Anda di halaman 1dari 25

Naskah Psikiatri

SKIZOFRENIA PARANOID REMISI PARSIAL






Disusun Oleh:
Ghina Khairunnisa 1006684491


Penguji:
dr. Richard Budiman, SpKJ (K)

MODUL PRAKTIK KLINIK PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2014

2

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. YS
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 25 Oktober 1986
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMK Akuntansi
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat
Status pernikahan : Menikah
Suku : Betawi
Agama : Islam
Pembayaran : BPJS
Tempat pemeriksaan : Poliklinik Psikiatri Dewasa RSCM dan kediaman pasien
Waktu pemeriksaan : Selasa, 15 April 2014, dan Senin, 21 April 2014
Sumber data : Data diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan
ibu pasien pada pemeriksaan 15 April 2014 dan 21 April 2014, serta rekam medis pasien.

















3

II. Riwayat Psikiatri

A. Keluhan Utama
Pasien datang untuk keluhan gelisah, ketakutan dan mendengar suara-suara sejak 3
tahun lalu
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar oleh ibunya untuk kontrol ke Poliklinik Psikiatri Dewasa RSCM.
Pada Januari 2014, pasien dibawa ibu dan suaminya untuk berobat ke Poliklinik
Psikiatri Dewasa dengan keluhan pasien tampak gelisah, ketakutan dan mendengar
suara-suara yang sangat ribut. Pasien sempat dirawat di bangsal perawatan Jiwa
Dewasa.
Pasien mulai mendengar bisikan dan melihat bayangan sekitar 3 tahun lalu. Pasien
mengaku bahwa awal dari keluhan yang ia alami berasal dari guna-guna yang
dilemparkan oleh tetangganya. Tetangga pasien tersebut merasa tersinggung dengan
perkataan pasien dan sempat bertengkar dengan pasien. Pasien mengaku benda yang
dilemparkan tersebut tidak dapat dilihat secara kasat mata namun pasien dapat
mengetahuinya karena merasa bahwa dirinya dapat merasakan kekuatan gaib seperti
sejak kecil.
Setelah itu, pasien mulai merasakan badannya seperti sedang memikul benda berat.
Pasien juga dapat melihat adanya orang-orang seperti Nyi Roro Kidul dan
pembantu-pembantunya juga Nyi Blorong yang berupa perempuan cantik dengan
separuh badannya berbentuk ular. Pasien yakin bahwa tetangganya memiliki
kekuatan gaib dan mengirimkan mahluk-mahluk tersebut kepada dirinya. Pasien
juga mendengar suara-suara berisik seperti banyak orang yang berbicara. Kadang
suara tersebut hanya berupa suara tidak jelas yang sangat ribut. Pasien juga merasa
terkadang perutnya melilit dan memuntahkan biji jeruk nipis padahal pasien tidak
pernah memakan jeruk nipis. Pasien mengatakan bahwa peristiwa ini sesuai dengan
ancaman tetangganya yang akan mengirimkan obat diet untuk pasien yaitu jeruk
nipis. Pasien sempat berobat dan keluhan menghilang namun terkadang timbul
kembali. Pasien mengaku tidak pernah mengalami penyakit maag sebelumnya.
Pasien berobat alternatif ke orang pintar yang merupakan guru spiritual dari
suaminya. Orang pintar yang didatangi pasien mengatakan bahwa sukma pasien
meminta pulang. Pasien mengartikan hal tersebut bahwa jiwa pasien dipanggil untuk
kembali ke akhirat. Pasien menjadi kesal dan tidak mengikuti anjuran dari orang
4

pintar tersebut. Pasien juga sempat melarang suaminya berhubungan lagi dengan
orang pintar tersebut. Pasien menceritakan bahwa orang pintar tersebut marah
dengan perilaku pasien dan mengancam akan mengacak-acak kehidupan pasien.
Sejak saat itu, pasien gelisah dan ketakutan karena merasa ada malaikat yang akan
mencabut nyawanya. Pasien juga terkadang merasa jiwanya seakan-akan akan keluar
dari tubuhnya. Rasa gelisah dan ketakutan ini muncul setiap saat terutama saat
pasien ingin beraktivitas. Hal ini menyebabkan pasien lebih banyak berdiam diri di
kamar dan tidak dapat melakukan aktivitas. Pasien juga pernah merasakan bahwa
dirinya seakan-akan berubah menjadi orang lain. Suara yang didengar pasien
sebelumnya pun semakin mengganggu dan ada yang menyuruhnya bunuh diri dan
menyakiti anak-anaknya. Terkadang pasien merasa khawatir terpengaruh oleh suara-
suara tersebut. Pasien mengaku sempat terpikir untuk mengikuti suara-suara itu
untuk bunuh diri.
Sekitar tahun 2013, karena pasien tidak dapat mengurus anak dan rumah tangganya
saat ini pasien tinggal bersama ibunya. Pasien tidak lagi tinggal bersama suami
setelah pasien sakit. Pasien merasa suami pasien berubah sikap terhadapnya karena
pikiran suaminya dikendalikan oleh orang pintar yang tidak suka pada pasien.
Pasien merasa seperti ada sesuatu yang mengikuti dirinya, pasien tidak dapat
melihat wujudnya tapi bisa dirasakan keberadaannya oleh pasien. Pasien juga dapat
dipermalukan dengan cara mengontrol pandangan matanya sehingga pasien
terkadang melihat kemaluan lawan jenis dan merasa digelitiki sehingga terkadang
tertawa saat sedang mengobrol. Pasien juga merasa kadang perkataannya
dibelokkan oleh kekuatan yang berasal dari luar dirinya.
Pasien berobat ke beberapa orang pintar dan semua orang tersebut mengatakan
pasien diguna-guna. Pasien akhirnya memutuskan untuk berobat ke dokter setelah
disarankan oleh kiai yang ia datangi dan pasien pun sudah merasa sangat lemah dan
tidak dapat melawan suara-suara dan rasa takut yang dirasakannya.
Menurut keluarga pasien, sebelum dirawat, pasien terlihat sangat gelisah dan
ketakutan. Pasien juga diamati sering berperilaku aneh seperti keluar rumah dengan
memakai mukena lalu tiba-tiba diam dan bengong.
Pasien berobat ke Puskesmas dan diberikan obat penenang yang pasien tidak tahu
namanya sebanyak 3 pil. Setelah meminum obat, pasien merasa tidak lagi ketakutan
sehingga pasien merasa tidak perlu lagi meminum 2 pil lain. Namun, setelah 1
5

minggu, keluhan gelisah dan ketakutan kembali muncul sehingga akhirnya pasien
berobat ke RSCM.
Pasien dirawat selama kurang lebih 2 minggu dan selama perawatan diberikan terapi
Risperidone 2x2 mg. Pasien merasa ketakutan dan sura-suara sudah berkurang.
Namun, pasien mengaku setelah meminum Risperidone, jantung pasien berdebar,
nyeri dada, dan terasa lemah hingga sempat pingsan sehingga pasien meminta
obatnya diganti. Saat ini, pengobatan telah diganti menjadi Seroquel SR 400 mg.
Kini, pasien rutin berobat ke Poli Jiwa setiap 10 hari sekali. Pasien mengaku keluhan
suara-suara yang mengganggu sudah banyak berkurang. Pasien pun merasa lebih
tenang dan rasa takut berkurang. Akan tetapi, jika pasien harus berkonsentrasi dan
akan beraktivitas, pasien masih merasa mendengar suara-suara berisik. Pasien juga
merasa terkadang masih merasa ketakutan akan diambil nyawanya. Hal ini
menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas seperti beribadah, mengurus anak dan
rumah tangganya. Kondisi seperti ini juga terjadi jika pasien akan tidur tanpa minum
obat sebelumnya. Pasien merasa lelah karena harus selalu mengontrol kekuatan yang
ingin mempengaruhi dirinya dan walaupun merasa ingin melakukan kegiatan seperti
yang biasa ia lakukan sebelumnya pasien merasa tidak mampu. Saat ini, pasien
masih merasa malas keluar rumah dan bersosialisasi dengan tetangga maupun
keluarganya yang lain karena merasa malu akan perilakunya yang tidak sopan akibat
dikendalikan oleh kekuatan lain.
Pasien dapat tidur jika meminum obat namun jika tidak minum akan sulit tertidur.
Pasien mengaku nafsu makannya menurun sejak sering gelisah dan ketakutan.
Sering menangis sendiri disangkal. Riwayat rasa senang berlebih disangkal.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Sebelum gejala mendengar suara bisikan sejak 2 tahun lalu muncul, pasien tidak
pernah mengalami gangguan seperti sekarang, dapat bekerja dan bersosialisasi
tanpa gangguan.
2. Kondisi Medik Umum
Riwayat terjatuh dan kepala terbentur disangkal. Riwayat kejang dan
kelumpuhan disangkal. Pasien tidak pernah dirawat inap sebelumnya.
3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol disangkal. Pasien pernah
merokok waktu SMA namun sekarang sudah jarang sekali.
6



D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pada saat hamil pasien, ibu pasien sempat berselisih pendapat dengan ayah
kandung pasien dan keluarganya. Ayah pasien meninggalkan ibu pasien waktu
pasien bayi. Sepengetahuan pasien, ibu pasien tidak pernah mengalami masalah
medis selama hamil dan mengonsumsi obat apapun. Pasien lahir normal dan
langsung menangis.
2. Riwayat Masa Kanak Awal
Pasien tumbuh sesuai dengan pertumbuhan anak-anak seusianya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan
Pasien aktif bermain dengan anak seusianya dan berteman dengan banyak anak
seusianya. Pasien tidak pernah mengalami masalah di sekolahnya.
4. Riwayat Masa Remaja
Pasien termasuk orang yang supel dan seringkali menghabiskan waktunya
dengan bermain bersama teman sebayanya.
5. Riwayat Dewasa Muda
- Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai petugas bank setelah lulus sekolah namun tidak
bekerja lagi setelah hamil anak pertama.
- Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah dengan suaminya 8 tahun lalu. 5 tahun lalu, suami pasien
sempat berselingkuh dan hampir bercerai. Pasien mengetahui hal tersebut
karena diberitahu istri rekan kerja suaminya dan sempat mencari tahu lewat
media sosial mengenai kedekatan suami dan selingkuhannya. Akan tetapi suami
pasien meminta rujuk dan pasien mau menerima kembali suaminya karena
suaminya mengaku hubungan dengan selingkuhannya belum terlalu dekat.
Setelah itu, hubungan pasien dan suaminya diakui pasien biasa saja seperti
sebelumnya.
6. Riwayat Pendidikan
Pasien tamat sekolah hingga jenjang SMEA jurusan akuntansi. Pasien
mengatakan prestasi di sekolah biasa saja namun secara akademis tidak pernah
ada hambatan di sekolah.
7



7. Riwayat Kehidupan Beragama
Menurut pasien, pasien termasuk pemeluk agama yang biasa-biasa saja, tidak
terlalu taat namun masih menjalankan kewajibannya. Keluarga pasien juga tidak
terlalu keras dalam mengajarkan agama. Namun, pasien mengaku setelah sakit,
pasien menjadi tidak dapat beribadah.
8. Riwayat Psikoseksual
Pasien tertarik terhadap lawan jenis dan tidak berhubungan seksual sebelum
menikah. Selama ini, pasien mengaku berhubungan seksual hanya dengan suami
dan tidak pernah mengalami keluhan.
9. Riwayat Pelanggaran Hukum
Riwayat melanggar hukum dan dipenjara disangkal.
E. Riwayat Keluarga
Pasien saat ini tinggal bersama ayah tiri, ibu dan anak-anak korban. Pasien tidak
pernah berinteraksi dengan ayah kandung pasien karena sejak kecil ibu dan ayah
kandung pasien telah berpisah. Pasien mengatakan bahwa ibunya termasuk ibu yang
baik dan hingga saat ini selalu memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari kediaman
ibunya karena ibunya tidak ingin berpisah jauh dengan anak satu-satunya. Ibu pasien
menikah kembali saat pasien berumur sekitar 11 tahun. Ayah tiri pasien bersikap
baik terhadap pasien dan ibunya. Pasien juga mengaku ayah tirinya sangat baik
terhadap anak-anak pasien. Suami pasien saat ini tinggal di rumah mertua pasien dan
2 hari sekali mengunjungi pasien dan anak-anaknya.
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibu, ayah tiri dan ketiga anaknya. Anak pasien yang
pertama telah bersekolah sedangkan anak kedua dan ketiganya masih balita sehingga
lebih banyak bermain di rumah dan lingkungan sekitar. Sejak minum obat, pasien
masih mengantuk jika harus bangun pagi. Setelah bangun, pasien mandi dan
bermain dengan anak. Pasien terkadang mengobrol dengan keluarga.
Saat ini, anak pasien lebih banyak diurus oleh ibu pasien. Hubungan pasien dan
anak-anak cukup dekat. Hubungan pasien dan suami saat ini kurang harmonis dan
tidak tinggal bersama. Tetapi suami masih sering mengunjungi pasien dan anak-anak
serta masih memberikan nafkah yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sekarang,
pendapatan suami tidak sebesar dulu sehingga untuk pengobatan, pasien dan ibu
8

pasien rutin mengurus jaminan. Tetangga pasien mengetahui kondisi pasien dan
kebanyakan bersikap normal pada pasien.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengetahui bahwa dirinya mengalami skizofrenia paranoid. Pasien merasa
pengobatan yang telah dilakukan bermanfaat bagi kesembuhan dirinya. Namun,
pasien meyakini bahwa skizofrenia paranoid yang dialami dipengaruhi oleh guna-
guna. Pasien tidak lagi mengurus urusan rumah tangga seperti bersih-bersih dan
memasak. Pasien juga jarang keluar rumah dan berinteraksi dengan tetangga. Pasien
mengaku saat ini, pasien tidak terlalu bersemangat lagi dalam melakukan aktivitas
yang biasa ia lakukan dulu seperti mengurus rumah tangga dan berjalan-jalan. Pasien
tidak dapat lagi menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu dengan baik.
Pasien pernah memiliki ide bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangan. Namun,
pasien tidak melakukan itu karena menyadari bahwa bunuh diri adalah perbuatan
yang dilarang. Pasien juga merasa anak-anaknya masih membutuhkan dirinya.
H. Persepsi Keluarga Tentang Penyakit Pasien
Keluarga mengetahui kondisi pasien. Menurut ibu pasien, kondisi pasien saat ini
sudah banyak perbaikan dibandingkan sebelumnya dan merasa pengobatan
bermanfaat untuk memperbaiki kondisi pasien. Ibu pasien mengetahui bahwa
penyakit pasien disebabkan adanya gangguan pada saraf di otak namun meyakini
bahwa gangguan tersebut diakibatkan guna-guna tetangga anaknya.
Keluarga memahami bahwa kondisi pasien membuat pasien tidak dapat menjalankan
aktivitas seperti dahulu dan keluarga mau membantu pasien mengurus pasien dan
anak-anaknya. Keluarga juga tetap berinteraksi dan mendorong pasien untuk
beraktivitas seperti biasanya.
I. Harapan pasien
Pasien berharap bisa lebih tenang dan tidak lagi mengalami ketakutan seperti
sekarang. Pasien juga berharap dapat mulai menjalankan aktivitasnya dengan lebih
bersemangat seperti sebelum sakit.






9

III. Status Mental

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan, 27 tahun, penampilan sesuai usia, dan perawatan diri baik.
2. Kesadaran
Kompos mentis.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Pasien berperilaku tenang selama pemeriksaan.
4. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, intonasi dan volume cukup, lancar, artikulasi jelas,
dan menjawab sesuai pertanyaan.
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa.
B. Mood dan Afek
1. Mood : eutim
2. Afek : luas dan serasi
C. Gangguan Persepsi
Pada pasien terdapat halusinasi auditorik
D. Pikiran
1. Proses Pikir
Proses pikir pasien koheren
2. Isi Pikir
Waham kendali, Waham kejar, Waham bizzare
E. Fungsi Intelektual
1. Orientasi
a. Tempat : Baik, pasien dapat mengenali lokasi pemeriksaan
b. Waktu : Baik, pasien mengetahui jam dan hari saat pemeriksaan
c. Orang : Baik, pasien dapat mengenali orang sekitarnya serta perannya
2. Daya Ingat
a. Daya ingat segera : baik, pasien dapat mengulang 3 benda yang disebutkan
pemeriksa
b. Jangka pendek : baik, pasien dapat menceritakan kegiatan pasien pada hari
pemeriksaan
10

c. Jangka menengah : baik, pasien dapat menceritakan peristiwa yang dialami
beberapa bulan terakhir
d. Jangka panjang : baik, pasien dapat menceritakan peristiwa masa anak-anak
3. Daya Konsentrasi
Baik, pasien dapat mengurangkan 7 dari 100 dan terus mengulanginya hingga 5
kali berturut-turut.
4. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, pasien dapat menulis satu kalimat dan membaca perintah dalam
komponen penilaian MMSE (Mini Mental State Examination).
5. Visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambarkan perpotongan antara 2 bangun datar.
6. Intelegensi dan Daya Informasi
Kesan baik.
7. Pikiran Abstrak
Kemampuan berpikir abstrak pasien baik. Pasien mengetahui arti peribahasa
ada udang di balik batu'.
8. Bakat Kreatif
Kemampuan yang dapat digali adalah memasak dan mendandani orang lain.
9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Pasien dapat menolong dirinya sendiri. Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-
hari secara mandiri.
10. Status Mental Mini
Inter pretasi hasil : Skor pasien 29 - Pasien memiliki fungsi kognitif yang
normal. Pasien tidak mengetahui tanggal karena saat ini tidak memperhatikan
hal detail seperti tanggal.
F. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial
Daya nilai sosial pasien baik.
2. Uji Daya Nilai
Uji daya nilai pasien baik.
3. Penilaian Realita
Penilaian realita pasien terganggu karena pasien terkadang masih mendengar
bisikan dan pasien masih merasa dirinya dapat dikendalikan kekuatan lain.

11

G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik.
H. Tilikan
Tilikan derajat 3, karena pasien mengetahui tentang penyakitnya namun yakin
bahwa penyakitnya disebabkan faktor eksternal (pasien mengetahui bahwa
penyakitnya Skizofrenia paranoid dan diakibatkan adanya gangguan pada saraf di
otaknya namun pasien masih merasa gangguan sarafnya diakibatkan guna-guna).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Pasien dapat dipercaya.

























12

IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

A. Pemeriksaan Status Internus
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Tanda vital
Tekanan darah : 110/78 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : kesan afebris
Pernapasan : 16 kali per menit
Berat badan : 67 kg
Tinggi badan : 159 cm
IMT : 26,5
Kepala dan leher : Normo cephal
Jantung : BJ I dan II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Paru : Vesikuler, tidak ada wheezing dan ronkhi
Abdomen : Datar, lemas
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada rigiditas dan tremor
Genitalia dan anus : tidak diperiksa
B. Pemeriksaan Status Neurologikus
GCS : E4M6V5 = 15
Pupil : tidak diperiksa
Nervus kranialis : kesan dalam batas normal
Motorik : kekuatan motoris tidak diperiksa











13

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Pasien Nn.YS, 27 tahun, datang bersama ibunya, ke RSCM untuk meneruskan kontrol
pengobatan untuk keluhan halusinasi auditorik dan visual sejak 3 tahun lalu. Dari
anamnesis didapatkan keluhan berupa halusinasi auditorik berupa suara berisik.
Halusinasi visual berupa mahluk berupa perempuan dan laki-laki, diantaranya ada yang
bertubuh setengah manusia, setengah ular. Pasien juga mengalami halusinasi somatik,
yaitu merasa seperti ditindih dan digelitiki. Pasien memiliki waham kendali yaitu merasa
pandangan dan pembicaraanya dapat dikendalikan. Pasien memiliki waham kejar yaitu
percaya bahwa tetangganya memiliki kekuatan magis yang dapat mengirimkan mahluk-
mahluk yang bertujuan merusak kehidupan pasien. Pada pasien juga ditemukan waham
bizzare, yakni pasien percaya dirinya dapat melihat kekuatan gaib. Pada pasien juga
ditemukan pernah mengalami depersonalisasi, yaitu merasa dirinya berubah menjadi
orang lain. Pasien juga yakin dapat merasakan malaikat yang akan mencabut nyawanya
dan terkadang jiwanya terlepas dari tubuhnya. Sekitar 2 tahun lalu, pasien menjadi
menarik diri dari lingkungannya, tidak nafsu makan dan sulit tidur. Muncul pula
halusinasi tipe commanding, yaitu menyuruh pasien bunuh diri dan menyakiti anaknya.
Pasien mulai berperilaku kacau.
Pasien merasa penyakitnya diakibatkan guna-guna yang dikirimkan tetangga pasien
setelah sebelumnya berseteru dengannya. Pasien berobat ke alternatif dan tidak ada
perbaikan. Akhir 2013, pasien disarankan untuk berobat secara medis. Pasien berobat ke
Puskesmas dan diberikan obat penenang, rasa gelisah dan ketakutan membaik namun
setelah obat tidak diteruskan gejala muncul kembali. Akhirnya pasien berobat ke RSCM
dan dirawat selama 2 minggu di bangsal Jiwa Dewasa. Pasien diberikan terapi
Risperidone 2x2 mg dan timbul efek dada berdebar dan pingsan. Saat ini diganti menjadi
Seroquel. Setelah perawatan, rasa gelisah dan ketakutan berkurang. Saat ini, gejala yang
dialami hanya halusinasi auditorik, waham kendali, waham kejar dan waham bizzare.
Saat ini pasien masih merasa tidak bersemnagat dalam melakukan aktivitas seperti
dahulu. Pasien tidak lagi mengurus rumah tangga dan kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pada pasien didapatkan deskripsi umum
baik, mood eutim, afek luas dan serasi, halusinasi auditorik, waham kejar, waham
kendali dan waham bizzare. Fungsi intelektual, daya sosial dan pengendalian impuls
baik.Tilikan derajat 3. Pemeriksaan status internus dan neurologikus dalam batas normal.
14

VI. Formulasi Diagnostik dan Evaluasi Multiaksial

A. Formulasi Diagnostik
Pasien mengalami penderitaan dan tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari akibat
keluhan rasa gelisah dan ketakutannya juga adanya halusinasi auditorik dan visual. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa

Aksis I
Pada pasien tidak ditemukan adanya riwayat penyakit primer dan sekunder yang apat
mempengaruhi fungsi otak. Pada pemeriksaan juga tidak ditemukan adanya gangguan
orientasi dan gangguan kognitif pada pasien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pasien tidak mengalami gangguan mental organik dan simptomatik (F0).
1
Riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol disangkal. Pasien pernah merokok
namun pasien dapat mengontrol kebiasan merokoknya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan pasien tidak mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat psikoaktif (F1).
1
Pada pasien ditemukan adanya gangguan penilaian realita berupa waham dan halusinasi.
Berdasarkan alloanamnesis, diketahui pasien juga pernah mengalami perilaku yang
kacau. Gejala-gejala ini sudah muncul sekitar 3 tahun dan terjadi terus-menerus.
Berdasarkan gejala psikotik yang dominan dan perjalanan penyakitnya, maka dapat
disimpulkan bahwa gejala yang dialami pasien termasuk dalam kelompok skizofrenia,
gangguan skizotipal, dan gangguan waham (gangguan psikotik nonorganik) (blok F2).
1
Pada kasus ini, ditemukan 2 gejala mayor yaitu halusinasi auditorik yang muncul terus
menerus, dengan tipe commanding dan waham kendali serta waham kejar juga
ditemukan 2 gejala minor yaitu halusinasi visual dan taktil serta gejala negatif berupa
penarikan diri. Gejala ini muncul selama lebih dari 1 bulan sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami Skizofrenia. Pada pasien ditemukan bahwa waham dan
halusinasi yang dominan sehingga termasuk dalam Skizofrenia tipe paranoid. Gejala ini
baru muncul pertama kali dan gejala halusinasi dan waham membaik setelah pengobatan
sehingga termasuk remisi parsial.
1,2

Aksis II
Pasien tidak mengalami masalah dalam berinteraksi dalam lingkungan sosial. Pasien juga
tidak memiliki pola perilaku yang bermakna secara klinis dan menetap. Oleh karena itu,
15

disimpulkan pada pasien tidak terdapat gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
Berdasarkan anamnesis, pasien menganggap dirinya memiliki berbagai kelebihan yang
tidak dimiliki orang lain. Hal ini sesuai dengan ciri kepribadian narsistik namun tidak
ditemukan tanda-tanda ciri kepribadian narsistik lainnya sehingga perlu eksplorasi lebih
lanjut.
1,2,3

Aksis III
Pasien mengalami obesitas grade I, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat
badan pasien adalah 67 kg dengan tinggi badan 159 cm sehingga Indeks Massa Tubuh
(IMT) pasien adalah 26,5 dan pasien tergolong overweight. Hasil pemeriksaan fisik lain
dalam batas normal.
4

Aksis IV
Masalah psikososial dan lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap munculnya
penyakit pasien yaitu adanya kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakitnya juga keyakinan pasien dan keluarga bahwa penyakit yang dialami pasien
disebabkan guna-guna. Hal ini terlihat dari sikap pasien dan keluarga yang memilih
mengobati pasien ke pengobatan alternatif selama 2,5 tahun sebelum akhirnya berobat ke
RSCM. Namun, pasien dan keluarga telah menyadari pentingya pengobatan medis
setelah merasakan manfaat dari pengobatan.

Aksis V
Pada pasien ditemukan bahwa gejala waham dan halusinasi termasuk dalam gejala berat.
Gejala ini juga mengakibatkan pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasanya dan
cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya. Hal ini menunjukkan adanya disfungsi
serius pada fungsi sosial dan okupasional. Sehingga kisaran GAF (Global Assesment of
Function) saat ini 41-50.
1,3

B. Evaluasi Multiaksial
Aksis I : F20.04 Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna
Aksis II : belum ada diagnosis (perlu dieksplorasi lebih lanjut)
Aksis III : Overweight
Aksis IV : Pengobatan keluarga tentang penyakit pasien kurang.
Aksis V : 50 (41-50) GAF current, 50 GAF highest level past year

16

C. Daftar Masalah Biopsikososial dan Pengkajian
1.Organobiologis
Pada pasien ditemukan adanya overweight.
2. Psikologis
Pasien memiliki halusinasi auditorik, visual dan taktil. Selain itu, pasien juga memiliki
waham kejar dan waham kendali.
3. Lingkungan sosial
Pengetahuan pasien dan keluarga kurang mengenai penyakit. Pasien dan keluarga
memiliki keyakinan kuat akan hal yang berbau magis namun telah ada kesadaran
pentingya berobat medis. Sejak sakit, hubungan pasien dan suami kurang harmonis.
Pasien juga menjadi membatasi diri dalam berinteraksi sosial.
Pada pasien, masalah organobiologis yang ditemukan yakni masalah berat badan yang
overweight tidak terlalu berpengaruh terhadap perjalanan penyakit pasien. Namun, perlu
diperhatikan bahwa salah satu efek samping antipsikotik, terutama APG II adalah
peningkatan berat badan. Oleh karena itu, edukasi efek samping yang mungkin timbul
perlu diberikan untuk mencegah penurunan compliance. Selain itu, perlu diedukasi juga
mengenai pengontrolan berat badan melalui gaya hidup yang sehat.
Masalah psikologis pasien berupa halusinasi dan waham yang membuat pasien sangat
terbatas dalam menjalankan fungsi sosial dan okupasionalnya. Padahal secara fisik,
pasien berusia 27 tahun yang merupakan usia produktif dan memiliki 3 anak yang
membutuhkan perawatan dari pasien apalagi suami pasien saat ini tidak membantu
langsung pasien. Oleh karena itu, pada pasien perlu diberikan intervensi baik lewat
farmakoterapi maupun nonfarmakoterapi yang bertujuan mengontrol gejala yang ada dan
mengembalikan pasien agar dapat mencapai fungsinya yang optimal.
Masalah lingkungan sosial pasien yaitu kurangnya pengetahuan keluarga terlihat dari
lamanya durasi psikotik yang tidak erobati akibat pasien dibawa ke alternatif. Perlu
dilihat bahwa perilaku ini berasal dari keyakinan keluarga pasien akan hal yang magis.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah mendukung kesadaran pasien dan keluarga
untuk berobat secara medis dan menunjukkan bahwa keyakinan mereka dihargai.
Masalah sosial lain yang timbul akibat penyakit pasien antara lain ialah hubungan
dengan suami yang kurang harmonis. Masalah ini timbul setelah pasien mulai mengalami
gejala dan terlihat memperberat kondisi pasien. Sedangkan masalah relasi interpersonal
lain muncul karena pasien kurang bersemangat dan takut dirinya dikendalikan di depan
17

orang lain. Seiring dengan pengobatan, pasien harus didukung untuk memulai kembali
relasi begitu juga keluarga diedukasi untuk terus mendukung pasien.
































18

VII. Prognosis dan Rencana Tatalaksana

A. Prognosis
1. Faktor yang berpengaruh baik terhadap penyakit pasien
5
:
- Episode pertama
- Respon terapi baik
- Patuh terhadap pengobatan
- Keluarga mendukung pengobatan pasien
- Pasien memiliki jaminan kesehatan
2. Faktor yang berpengaruh buruk terhadap penyakit pasien
5
:
- Onset penyakit 23 tahun
- Tidak terdapat stresor yang jelas
Berdasarkan faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa prognosis ad vitam pasien
bonam karena pasien tidak memiliki kondisi medik dan psikis yang membahayakan
kelangsungan hidupnya. Prognosis ad functionam pasien dubia ad bonam karena
respon terapi selama 2 bulan baik. Prognosis ad sanasionam pasien dubia ad bonam
karena pasien dan keluarga pasien telah mengetahui pentingnya pengobatan dan
teratur berobat. Namun, perlu diberikan pengetahuan mengenai penyakit pasien tanpa
menyinggung keyakinan pasien.
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanasionam : Dubia ad bonam
B. Rencana Penatalaksanaan
- Farmakoterapi
Quetiapine XR 400 mg/hari
- Nonfarmakoterapi
Psikoedukasi mengenai penyakit terhadap pasien dan keluarga
Psikoterapi Suportif pada pasien






19

VIII. DISKUSI

A. Penegakan Diagnosis
Pada pasien, ditegakkan diagnosis Skizofrenia paranoid karena telah memenuhi
diagnosis Skizofrenia, yakni adanya gejala berupa waham kendali, waham bizzare,
waham rujukan dan halusinasi auditorik. Pada pasien juga terdapat riwayat halusinasi
visual dan halusinasi.
1,2


Diagnosis banding dari kasus ini ialah skizoafektif. Diagnosis skizoafektif dipikirkan
karena pada pasien gejala seperti penarikan diri, tidak bersemangat, rasa hampa, tidak
nafsu makan dan ide bunuh diri. Namun, diagnosis gangguan skizoafektif dapat
dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol pada saat bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah
yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan sebagai konsekuensinya,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun manik atau
depresif. Gejala menarik diri, tidak bersemangat dan perasaan hampa sendiri dapat
mengiringi munculnya skizofrenia. Gejala menarik diri dan tidak bersemangat
melakukan aktivitas juga dipikirkan akibat adanya gejala psikotik yang masih
dominan pada pasien. Pada pasien juga terlihat adanya perilaku kacau yang impulsif
yang menurut salah satu studi lebih banyak ditemukan pada pasien skizofrenia.
2,6

20

B. Tatalaksana
Untuk mengatasi gejala psikotik, pasien diberikan antipsikotik. Antipsikotik yang
diberikan dapat berupa APG I dan APG II. Efikasi APG I dan APG II relatif sama
namun resiko munculnya EPS pada APG II lebih rendah sehingga dipilih APG II
untuk pasien.
7,8

Untuk menentukan antipsikotik bagi pasien perlu dilihat riwayat penggunaan
antipsikotik bagi pasien. Pasien pernah diberikan Risperidone namun muncul
keluhan berupa jantung berdebar dan lemas hingga pingsan. Diperlukan evaluasi
lebih lanjut mengenai penyebab keluhan tersebut mengingat kemungkinan penyakit
organik yang mendasarinya. Hal ini dikarenakan efek gangguan pada jantung dan
hipotensi merupakan efek yang tidak sering ditemukan pada pemakaian Risperidone.
Namun, karena dipikirkan bahwa hal tersebut merupakan efek dari pemberian obat
sehingga terapi diganti. Karena skizofrenia yang dialami merupakan episode
pertama maka alternatif APG II lain yang dianjurkan yakni Quetiapine, Olanzapine,
Ziprasidone atau Aripiprazole.
7

Ziprasidone tidak ditemui di Indonesia sedangkan Aripiprazole harganya cukup
mahal dan tidak termasuk dalam obat yang ditanggung dalam BPJS. Karena
penggantian obat ditujukan untuk menghindari efek samping maka Olanzapine
seharusnya lebih dipilih karena efek hipotensinya lebih rendah.
7
Namun, Olanzapine
tidak dipilih karena efek sampingnya menaikkan berat badan yang tinggi sedangkan
pasien telah mengalami kelebihan berat badan berupa overweight. Oleh karena itu,
Tabel 1. Pilihan pengobatan
21

Quetiapin dipilih sebagai pengganti dari Risperidone. Dan selama 2 bulan pemberian
terapi, pasien tidak mengeluhkan jantung berdebar dan rasa lemas lagi. Oleh karena
itu, terapi dengan Quetiapine diteruskan.
Efek sedasi Quetiapine bermanfaat pada pasien karena pasien memiliki gangguan
tidur. Namun, efek sedasi dikhawatirkan semakin mengurangi kemampuan pasien
untuk beraktivitas sehingga memperlama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pasien ke fungsi normalnya. Untuk itu, obat diberikan pada malam
hari agar pasien dapat beristirahat secara maksimal dan tetap dapat melakukan
aktivitas keesokan harinya.
Saat ini pasien masih berada pada fase stabilisasi. Fase stabilisasi bertujuan
mempertahankan remisi gejala, mengontrol, mengoptimalkan fungsi, meminimalisir
kekambuhan.
9
Biasanya pasien akan menunjukkan respon terapi setelah pemberian
obat selama 2-4 minggu dan hingga 6 bulan untuk menghasilkan respon optimal.
Setelah diperoleh dosis optimal, dosis dipertahankan selama lebih kurang 8-10
minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Tahap rumatan dapat dipertahankan 2-5
tahun. Pasien telah mendapatkan terapi selama 2 bulan dengan respon yang cukup
baik namun terlihat bahwa gejala psikotik yang ada masih mempengaruhi fungsi
pasien sehingga dipikirkan bahwa dosis yang diberikan belum maksimal. Dosis
terapeutik Quetiapine berkisar antara 300-800 mg. Sehingga, dosis masih dapat
ditingkatkan menjadi 600-800 mg.
7
Efek dari Quetiapine yang perlu diberitahukan pada pasien antara lain adalah adanya
efek sedasi yang kuat sehingga waktu pemberian diusahakan di awal malam,
kemungkinan peningkatan berat badan, hipotensi, serta gejala ekstrapiramidal.
Peningkatan berat badan pada Quetiapine termasuk minimal dan dapat diimbangi
dengan edukasi pasien untuk menjalani pola hidup sehat. Hipotensi dipantau dengan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur. Setiap kontrol juga ditanyakan apakah ada
tanda gejala ekstrapiramidal seperti tremor atau badan kaku. Penelitian pada hewan
menunjukkan peningkatan resiko katarak pada terapi dengan Quetiapine sehingga
dianjurkan dilakukan pemeriksaan oftalmologi 6 bulan sekali terutama jika terdapat
gejala penglihatan kabur pada pasien.
7




22

- Nonfarmakoterapi
Psikoterapi pada pasien skizofrenia beranfaat untuk memaksimalkan respon terapi
dan mencegah kekambuhan.
10
Pada pasien, dapat diberikan psikoterapi suportif.
Psikoterapi suportif untuk pasien bertujuan untuk
1,3
:
- Memotivasi pasien untuk terus berobat secara teratur
- Mendukung hal-hal positif dan perbaikan gejala pasien selama pengobatan
- Mendorong pasien agar dapat kembali beraktivitas
Pada pasien dan keluarga pasien, dapat diberikan psikoedukasi untuk memperbaiki
pengetahuan mengenai penyakit pasien. Psikoedukasi dapat menurunkan tingkat
kekambuhan dan perawatan di rumah sakit.
1,3
Isi dari psikoedukasi yang diberikan
antara lain:
- Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, dampak,
penyebab, prognosis, dan risiko kekambuhan
- Menjelaskan pentingnya peran keluarga pasien untuk mendukung kesembuhan
pasien dengan mengingatkan minum obat dan hal positif yang telah dicapai
pasien
- Menjelaskan rencana pengobatan dan mengenali efek samping pengobatan
Terapi nonfarmakoterapi harus diberikan bersamaan dengan terapi farmakoterapi.
Karena pasien memiliki keluarga yang dapat menjadi sumber potensial maka fungsi
keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien harus dioptimalkan. Pada pasien dan
keluarga terdapat keyakinan yang cukup kuat akan hal yang berbau magis akan tetapi
telah ada pula kesadaran akan pentingnya pengobatan medis sehingga psikoedukasi
ditekankan lebih untuk memberi pengetahuan dan meningkatkan lagi kesadaran yang
telah ada untuk berobat tanpa menyinggung keyakinan pasien. Selain itu,
psikoedukasi bermanfaat agar keluarga memahami penyakit sehingga dapat
menyesuaikan harapan terhadap pasien agar harapan keluarga tidak menjadi stresor
baru bagi pasien.
Untuk masalah berat badan yang dialami pasien, perlu diedukasi pentingnya gaya
hidup sehat seperti pengaturan pola makan dan olahraga. Namun, hal ini dilakukan
bertahap setelah pasien mampu kembali beraktivitas.




23

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G (ed). Buku ajar psikiatri, Ed 2. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
2. Maslim R (ed). Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2003.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7
th

ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
4. Inoue S, Zimmet P, Caterson I, Chunming C, Ikeda Y, Khalid AK. The Asia-Pacific
perspective : Redefining obesity and its management. International Association for the
Study of Obesity : World Health Organization. February 2000.
5. Robinson DG, et al. Predictors of Treatment Response From a First Episode of
Schizophrenia or Schizoaffective Disorder. Am J Psychiatry 1999; 156:54449.
6. Amr M. Volpe FM. Relationship between anhedonia and impulsivity in schizophrenia,
major depression and schizoaffective disorder. Asian Journal of Psychiatry 6;2013:577-
80.
7. Lehmann AF, et al. Practice Guideline for The Treatment of Patients With
Schizophrenia, 2nd Edition. US: American Psychiatric Association;2004.
8. Maslim R. Panduan praktis pengunaan klinis obat psikotropik, Ed 3. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2007.
9. Amir N, Pamusu D, Aritonang I, Effendi J, Khamelia, Kembaren L, et al. Pedoman
nasional pelayanan kedokteran (PNPK) jiwa/psikiatri. Pengurus Pusat Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PP PDSKJI); 2012.
10. Bustillo JR, Lauriello J, Horan WP, Keith SJ. The Psychosocial Treatment of
Schizophrenia: An Update. Am J Psychiatry 2001; 158:16317.5








24

LAMPIRAN


Lampiran 1 : Genogram


Lampiran 2 : Denah Rumah




25





Lampiran 3 : Mini Mental Status Examination (MMSE)

Pertanyaan Skor
ORIENTASI
Sekarang ini tahun, musim, bulan, tanggal, hari apa? (5) 4
Berada di mana? (negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) (5) 5
REGISTRASI
Sebutkan 3 obyek : tiap 1 detik, pasien disuruh mengulangi nama ketiga objek tadi
(3)
3
ATENSI DAN KALKULASI
Mengeja kata dan secara terbalik kata W A H Y U (5) 5
MENGENAL KEMBALI
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi (3) 3
BAHASA
Pasien disuruh menyebut : Pensil, jam tangan (2) 2
Pasien disuruh mengulangi kata jika tidak dan atau tetapi (1) 1
Pasien disuruh melakukan perintah : Ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah
menjadi 2 dan letakkan di lantai (3)
3
Pasien diminta membaca, lalu melakukan perintah tertulis Pejamkan mata (1) 1
Pasien disuruh menulis dengan spontan, tulisan apa saja (1) 1
Pasien disuruh mengikuti gambar bentuk (1)





1
Total 29

Anda mungkin juga menyukai