HALAMAN
JUDUL...........................................................................................
..... i
HALAMAN
PENGESAHAN...............................................................................
..... ii
KATA
PENGANTAR..................................................................................
........... iii
DAFTAR
ISI.................................................................................................
......... v
BAB
I.
PENDAHULUAN.............................................................................
......1
BAB
II.
EPIDEMIOLOGI..............................................................................
......3
BAB
III.
ETIOLOGI......................................................................................
.......6
BAB
IV.
PATOFISIOLOGI.............................................................................
.......7
BAB V. MANIFESTASI
DAN
KLINIS.......................................................9
BAB
GEJALA
VI.
PEMERIKSAAN..............................................................................
.....17
BAB
VII.
DIAGNOSIS...................................................................................
......15
BAB
VIII.
DIAGNOSIS
BANDING........................................................................22
BAB
IX.
PENCEGAHAN...............................................................................
.....23
BAB
X.
PENATALAKSANAAN......................................................................
....26
BAB
XI.
PROGNOSIS..................................................................................
......37
BAB
XII.
RINGKASAN..................................................................................
......38
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................
.......39
ii
BAB I
PENDAHULUAN
kesempatan
ini,
penulis
akan
membahas
mengenai
glaukoma, salah satu kelainan mata yang dimana terdapat kelainan pada
ketiga faktor utama yang telah disebutkan diatas. Glaukoma sendiri
berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
terkesan pada pemeriksaan pupil dari penderita glaukoma.1,2) Glaukoma
merupakan kelainan dimana terjadinya peningkatan tekanan intra okuler
yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan pengelihatan dari
penderita glaukoma. Namun glaukoma tidak selalu membutuhkan tekanan
intra okuler yang lebih tinggi dari normalnya untuk dapat menimbulkan
gangguan pengelihatan, contohnya saja pada penderita low-tension
glaukoma, dimana tekanan intra okuler tidak mencapai batas yang patut
dicurigai glaukoma namun terjadi proses penurunan kemampuan melihat
pasien seperti pada glaukoma yang klasik.
Glaukoma sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan
proses perajalanan penyakitnya, yakni glaukoma sudut terbuka dan
memadai
untuk
melakukan
terapi
sedini
mungkin
untuk
BAB II
EPIDEMIOLOGI
II. 1. EPIDEMIOLOGI
DI indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal
angka kebutaan yang terjadi karena glaukoma termasuk tinggi. Umumnya
pada kelainan glaukoma kronik atau glaukoma sudut terbuka, penurunan
kemampuan melihat dari pasien turun secara perlahan, sehingga sering
kali pasien tidak menyadarinya sampai kerusakan saraf yang terjadi sudah
sangat lanjut. Namun glaukoma akut atau glaukoma sudut tertutup sering
kali juga terlewatkan karena kurangnya kemampuan petugas kesehatan
dalam mengenali tanda dan gejala dari glaukoma akut. Selain itu,
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat indonesia menyebabkan pasien
menjadi lebih pasif dalam mencari bantuan medis, sehingga sebagai
seorang dokter, harus dapat menjadi seseorang yang proaktif dalam
mendeteksi dan mencegah terjadinya kebutaan karena glaukoma dengan
cara melakukan screening tekanan bola mata secara rutin.3)
Diperkirakan 50000 orang di Amerika Serikat menderita kebutaan
karena glaukoma. Prevalensi glaukoma secara acak pada orang berusia
lebih dari 40 tahun adalah 1,5%. Namun pengaruh ras juga sangat besar,
karena prevalensi glaukoma pada orang berkulit hitam berusia 45-65
tahun, 15 kali lebih besar dari orang berkulit putih.4)
Di Indonesia, glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga,
dengan prevalensi glaukoma sebesar 0,4% dan menyebabkan kebutaan
sehingga 0,16% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Ras asia memiliki
kecenderungan untuk mengalami glaukoma sudut tertutup yang lebih
besar dibandingkan dengan ras lainnya.5)
Berdasarkan umur, glaukoma akut lebih sering terjadi ketika
seseorang sudah berumur lebih dari 50 tahun dan jarang terjadi bila
Tekanan darah
Fenomena autoimun
Iris pasien yang tebal
Penuaan
Riwayat glaukoma di keluarga
Miopia berpotensi terjadinya glaukoma sudut terbuka
Hipermetropia berpotensi terjadinya glaukoma sudut tertutup
BAB III
ETIOLOGI
intra
okuler
meningkat
melebihi
kemampuan
kompensasi
jaringan saraf dan vaskuler di bola mata hal tersebut dapat disebabkan
oleh dua kemungkinan yaitu terjadinya peningkatan produksi aqueous
humor dan terganggunya proses pengeluaran aqueous humor. Penyebab
dari kedua hal tersebut bisa berbagai macam, namun tetap memiliki
dampak yang sama, dimana terjadinya disc cupping atau penggaungan
dari diskus optikus yang pada akhirnya menyebabkan kebutaan yang
permanen.2)
Glaukoma sendiri juga dapat dicetuskan dari penyakit atau
keadaan lain, contohnya seperti uveitis, dimana terjadi proses peradangan
dan infiltrasi leukosit pada jaringan trabekula, sehingga mengganggu
proses pengeluaran aqueous humor dan pada orang yang mengalami
katarak stadium imatur, dimana terjadi intumesensi yang menyebabkan
lensa mencembung dan menekan iris ke anterior dan mengobstruksi jalur
keluar aqueous humor ke coa ataupun menyebabkan penyempitan sudut
coa.4)
Kelainan
anatomis
juga
dapat
mempengaruhi
terbentuknya
BAB IV
PATOFISIOLOGI
BAB V
MANIFESTASI DAN GEJALA KLINIS
Manifestasi
glaukoma
berbeda-beda
sesuai
jenisnya,
berikut
h) Sindrom Lowe
i)Mikrokornea atau Megalokornea
C. Glaukoma Sekunder
1. Karena Kelainan Lensa
a) Dislokasi
b) Intumesensi
c) Fakolitik
d) Sindrom Eksfoliasi
2. Karena Kelainan Uvea
a) Sinekia anterior perifer ( SAP ) ( Sudut tertutup tanpa
hambatan pupil )
b) Iridosiklitis
c) Tumor
d) Atrofi Iris esensial
3. Karena cedera
a) Perdarahan masif ke dalam bilik mata depan
b) Perdarahan masif ke dalam bilik mata belakang
c) Robekan kornea atau limbus dengan penonjolan iris ke dalam
luka
d) Pergeseran akar iris ke belakang pasca benturan
4. Pascabedah
a) Pertumbuhan epitel ke dalam bilik mata depan
b) Kegagalan restorasi bilik mata depan pasca ekstraksi katarak
10
11
iridodisgenesis,
atau
korrneodisgenesis.
12
tinggi
Dapat terasa nyeri yang terus menerus yang dikenal sebagai
absolut dolorosa
Tanda-tanda kongesti sudah hilang
Kornea dapat jernih atau keruh bila terdapat pigmen-pigmen dari
iris
13
dapat
mudahnya
menimbulkan
terjadi
infeksi
ulkus
kornea
sehingga
dapat
yang
menyebabkan
berlanjut
menjadi
14
TABEL 1. GLAUKOMA
GLAUKOMA
SUDUT
TERTUTUP
GLAUKOMA
GLAUKOMA
SIMPLEKS
INFANTIL
Serangan
Dekade ke-5
Dekade ke-6
Bayi
Dangkal
Normal
Dalam sekali
Sempit
Biasanya terbuka
Ekskavasi bila
Dapat terjadi
lanjut
penggaungan
Naik bila
Variasi diurnal
diprovokasi
tinggi
Tekanan
Kelainan
kongenital
Dalam sekali
Tinggi
Medikamentosa,
Pengobatan
Dini, iridektomi
bila gagal
dilakukan operasi
Goniotomi
filtrasi
Prognosis
Sedang-buruk
Buruk
1,2,4,6)
15
Menurun
Halo
Konjungtiva
Injeksi
Kornea
Normal/Kemo
tik
Silier ringan
AKUT
Sangat
ABSOLUT
DEGENERAT
IF
Kemotik
Mixed
Mixed
injection
Injection
Menurun
Agak keruh
Keruh
dengan
dengan
edema ringan
edema berat
Degenerasi
Keruh
( keratoplast
y bullosa )
Sinekia
anterior
COA
Dangkal
Dangkal
Dangkal
perifer dan
penyebaran
pigmen iris
Iris
Normal/sediki
Kelabu,
Atrofi, bulat,
t edema
edema
pucat
Atrofi
Sangat
Pupil
Sedikit
Melebar dan
melebar
lonjong
melebar dan
Sangat
umumnya
melebar dan
berwarna
hijau
hijau
TIO
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
1,2,4,6)
16
BAB VI
PEMERIKSAAN
umumnya
hanya
menggunakan
senter
dan
lup.
Pada
pemeriksaan dengan senter dan lup, umumnya dapat dilihat mata merah,
bengkak, berair, dan korena suram karena edema. Bilik mata depan
dangkal dan pupil lebar, pada pemeriksaan ini juga dapat dilihat bila
glaukoma ini disebabkan karena penyakit lain, contohnya pada uveitis
ataupun katarak imatur. Umumnya glaukoma sering kali didiagnosa
sebagai radang biasa oleh tenaga medis yang belum berpengalaman.
Selain
dengan
mengukur
TIO,
terdapat
berbagai
metode
Visus
Pemeriksaan visus pada glaukoma perlu diberikan perhatian khusus,
sebab pada penderita glaukoma kronik atau glakuoma sudut terbuka,
pengelihatan sentral pasien akan tetap baik sampai tahap lanjut baru
pengelihatan sentralnya menghilang. Fenomena dimana pengelihatan
sentral baik namun pengelihatan perifernya buruk, disbeut dengan
tunnel vision.
Tonometri
Tonometri merupakan jenis pemeriksaan yang vital dan selalu
dilakukan untuk penunjang diagnosa glaukoma sebab patofisiologi dan
derajat
dari
glaukoma
bergantung
dari
peningkatan
TIO
yang
goldman,
air
puff,
tono-pen,
ataupun
hanya
dengan
maka
umumnya
pemeriksaan
ini
dilakukan
dengan
18
iris bagian sumber sinar yang terkena cahaya. Selain itu pemeriksaan
ini juga dapat menggunakan prisma goniolens yang dapat digunakan
untuk melihat struktur anatomis pada sudut coa, seperti schwalbe line,
atrofi
Pemeriksaan luas lapang pandang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kerusakan saraf
pasien, dapat dilakukan dengan perimeter goldman, campimetri,
tangent screen. Untuk pemeriksaan lapang pandang dapat digunakan
beberapa tabir seperti layar bjernum untuk visus sentral dan goldman
atau octopus untuk visus perifer. Penurunan luas lapang pandang
bergantung pada derajat kerusakan saraf pasien, dengan skotoma
relatif atau absolut yang terletak pada daerah 30 sentral sebagai
gejala paling dini. Kemudian dapat muncul blind spot dan bertambah
luasnya blind spot tersebut. Umumnya pasien tidak menyadari
menghilangnya luas visusnya karena visus sentralnya umumnya
pemeriksaanya
adalah
dengan
meletakan
tonometer
di
19
peningkatan
hingga
mmHg
dianggap
20
21
BAB VII
DIAGNOSIS
Diagnosis dari glaukoma berdasarkan dari trias glaukoma, yakni
peningkatan TIO, penurunan luas lapang pandang, dan ekskavasi dari
diskus optikus pasien. Pada pasien dengan glaukoma kronik, umumnya
pasien datang ketika derajat penyakitnya sudah lanjut dan terlambat,
karena itu screening rutin pada orang-orang dengan faktor resiko
merupakan salah satu cara pendeteksian dini untuk glaukoma kronik.
Pada glaukoma akut, pasien dapat segera datang atau terlambat, karena
pada glaukoma akut didapatkan tanda-tanda peradangan yang nyata.
Diagnosis ditegakan bila pasien datang dengan tanda dan gejala yang
telah disebutkan di bab sebelumnya dan ketika dilakukan pemeriksaan
penunjang ditemukan tanda-tanda glaukoma.4)
22
BAB VIII
DIAGNOSIS BANDING
dengan
tanda
peradangan
yang
nyata,
contohnya
berupa
tidak
pupil
kecil,
kornea
mengkilat dan tidak terdapat edema, flare serta serbukan sel radang
terlihat di coa dan terdapat injeksi siliar dalam. Penetapan diagnosa
antara glaukoma dan iridosiklitis harus jelas, karena terapi keduanya
bertolak belakang.6)
Pada konjungtivitis akut, nyeri bisa tidak ada atau ringan dan
umumnya visus pasien tidak menurun. Terdapat sekret pada konjungtivitis
dan injeksi kongjuntiva tapi umumnya tidak terdapat injeksi silier. Pupil
normal, kornea jernih, dan TIO umumnya tidak meningkat.6)
Pada keratitis, visus penderita dapat menurun bergantung pada
jenis dan letak dari infiltratnya. Terdapat injeksi silier, pupil normal, coa
normal dan TIO juga umumnya normal.
23
Iridosiklitis
tis akut
akut
Gatal, ngeres
Sakit
Sakit
Sakit
Fotofobi
Sakit
Ringan
Sedang
Sedang
Berat dan
sampai berat
menyebar
Serangan
Perlahan
Perlahan
Perlahan
Akut
Riwayat
penyakit
Visus
Injeksi
Normal
Konjungtiva
Menurun
atau normal
Keratitis
Dapat
menurun
atau normal
Silier
Silier
Keratik
Infiltrat /
presipitat
fluorescein +
Glaukoma
akut
Sangat
menurun
Mixed
injection
Mukoid,
Sekret
purulen,
serous,
mukopurulen
Kornea
Jernih
Suar / flare
++
+/-
Pupil
Normal
Miosis
Miosis
Midriasis
Iris
Normal
Muddy
Normal
COA
Normal
Dalam dan
keruh
Normal
Edema
Abu-abu
hijau
Dangkal dan
keruh
Dapat
TIO
Normal
menurun
atau
Normal
Sangat
meningkat
meningkat
24
Gejala
sistemik
Bisa
Pemeriksaa
didapatkan
n sekret
kuman
Uji
Antibiotik
Kultur
Mual,
muntah
Bisa
-
penyebab
Pengobatan
didapatkan
kuman
penyebab
Steroid +
Antibiotik +
sikloplegik
sikloplegik
Sensibilitas
Miotikum,
CAI,
pembedahan
Tonometri
1,2,4,6)
25
BAB IX
PENCEGAHAN
26
BAB X
PENATALAKSANAAN
Pada
dasarnya
pengobatan
untuk
glaukoma
akut
adalah
diberikan
juga
memiliki
perbedaan
pada
tingkat
pelayanan
dan
tersier
setelah
diberikan
pertolongan
pertama
tersebut
PELAYANAN KESAHATAN MATA SEKUNDER ( SEC )
1. Glaukoma akut sudut tertutup primer
Penatalaksanaannya dapat dibagi dalam 4 tujuan, yakni :
i. Segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan
ii.
( medikamentosa inisial )
Melakukan iridektomi perifer pada mata yang mengalami
iii.
iv.
Ad 2.
Ad 3.
dilakukan
Ad 4. Glauoma residual
Dapat diberikan terapi medikamentosa dan bila TIO tetap belum
normal maka dilakukan trabekulotomi
2. Glaukoma akut sekunder
Pengobatan glaukoma akut sekunder adalah segera menurunkan
TIO dan mengobati penyakit penyebabnya atau mekanismenya baik
dengan terapi medikamentosa atau terapi bedah.
PELAYANAN KESEHATAN MATA TERSIER ( TEC )
1. Glaukoma akut sudut tertutup primer
Penanganannya mirip dengan penanganan di fasilitas sekunder
i. Medikamentosa inisial
ii.
Tindakan bedah inisial
iii.
Tindakan iridektomi perifer dapat dilakukan dengan bedah
insisional atau laser argon-YAG atau diode. Tindakan tersebut
dapat didahului dengan gonioplasti/iridoplasti
iv.
Terapi bedah trabekulotomi, bila iridektomi perifer tidak efektif
2. Glaukoma akut sekunder
Penanganannya mirip dengan penanganan pada fasilitias
sekunder
Sebelum
diputuskan
diupayakan
menurunkan
semaksimal
mungkin.
berlanjutnya
untuk
melakukan
pembedahan,
tekanan
intraokuler
dengan
Tujuan
gangguan
pengobatan
pengelihatan
adalah
atau
harus
obat-obatan
untuk
mencegah
lapangan
pandang
pengelihatan yang telah hilang pada glaukoma tidak akan dapat menjadi
normal kembali. Tekanan yang direndahkan tidak berarti memperbaik
pengelihatan, akan tetapi bertujuan mempertahankan sisa pengelihatan
28
1,2,4,6)
menurunkan
tekanan
intraokuler
dengan
membuat
plasma
gel
yang
dipakai
waktu
tidur
kurang
mempunyai
efek
mengecilkan pupil. Efek samping pilokarpin pada mata adalah rasa pedas,
iritasi lokal, dan sakit pada mata. 1,2,4,6)
Mata yang tidak dalam serangan juga diberikan miotik untuk
mencegah serangan. Perawatan pada mata yang tidak menunjukan gejala
dilakukan dengan miotik bila mata sebelahnya masih dalam serangan
akut. Iridektomi dipertimbangkan bila mata yang mendapat serangan
sudah tidak terancam lagi. 1,2,4,6)
Bila penderita merasa mual, bisa diberikan asetazolamide ( diamox )
500 mg IV yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah
keluhan
mual
hilang.
Asetazolamide
termasuk
dalam
golongan
30
10)
TIO.
berdasarkan
Jenis
hasil
operasi,
pemeriksaan
iridektomi,
atau
gonioskopi
filtrasi
setelah
ditentukan
pengobatan
10)
Dilakukan
operasi
hanya
bila
perlu
dan
jenisnya
10)
kesempatan
kepada
kornea
agar
menjernih,
namun
31
laser diarahkan pada jaringan yang akan diperbaiki di dalam mata. Bedah
laser dapat memberikan hasil cepat, sederhana, yang biasanya tidak
sakit. Beberapa pendapat terakhir pada glaukoma pengobatan dini dapat
dimulai dengan bedah laser ini. Pada kasus tertentu, bedah laser tidak
dipertimbangkan karena bila pengelihatan menurun dengan cepat dan
pengobatan
laser
gagal
menurunkan
tekanan
bola
mata
maka
5)
pendapat
terakhir
5)
menyatakan
bahwa
pengobatan
untuk
glaukoma.
Efek
samping
pengobatan
laser
setelah
penderita
glaukoma
tidak
dapat
5)
diatasi
dengan
pengobatan tetes mata, tablet, dan laser untuk menurunkan tekanan bola
mata.
Keadaan
ini
dapat
ditolong
dengan
tindakan
bedah
untuk
pada
glaukoma
terdiri
dari
iridektomi
perifer,
glaukoma
sudut
terbuka
yang
tidak
taat
pada
pengobatan
medikamentosanya. 1,2,6)
Iridektomi perifer dilakukan pada glaukoma akut fase prodormal,
juga pada stadium akut yang baru terjadi sehari ( glaukoma kongestif akut
dini ) jadi belum ada sinekia anterior perifer. Juga dilakukan pada mata
sebelahnya
sebagai
tindakan
pencegahan.
Bila
pada
satu
mata
33
Iridenkleisis
merupakan
iridektomi
totalis
disertai
dengan
menimbulkan
astigmatisme,
sehingga
dapat
menimbulkan
8)
1)
3)
1)
merupakan
tindakan
pembedahan
dimana
34
berjalan menuju bilik mata depan dan dilepaskan jaringan badan siliar
dengan sklera diatasnya. Akibat tindakan ini cairan bilik mata akan masuk
langsung ke dalam suprakoroid dan diserap pembuluh episklera.
5)
Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong
pengaliran ( implant surgery ). Pada keadaan tertentu tidak mungkin
untuk membuat filtrasi secara umum sehingga perlu dibuatkan saluran
buatan ( artificial ) yang ditanamkan ke dalam mata untuk drainase cairan
mata
keluar.
Beberapa
ahli
berusaha
membuat
alat
yang
dapat
5)
5)
35
jalan dimana tindakan laser memakan waktu tidak lebih dari 1 jam, tanpa
memberikan rasa sakit.
5)
Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang
dibedah tidak boleh terkena air. Untuk sementara pasien pasca bedah
glaukoma dilarang bekerja berat. Tindakan operatif dilakukan bila TIO
yang tinggi sudah dapat ditenangkan. Bila operasi dilakukan ketika TIO
masih tinggi dapat menyebabkan glaukoma maligna, di samping adanya
kemungkianan prolaps dari isi bulbus okuli dan pendarahan. Segera
setelah operasi, TIO menjadi sangat tinggi , lensa, iris, dan pupil terdorong
ke depan, sehingga aquous humor terkumpul di bilik mata belakang dan
badan kaca. Penutupan pupil dan sudut bilik mata depan membuat
keadaan menjadi bertambah buruk lagi. Prognosis untuk pengelihatannya
buruk. 1,2,6)
36
BAB XI
PROGNOSIS
37
BAB XII
KESIMPULAN
optikus,
penurunan
luas
lapangan
pandang
pasien.
Terapi
38
DAFTAR PUSTAKA
39
10.
40