut ' 1. 1e!iputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit in4eksi akut kronis ataupun penyakit non in4eksi. 2. 6idak ada batasan yang dapat dipakai se#ara umum untuk menentukan jum!ah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. &a! ini se!ain karena jum!ah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan ber<ariasi menurut tempat (tempat tingga!, pekerjaan) dan 0aktu (yang berhubungan dengan keadaan ik!im) dan penga!aman keadaan penyakit tersebut sebe!umnya. 7. 6idak ada batasan yang spesi4ik mengenai !uas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, ke#amatan, kabupaten atau me!uas satu propinsi dan Begara. Luasnya daerah sangat tergantung dari #ara penu!aran penyakit tersebut. $. aktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga ber<ariasi. KLB dapat terjadi da!am beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bu!an maupun tahun. Di (ndonesia dengan tujuan mempermudah petugas !apangan da!am mengena!i adanya KLB te!ah disusun petunjuk penetapan KLB, sebagai berikut 9 1. ?ngka kesakitan;kematian suatu penyakit menu!ar di suatu ke#amatan menunjukkan kenaikan 7 ka!i atau !ebih se!ama tiga minggu berturut3turut atau !ebih. 5 2. :um!ah penderita baru da!am satu bu!an dari suatu penyakit menu!ar di suatu Ke#amatan, menunjukkan kenaikan dua ka!i !ipat atau !ebih, bi!a dibandingkan dengan angka rata3rata sebu!an da!am setahun sebe!umnya dari penyakit menu!ar yang sama di ke#amatan tersebut 7. ?ngka rata3rata bu!anan se!ama satu tahun dari penderita3penderita baru dari suatu penyakit menu!ar di suatu ke#amatan, menjukkan kenaikan dua ka!i atau !ebih, bi!a dibandingkan dengan angka rata3rata bu!anan da!am tahun sebe!umnya dari penyakit yang sama di ke#amatan yang sama pu!a. $. ,ase "ata!ity )ate (,")) suatu penyakit menu!ar tertentu da!am satu bu!an di suatu ke#amatan, menunjukkan kenaikan %08 atau !ebih, bi!a dibandingkan ,") penyakit yang sama da!am bu!an yang !a!u di ke#amatan tersebut. %. Proportiona! rate penderita baru dari suatu penyakit menu!ar da!am 0aktu satu bu!an, dibandingkan dengan proportiona! rate penderita baru dari penyakit menu!ar yang sama se!ama periode 0aktu yang sama dari tahun yang !a!u menunjukkan kenaikan dua ka!i atau !ebih. @. Khusus untuk penyakit3penyakit Kho!era, ,a#ar, Pes, D&";D.. 9 a. .etiap peningkatan jum!ah penderita3penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan3ketentuan di atas. b. 6erdapatnya satu atau !ebih penderita;kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu ke#amatan yang te!ah bebas dari penyakit3penyakit tersebut, pa!ing sedikit bebas se!ama $ minggu berturut3turut. D. ?pabi!a kesakitan;kematian o!eh kera#unan yang timbu! di suatu ke!ompok masyarakat. E. ?pabi!a di daerah tersebut terdapat penyakit menu!ar yang sebe!umnya tidak ada;dikena!. Metodoloi Penyelidikan KLB 6ingkat atau po!a da!am penye!idikan KLB ini sangat su!it ditentukan, sehingga metoda yang dipakai pada penye!idikan KLB sangat ber<ariasi. 1enurut Ke!sey et a!., 1AE@F Goodman et a!., 1AA0 dan Prano0o, 1AA1, <ariasi tersebut me!iputi 9 1. )an#angan pene!itian, dapat merupakan suatu pene!itian prospekti4 atau retrospekti4 tergantung dari 0aktu di!aksanakannya penye!idikan. Dapat merupakan suatu pene!itian deskripti4, ana!itik atau keduanya. 2. 1ateri (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masa!ah administrati4), 7. .asaran pemantauan, berbagai ke!ompok menurut si4at dan tempatnya ()umah sakit, k!inik, !aboratorium dan !apangan). $. .etiap penye!idikan KLB se!a!u mempunyai tujuan utama yang sama yaitu men#egah me!uasnya (penanggu!angan) dan teru!angnya KLB di masa yang akan datang (pengenda!ian), dengan tujuan khusus 9 a. Diagnose kasus3kasus yang terjadi dan mengidenti4ikasi penyebab penyakit b. 1emastikan keadaan tersebut merupakan KLB #. 1engidenti4ikasikan sumber dan #ara penu!aran d. 1engidenti4ikasi keadaan yang menyebabkan KLB e. 1engidenti4ikasikan popu!asi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB Lankah(lankah Penyelidikan KLB 1. Persiapan pene!itian !apangan 2. 1enetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB 7. 1emastikan Diagnose 2tio!ogis 6 $. 1engidenti4ikasikan dan menghitung kasus atau paparan %. 1endeskripsikan kasus berdasarkan orang, 0aktu, dan tempat @. 1embuat #ara penanggu!angan sementara dengan segera (jika diper!ukan) D. 1engidenti4ikasi sumber dan #ara penyebaran E. 1engidentikasi keadaan penyebab KLB A. 1eren#anakan pene!itian !ain yang sistematis 10. 1enetapkan saran #ara pen#egahan atau penanggu!angan 11. 1enetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komp!ikasi 12. 1e!aporkan hasi! penye!idikan kepada (nstansi kesehatan setempat dan kepada sistim pe!ayanan kesehatan yang !ebih tinggi Persiapan Penelitian Lapanan .ebe!um penye!idikan KLB di!aksanakan per!u adanya persiapan dan ren#ana kerja. Persiapan !apangan sebaiknya dikerjakan se#epat mungkin, da!am 2$ jam pertama sesudah adanya in4ormasi (Ke!sey., 1AE@), Greg (1AE%) dan Bres (1AE@) mengatakan bah0a persiapan pene!itian !apangan me!iputi 9 1. Pemantapan (kon4irmasi) in4ormasi. (n4ormasi a0a! yang didapat kadang3kadang tidak !engkap, sehingga diper!ukan pemantapan in4ormasi untuk me!engkapi in4ormasi a0a!, yang di!akukan dengan kontak dengan daerah setempat. (n4ormasi a0a! yang digunakan sebagai arahan untuk membuat ren#ana kerja (p!an o4 a#tion), yang me!iputi in4ormasi sebagai berikut 9 a. ?sa! in4ormasi adanya KLB. Di (ndonesia in4ormasi adanya KLB dapat berasa! dari 4asi!itas kesehatan primer (!aporan 1), ana!isis sistem ke0aspadaan dini di daerah tersebut (!aporan 2), hasi! !aboratorium, !aporan )umah sakit (Laporan KD3).) atau masyarakat (Laporan .30). b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, me!iputi geja!a k!inis, pemeriksaan yang te!ah di!akukan untuk menegakan diagnosis dan hasi! pemeriksaannya, komp!ikasi yang terjadi (misa! kematian, ke#a#atan. Ke!umpuhan dan !ainnya). #. Keadaan geogra4i dan transportasi yang dapat digunakan di daerah;!okasi KLB. 2. Pembuatan ren#ana kerja Berdasar in4ormasi tersebut disusun ren#ana penye!idikan (proposa!), yang minima! berisi 9 a. 6ujuan penye!idikan KLB b. De4inisi kasus a0a! #. &ipotesis a0a! mengenai agent penyebab (penyakit), #ara dan sumber penu!aran d. 1a#am dan sumber data yang diper!ukan e. .trategi penemuan kasus 4. .arana dan tenaga yang diper!ukan. De4inisi kasus 9 de4inisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pen#arian kasus nantinya. 1engingat in4ormasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan penyakit tertentu atau geja!a k!inis yang ditemui, maka de4inisi kasus sebaiknya dibuat !onggar, dengan kemungkinan kasus3kasus !ain akan masuk. Perbaikan de4inisi kasus akan di!akukan sete!ah pemastian diagnose, pada !angkah identi4ikasi kasus dan paparan. 7 &ipotesis a0a!, hendaknya me!iputi penyakit penyebab KLB, sumber dan #ara penu!aran. 5ntuk membuat hipotesis a0a! ini dapat dengan mempe!ajari geja!a k!inis, #iri dan po!a epidemio!ogis penyakit tersangka. &ipotesis a0a! ini dapat berubah atau !ebih spesi4ik dan dibuktikan pada 0aktu penye!idikan (Bres, 1AE@). 6ujuan penye!idikan KLB se!a!u dimu!ai dengan tujuan utama mengadakan penanggu!angan dan pengenda!ian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya 9 a. 1emastikan diagnosis penyakit b. 1enetapkan KLB #. 1enentukan sumber dan #ara penu!aran d. 1engetahui keadaan penyebab KLB Pada penye!idikan KLB diper!ukan beberapa tujuan tambahan yang berhubungan dengan penggunaan hasi! penye!idikan. 1isa!nya untuk mengetahui pe!aksanaan program imunisasi, mengetahui kemampuan sistem sur<ei!ans, atau mengetahui pertanda mikrobio!ogik yang dapat digunakan (Goodman et a!., 1AA0). .trategi penemuan kasus, strategi penemuan kasus ini sangat penting kaitannya dengan pe!aksanaan penye!idikan nantinya. Pada penye!idikan KLB pertimbangan penetapan strategi yang tepat tidak hanya didasarkan pada bagaimana mempero!eh in4ormasi yang akurat, tetapi juga harus dipertimbangkan beberapa ha! yaitu 9 a. .umber daya yang ada (dana, sarana, tenaga) b. Luas 0i!ayah KLB #. ?sa! KLB diketahui d. .i4at penyakitnya. Beberapa strategi penemuan kasus yang dapat digunakan pada penye!idikan KLB dengan beberapa keuntungan dan ke!emahannya (Bres, 1AE@) 9 a. Penggunaan data 4asi!itas kesehatan ,epat 6erjadi bias se!eksi kasus b. Kunjungan ke ). atau 4asi!itas kesehatan Lebih mudah untuk mengetahui kasus dan kontak &anya kasus3kasus yang berat #. Penyebaran kuesioner pada daerah yang terkena ,epat, tidak ada bias menaksir popu!asi Kesa!ahan interpretasi pertanyaan d. Kunjungan ke tempat yang diduga sebagai sumber penu!aran 1udah untuk menge3tahui hubungan kasus dan kontak 6erjadi bias se!eksi dan keadaan sudah spesi4ik e. .ur<ai masyarakat (sur<ai rumah tangga!, tota! sur<ai) Dapat di!ihat keadaan yang sebenarnya 1emer!ukan 0aktu !ama, memer!ukan organisasi tim dengan baik 4. .ur<ai pada penderita :ika diketahui kasus dengan pasti 1emer!ukan 0aktu !ama, hasi! hanya terbatas pada kasus yang diketahui g. .ur<ai agent dengan iso!asi atau sero!ogi Kepastian tinggi, di3gunakan pada penya3kit dengan #arrier 1aha!, hanya di!akukan jika pemerik saan !ab dapat dikerjakan 7. Pertemuan dengan pejabat setempat. Pertemuan dimaksudkan untuk membi#arakan ren#ana dan pe!aksanaan penye!idikan KLB, ke!engkapan sarana dan tenaga di daerah, mempero!eh iHin dan pengamanan. Pemastian )ianosis Penyakit )an Penetapan KLB Pemastian Diagnosis Penyakit 8 ,ara diagnosis penyakit pada KLB dapat di!akukan dengan men#o#okan geja!a;tanda penyakit yang terjadi pada indi<idu, kemudian disusun distribusi 4rekuensi geja!a k!inisnya. ,ara menghitung distribusi 4rekuensi dari tanda3tanda dan geja!a3geja!a yang ada pada kasus ada!ah sebagai berikut 9 1. Buat da4tar geja!a yang ada pada kasus 2. &itung persen kasus yang mempunyai geja!a tersebut 7. .usun ke ba0ah menurut urutan 4rekuensinya Penetapan KLB Penetapan KLB di!akukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah berja!an dengan insidensi penyakit da!am keadaan biasa (endemik), pada popu!asi yang dianggap berisiko, pada tempat dan 0aktu tertentu. Da!am membandingkan insidensi penyakit berdasarkan 0aktu harus diingat bah0a beberapa penyakit da!am keadaan biasa (endemis) dapat ber<ariasi menurut 0aktu (po!a tempora! penyakit). Penggambaran po!a tempora! penyakit yang penting untuk penetapan KLB ada!ah, po!a musiman penyakit (periode 12 bu!an) dan ke#enderungan jangka panjang (periode tahunan I po!a maksimum dan minimum penyakit). Dengan demikian untuk me!ihat kenaikan 4rekuensi penyakit harus dibandingkan dengan 4rekuensi penyakit pada tahun yang sama bu!an berbeda atau bu!an yang sama tahun berbeda (,D,, 1ADA). 3 KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang be!um dikena! atau penyakit yang tidak mendapat perhatian karena dampaknya be!um diketahui. 3 KLB pa!su (pesudo3epidemi#), terjadi o!eh karena 9 1. Perubahan #ara mendiagnosis penyakit 2. Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau 7. Perubahan organisasi pe!ayanan kesehatan, $. Perhatian yang ber!ebihan. 5ntuk mentetapkan KLB dapat dipakai beberapa de4inisi KLB yang te!ah disusun o!eh Depkes. Pada penyakit yang endemis, maka #ara menentukan KLB bisa menyusun dengan gra4ik Po!a 1aksimum3minimum % tahunan atau 7 tahunan. )eskripsi KLB *+ )eskripsi Kasus Berdasarkan ,aktu- Penggambaran kasus berdasarkan 0aktu pada periode 0abah (!amanya KLB ber!angsung), yang digambarkan da!am suatu kur<a epidemik. Kur<a epidemik ada!ah suatu gra4ik yang menggambarkan 4rekuensi kasus berdasarkan saat mu!ai sakit (onset o4 i!!ness) se!ama periode 0abah. Kur<a ini digambarkan dengan aJs horiHonta! ada!ah saat mu!ainya sakit dan sebagai aJis <ertika! ada!ah jum!ah kasus. Kur<a epidemik dapat digunakan untuk tujuan 9 a. 1enentukan ; memprakirakan sumber atau #ara penu!aran penyakit dengan me!ihat tipe kur<a epidemik tersebut (#ommon sour#e atau propagated). b. 1engidenti4ikasikan 0aktu paparan atau pen#arian kasus a0a! (indeJ #ase). Dengan #ara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata3rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum. 9 2+ )eskripsi Kasus Berdasarkan .empat 6ujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat ada!ah untuk mendapatkan petunjuk popu!asi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tingga!, tempat pekerjaan). &asi! ana!isis ini dapat digunakan untuk mengidenti4ikasi sumber penu!aran. ?gar tujuan ter#apai, maka kasus dapat dike!ompokan menurut daerah <ariabe! geogra4i (tempat tingga!, b!ok sensus), tempat pekerjaan, tempat (!ingkungan) pembuangan !imbah, tempat rekreasi, seko!ah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau me!a!ui <ektor (,D,, 1ADAF "riedman, 1AE0). /+ )eskripsi KLB Berdasarkan #ran 6eknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penu!aran atau etio!ogi penyakit. *rang dideskripsikan menurut <ariabe! umur, jenis ke!amin, ras, status kekeba!an, status perka0inan, tingkah !aku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan <ariabe! orang ini tampak je!as. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa <ariabe! di atas. ?na!isis kasus berdasarkan umur harus se!a!u dikerjakan, karena dari age sps#i4i# rate dengan 4rekuensi dan beratnya penyakit. ?na!isis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kun#i yang digunakan untuk menentukan sumber penyakit Prosedur Penanulanan KLB 1. 1asa pra KLB (n4ormasi kemungkinan akan terjadinya KLB ; 0abah ada!ah dengan me!aksanakan .istem Ke0aspadaan Dini se#ara #ermat, se!ain itu me!akukakukan !angkah3!angkh !ainnya 9 1. 1eningkatkan ke0aspadaan dini di puskesmas baik .KD, tenaga dan !ogistik. 2. 1embentuk dan me!atih 6(1 Gerak ,epat puskesmas. 7. 1engintensi4kan penyu!uhan kesehatan pada masyarakat $. 1emperbaiki kerja !aboratorium %. 1eningkatkan kerjasama dengan instansi !ain .im 0erak Cepat 1.0C+ .eke!ompok tenaga kesehatan yang bertugas menye!esaikan pengamatan dan penanggu!angan 0abah di !apangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data penye!idikan epideomo!ogis. 6ugas ;kegiatan 9 a. Pengamatan 9 Pen#arian penderita !ain yang tidak datang berobat. Pengambi!an usap dubur terhadap orang yang di#urigai terutama anggota ke!uarga Pengambi!an #ontoh air sumur, sungai, air pabrik d!! yang diduga ter#emari dan sebagai sumber penu!aran. b. Pe!a#akan kasus untuk men#ari asa! usu! penu!aran dan mengantisipasi penyebarannya Pen#egahan dehidrasi dengan pemberian ora!it bagi setiap penderita yang ditemukan di !apangan. #. Penyu!uhahn baik perorang maupun ke!uarga d. 1embuat !aporan tentang kejadian 0abah dan #ara penanggu!angan se#ara !engkap. 1 2. Pembentukan Pusat )ehidrasi 5ntuk menampung penderita diare yang memer!ukan pera0atan dan pengobatan. 6ugas pusat rehidrasi 9 a. 1era0at dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung. b. 1e!akukan pen#atatan nama , umur, a!amat !engkap, masa inkubasi, geja!a diagnosa dsb. #. 1emberikan data penderita ke Petugas 6G, d. 1engatur !ogistik e. 1engambi! usap dubur penderita sebe!um diterapi. 4. Penyu!uhan bagi penderita dan ke!uarga g. 1enjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penu!aran (!iso!isasi). h. 1embuat !aporan harian, mingguan penderita diare yang dira0at.(yang diin4us, tdk diin4us, ra0at ja!an, obat yang digunakan dsb. Faktor 2an Mempenaruhi .im&ulnya KLB 1. &erd (mmunity yang rendah =ang mempengaruhi rendahnya 4aktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak keba! !agi, atau antara yang keba! dan tidak menge!ompok tersendiri. 2. Patogenesiti Kemampuan bibit penyakit untuk menimbu!kan reaksi pada pejamu sehingga timbu! sakit. 7. Lingkungan =ang Buruk .e!uruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut. Faktor 2an Mempenaruhi Mordi&itas dan Mortalitas dalam KLB 3ntuk Menukur Masalah Penyakit 1 4nka Kesakitan 5 Mor&iditas + Insidensi ?da!ah gambaran tentang 4rek0ensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu 0aktu tertentu di satu ke!ompok masyarakat. 5ntuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebe!umnya harus diketahui ter!ebih dahu!u tentang data tentang jum!ah penderita baru. :um!ah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Popu!ation at )isk ). Secara umum anka insiden ini dapat di&edakan menjadi / macam% yaitu ' 1. Incidence Rate =aitu jum!ah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka 0aktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jum!ah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka 0aktu yang bersangkutan. =ang dimaksud kasus baru ada!ah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode 0aktu ada!ah jum!ah 0aktu yang diamati se!ama sehat hingga menjadi sakit. Rumus incidence rate' 1an4aat (n#iden#e )ate ada!ah 9 11 !umlah penderi"a #aru $ K %1&' 1K) !umlah penduduk (an) mun)kin "erkena pen(aki" a. 1engetahui masa!ah kesehatan yang dihadapi b. 1engetahui resiko untuk terkena masa!ah kesehatan yang dihadapi #. 1engetahui beban tugas yang harus dise!enggarakan o!eh suatu 4asi!itas pe!ayanan kesehatan. 2. Insidens kumulatif (Incidence Risk) Probabi!itas indi<idu berisiko berkembang menjadi penyakit da!am periode 0aktu tertentu. Berarti rata3rata risiko seorang indi<idu terkena penyakit Denominator harus!ah terbebas dari penyakit pada permu!aan periode (obser<asi atau tindak !anjut) a. .ubyek bebas dari penyakit pada a0a! studi b. .ubyek potensia! untuk sakit #. .edikit atau tidak ada kasus yang !o!os dari pengamatan karena kematian, tidak !ama berisiko, hi!ang dari pengamatan. d. 6idak berdimensi, dini!ai dari no! sampai satu e. 1erujuk pada indi<idu 4. 1empunyai periode rujukan 0aktu yang ditentukan dengan baik Rumus incidence risk 3. Attack Rate =aitu jum!ah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jum!ah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama. 1an4aat ?tta#k )ate ada!ah memperkirakan derajat serangan atau penu!aran suatu penyakit. 1akin tinggi ni!ai ?), maka makin tinggi pu!a kemampuan Penu!aran Penyakit tersebut. Rumus attack rate9 4. Secondary Attack Rate ?da!ah jum!ah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jum!ah penduduk dikurangi orang;penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menu!ar dan da!am suatu popu!asi yang ke#i! ( misa!nya da!am .atu Ke!uarga ). Rumus secondary attack rate9 Prevalensi ?da!ah gambaran tentang 4rek0ensi penderita !ama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka 0aktu tertentu di seke!ompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka pre<a!ensi 12 !umlah kasus insidens selama peri*de +ak"u "er"en"u . !umlah penduduk (an) #erisik* pada permulaan +ak"u !umlah penderi"a #aru dalam sa"u saa" $ K %1&' 1K) !umlah penduduk (an) mun)kin "erkena pen(aki" "s# pada saa" (an) sama !umlah penderi"a #aru pada seran)an kedua $ K %1&' 1K) !umlah penduduk2 () "erkena seran)an per"ama digunakan jum!ah se!uruh penduduk tanpa memperhitungkan orang ; penduduk yang keba! atau penduduk dengan resiko (Popu!ation at )isk). .ehingga dapat dikatakan bah0a angka pre<a!ensi sebenarnya bukan suatu rate yang murni, karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan da!am perhitungan. Pre<a!ens tergantung pada 2 4aktor 9 1. Berapa banyak orang jum!ah orang yang te!ah sakit 2. Durasi;!amanya penyakit Secara umum nilai pre6alen di&edakan menjadi 2% yaitu ' 1. Period Prealen Rate =aitu jum!ah penderita !ama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka 0aktu tertentu dibagi dengan jum!ah penduduk pada pertengahan jangka 0aktu yang bersangkutan. Bi!ai Periode Pre<a!en )ate hanya digunakan untuk penyakit yang su!it diketahui saat mun#u!nya, misa!nya pada penyakit Kanker dan Ke!ainan :i0a. Rumus period pre6alen rate 2. Point Prealen Rate ?da!ah jum!ah penderita !ama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jum!ah penduduk pada saat itu. Dapat diman4aatkan untuk mengetahui 1utu pe!ayanan kesehatan yang dise!enggarakan. Rumus point pre6alen rate9 "u&unan 4ntara Insidensi )an Pre6alensi ?ngka Pre<a!ensi dipengaruhi o!eh tingginya insidensi dan !amanya sakit;durasi penyakit. !amanya sakit;durasi penyakit ada!ah periode mu!ai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu 9 sembuh, mati ataupun kronis. &ubungan ketiga ha! tersebut dabat dinyatakan dengan rumus9 P L ( J D P L Pre<a!ensi ( L (nsidensi LL Lamanya .akit )umus hubungan insidensi dan pre<a!ensi tersebut hanya ber!aku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu 1. Bi!ai insidensi da!am 0aktu yang #ukup !ama bersi4at konstan, tidak menunjukkan perubahan yang men#o!ok. 2. Lama ber!angsungnya suatu penyakit bersi4at stabi! 9 6idak menunjukkan perubahan yang ter!a!u men#o!ok. 13 !umlah penderi"a lama , #aru $ K %1&' 1K) !umlah penduduk per"en)ahan !umlah penderi"a lama , #aru saa" i"u $ K %1&' 1K) !umlah penduduk saa" i"u Untuk Mengukur Masalah Kematian ( Angka Kematian/ Mortalitas ) De0asa ini di se!uruh dunia mu!ai mun#u! kepedu!ian terhadap ukuran kesehatan masyarakat yang men#akup penggunaan bidang epidemio!ogi da!am mene!usuri penyakit dan mengkaji data popu!asi. Pene!usuran terhadap berbagai 4aktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk pa!ing baik di!akukan dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasi!nya kemudian juga disajikan da!am tampi!an yang distandardisasi. 1orta!itas merupakan isti!ah epidemio!ogi dan data statistik <ita! untuk Kematian. Dika!angan masyarakat kita, ada 7 ha! umum yang menyebabkan kematian, yaitu 9 a. Degenerasi organ <ita! M kondisi terkait. b. .tatus penyakit. #. Kematian akibat !ingkungan atau masyarakat ( bunuh diri, ke#e!akaan, pembunuhan, ben#ana a!am, dsb.) 1a#am I ma#am ; jenis angka kematian (1orta!ity )ate;1orta!ity )atio) da!am 2pidemio!ogi antara !ain 9 An!ka "ematian "asar ( #rude Deat$ Rate ) ?da!ah jum!ah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka 0aktu ( umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jum!ah penduduk pada pertengahan 0aktu yang bersangkutan. (sti!ah #rude digunakan karena setiap aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis ke!amin, atau <ariabe! !ain. )umus 9 ,D);?KKLjm! se!uruh kematian 9 jm! penduduk pertengahan J NK Perinatal %ortality Rate (P%R) & An!ka "ematian Perinatal (A"P) P1) ada!ah jum!ah kematian janin yang di!ahirkan pada usia kehami!an 2E minggu atau !ebih ditambah dengan jum!ah kematian bayi yang berumur kurang dari D hari yang di#atat se!ama 1 tahun per 1000 ke!ahiran hidup pada tahun yang sama. ( &*, 1AE1 ). 1an4aat P1) ada!ah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hami! dan bayi. "aktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya P1) ada!ah 9 a. Banyaknya Bayi BBL) b. .tatus giHi ibu dan bayi #. Keadaan so#ia! ekonomi d. Penyakit in4eksi, terutama (.P? e. Perto!ongan persa!inan )umus 9 P1);?KPLjm! kematian janin yg di!ahirkan pd usia kehami!an 2E mingguOdg jm! kematian bayi yg berumur kurang dr D hari yg di #atat se!ama 1tahun 9 jm! bayi !ahir hidup pd tahun yg sama J NK 'eonatal %ortality Rate ( '%R ) ( An!ka "ematian 'eonatal (A"') ?da!ah jum!ah kematian bayi berumur kurang dari 2E hari yang di#atat se!ama 1 tahun per 1000 ke!ahiran hidup pada tahun yang sama. 14 1an4aat B1) ada!ah untuk mengetahui 9 a. 6inggi rendahnya usaha pera0atan postnata!. b. Program imunisasi. #. Perto!ongan persa!inan. d. Penyakit in4eksi, terutama sa!uran napas bagian atas. )umus 9 B1)?KBLjm! kematian bayi umur kurang dr 2E hari 9 jm! !ahir hidup pd tahun yg sama J NK Infant %ortality Rate (I%R) & An!ka "ematian )ayi ( A")) ?da!ah jum!ah se!uruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang di#atat se!ama 1 tahun per 1000 ke!ahiran hidup pada tahun yang sama. 1an4aat (1) ada!ah sebagai indikator yg sensiti<e terhadap derajat kesehatan masyarakat. )umus 9 (1);?KBLjm! kematian bayi umur 031 th 9 jm! ke!ahiran hidup pd th yg sama J NK *nder +ie %ortality Rate ( *fmr ) & An!ka "ematian )alita ?da!ah jum!ah kematian ba!ita yang di#atat se!ama 1 tahun per 1000 penduduk ba!ita pada tahun yang sama. 1an4aat 5"1) ada!ah untuk mengukur status kesehatan bayi. )umus 9 5"1)Ljm! kematian ba!ita yg #a#at d!m 1 thn 9 jm! penduduk ba!ita pd thn yg sama J NK An!ka "ematian Pasca,'eonatal (Postneonatal %ortality Rate) ?ngka kematian pas#aneonata! diper!ukan untuk mene!usuri kematian di Begara be!um berkembang , terutama pada 0i!ayah tempat bayi meningga! pada tahun pertama kehidupannya akibat ma!nutrisi, de4isiensi nutrisi, dan penyakit in4eksi. Postneonata! 1orta!ity )ate ada!ah kematian yang terjadi pada bayi usia 2E hari sampai 1 tahun per 1000 ke!ahiran hidup da!am satu tahun. )umus 9 pas#a3neonata! morta!ity rateLjm! kematian bayi usia 2E hari31 thn 9 jm! ke!ahiran hidup pd thn yg sama J NK An!ka "ematian -anin & An!ka .a$ir %ati (+etal Deat$ Rate) (sti!ah kematian janin penggunaannya sama dengan isti!ah !ahir mati. Kematian janin ada!ah kematian yang terjadi akibat ke!uar atau dike!uarkannya janin dari rahim, ter!epas dari durasi kehami!annya. :ika bayi tidak berna4as atau tidak menunjukkan tanda I tanda kehidupan saat !ahir, bayi dinyatakan meningga!. 6anda Itanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak :antung, Detak 6a!i Pusat atau Gerakan *tot Co!unter. ?ngka Kematian :anin ada!ah proporsi jum!ah kematian janin yang dikaitkan dengan jum!ah ke!ahiran pada periode 0aktu tertentu, biasanya 1 tahun. )umus 9 15 ?ngka kematian janinLjm! kematian janin d!m periode tertentu 9 tota! kematian janinOjanin !ahir hidup periode yg samaJ NK %aternal %ortality Rate ( %mr ) & An!ka "ematian ?da!ah jum!ah kematian ibu sebagai akibat dari komp!ikasi kehami!an, persa!inan dan masa ni4as da!am 1 tahun per 1000 ke!ahiran hidup pada tahun yang sama. 6inggi rendahnya 11) berkaitan dengan 9 a. .osia! ekonomi b. Kesehatan ibu sebe!um hami!, bersa!in dan ni4as #. Pe!ayanan kesehatan terhadap ibu hami! d. Perto!ongan persa!inan dan pera0atan masa ni4as )umus 9 11)Ljm! kematian ibu hami!, persa!inanMdan ni4as d!m 1 thn 9 jm! !ahir hidup pd thn yg samaJ NK A!e S/esifc %ortality Rate ( AS%R & ASDR ) 1an4aat ?.1);?.D) ada!ah 9 a. 5ntuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan me!ihat kematian tertinggi pada go!ongan umur. b. 5ntuk membandingkan tara4 kesehatan masyarakat di berbagai 0i!ayah. #. 5ntuk menghitung rata I rata harapan hidup. #ause S/esifc %ortality Rate ( #S%R ) =aitu jum!ah se!uruh kematian karena satu sebab penyakit da!am satu jangka 0aktu tertentu (1tahun ) dibagi dengan jum!ah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut. )umus 9 ,.1)Ljm! se!uruh kematian karena sebab penyakit tertentu 9 jm! penduduk yg mungkin terkenapenyakit pd pertengahan tahunJ NK #ase +atality Rate ( #+R ) ?da!ah perbandingan antara jum!ah se!uruh kematian karena satu penyebab penyakit tertentu da!am 1 tahun dengan jum!ah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit Ipenyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. )umus 9 ,")Ljm! kematian karena penyakit tertentu 9 jm! se!uruh penderita penyakit tersebutJ NK LO. 2. Mampu memahami dan menjelaskan -en(elidikan .pidemi*l*)i Penye!idikan 2pidemio!ogi merupakan suatu kegiatan penye!idikan atau sur<ey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masa!ah kesehatan atau penyakit se#ara !ebih menye!uruh. 16 6ujuan da!am Penye!idikan 2pidemio!ogi 9 Mendapatkan &esaran masalah yan sesunuhnya% Mendapatkan am&aran klinis dari suatu penyakit% Mendapatkan am&aran kasus menurut 6aria&el Epidemioloy% Mendapatkan in7ormasi tentan 7aktor risiko 1linkunan% 6ektor% perilaku% dll+ dan etioloi- Dari ke empat tujuan di tersebut dapat diana!isis sehingga dapat memberikan suatu penanggu!angan atau pen#egahan dari penyakit itu. &a!3ha! yang penting untuk diketahui9 Konsep terjadinya penyakit, Batura! history o4 disease, Dinamika penu!aran atau mekanisme penu!aran, ?spek !ingkungan, ?spek administrati4 dan manajeria!, (n4ormasi yang dibutuhkan da!am P2 berbeda untuk setiap penyakit. ?kti4itas; kegiatan P2 se#ara spesi4ik berbeda untuk tiap penyakit. Penyelidikan epidemioloi 1PE+ ada!ah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang ber!angsung maupun yang te!ah terjadi, si4atnya pene!itian, me!a!ui pengumpu!an data primer dan sekunder, pengo!ahan dan ana!isa data, membuat kesimpu!an dan rekomendasi da!am bentuk !aporan. Man7aat Epidemioloi 1an4aat 2pidemio!ogi antara !ain9 1. 1embantu pekerjaan ?dministrasi Kesehatan 2. Dapat menerangkan penyebab masa!ah kesehatan 7. Dapat menerangkan perkembangan a!amiah penyakit $. Dapat menerangkan keadaan suatu masa!ah kesehatan a. 2pidemi (singkat dan tinggi) b. Pandemi (peningkatan yang sangat tinggi dan te!ah amat !uas) #. 2ndemi (4rekuansi tetap da!am 0aktu yang !ama) d. .poradik (berubah3ubah menurut perubahan 0aktu) .ujuan Penyelidikan Epidemioloi 1PE+ 1endapatkan besaran masa!ah yang sesunguhnya, 1endapatkan gambaran k!inis dari suatu penyakit, 1endapatkan gambaran kasus menurut <ariabe! 2pidemio!ogy, 1endapatkan in4ormasi tentang 4aktor risiko (!ingkungan, <ektor, peri!aku, d!!) dan etio!ogi, Dari ke empat tujuan di tersebut dapat diana!isis sehingga dapat memberikan suatu penanggu!angan atau pen#egahan dari penyakit itu. Keiatan Penyelidikan Epidemioloi 1PE+ .ahap Sur6ei pendahuluan' a. 1enegakan diagnosa b. 1emastikan adanya KLB #. Buat hypotesa mengenai penyebab, #ara penyebaran, dan 4aktor yg mempengaruhinya .ahap penumpulan data ' a. (denti4ikasi kasus keda!am <ariabe! epid(orang, tempat, 0aktu ) b. 6entukan agen penyebab, #ara penyebaran, dan 4aktor yg mempengaruhinya. 17 #. 1enentukan ke!ompok yang rentan;beresiko .ahap penolahan data ' Lakukan pengo!ahan data menurut <ariabe! epidemio!ogi, menurut ukuran epid (?ngka insiden, ?ngka pre<a!en, ,ase 4ata!ity), menurut ni!ai statistik (1ean, median mode,de<iasi) Lakukan ana!isa data 9 1. 1enurut <ariabe! epid, menurut ukuran epid, menurut ni!ai statistik. 2. Bandingkan ni!ai3ni!ai tsb dengan kejadian atau ni!ai3ni!ai yg sudah ada Buat intepretasi hasi! ana!isa Buat !aporan hasi! P2 .entukan tindakan penanulanan dan penceahannya 1. 6indakan penanggu!angan 9 a. Pengobatan penderita b. (so!asi kasus 2. 6indakan pen#egahan 9 a. .ur<ei!ans yg ketat b. Perbaikan mutu !ingkungan #. Proteksi diri d. Perbaikan status kes masyarakat LO. 3. Mampu memahami dan menjelaskan /akupan imunisasi dan mu"u pela(anan keseha"an mas(araka" CAKUPAN IMUNISASI ,akupan imunisasi da!am program imunisasi nasiona! merupakan parameter kesehatan nasiona!. Besar #akupan imunisasi harus men#apai !ebih dari E08, artinya di setiap desa, anak3anak berusia di ba0ah 12 bu!an, E08 harus sudah mendapatkan imunisasi dasar !engkap. 6etapi saat ini, #akupan imunisasi be!um memuaskan. .a!ah satu dampak #akupan imunisasi yang tidak sesuai target ada!ah terjadinya kejadian !uar biasa (KLB). Penyakit dapat di#egah bi!a #akupan imunisasi sebesar E08 dari target. Penu!aran berbanding searah dengan #akupan imunisasi. ?pbi!a anak yang tidak diimunisasi semakin banyak maka penu!aran akan semakin meningkat. .edangkan #akupan imunisasi yang tinggi akan mengurangi penu!aran (maja!ah 4arma#ia, 2012). )endahnya #akupan imunisasi dapat diakibatkan o!eh beberapa 4aktor. "aktor tersebut ada!ah aspek geogra4is dimana di daerah pe!osok akses pe!ayanan kesehatan masih minim termasuk imunisasi. .e!ain itu, masyarakat sering menganggap bah0a anak yang menderita batuk pi!ek tidak bo!eh diimunisasi. "aktor !ain ada!ah kurangnya kesadaran masyarakat atas imunisasi akibat minimnya pendidikan. .ehingga tenaga kesehata seperti dokter, bidan atau pera0at memi!iki ke0ajiban mengingatkan pasien tentang jad0a! imunisasi. "aktor !ain ada!ah mun#u!nya ke!ompok anti <aksin. .e!ain itu, kesa!ahan pemahaman masyarakat 18 mengenai ?.( juga turut mempengaruhi kesediaan untuk me!akukan imunisasi. ?.( memang meningkatkan daya tahan, namun per!indungan ?.( juga akan berkurang seiring mun#u!nya paparan pada anak (maja!ah 4arma#ia, 2012). Da!am program (ntensi4ikasi (munisasi )utin, upaya pemberian imunisasi harus !ebih intensi4 dibandingkan tahun !a!u. (munisasi dasar diketahui sangat e4ekti4 da!am memberikan per!indungan terhadap suatu penyakit pada masa depan kehidupan. (munisasi dasar ber4ungsi membentuk se! memori yang akan diba0a seumur hidup. :ika imunisasi dasar diberikan !engkap dan se! memori terbentuk semakin dini, maka semakin bagus per!indungan yang diberikan (&adinegoro, 2012). Bamun pada <aksin tertentu (<aksin mati atau <aksin komponen, misa!nya hepatitis B atau D6P), imunisasi dasar saja tidak #ukup memberikan per!indungan da!am jangka panjang sehingga harus di!akukan booster atau penguat. Kekeba!an yang diberikan imunisasi dasar tidak ber!angsung seumur hidup dan ditandai dengan titer antibodi yang semakin !ama semakin menurun. Pemberian booster dimaksudkan membangkitkan kemba!i se! memori untuk membentuk antibodi agar titer antibodi se!a!u di atas ambang pen#egahan (protecti(e le(el) (&adinegoro, 2012). Caksin D6P misa!nya yang diberikan usia 2, $, @ bu!an per!u diberikan booster pada usia 1E32$ bu!an dan % tahun. Di usia !ima tahun kekeba!an kemba!i turun sehingga per!u booster kedua bahkan ketiga da!am jangka 0aktu setiap %310 tahun. Komponen 6 (tetanus) pada <aksin D6P juga harus bisa memberikan per!indungan seumur hidup terhadap tetanus neonatorum (penting untuk me!indungi bayi yang di!ahirkan dari in4eksi tetanus apabi!a pemotongan ta!i pusat tidak steri!). Caksin 66 diberikan pada anak usia seko!ah dan ibu hami! (&adinegoro, 2012). .ampai kapan booster diberikan, tergantung data epidemio!ogi dan po!a penyakit dari ke!ompok usia yang rentan terkena penyakit. 1isa!nya penyakit di4teri, pertusis, dan tetanus yang bisa di#egah dengan <aksin D6P bisa mengan#am anak3anak maupun de0asa sehingga semua usia rentan terhadap penu!aran penyakit3penyakit ini (&adinegoro, 2012). I%*'ISASI (munisasi ada!ah suatu #ara untuk menimbu!kan;meningkatkan, kekeba!an seseorang se#ara akti4 terhadap suatu penyakit, sehingga bi!a ke!ak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes )(, 200%). .ujuan imunisasi ada!ah diharapkan anak menjadi !ebih keba! terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morta!itas serta dapat mengurangi ke#a#atan.(?.?HiH, 200E) 8enis Imunisasi )asar% dan Pem&erian Di (ndonesia terdapat jenis imunisasi yang di0ajibkan !eh emerintah; imunisasi dasar dan ada juga yang hanya anjuran. (munisasi 0ajib di (ndonesia sebagaimana te!ah di0ajibkan o!eh &* ditambah dengan hepatitis B, sedangkan imunisasi yang hanya dianjurkan o!eh pemerintah dapat digunakan untuk me#egah suatu kejadian !uar biasa atau penyakit endemik atau untuk kepentingan tertentu misa! imunisasi meningitis pada jamaah haji. 8enis(8enis Imunisasi ' 19 a- Imunisasi pasi7 1passi6e immuni9ation+ (munisasi pasi4 ini ada!ah P(mmunog!obu!inQ jenis imunisasi ini dapat men#egah penyakit#ampak (meas!es pada anak3anak). &- Imunisasi akti7 1acti6e immuni9ation+Imunisasi yan di&erikan pada anak adalah ' 1. B,G, untuk men#egah penyakit 6B, 2. DP6, untuk men#egah penyakit3penyakit diptheri, pertusis dan tetanus 7. Po!io, untuk men#egah penyakit po!iomi!itis $. ,ampak, untuk men#egah penyakit #ampak (meas!es) %. &epatitis B, untuk men#egah penyakit hepatitis B (Botoatmodjo. 1AAD) Keberhasi!an pemberian imunisasi pada anak dipengerhui o!eh beberapa 4aktor, diantaranya yaitu 9 6ingginya kadar antibodi pada saat di!akukan imunisasi Potensi antigen yang disuntikkan aktu pemberian imunisasi .tatus nutrisi terutama protein karena protein diper!ukan untuk sintesis antibodi Imunisasi .etanus .o:oid 1..+ pada I&u "amil .emua ibu hami! harus memastikan mereka te!ah mendapat imunisasi tetanus toJoid (66) untuk menghindari jangkitan tetanus yang berisiko pada diri dan bayinya. a!aupun sudah mendapat imunisasi sebe!umnya, ibu membutuhkan tambahan <aksin tetanus toJoid yang biasanya dianjurkan menje!ang pernikahan. Bi!a ter!e0at, bisa diberikan saat ibu hami! sebanyak dua ka!i dengan jarak satu sampai dua bu!an. 1enje!ang 0aktu persa!inan, imunisasi ini harus sudah !engkap, karenanya di masa hami!, imunisasi ini di!akukan di usia kehami!an D bu!an, kemudian E bu!an, dan dapat diu!angi tiga tahun kemudian. 8ad;al pem&erian imunisasi .. pada i&u hamil a. :arak pemberian imunisasi 661 dan 662 :arak pemberian (inter<a!) imunisasi 661 dengan 662 ada!ah minima! $ minggu (.ai4uddin dkk, 2001F Depkes )(, 2000) b. :ad0a! pemberian imunisasi 669 ..*' Pada kunjungan antenata! pertama ..2' $ minggu sete!ah 661 ../' @ bu!an sete!ah 662 ..<' 1 tahun sete!ah 667 ..=' 1 tahun sete!ah 66$ 1enga#u pada jad0a! itu imunisasi !anjutan dapat di!akukan di Puskesmas manapun dengan mengikuti hitungan tangga! sejak suntikan pertama. Dokter Puskesmas juga menje!askan bah0a ka!au sudah me!e0ati suntikan 66%, berarti seorang ibu bebas <irus tetanus untuk seumur hidup. :adi tidak per!u suntik !agi ketika kehami!an kedua ternyata berjarak !ebih dari % tahun dari anak pertama. Ketentuan 6aksin .. pada i&u hamil 2 1. Bi!a ibu hami! se0aktu #aten (#a!on pengantin) sudah mendapat 66 sebanyak 2 ka!i, maka kehami!an pertama #ukup mendapat 66 1 ka!i, di#atat sebagai 66 u!ang dan pada kehami!an berikutnya #ukup mendapat 66 1 ka!i saja yang di#atat sebagai 66 u!ang juga. 2. Bi!a ibu hami! se0aktu #aten (#a!on pengantin) atau hami! sebe!umnya baru mendapat 66 1 ka!i, maka per!u diberi 66 2 ka!i se!ama kehami!an ini dan kehami!an berikutnya #ukup diberikan 66 1 ka!i sebagai 66 u!ang MUTU PEA!ANAN KESE"ATAN MAS!A#AKAT R1utuQ ada!ah tingkat dimana pe!ayanan kesehatan pasen ditingkatkan mendekati hasi! yang diharapkan dan mengurangi 4aktor34aktor yang tidak diinginkan (:,?&* 1AA7). De4inisi tersebut semu!a me!ahirkan 12 4aktor34aktor yang menentukan mutu pe!ayanan kesehatan, be!akangan dikon<ersi menjadi dimensi Smutu kinerjaT (per4orman#e) yang dituangkan dengan spesi4ikasi seperti diba0ah ini9 1. Ke!ayakan ada!ah tingkat dimana pera0atan atau tindakan yang di!akukan re!e<an terhadap kebutuhan k!inis pasen dan mempero!eh pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya. 2. Kesiapan ada!ah tingkat dimana kesiapan pera0atan atau tindakan yang !ayak dapat memenuhi kebutuhan pasen sesuai keper!uannya. 7. Kesinambungan ada!ah tingkat dimana pera0atan atau tindakan bagi pasen terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan da!am organisasi $. 24ekti4itas ada!ah tingkat dimana pera0atan atau tindakan terhadap pasen di!akukan dengan benar, serta mendapat penje!asan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya, da!am rangka memenuhi harapan pasien. %. Kemanjuran ada!ah tingkat dimana pera0atan atau tindakan yang diterima pasen dapat di0ujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasi! sesuai harapan pasen. @. 24isiensi ada!ah ratio hasi! pe!ayanan atau tindakan bagi pasen terhadap sumber3sumber yang dipergunakan da!am memberikan !ayanan bagi pasien. D. Penghormatan dan perhatian ada!ah tingkat dimana pasen di!ibatkan da!am pengambi!an keputusan tentang pera0atan dirinya. Berkaitan dengan ha! tersebut perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pasen serta harapan3 harapannya dihargai. E. Keamanan ada!ah tingkat dimana bahaya !ingkungan pera0atan diminima!isasi untuk me!indungi pasen dan orang !ain, termasuk petugas kesehatan. A. Ketepatan 0aktu ada!ah tingkat dimana pera0atan atau tindakan diberikan kepada pasen tepat 0aktu sangat penting dan berman4aat. Proram Pokok Puskesmas 1. Promosi Kesehatan (Promkes) a. Penyu!uhan Kesehatan 1asyarakat #. .osia!isasi Program Kesehatan /. Pera0atan Kesehatan 1asyarakat (Perkesmas) 2. Pen#egahan Penyakit 1enu!ar (P21) 9 21 a. .ur<ei!ens 2pidemio!ogi #. Pe!a#akan Kasus 9 6B,, Kusta, DBD, 1a!aria, "!u Burung, (.P?, Diare, (1. ((n4eksi 1enu!ar .eksua!), )abies 7. Program Pengobatan 9 a. )a0at :a!an Po!i 5mum b. )a0at :a!an Po!i Gigi #. 5nit )a0at (nap 9 Kepera0atan, Kebidanan d. 5nit Ga0at Darurat (5GD) e. Puskesmas Ke!i!ing (Puske!) $. Kesehatan (bu dan ?nak (K(?) a. ?B, (?ntenata! ,are) , PB, (Post Bata! ,are), KB (Ke!uarga Beren#ana), #. Persa!inan, )ujukan Bumi! )esti, Kemitraan Dukun %. 5paya Peningkatan GiHi a. Penimbangan, Pe!a#akan GiHi Buruk, Penyu!uhan GiHi @. Kesehatan Lingkungan 9 a. Penga0asan .P?L (sa!uran pembuangan air !imbah), .?1(3:?G? (sumber air minum3jamban ke!uarga), 665 (tempat3tempat umum), (nstitusi pemerintah #. .ur<ey :entik Byamuk D. Pen#atatan dan Pe!aporan 9 a. .istem Pen#atatan dan Pe!aporan 6erpadu Puskesmas (.P26P) Proram .am&ahan5Penunjan Puskesmas ' Program penunjang ini biasanya di!aksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai kemampuan sumber daya manusia dan materia! puskesmas da!am me!akukan pe!ayanan 1. Kesehatan 1ata 9 pe!a#akan kasus, rujukan 2. Kesehatan :i0a 9 pendataan kasus, rujukan kasus 7. Kesehatan Lansia (Lanjut 5sia) 9 pemeriksaan, penjaringan $. Kesehatan )eproduksi )emaja 9 penyu!uhan, konse!ing %. Kesehatan .eko!ah 9 pembinaan seko!ah sehat, pe!atihan dokter ke#i! @. Kesehatan *!ahraga 9 senam kesegaran jasmani .aret Indikator Pelayanan Minimal Puskesmas Pelayanan Kesehatan )asar ' a. ,akupan kunjungan (bu hami! K$ A% 8 pada 6ahun 201%F b. ,akupan komp!ikasi kebidanan yang ditangani E0 8 pada 6ahun 201%F #. ,akupan perto!ongan persa!inan o!eh tenaga kesehatan yang memi!iki kompetensi kebidanan A08 pada 6ahun 201%F d. ,akupan pe!ayanan ni4as A08 pada 6ahun 201%F e. ,akupan neonatus dengan komp!ikasi yang ditangani E08 pada 6ahun 2010F 4. ,akupan kunjungan bayi A08, pada 6ahun 2010F g. ,akupan Desa;Ke!urahan 5ni<ersa! ,hi!d (mmuniHation (5,() 1008 pada 6ahun 2010F h. ,akupan pe!ayanan anak ba!ita A08 pada 6ahun 2010F i. ,akupan pemberian makanan pendamping ?.( pada anak usia @ 3 2$ bu!an ke!uarga miskin 100 8 pada 6ahun 2010F 22 j. ,akupan ba!ita giHi buruk mendapat pera0atan 1008 pada 6ahun 2010F k. ,akupan Penjaringan kesehatan sis0a .D dan setingkat 100 8 pada 6ahun 2010F !. ,akupan peserta KB akti4 D08 pada 6ahun 2010F m. ,akupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 1008 pada 6ahun 2010F n. ,akupan pe!ayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 1008 pada 6ahun 201%. Pelayanan Kesehatan Rujukan 1. ,akupan pe!ayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 1008 pada 6ahun 201%F 2. ,akupan pe!ayanan ga0at darurat !e<e! 1 yang harus diberikan sarana kesehatan ().) di Kabupaten;Kota 100 8 pada 6ahun 201%. Penyelidikan Epidemioloi dan Penanulanan Kejadian Luar Biasa 5KLB 1. ,akupan Desa; Ke!urahan menga!ami KLB yang di!akukan penye!idikan epidemio!ogi + 2$ jam 1008 pada 6ahun 201%. Promosi Kesehatan dan Pem&erdayaan Masyarakat 1. ,akupan Desa .iaga ?kti4 E08 pada 6ahun 201%. LO. 4. Mampu memahami dan menjelaskan sis"em rujukan Kesehatan atau sehat3sakit ada!ah suatu yang kontinum dimu!ai dari sehat 0a! a4iat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada da!am bentangan tersebut. Demikian pu!a sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. .e#ara umum dapat dibagi da!am 7 tingkat, yakni sakit ringan (mi!d), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (se<ere). Dengan ada 7 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pe!ayanan kesehatan yang berbeda pu!a. 5ntuk penyakit ringan tidak memer!ukan pe!ayanan #anggih. Bamun seba!iknya untuk penyakit yang sudah parah tidak #ukup hanya dengan pe!ayanan yang sederhana me!ainkan memer!ukan pe!ayanan yang sangat spesi4ik. #leh se&a& itu% perlu di&edakan adanya / &entuk pelayanan% yakni ' a- Pelayanan kesehatan tinkat pertama 1primary health care+ Pe!ayanan kesehatan jenis ini diper!ukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. *!eh karena jum!ah ke!ompok ini dida!am suatu popu!asi sangat besar (!ebih kurang E%8), pe!ayanan yang diper!ukan o!eh ke!ompok ini bersi4at pe!ayanan kesehatan dasar (basi# hea!th ser<i#es) atau juga merupakan pe!ayanan kesehatan primer atau utama (primary hea!th #are). Bentuk pe!ayanan ini di (ndonesia ada!ah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas ke!i!ing, dan ba!kesmas. &- Pelayanan kesehatan tinkat kedua 1secondary health ser6ices+ 23 Pe!ayanan kesehatan jenis ini diper!ukan o!eh ke!ompok masyarakat yang memer!ukan pera0atan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani o!eh pe!ayanan kesehatan primer. Bentuk pe!ayanan ini misa!nya rumah sakit tipe , dan D, dan memer!ukan tersedianya tenaga3tenaga spesia!is. c- Pelayanan kesehatan tinkat ketia 1tertiary health ser6ices+ Pe!ayanan kesehatan ini diper!ukan o!eh ke!ompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani o!eh pe!ayanan kesehatan sekunder. Pe!ayanan sudah komp!eks dan memer!ukan tenaga3tenaga super spesia!is. ,ontoh di (ndonesia 9 rumah sakit tipe ? dan B. Da!am suatu sistem pe!ayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pe!ayanan tersebut tidak berdiri sendiri3sendiri namun berada dida!am suatu sistem dan sa!ing berhubungan. ?pabi!a pe!ayanan kesehatan primer tidak dapat me!akukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung ja0ab tersebut ke tingkat pe!ayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung ja0ab dari satu pe!ayanan kesehatan ke pe!ayanan kesehatan yang !ain ini disebut rujukan. .e#ara !engkap dapat dirumuskan sistem rujukan ia!ah suatu sistem penye!enggaraan pe!ayanan kesehatan yang me!aksanakan pe!impahan tanggung ja0ab timba! ba!ik terhadap satu kasus penyakit atau masa!ah kesehatan se#ara <ertika! (dari unit yang !ebih mampu menangani), atau se#ara horiHonta! (antar unit3unit yang setingkat kemampuannya). Dari batasan tersebut dapat di!ihat bah0a ha! yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masa!ah3masa!ah kesehatan !ain, tekno!ogi, sarana, bahan3bahan !aboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasa! dari 4asi!itas yang !ebih rendah ke 4asi!itas yang !ebih tinggi tetapi juga dapat di!akukan diantara 4asi!itas34asi!itas kesehatan yang setingkat. Secara aris &esar rujukan di&edakan menjadi 2% yakni ' a. )ujukan medik )ujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemu!ihan kesehatan pasien. Disamping itu juga men#akup rujukan pengetahuan (konsu!tasi medis) dan bahan3bahan pemeriksaan. b. )ujukan kesehatan masyarakat )ujukan ini berkaitan dengan upaya pen#egahan penyakit (pre<enti4) dan peningkatan kesehatan (promosi). )ujukan ini men#akup rujukan tekno!ogi,sarana dan operasiona!. Kriteria Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan !ayak untuk dirujuk. ?dapun kriteria pasien yang dirujuk ada!ah bi!a memenuhi sa!ah satu dari9 1. &asi! pemeriksaan 4isik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. 2. &asi! pemeriksaan 4isik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi. 7. 1emer!ukan pemeriksaan penunjang medis yang !ebih !engkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. 24 $. ?pabi!a te!ah diobati dan dira0at ternyata memer!ukan pemeriksaan, pengobatan dan pera0atan di sarana kesehatan yang !ebih mampu. Sistem lintas proram dan sektoral Kerja sama !intas program merupakan kerja sama yang di!akukan antara beberapa program da!am bidang yang sama untuk men#apai tujuan yang sama. Kerja sama !intas program yang diterapkan di puskesmas berarti me!ibatkan beberapa program terkait yangada di puskesmas. 6ujuan khusus kerja sama !intas program ada!ah untuk mengga!angkerja sama da!am tim dan se!anjutnya mengga!ang kerja sama !intas sektora!. Kerja sama !intas sektor me!ibatkan dinas dan orang3 orang di !uar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi 4aktor yang se#ara !angsungatau tidak !angsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya da!am proposa! pengesahan, tetapi juga ikkut serta mende4inisikan masa!ah, prioritas kebutuhan, pengumpu!an, dan interpretasi in4ormasi serta menge<a!uasi. Lintas sektor kesehatanmerupakan hubungan yang dikena!i antara bagian atau bagian3bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk utnuk mengambi! tindakan pada suatu masa!ah agar hasi! yang ter#apaidengan #ara yang !ebih e4ekti4, berke!anjutan atau e4isien disbanding sektor kesehatan bertindak sendiri (&* 1AAE). Prinsip kerja sama !intas sektor me!a!ui perta!ian dengan program di da!am dan di !uar sektor kesehatan untuk men#apai kesadaran yang !ebih besar terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasisektor3sektor yang berbeda 4lur Rujukan 25 Rumah sakit tipe 4 9 .pe#ia!is dan sub spe#ia!is !ebih !uas, 6op re4erra! hospita! Rumah sakit tipe B 9 .pe#ia!is dan sub spe#ia!is terbatas, pe!ayanan rujukan dari kabupaten Rumah sakit tipe C 9 .pesia!is terbatas, Pe!ayanan rujukan dari Puskesmas Rumah sakit tipe ) 9 Pe!ayanan rujukan dari Puskesmas Rumah sakit tipe E 9 (rumah sakit khusus) 9 ). :i0a, ). :antung, ). Paru, kanker, Kusta. 26 LO. 5. Mampu memahami dan menjelaskan hukum menja)a keseha"an dan #er*#a" dari sudu" pandan) a)ama 0slam An$uran Men$aga Kesehatan .udah menjadi sema#am kesepakatan, bah0a menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit ada!ah !ebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap sehat. 1enjaga kesehatan se0aktu sehat ada!ah !ebih baik daripada meminum obat saat sakit. Da!am kaidah ushu!iyyat dinyatakan9 %ari )bn *+bbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap ,asulullah -+., saya bertanya: Ya ,asulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, /abi menja0ab: intalah kepada +llah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya ,asulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. /abi menja0ab: 1.ahai +bbas, 0ahai paman ,asulullah sa0 mintalah kesehatan kepada +llah, di dunia dan akhirat.2 1"R 4hmad% al( .umud9i% dan al(Ba99ar+ Berbagai upaya yang mesti di!akukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan, antara !ain, dengan mengonsumsi giHi yang yang #ukup, o!ahraga #ukup, ji0a tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. &a!3ha! tersebut semuanya ada da!am ajaran (s!am, bersumber dari hadits3hadits shahih maupun ayat a!3Uuran. >ilai Sehat dalam 4jaran Islam Dengan merujuk konsep sehat yang de0asa ini dipaharm. berdasarkan rumusan &* yaitu9 3ealth is a state of complete physical, mental and social"being, not merely the absence 45 disease on infirmity 6-ehat adalah suatu keadaan j7sm rohaniah, dan sosia8 yang baik, tidak hanyatidak bt2.9)"esiyal cacat). %adang 3a:(;ri melaporkan, bah0a s7a$ 7hunsehingga rnonjadi "eliat 1enurut pene!itian S?!i 1uTnis, dokter spesia!is interna! "aku!tas Kedokteran 5ni<ersitas S?in .yams ,airo, menunjukan bah0a i!mu kedokteran modern menemukan ke#o#okan terhadap yang disyariatkan Babi da!am praktek p#ngobatan yang berhubungan dengan spesia!isasinya. .ebagaiman disepakati o!eh para u!ama bah0a di ba!ik pengsyariatan sega!a sesuatu termasuk ibadah da!am (s!am terdapat hikrnah dan man4aat phisik (badaniah) dan psikis (keji0aan). Pada saat orang3orang (s!am menunaikan ke0ajiban3ke0ajiban keagamannya, berbagai penyakit !ahir dan batin terjaga. Kesehatan 8asmani ?jaran (s!am sangat menekankan kesehatan jasmani. ?gar tetap sehat, ha! yang per!u diperhatikan dan dijaga, menurut sementara u!ama, disebutkan, ada sepu!uh ha!, yaitu9 da!am 27 ha! makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksua!, keinginan3keinginan na4su, keadaan keji0aan, dan mengatur anggota badan. Pertama? Menatur Pola Makan dan Minum Da!am i!mu kesehatan atau giHi disebutkan, makanan ada!ah unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Ka!angan ah!i kedokteran (s!am menyebutkan, makan yang ha!a!an dan thayyiban. ?!3Uuran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan da!am ayat9 Pmaka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya2.1@S- A4&asa BC ' 2< + Da!am 2D ka!i pembi#araan tentang perintah makan, a!3Uuran se!a!u menekankan dua si4at, yang ha!a! dan thayyib, di antaranya da!am (U-% s- al(BaDarat 12+**EB? al(Maidat 1s+'BB? al(4n7al 1B+'$F? al(>ahl 1*E+ ' * *<+% Kedua? Keseim&anan Berakti6itas dan Istirahat Perhatian (s!am terhadap masa!ah kesehatan dimu!ai sejak bayi, di mana (s!am menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan 4itrah juga mengandung ni!ai kesehatan. Banyak ayat da!am a!3Uuran menganjurkan ha! tersebut. ?!3Uuran me!arang me!akukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang medis memberikan #ontoh seperti merokok. ?!asannya, termasuk da!am !arangan membinasakan diri dan mubadHir dan akibatyang ditimbu!kan, bau, mengganggu orang !ain dan !ingkungan.
(s!am juga memberikan hak badan, sesuai dengan 4ungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Babi9 <ah0a badanmu mempunyai hak (s!am menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan #ara tidur #ukup, istirahat #ukup, di samping hak3haknya kepada 6uhan me!a!ui ibadah. (s!am memberi tuntunan agar mengatur 0aktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur se#ara proporsiona!, masing3masing anggota tubuh memi!iki hak yang mesti dipenuhi. Di sisi !ain, (s!am me!arang membebani badan me!ebihi batas kemampuannya, seperti me!akukan begadang sepanjang ma!am, me!aparkan perut berkepanjangan seka!ipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad seke!ompok .ahabat Babi yang ingin terus menerus sha!at ma!am dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang !ain tidak mau Smenggau!iT istrinya, sebagaimana disebutkan da!am hadits9 1/abi pernah berkata kepadaku: 3ai hamba +llah, bukankah aku memberitakan bah0a kamu puasa di s=>am; hari dan 4iyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya ,asulullah, /abi menja0ab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga ada hak2 1"R Bukhari dan Muslim+. Ketia? #lahraa se&aai 3paya Menjaa Kesehatan ?kti<itas terpenting untuk menjaga kesehatan da!am i!mu kesehatan ada!ah me!a!ui kegiatan bero!ahraga. Kata o!ahraga atau sport (bahasa (nggris) berasa! dari bahasa Latin Disportorea atau deportore, da!am bahasa (ta!i disebut SdeporteT yang berarti penyenangan, 28 peme!iharaan atau menghibur untuk bergembira. *!ahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambi! meme!ihara jasmaniah. 6ujuan utama o!ahraga ada!ah untuk mempertinggi kesehatan yang positi4, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosiona!, e4isiensi dari 4ungsi3rungsi a!at tubuh, dan daya ekspresi4 serta daya kreati4. Dengan me!akukan o!ahraga se#ara bertahap, teratur, dan #ukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu berakti<itas dengan baik. Bash a!3Uuran yang dijadikan sebagai pedoman per!unya bero!ahraga, da!am konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat9 1%an siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda"kuda yang ditambat untuk berperang 6yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh +llah, musuhmu dan orang"orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya5 sedang +llah mengetahuinya. +pa saja yang kamu najkahkanpadajalan +llah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya 6dirugikan). 1@S-4l(4n7al 'Eo+: Babi mena4sirkan kata kekuatan (al"?u00ah) yang dimaksud da!am ayat ini ada!ah memanah. Babi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 7 ka!i, sebagaimana dinyatakan da!am satu hadits9
/abi berkata: 1%an siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang gupi2 )ngatlah kekuatan itu adalah memanah, )ngatlah kekuatan itu adalah memanah, )ngatlah kekuatan itu adalah memanah, 1"R Muslim% al(.urmud9i% 4&u )a;ud% I&n Majah% 4hmad% dan al()arimi+
Keempat? 4njuran Menjaa Ke&ersihan ?jaran (s!am sangat memperhatikan masa!ah kebersihan yang merupakan sa!ah satu aspek penting da!am i!mu kedokteran. Da!am termino!ogi (s!am, masa!ah yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan a!36haharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, a!3 thaharat merupakan sa!ah satu bentuk upaya pre<enti4, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.
(mam a!3.uyuthi, S?bd a!3&amid a!3Uudhat, dan u!ama yang !ain menyatakan, da!am (s!am menjaga kesu#ian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk Vurbat, bagian dari taTabbudi, merupakan ke0ajiban, sebagai kun#i ibadah, Babi bersabda9 1%ari *+li ra., dari /abi sa0, beliau berkata: 1$unci shalat adalah bersuci21"R I&nu Majah% al(.urmud9i% 4hmad% dan al()arimi+ %E#&%AT 0*"*% )1R2)A3 Para 4uVohaT (ah!i 4iVih) bersepakat bah0a berobat hukum asa!nya dibolehkan, kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat, 3ed) menjadi beberapa pendapat yang masyhurW7X9 29 1. Pendapat pertama mengatakan bah0a berobat hukumnya wajib, dengan a!asan adanya perintah )osu!u!!oh shallallahu *alaihi 0a sallam untuk berobat dan asa! hukum perintah ada!ah 0ajib, ini ada!ah sa!ah satu pendapat madHhab 1a!ikiyah, 1adHhab .ya4iTiyah, dan madHhab &anabi!ah. 2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Babi shallallahu *alaihi 0a sallam untuk berobat dan diba0a kepada hukum sunnah karena ada hadits yang !ain )osu!u!!oh shallallahu *alaihi 0a sallam memerintahkan bersabar, dan ini ada!ah madHhab .ya4iTiyah. 7. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan da!i!3 da!i! yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian !agi bo!eh memi!ih, (ini ada!ah madHhab &ana4iyah dan sa!ah satu pendapat madHhab 1a!ikiyah). $. Pendapat ke!ima mengatakan makruh, a!asannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, (mam Uurtubi rahimahullah mengatakan bah0a ini ada!ah pendapat (bnu 1asTud, ?bu Dardaradhiyallahu *anhum, dan sebagian para 6abiTin. %. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan !ebih baik berobat bagi yang !emah ta0akka!nya, perin#ian ini dari ka!angan madHhab .ya4iTiyah. ISL4M MEMERI>.4"K4> 3M4.>24 3>.3K BER#B4. Berobat pada dasarnya dianjurkan da!am agama is!am sebab berobat termasuk upaya meme!ihara ji0a dan raga, dan ini termasuk sa!ah satu tujuan syariTat is!am ditegakkan, terdapat banyak hadits da!am ha! ini, diantaranyaF 1. Dari ?bu Darda berkata, Babi shallallahu *alaihi 0a sallam bersabda9 GHIJKLM HNNHOPQ RN S HNNHOPT S UHNV UHV WXK WYZN S UHNOKHN UHOKH [\]^ _H `a *>-esungguhnya +lloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan %ia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.>> (&).?bu Da0ud 7ED$, dan disahihkan o!eh a!3?!bani da!am -hahih 0a %ha>if al" JamiT 2@$7) 2. Dari 5samah bin .yarik berkata, ada seorang arab badu0i berkata kepada Babishallallahu *alaihi 0a sallam9 LbN _H [cde Lf ' HcKLg 1 OhHN UHV Ra ULij kK lmN Ra UHV lnf oK _H `pT S HNNHOQ + ' [Lg q rNHOP] R^ _H [cde Lf 1 GIsKH + ' [Lg q ct *>.ahai ,osululloh, apakah kita berobat;, Babi bersabda,>>berobatlah, karena sesungguhnya +lloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit 6yang tidak ada obatnya),>> mereka bertanya,>>apa itu>> ; /abi bersabda,>>penyakit tua.>>(&).6irmidHi 207E, dan disahihkan o!eh a!3?!bani da!am -unan )bnu ajah 7$7@) "3K3M BER#B4. ' A' Menjadi ;aji& dalam &e&erapa kondisi' a. :ika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menye!amatkan ji0a ada!ah 0ajib. b. :ika penyakit itu menjadikan penderitanya meningga!kan perkara 0ajib padaha! dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat sema#am ini ada!ah untuk perkara 0ajib, sehingga dihukumi 0ajib. 3 #. :ika penyakit itu menu!ar kepada yang !ain, mengobati penyakit menu!ar ada!ah 0ajib untuk me0ujudkan kemas!ahatan bersama. d. :ika penyakit diduga kuat mengakibatkan ke!umpuhan tota!, atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, !a!u mudhorot yang timbu! !ebih banyak daripada mas!ahatnya seperti berakibat tidak bisa men#ari na4kah untuk diri dan ke!uarga, atau membebani orang !ain da!am pera0atan dan biayanya, maka dia 0ajib berobat untuk kemas!ahatan diri dan orang !ain. 2- Bero&at menjadi sunnah5 mustaha& :ika tidak berobat berakibat !emahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang !ain, tidak membebani orang !ain, tidak mematikan, dan tidak menu!ar , maka berobat menjadi sunnah baginya. /- Bero&at menjadi mu&ah5 &oleh :ika sakitnya tergo!ong ringan, tidak me!emahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum 0ajib dan sunnah untuk berobat, maka bo!eh baginya berobat atau tidak berobat. <- Bero&at menjadi makruh dalam &e&erapa kondisi ?. :ika penyakitnya termasuk yang su!it disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak berman4aat, maka !ebih baik tidak berobat karena ha! itu diduga kuat akan berbuat sis3 sia dan membuang harta. B. b.:ika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap ba!asan surga dari ujian ini, maka !ebih utama tidak berobat, dan para u!ama memba0a hadits (bnu ?bbas da!am kisah seorang 0anita yang bersabar atas penyakitnya kepada masa!ah ini. ,. #.:ika seorang 4ajir;rusak, dan se!a!u dho!im menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kemba!i menjadi rusak, maka saat itu !ebih baik tidak berobat. D. d..eorang yang te!ah jatuh kepada perbuatan maksiyat, !a!u ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada ?!!oh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya. 2. Dan semua kondisi ini disyarat!kan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi 0ajib. =- Bero&at menjadi haram :ika berobat dengan sesuatu yang haram atau #ara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer;minuman keras, atau sesuatu yang haram !ainnya. 31 )4F.4R P3S.4K4 Pro4. Dr. .oekidjo Botoatmodjo. Prinsip3Prinsip Dasar (!mu Kesehatan 1asyarakat. ,et. ke3 2, 1ei. :akarta 9 )ineka ,ipta. 2007. http9;;aJbari4.0ordpress.#om;2012;11;20;de4inisi3puskesmas; http9;;ners.unair.a#.id;materiku!iah;P5.K2.1?..pd4