Anda di halaman 1dari 42

PENDEKATAN HOLISTIK PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS

KASUS BARU DALAM PENGOBATAN 2 BULAN PADA PASIEN


LAKI-LAKI USIA 45 TAHUN DENGAN PEKERJAAN PENJUAL
MAKANAN
(Manuskrip Kasus Pembinaan Keluarga)






Oleh :
Arif Yudho Prabowo, S.Ked
(0918011031)
Pembimbing:
dr. Aila Karyus, M.Kes

STASE ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

1
Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosae dan 98% diantaranya mengalami kematian.
Data WHO tahun 2012 dalam Global TB Report 2012, menunjukkan bahwa pada tahun 2011, terdapat 8,7 juta
terdeteksi kasus baru TB dimana 1,4 juta kasus mengalami kematian.
ABSTRAK
2
Tujuan. Penerapan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik dan paripurna berbasis evidence based
medicine dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis, serta prinsip penatalaksanaan berdasarkan
kerangka penyelesaian masalah pasien.
Metode. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, home visit
untuk menilai kondisi rumah dan keluarga. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik awal, proses dan akhir
studi secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil disajikan dalam format case report.
Hasil. Tn. AM, 45 tahun, penjual makanan keliling, BB: 50 kg, TB: 165 cm (IMT: 18,4 kg/m
2
), TD 110/80
mmHg datang bersama istri ke Puskesmas X tanpa keluhan. Pasien ingin kontrol dan mengambil obat anti TB
untuk 2 bulan pertama. Pasien memiliki riwayat batuk kering yang hilang timbul dari 1 tahun yang lalu
disertai dengan keluhan demam yang hilang timbul, nyeri dada dan semakin terasa sesak napas serta
berkeringat dingin terutama pada malam hari. Sekitar 2 bulan yang lalu, pasien mengalami batuk kering
disertai bercak darah segar. Selain itu, pasien juga mengeluh berat badan turun, ia mengaku mengalami
penurunan berat badan sebesar 8 kilogram dalam kurun waktu 2 bulan. Pasien memiliki kebiasaan tidak
pernah berolahraga, riwayat merokok 30 tahun. Kebersihan dan keadaan kamar tidur gelap dan lembab.
Pasien lalu berobat ke Puskesmas X dan dilakukan pemeriksaan sputum dengan hasil +3. Pasien didiagnosis
sebagai TB paru kasus baru, kemudian ditatalaksana dengan obat anti TB. Pasien dan keluarga juga diberi
edukasi terkait penyakit tuberkulosis, anjuran untuk melakukan pengobatan TB secara teratur, dan
melaksanakan modifikasi gaya hidup.
Kesimpulan. Telah dilakukan penatalaksanaan pasien dengan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik
dan paripurna, berbasis evidence based medicine. Perbaikan klinis belum dapat dilihat pada akhir masa
intervensi, karena membutuhkan waktu yang lama sesuai patofisiologi penyakit dan kerjasama antara pasien,
keluarga dan provider pelayanan kesehatan.
3
Insidens TB didunia (WHO, 2012)
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima
negara dengan beban TB tertinggi di dunia.
Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah
sebesar 660,000 (WHO, 2012) dan estimasi
insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per
tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
61,000 kematian per tahunnya.
Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013
(Riskesdas 2013), dari pemetaan penyakit
menular yang mencolok adalah prevalensi TB
paru masih di posisi yang sama untuk tahun
2007 dan 2013 (0,4%).
LATAR BELAKANG
Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian
MDGs. Dari ke-4 indikator yang ada, 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, angka
kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015. Angka Penemuan kasus
(case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia telah
mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka
ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015. Angka keberhasilan
pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada tahun 2009.
TUJUAN PENULISAN
4
Penerapan pelayanan dokter keluarga yang holistik dan
paripurna berbasis evidence based medicine pada pasien
dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta
prinsip penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka
penyelesaian masalah pasien (problem oriented).
5
ILUSTRASI KASUS
Tn. AM, laki-laki, 47 tahun, datang bersama istri ke Puskesmas X tanpa
keluhan. Pasien ingin kontrol dan mengambil obat anti TB untuk 2
bulan pertama.
Pasien mengaku bahwa ia menderita batuk kering yang hilang timbul
dari 1 tahun yang lalu disertai dengan keluhan demam yang tidak
terlalu tinggi yang hilang timbul. Pasien sudah mencoba mencari
pengobatan ke dokter setempat yang dekat dengan rumahnya
namun keluhan hanya sebentar saja hilang. Keluhan batuk ini
semakin lama semakin bertambah berat dalam 1 minggu terakhir. Ia
merasa dada nyeri dan semakin terasa sesak napas. Sekitar 1 hari
sebelum ke puskesmas, pasien batuk kering disertai bercak darah
segar. Keluhan ini baru pertama kali pasien rasakan.
6
Pasien juga mengeluh sering berkeringat dingin terutama pada malam
hari. Selain itu, pasien juga mengeluh berat badan turun, pasien
mengaku mengalami penurunan berat badan sebesar 8 kilogram
dalam kurun waktu 2 bulan.
Pasien memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, ia lebih sering
mengomsumsi makanan ringan serta kurang menyukai makanan
berserat seperti buah dan sayuran. Selain tidak pernah berolahraga,
Pasien juga memiliki riwayat merokok kurang lebih 30 tahun,
sebanyak 2-3 bungkus rokok per hari selama 22 tahun. Ia mengaku
sudah berhenti merokok sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat minum
alkohol disangkal.
Lanjutan...
METODE PENULISAN
7
Case report, data primer diperoleh melalui anamnesis
(autoanamnesis dan alloanamnesis [istri pasien]), pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, home visit untuk menilai kondisi
rumah dan keluarga. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik
awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.
8
HASIL
Data Klinis
Penampilan: Tampak sakit ringan, TD: 110/80mmHg, nadi: 80x/menit,
frekwensi nafas: 22x/menit, suhu:36,7
o
C, IMT: 18,4 kg/m
2
. Konjungtiva mata
ananemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada
mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, leher, jantung,
paru, dan abdomen dalam batas normal. Ekstremitas superior dan inferior
dalam batas normal, tidak sianosis , tidak oedem dan akral hangat. Status
neurologis : Reflek fisiologis normal, reflek patologis (-). Hasil SPS (+3).
Data Keluarga
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah keluarga inti. Menurut siklus Duvall,
siklus keluarga ini berada pada tahap VII, dimana keluarga anak usia remaja.
9
10

11
12
HASIL
Data Lingkungan Rumah
Pasien tinggal bersama istrinya (Ny. SF, 39 tahun) dan 3 anak yaitu An.
RM, 17 tahun; An. AH, 13 tahun dan An. ZB, 3,5 tahun. Kondisi rumah
bersih dan cukup, fisik bangunan permanen dengan lantai terbuat dari
semen tanpa diplester, dinding terbuat dari batu bata tanpa diplester dan
atap tanpa plafon, secara umum rumah cukup untuk mereka berlima.
Penerangan dalam rumah dengan listrik cukup namun ventilasi cukup
kurang terutama di daerah kamar tidur sehingga terkesan kamar tidur
tampak gelap dan lembab. Sumber air minum dari sumur bor mesjid
dengan jarak 50 meter dari rumah sedangkan untuk mandi dan mencuci
menggunakan sumur di rumah, limbah mencuci dialirkan ke siring,
memiliki satu kamar mandi dan satu jamban yang terletak di dalam
rumah dengan bentuk jamban jongkok.. Lantai kamar mandi terbuat dari
semen tanpa diplester dan tidak licin. Kondisi rumah secara keseluruhan
kurang baik. Mereka tinggal di lingkungan yang tidak padat penduduknya,
jarak antara rumah cukup berjauhan. Di sekililing rumah terdapat
beberapa bangunan sarang burung walet.
Lanjutan...
13
HASIL
Data Okupasi dan Tempat Kerja
Pasien sehari-hari bekerja sebagai penjual makanan keliling/makanan
siomay sedangkan istrinya sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga
tidak menentu perbulannya dimana keluarga pasien memperoleh
penghasilan antara Rp.500.000,00- Rp.800.000,00 per bulan. Dilakukan
intervensi terhadap faktor eksternal dan internal, dengan melakukan
sebanyak 3x kunjungan rumah. Intervensi meliputi konseling terhadap
pasien dan keluarga.
Lanjutan...
14
Mengambil paket obat anti TB
2 bulan pertama;
Alasan kedatangan
Pasien tidak dapat sembuh dan
menularkan penyakit TB ke
anggota keluarga lainnya;
Kekhawatiran
Dapat sembuh dari penyakit TB
paru, mencegah terjadinya gagal
pengobatan dan tertularnya
anggota keluarga lainnya.
Harapan
DATA HOLISTIK AWAL
ASPEK PERSONAL
15
DATA HOLISTIK AWAL
ASPEK KLINIK
Diagnosis klinis awal
TB Paru Kasus Baru dengan hasil mikroskopis sputum positif
dengan atau tanpa kultur dalam pengobatan 2 bulan (ICD-10:
A150).
16
DATA HOLISTIK AWAL
ASPEK RESIKO INTERNAL
Pria, dewasa (47 tahun), memiliki perilaku mencari pengobatan
sendiri (ICD-10-Z 76.89);
Kebiasaan pola makan yang tidak teratur (ICD-10-Z 72.4);
Aktivitas olah raga yang kurang (ICD-10-Z 72.3);
Merasa jenuh karena harus meminum obat rutin, tiap hari dan
lama (ICD-10-Z 91.128);
Pengetahuan tentang penyakit yang kurang (ICD-10-Z 55.9).
17
DATA HOLISTIK AWAL
ASPEK PSIKOSOSIAL KELUARGA
Hubungan dengan suami baik dan harmonis;
Hubungan dengan anak baik dan harmonis;
Hubungan dengan lingkungan tetangga baik;
Status pendidikan yang rendah (ICD-10-Z551);
Pendapatan keluarga cukup rendah (ICD-10-Z596);
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit (ICD-10-Z 55.9);
Kurangnya kesadaran terhadap pencegahan penyakit (ICD-10-Z
55.9).
18
DATA HOLISTIK AWAL
DERAJAT FUNGSIONAL
Skala fungsional 4 yaitu mampu melakukan pekerjaan ringan
sehari-hari di dalam dan luar rumah (pekerjaan kantor)
19
DATA HOLISTIK AWAL
PENATALAKSANAAN
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit yang sedang diderita oleh pasien;
NON MEDIKAMENTOSA
Memberikan penjelasan tentang komplikasi dari penyakit TB dan
bagaimana cara pencegahannya;
Memberikan penjelasan mengatur pola makan yang baik bagi
penderita TB dan olah raga teratur;
Memotivasi pasien untuk meminum obat secara teratur;
Memotivasi pasien untuk kontrol bila obat sudah mau habis.
20
DATA HOLISTIK AWAL
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) kategori I fase intensif dengan dosis
1x3 tablet;
B
6
2x1 tablet
21
Paket obat anti TB 2 bulan
pertama sudah terambil;
Alasan kedatangan
Pasien tentang kesembuhan dan
penularan penyakit TB ke anggota
keluarga lainnya sudah berkurang;
Kekhawatiran
Harapan terkait kesembuhan,
pencegahan terjadinya gagal
pengobatan dan tertularnya anggota
keluarga lainnya semakin besar.
Harapan
DATA HOLISTIK AKHIR
ASPEK PERSONAL
22
DATA HOLISTIK AKHIR
ASPEK KLINIK
Diagnosis klinis awal
TB Paru Kasus Baru dengan hasil mikroskopis sputum positif
dengan atau tanpa kultur dalam pengobatan 2 bulan (ICD-10:
A150).
23
DATA HOLISTIK AKHIR
ASPEK RESIKO INTERNAL
Pria, dewasa (47 tahun), memiliki perilaku mencari pengobatan
sendiri (ICD-10-Z 76.89);
Pola makan teratur;
Melakukan olah raga minimal 1x dalam seminggu;
Kesadaran untuk meminum obat secara rutin meningkat
Mengetahui tentang penyakit TB, komplikasi dan cara
pencegahannya;
Melakukan olah raga minimal 1x dalam seminggu;
24
DATA HOLISTIK AKHIR
ASPEK PSIKOSOSIAL KELUARGA
Termotivasinya keluarga untuk mengingatkan pasien minum obat
secara teratur;
Meningkatnya pengetahuan tentang penyakit TB dan
komplikasinya;
Meningkatnya kesadaran terhadap pencegahan penyakit TB.
25
DATA HOLISTIK AKHIR
DERAJAT FUNGSIONAL
Skala fungsional 5 yaitu mampu melakukan aktivitas seperti
sebelum sakit (tidak ada kesulitan)
PEMBAHASAN
26
Batuk kering disertai bercak darah segar 1 hari sebelum
kunjungan pertama kali ke puskesmas . Riwayat batuk kering 1
tahun disertai demam yang tidak terlalu tinggi. Ia merasa dada
nyeri dan semakin terasa sesak napas. Sering berkeringat dingin
terutama pada malam hari. Selain itu, pasien juga mengeluh
berat badan turun.
27
Diagnosis pasien adalah TB paru kasus baru dengan hasil
mikroskopis sputum positif dengan atau tanpa kultur (ICD-10:
A150) berdasarkan anamsesis dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Hal ini sesuai dengan Sudoyo dkk. (2006), keluhan terbanyak
pasien TB yaitu: demam. Batuk/batuk berdarah. Sesak napas.
Nyeri dada. Malaise. Akibat anoreksia tidak nafsu makan, badan
semakin kurus, meriang, keringat malam dll.
Latshang, dkk (2011) tanda dan gejala tersebut dapat juga
terjadi pada penyakit TB yang disebabkan oleh kuman selain
Mycobacterium tuberculosae, yang paling banyak adalah M.
avium atau M. kansasii.
28
Penurunan berat badan dan nafsu makan pada pasien dapat
terjadi akibat penyakit TB itu sendiri yang mengakibatkan
pemborosan dalam metabolisme tubuh (Gupta KB dkk., 2009)
Pemeriksaan mikroskopis sputum diperoleh hasil dengan nilai +3.
29
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan keluhan klinis, kelainan
fisik, kelainan radiologis dan kelainan bakteriologis, namun bila
ditemukan kuman Mycobacterium tuberculosae pada
pemeriksaan sputum, diagnosis TB sudah dapat dipastikan
(Sudoyo dkk., 2006).
Hal ini ditunjang dengan penelitian Haque dkk., (2014) yang
menyatakan parameter untuk diagnosis TB meliputi: Hasil
sputum + dan/atau dengan kultur bakteri.
Penelitian Malbruny B., dkk., (2011) dengan menggunakan
sampel baik dari paru dan luar paru menghasilkan nilai
sensitivitas 100% dan 100% serta spesifisitas 85,7% dan 97,3%
(Metaanalisis).
30
Penelian lain yang dilakukan oleh Catharina (2011), di antara
pasien dengan kultur BTA-negatif, pemeriksaan tambahan kedua
dengan tes MTB/RIF meningkatkan sensitivitas sebesar 12,6%.
Rapid Diagnostic Test
Xpert MTB/RIF
WHO sudah merekomendasikan
Dosis yang diberikan untuk berat badan pasien, yaitu 50 kg
adalah 3 tablet (1 tablet mengandung Rifampisin 150 mg,
Isoniazid 100 mg, dan Pirazinamid 400 mg serta Etambutol 275
mg) setiap harinya selama 2 bulan pertama (Depkes RI, 2004).
Tatalaksana
Kategori I
Pasien juga diberikan vitamin B
6
(piridoksin) 2x1 tablet.
Kombinasi dosis tetap (KDT) dewasa sebanyak 3 tablet.
Menurut Huang HY, dkk. (2006) dan Mooney S dkk., (2009)
menyatakan penggunaan OAT berupa Isoniazid dapat
mengakibatkan penurunan kadar B
6
dalam tubuh
Pyridoxin dapat mengurangi efek samping ringan Isoniazid berupa
kesemutan, mati dan nyeri otot serta kelainan kulit yang bervariasi,
antara lain gatal-gatal (Natural Medical Journal, 2011).
31
Pasien ini diketahui usia 45 tahun, merupakan pasien TB paru
kasus baru dan berat badan pasien ketika sakit yaitu 50 kg. Ada 5
faktor resiko yang ada di pasien ini, sehingga menjadi perhatian
khusus bagi petugas kesehatan.
Berdasarkan Sudoyo (2007), sebab kegagalan pengobatan,
antara lain: panduan obat tidak adekuat, dosis tidak cukup,
minum obat tidak teratur, jangka waktu pengobatan kurang,
terjadi resistensi obat yang diwaspadai yakni bila dalam 1-2
bulan pengobatan tahap intensif, tidak terlihat perbaikan.
Penelitian Tolosie dan Sharma (2014) menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mendasari kelangsungan hidup/
prognosis pasien TB yaitu jenis kelamin, usia, kategori pasien TB,
jenis TB, hasil smear, HIV, dan berat badan pada inisiasi
pengobatan pasien.
Dalam penelitian Krishnan (2014), perbedaan jenis kelamin
dalam upaya diagnosis dan terapi TB juga berbeda.
32
Keadaan rumah yang gelap dan lembab.
Menurut Sudoyo dkk., (2007), bakteri kuman TB yang berada
di udara dapat bertahan selama 1-2 jam tergantung ada atau
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembapan udara. Dalam suasana yang lembab dan gelap,
kuman dapat bertahan selama berhari-hari bahkan berbulan-
bulan. Oleh karena itu selain konseling, juga dilakukan
intervensi berupa meminta keluarga membuka jendela
sehingga cahaya dan ventilasi udara menjadi lebih terang dan
baik serta menjaga kebersihan rumah.
33
Pekerjaan pasien sebagai penjual makanan keliling juga patut
diperhatikan dikarenakan ia tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD) berupa masker. Mengingat secara
patogenesis kuman TB yang dapat bertahan selama 1-2 jam
dalam udara terbuka, maka dilakukan konseling edukasi akan
pentingnya penggunaan masker baik di dalam rumah maupun
diluar rumah saat beraktifitas.
34
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah TB;
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit TB;
Menatalaksanai pasien dengan modifikasi gaya hidup berupa:
penggunaan masker; mengkonsumsi makanan gizi seimbang;
menjaga kebersihan, kelembapan dan pencahayaan dalam
rumah serta olah raga teratur.
35
Rencana intervensi yang dilakukan (intervensi dilakukan pada
tanggal 1 Juli 2014/pada kunjungan ke-3) yaitu :
VII. SIMPULAN DAN
SARAN
36
Ditegakkan diagnosis TB Paru Kasus Baru dengan hasil mikroskopis sputum
positif dengan atau tanpa kultur pada Tn. AM 45 tahun atas dasar anamnesis,
pemeriksaan penunjang serta telah ditatalaksana dengan pemberian edukasi
tentang pengobatan secara teratur, rutin memeriksakan penyakitnya di
pelayanan kesehatan dan motivasi pasien.
Dari intervensi yang dilakukan diketahui bahwa keadaan rumah pasien yang
gelap dan lembab dan pekerjaan pasien sebagai penjual makanan keliling
maka dianjurkan untuk mengubah pola hidup pasien dan keluarga, menjaga
kebersihan rumah dan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan
penularan penyakit TB.
Pasien dan keluarganya telah mengetahui bahwa TB paru merupakan suatu
keadaan infeksi paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosae
yang dapat mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas tinggi.
KESIMPULAN
37
Perlu meningkatkan kesadaran dan tekad provider pelayanan kesehatan untuk
melakukan screening, pengelolaan dan pengontrolan penyakit TB secara
holistik dan komprehensif sehingga tujuan dari pengelolaan itu sendiri dapat
tercapai.
Pemantauan dan re-evaluasi kondisi pasien;
Perlu pembinaan lebih lanjut pada pasien dan keluarga mengenai
pengelolaan penyakit yang diderita pasien.
Adanya sistem pemantauan dan evaluasi di fasilitas kesehatan secara
periodik mengenai kasus yang dibina, bagi kesinambungan pelayanan dan
pemantauan;
Perlu ditingkatkan upaya promosi kesehatan mengenai penyakit TB dan
faktor-faktor predisposisinya;
Mengupayakan sistem rujukan bagi pasien TB yang mengalami resistensi
obat anti TB.
38
SARAN
Untuk Pembina Selanjutnya
Untuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan
Wold Health Organization. Global Tuberculosis Report 2012 [Internet]. 2012.
Diakses pada tanggal 27 Juni 2014. Tersedia dari: Www.who.int/tb.
Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Depkes RI. 2013.
Price, S., Wilson, L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi: Ke-
5. Diterjemahkan oleh Anugerah, P. Jakarta: EGC. 2005.
Driss ST, Amina T, Raja B, Kenza B, Ghali I, Abdelmajid S, dkk.
Pharmacovigilance and Moroccan Tuberculosis Public Program: Current
Situation. Hindawi Publishing Corporation. Tuberculosis Research and
Treatment Volume 2014, Article ID 626797, 6 halaman. 2014.
Kabtamu Tolosie dan M. K. Sharma. Application of Cox Proportional Hazards
Model in Case of Tuberculosis Patients in Selected Addis Ababa Health Centres,
Ethiopia. Hindawi Publishing Corporation. Tuberculosis Research and
Treatment Volume 2014, Article ID 626797, 6 halaman. 2014.
DAFTAR PUSTAKA
39
Lakshmi Krishnan, Tokunbo Akande, Anita V. Shankar, Katherine N. McIntire,
dkk. Gender-Related Barriers and Delays in Accessing Tuberculosis Diagnostic
and Treatment Services: A Systematic Review of Qualitative Studies. Hindawi
Publishing Corporation Tuberculosis Research and Treatment Volume 2014,
Article ID 215059, 14 halaman. 2014.
Gupta KB, Gupta R, Atreja A, Verma M dan Vishvkarma. Tuberculosis and
nutrition. Lung India. Pubmed Journal. 2009 Jan; 26(1):9-16.
Latshang TD, Lo Cascio CM, Russi EW. Nontuberculous Mycobacterial Infection
of The Lung. Ther Umsch. Pubmed Journal. 2011 July; 68(7):402-6.
Ghazal Haque, Ashok Kumar, Fatima Saifuddin, Shafaq Ismail, Nadeem Rizvi,
Shaista Ghazal, dkk. Clinical Study Prognostic Factors in Tuberculosis Related
Mortalities in Hospitalized Patients. Hindawi Publishing Corporation
Tuberculosis Research and Treatment Volume 2014, Article ID 624671, 6
halaman. 2014.
Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Penggunaan
Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose Combination (OAT-FDC) Untuk Pengobatan
Tuberkulosis Di Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. 2004.
40
Huang HY, Caballero B, Chang S, Alberg A, Semba R, Schneyer C, dkk.
Multivitamin/Mineral Supplements and Prevention of Chronic Disease. Evid
Rep Technol Assess (Full Rep). 2006 May;(139):1-117.
Mooney S, Leuendorf JE, Hendrickson C, dkk. Vitamin B6: A Long Known
Compound of Surprising Complexity. Molecules; 2009: 14(1):329-351.
Natural Medical Journal. 2011. The Many Uses for Vitamin B6. September
2011 Vol. 3 Issue 9.
Malbruny B, Le Marrec G, Courageux K, Leclercq R, Cattoir V. Rapid and
Efficient Detection of Mycobacterium tuberculosis in Respiratory and Non-
Respiratory Samples. Pubmed Journal. 2011 Apr;15(4):553-5.
Catharina C. Boehme, Pamela Nabeta, Doris Hillemann, Mark P. Nicol,
Shubhada Shenai. Rapid Molecular Detection of Tuberculosis and Rifampin
Resistance. Pubmed Journal. Sep 9, 2010; 363(11): 1005-1015.
41
42

Anda mungkin juga menyukai